Kelemahlembutan Penguasaan Diri Nilai-nilai kristiani

begitu saja dalam diri manusia. Iman adalah sesuatu yang diperkenankan, dianugerahkan oleh Allah, khususnya di dalam iman mengenal DIA, Yesus Kristus Tuhan.www.Sahabatsurgawi.net

2.3.8 Kelemahlembutan

Lemah lembut artinya tidak membalas dendam. Akar kata lemah lembut mengandung arti “seseorang yang telah dijinakkan dan tidak melakukan kehendaknya sendiri”. Seorang yang lemah lembut rela menanggung hajaran-hajaran dari Allah. Kelmahlembutan adalah penerimaan yang kudus dan dengan suka cita atau situasi-situasi yang ada. Yesus menerima kehendak Bapa-Nya tanpa adanya sikap menolak. Ia adalah seperti seekor anak domba yang dibawa ke hadapan para pencukurnya Yesaaya 53:7; Mazmur 39:13. Kelemahlembutan tidak membalas dendam baik dalam pikiran Maupun dalam perbuatan Amsal 24:29. Dalam bahasa Yunani , orang yang lemah lembut berarti orang yang kekuatan dan kelemahlembutannya berjalan beriringan. Sedangkan dalam Septuaginta, kelemahlembutan biasanya menunjuk pada sikap rendah hati terhadap rencana Allah. Lalu dalam Perjanjian Baru, kelemahlembutan dihubungkan dengan kasih 1 Kor 4:12, kesabaran 2 Kor 10:1; Tit 3:2, sabar dan rendah hati Ef 4:2; Kol 3:12, dan ramah yang merupakan kemampuan untuk menghindari pertengkaran Tit 3:2. Dalam 1 Kor.4:2, kelemahlembutan dipertentangkan dengan cambuk, yang merupakan lambang penghakiman. Lemah lembut adalah roh yang mau mengkoreksi kesalahan saudara yang lain Gal 6:1 dan salah satu sifat hamba Tuhan 2 Tim 2:25. Kelemahlembutan ini harus meresapi seluruh kehidupan kristiani bdk. Yak 3:13; 1 Pet 3:4 sebagaimana juga meresapi kehidupan Kristus Mat 11:29; 21:5; 2 Kor 10:1. Lemah lembut ini juga mempunyai arti pengendalian diriyang hanya dapat diberikan oleh Kristus saja.www.carmelianet

2.3.9 Penguasaan Diri

Dalam bahasa Yunani sehari-hari, kata enkrateia dipakai untuk mengungkapkan kebajikan seorang kaisar yang tidak pernah membiarkan kepentingan pribadinya mempengaruhi jalannya pemerintahan atas rakyatnya. Kebajikan itulah yang membuat orang mampu mengendalikan diri, sehingga ia pantas untuk menjadi pelayan sesamanya. Dalam Kitab Suci, karakter ini tidak dikenakan pada Allah tetapi lebih pada diri manusia secara pribadi. Penguasaan diri juga merupakan bagian dari disiplin yang keras untuk setiap atlet, tidak hanya untuk ‘atlet’ rohani 1 Kor 9:25 dan juga merupakan salah satu sifat yang diperlukan bagi penilik jemaat Tit 1:8. Paulus pun menyarankan pada orang-orang yang tidak menikah atau para janda yang tidak dapat menguasai diri untuk menikah 1 Kor 7:9. Tetapi dari semuanya itu, penguasaan diri yang diperintahkan oleh Paulus tidak mempunyai kadar asketis. Ia sendiri tidak melakukan penguasaan diri demi penguasaan diri itu sendiri in se, tetapi demi menyingkirkan semua halangan yang mencegahnya untuk mencapai tujuan 1 Kor 9:25-27.www.carmelia.net Penguasaan diri itu “kemampuan untuk menahan diri.” Ini adalah sebuah pengendalian atas semua hawa nafsu kita oleh kuasa Roh Kudus. Penguasaan diri palsu itu adalah penyangkalan diri yang dihasilkan oleh kedagingan atau dikuatkan oleh kuasa dari suatu roh religious. Legalisme, penyangkalan diri, dan pemantangan yang kaku adalah suatu usaha untuk memperoleh perkenaan Allah dan mendapatkan perkembangan rohani.

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Pendekatan Penelitian

Penulisan skripsi ini menggunakan pendekatan objektif, karena aspek yang dikaji dalam skripsi ini adalah salah astu aspek unsur instrinsik sebuah novel. Dasar penulisan menggunakan pendekatan objektif karena karya sastra dipandang sebagai sebuah karya otonom yang memiliki ciri-ciri sendiri, memiliki kebulatan makna yang utuh yang terdapat dalam unsur intrinsik yang meliputi tokoh, penokohan, alur cerita, latar, dialog, tema, dan amanat. Analisis dengan menggunakan pendekatan objektif pada dasarnya sama dengan dengan analisis secara structural yang berusaha mencari hubungan antara unsur sasatra secara mandiri dan menentang pendekatan lain Endraswara 2003:50. Dengan pendekatan objektif yang dipilih maka akan ditemukan tentang nilai apa saja yang terdapat dalam sebuah karya sastra seperti halnya novel Horeluya karya Arswendo Atmowiloto yang dianalisis dari penguraian hubungan antara unsur pembangun yang menghasilkan nilai kristiani. Jadi melalui pendekatan objektif inilah penulis dapat menemukan nilai kristiani dalam novel dengan mengaitkan unsur pembangun karya untuk mendukung makana dan nilai secara keseluruhan. 50