Klasifikasi Piutang Piutang .1 Pengertian Piutang

a. Piutang Dagang Piutang dagang menunjukkan piutang yang timbul dari penjualan secara kredit pada barang-barang atau jasa-jasa yang dihasilkan perusahaan. Dalam kegiatan perusahaan yang normalnya, biasanya piutang dagang akan dilunasi dalam jangka waktu kurang dari satu tahun sehingga dikelompokkan dalam aktiva lancar. Dalam piutang ini hanya tagihan-tagihan yang akan dilunasi dengan uang, oleh karena itu pengiriman barang untuk dititipkan konsinyasi tidak dicatat sebagai piutang sampai saat di mana barang-barang tadi sudah dijual. Sedangkan piutang yang timbul dari penjualan angsuran, akan dipisahkan menjadi aktiva lancar dan tidak lancar, tergantung pada jangka waktu angsuran tersebut. Apabila lebih dari satu tahun maka tidak dilaporkan dalam kelompok aktiva lancar, tetapi masuk kelompok aktiva lain-lain. b. Piutang Bukan Dagang Piutang yang timbul bukan dari penjualan barang-barang atau jasa yang dihasilkan perusahaan tidak termasuk dalam kelompok piutang dagang tetapi dikelompokkan tersendiri dengan judul piutang bukan dagang bukan usaha. Piutang bukan dagang akan dilaporkan dalam kelompok aktiva lancar apabila akan dilunasi dalam jangka waktu kurang dari satu tahun atau dalam siklus usaha yang normal. Apabila pelunasannya lebih dari satu tahun atau melebihi siklus usaha yang normal akan dikelompokkan dalam aktiva lain-lain. Yang termasuk dalam piutang usaha antara lain: 1 Persekot dalam kontrak pembelian 2 Klaim terhadap perusahaan pengangkutan untuk barang-barang rusak atau hilang 3 Klaim terhadap perusahaan asuransi atas kerugian-kerugian yang dipertanggungjawabkan 4 Klaim terhadap pegawai perusahaan 5 Klaim terhadap restitusi pajak 6 Tagihan terhadap langganan untuk pengembalian tempat barang 7 Uang muka pada pegawai perusahaan 8 Piutang deviden 9 Piutang pesanan pembelian saham, dan lain-lain Banyak perusahaan menjual secara kredit agar dapat menjual lebih banyak produk atau jasa. Piutang yang timbul dari penjualan semacam itu biasanya diklasifikasikan sebagai berikut : Warren, 2005:392 a. Piutang Usaha Transaksi paling umum yang menciptakan piutang adalah penjualan barang dagang atau jasa secara kredit. Piutang dicatat dengan mendebit akun piutang usaha. Piutang usaha account receivable semacam ini normalnya diperkirakan akan tertagih dalam periode waktu yang relatif pendek, seperti 30 atau 60 hari. Piutang usaha diklasifikasikan dalam neraca sebagai aktiva lancar. b. Wesel Tagih Wesel tagih notes receivable adalah jumlah yang terutang bagi pelanggan di saat perusahaan telah menerbitkan surat utang formal. Sepanjang wesel tagih diperkirakan akan tertagih dalam setahun, maka biasanya diklasifikasikan dalam neraca sebagai aktiva lancar. Wesel atau wesel biasanya digunakan untuk periode kredit lebih dari enam puluh hari. Wesel bisa digunakan untuk menyelesaikan piutang usaha pelanggan. Bila wesel tagih dan piutang berasal dari transaksi penjualan, maka hal itu kadang-kadang disebut piutang dagang trade receivable. Kecuali tidak ada keterangan lain, akan diasumsikan bahwa semua wesel tagih dan piutang usaha berasal dari transaksi penjualan. c. Piutang Lain-Lain Piutang lain-lain biasanya disajikan secara terpisah dalam neraca. Jika piutang ini diharapkan akan tertagih dalam satu tahun, maka piutang tersebut diklasifikasikan dalam aktiva lancar. Jika penagihannnya lebih dari satu tahun, maka piutang ini diklasif ikasikan sebagai aktiva tidak lancar. Piutang lain-lain other receivable meliputi piutang bunga, piutang pajak, dan piutang dari pejabat atau karyawan perusahaan.

2.2.2.4 Cadangan Kerugian Piutang

Dalam metode cadangan setiap akhir periode dilakukan penaksiran jumlah kerugian piutang yang akan dibebankan ke periode yang bersangkutan. Ada dua dasar yang dapat digunakan untuk menentukan jumlah kerugian piutang, yaitu: Baridwan, 2004:126 a. Jumlah Penjualan Apabila kerugian piutang itu dihubungkan dengan proses pengukuran laba yang teliti maka dasar perhitungan kerugian piutang adalah jumlah penjualan. Kerugian piutang dihitung dengan cara mengalikan persentase tertentu dengan jumlah penjualan periode tersebut. Persentase kerugian piutang dihitung dari perbandingan piutang yang dihapus dengan jumlah penjualan tahun-tahun lalu kemudian disesuaikan dengan keadaan tahun yang bersangkutan. Kerugian piutang itu timbul karena adanya penjualan kredit. Tetapi karena pemisahan jumlah penjualan menjadi penjualan tunai dan kredit menimbulkan tambahan pekerjaan, maka untuk praktisnya persentase kerugian piutang bisa didasarkan pada jumlah penjualan periode yang bersangkutan. Taksiran kerugian piutang ini dibebankan ke rekening kerugian piutang dan kreditnya adalah rekening cadangan kerugian piutang. b. Saldo Piutang Apabila saldo piutang digunakan sebagai dasar perhitungan kerugian piutang maka arahnya adalah menilai aktiva dengan teliti. Perhitungan kerugian piutang atas dasar piutang akhir periode dapat dilakukan dengan 3 cara yaitu: