Gaya Bahasa Unsur Novel

2.2.2.6 Gaya Bahasa

Gaya adalah cara khas pengungkapan seorang pengarang. Cara seorang pengarang memilih tema, persoalan, meninjau persoalan itu, dan menuangkannya dalam cerita, adalah wilayah dari gaya seorang pengarang. Setiap pengarang mempunyai gaya sendiri. Pengaran yang besar dapat dipastikan memiliki gaya yang khas. Gaya pengarang di dalam karya sastra diwujudkan melalui bahasa. Gaya pengarang dapat tampak dari aspek-aspek tertentu, antara lain aspek 1 penggunaan kalimat, yang mencakupi a leksikal, b gramatikal, c retorika, dan d kohesi; 2 penggunaan dialog; 3 penggunaan detail; serta 4 cara memandang persoalan. Aspek leksikal yang dimaksud di sini sama pengertiannya dengan diksi, yaitu yang mengacu pada pengertian pemilihan dan penggunaan kata- kata tertentu oleh pengarang. Aspek gramatikal yang di maksud di sini menyaran pada pengertian struktur kalimat, yang mencakupi a kompleksitas kalimat, b jenis kalimat, dan c jenis klausa dan frase. Aspek retoorika yang dimaksud di sini adalah cara penggunaan bahasa untuk memperoleh efek estetis, yang dapat berupa a pemajasan, b penyiasatan struktur, dan c antarkalimat, antarparagraf yang membentuk suatu keutuhan dana sebuah prosa fiksi.pencitraan. Aspek kohesi yang dimaksud di sini adalah pola hubungaan

2.3 Nilai-nilai kristiani

2.3.1 Kasih

Kasih itu sabar, kasih itu murah hati, ia tidak cemburu, ia tidak memegahkan diri dan tidak sombong. Ia tidak melakukan yang tidak sopan dan tidak mencari keuntungan diri sendiri. Ia tidak pemarah dan tidak menyimpan kesalahan orang lain. Ia tidak bersuka cita karena ketidakadilan, tetapi karena kebenaran. Ia menutupi segala sesuatu, percaya segala sesuatu, mengharapkan segala sesuatu, sabar menanggung segala sesuatu 1 korintus 13:4-7. Kita memiliki kasih sejati bila : 1. kita mengasihi orang-rang seperti cara Tuhan mengasihi mereka. 2. Kita memahami bahwa teguran-teguran dan hukuman-hukuman itu sesungguhnya mengobati bukannya kejam. 3. Kita tidak sembarangan mengasihi semua orang, melainkan menggunakan hikmat dalam cara kita mengasihi. 4. Kita rela menghadapi resiko ditolak karena memberitakan kebenaran kepada orang lain. 5. Kita rela menasihati satu dengan yang lainnya dan anak-anak kita Roma 15:14; Amsal 13:24. 6. Kita rela membatasi atau memutuskan persahabatan kita dengan orang- orang percaya yang tidak mau bertobat 2 Tesalonika 3:14-15. 7. Kita hanya meratapi apa yang Allah ratapi, kalau tidak, itu berarti kita dikuasai oleh jiwa, bukan oleh roh.