Kelas Turbellaria Kelas Trematoda

Praktis Belajar Biologi untuk Kelas X 108

c. Kelas Anthozoa

Anemon laut dan koral merupakan anggota dari kelas Anthozoa. Mereka hidup hanya dalam bentuk polip. Bentuk polip dari anemon laut, lebih kompleks daripada struktur Hydra. Gastrovaskuler anemon laut dibagi menjadi bagian-bagian kecil. Anemon laut memakan binatang-binatang kecil, termasuk ikan-ikan kecil. Bentuk polip dari koral menyekresikan kalsium karbonat di sekitar tubuhnya. Kebanyakan koral berukuran kecil, berkoloni, dan bersatu membentuk massa yang besar. Generasi polip baru tumbuh di atas generasi lama. Koral bervariasi dalam hal warna dan bentuk. Beberapa jenis koral, melakukan simbiosis mutualisme dengan Dinoflagellata. Koral dengan polipnya melindungi dinoflagella, sedangkan dinoflagella menyediakan oksigen dan mendaur ulang sisa metabolisme koral. Koral terkadang dapat hidup berkelompok dalam jumlah yang banyak dan membentuk susunan yang disebut coral reef. Contohnya adalah The Great Barrier Reef di Australia yang panjangnya hampir 2.000 km. Contoh spesies Anthozoa, yakni Stephanauge sp. Gambar 6.8, Tubifora musica, dan Acropora.

3. Filum Platyhelminthes

Anggota filum Platyhelminthes tidak memilki rongga tubuh dan terdiri atas tiga lapisan tubuh triploblastik. Oksigen berdifusi secara langsung melalui kulit. Demikian juga karbon dioksida, berdifusi dari tubuh langsung ke lingkungannya. Cacing pipih adalah hewan primitif yang sudah dapat dibedakan bagian kepalanya. Tubuhnya simetri bilateral. Hewan ini memiliki sensor yang berada di bagian ujung anterior dan dapat merespons perubahan lingkungan dengan cepat. Dengan sensor cahaya dan kimiawi, hewan ini dapat bergerak menuju sumber makanan berada. Sel-sel saraf Platyhelminthes terkonsentrasi di organ sensor yang terletak di bagian tepi tubuhnya. Sel-sel saraf menerima informasi dari organ sensornya dan mengirim informasi tersebut ke bagian lain dari tubuh. Sistem saraf Platyhelminthes membentuk sistem saraf tipe tangga tali dan memiliki ganglion otak yang terletak di anterior. Filum Platyhelminthes dapat dikelompokkan dalam beberapa kelas, antara lain Turbellaria, Trematoda, dan Cestoda. Filum Platyhelminthes bereproduksi secara aseksual dan seksual. Anggotanya termasuk hermafrodit. Reproduksi aseksual terjadi secara fragmentasi dan secara seksual terjadi dengan penyatuan sperma dan ovum.

a. Kelas Turbellaria

Turbellaria umumnya hidup bebas di air asin dan air tawar. Salah satu contohnya, yaitu planaria Dugesia sp. yang hidup di aliran sungai dan dasar danau. Planaria biasanya memiliki panjang 1–2 cm. Planaria seperti kebanyakan Turbellaria lainnya, hidup bebas dan bukan parasit Gambar 6.9. Planaria memakan protista dan hewan-hewan kecil lainnya. Planaria memakan mangsanya menggunakan faring. Faring memecah makanan dan mendorongnya masuk ke lambung. Umumnya planaria melakukan reproduksi seksual, meskipun memiliki dua jenis alat kelamin hermafrodit. Planaria tidak melakukan pembuahan sendiri sehingga tetap membutuhkan planaria lainnya. Kadangkala, planaria bereproduksi secara aseksual. Planaria dapat membelah menjadi dua. Setiap belahan akan tumbuh menjadi cacing dewasa. Setiap planaria tersebut memiliki kemampuan untuk beregenerasi. Adapun reproduksi seksualnya terjadi fertilisasi secara silang antara planaria satu dan planaria yang lain. Gambar 6.8 Contoh spesies dari kelas Anthozoa, yaitu anemon laut, Stephanauge . Sumber: Biological Science , 1986 Di Unduh dari : Bukupaket.com Kingdom Animalia 109 Faring Faring Otak Sel api Saluran ekskresi Tali saraf Mata Ovarium Testis Lubang genital Penis Kelenjar semen Faring Sumber: Biologi: Evolusi, Kepelbagaian, dan Persekitaran , 1995 Gambar 6.9 Bentuk tubuh planaria

b. Kelas Trematoda

Trematoda dikenal juga sebagai cacing pipih yang parasit. Trematoda memiliki organ dan sistem organ yang mirip dengan Turbellaria. Kebanyakan Trematoda hidup parasit. Permukaan tubuh Trematoda dilindungi oleh kutikula. Kutikula melindungi Trematoda dari enzim penghancur yang dikeluarkan oleh organisme inang. Selain itu, Trematoda memiliki alat isap sucker yang berfungsi sebagai pengisap cairan tubuh inangnya. Trematoda menyerap makanan yang sudah dicerna dari usus inang. Meskipun Trematoda merupakan cacing hermafrodit, namun tetap harus melakukan fertilisasi silang. Fasciola hepatica merupakan contoh Trematoda yang cukup dikenal Gambar 6.10. Cacing parasit umumnya memerlukan lebih dari satu inang dalam siklus hidupnya. Dimakan oleh ternak Telur keluar bersama kotoran ternak Telur menetas menjadi larva mirasidium Masuk ke tubuh siput menjadi sporokis dan bermetamorfosis menjadi redia Serkaria keluar dari tubuh siput dan menempel pada rumput Serkaria berubah menjadi larva metaserkaria Sumber: www.endosparasite.net Gambar 6.10 Siklus hidup asciola hepatica . Siklus hidup cacing hati kambing, dimulai ketika cacing dewasa bereproduksi secara seksual dan melepaskan telurnya bersama feses kambing. Jika telur sampai ke kolam atau danau, telur-telur akan menetas menjadi larva mirasidium. Dalam 8 jam, larva-larva tersebut harus menemukan inang sementara, yaitu siput. Larva akan masuk ke dalam tubuh siput dan tumbuh menjadi sporokis. Sporokis berkembang menjadi redia • Metaserkaria • Mirasidium • Redia • Sporokis Kata Kunci Di Unduh dari : Bukupaket.com Praktis Belajar Biologi untuk Kelas X 110 Proglotid dengan banyak sel telur Telur Kista Larva Skoleks Mulut pengisap sucker Kait atau larva II secara partenogenesis perkembangan menjadi individu baru tanpa dibuahi. Redia bermetamorfosis menjadi serkaria. Kemudian, serkaria akan keluar dari tubuh siput dan menempel di rerumputan membentuk metaserkaria kista yang mampu hidup beberapa bulan. Jika termakan kambing atau ternak, kista akan pecah dan larva masuk ke usus. Setelah itu larva menembus usus menuju hati, kemudian tumbuh dan berkembang biak menghasilkan telur. Anggota kelas Trematoda lainnya adalah Schistosoma, Chlonorchis sinensis, Fasciliopsis buski , dan Parahonimus westermani. Semuanya merupakan parasit dan memiliki inang tetap maupun sementara.

c. Kelas Cestoda Cacing Pita