Menurut Fatwa Dewan Syari’ah Nasional No: 20DSN-MUIIV2001 tentang landasan syari’ah yang terdapat pada reksa dana syari’ah, sebagai mana dijelaskan dalam
firman Allah:
يأٰٓي ُ
ُنيِذلٱ ُ
ُِبُ كنۡيبُ كل ٰ ۡمأُْا ٓ كۡأتَُُْا نماء ُِلِطٰبۡلٱ
ُ ُ ضارتُنعًُةر ٰجِتُن كتُنأَُِٓإ
ُنِإُ هۡ كس فنأُْا ٓ تۡتَُ ُ هۡ كنِ م ُّٱ
ُ ُ ٗمي ِحرُ ۡ كِبُن ك
ُ
Artinya:“hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan
suka sama suka diantara kamu, dan janganlah kamu membunuh dirimu, sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu”. Qs. An-Nisa :29.
53
Penafsiran dari di atas adalah dibolehkan Allah mencari rezeki dengan cara perniagaan dengan suka sama suka, tidak dengan keterpaksaan antara satu pihak dengan
pihak lain, dan Allah melarang hambanya mencari rezeki dengan jalan bathil antara lain dengan cara mendzalimi dan merugikan orang lain karena tidak ada kata suka sama suka,
serta mengungkapkan larangan membunuh diri sendiri mencakup juga larangan membunuh orang lain, sebab membunuh orang lain berarti membunuh diri sendiri, karena umat
merupakan satu kesatuan.
2. Mekanisme Operasional Reksa dana Syariah
Mekanisme opersional dalam Reksa dana Syariah jika dilihat dari segi akadnya terdiri atas dua konsep hukum Islam yaitu:
a. Antara pemodal dengan Manajer Investasi dilakukan dengan sistem Wakalah
artinya penyerahan, pendelegasian, atau pemberi mandat.
54
Dalam pelaksanaan reksa dana syariah menggunakan konsep akad Wakalah dimana dalam hal ini
pemodal memberikan mandat kepada manajer investasi untuk melaksanakan investasi nagi kepentingan pemodal, sesuai dengan ketentuan yang tercantum
dalam Prospektus. Investasi hanya dilakukan dengan instrumen keuangan yang sesuai dengan syariat Islam.
b. Antara Manajer Investasi dan pengguna investasi dilakukan dengan sistem
mudharabah artinya sesuai akad di mana seorang memberikan hartanya kepada
53
Majelis Ulama Indonesia, Himpunan Fatwa MUI, h. 368.
54
Muhammad Syafi’i Antonio, Bank Syariah Dari Teori ke Praktik, Jakarta: Gema Insani, 2001, h.120
orang lain untuk dikelola dengan ketentuan bahwa keuntungan yang diperoleh hasil dari pengelolahan tersebut dibagi antara kedua belah pihak, sedangkan
kerugian ditanggung oleh pemilik harta shahibul maal tidak ada kelalaian dari mudharib.
55
Dalam mekanisme operasional reksa dana syariah terdapat dua akad yang selalu digunakan yaitu: Wakalah dan Mudharabah dari penjelasan di atas dari dua akad inilah
cara perusahaan untuk memberikan kemudahan kepada nasabah dalam melakukan investasi diperusahaan ini.
3. Jenis-jenis reksa dana
Setiap orang yang hendak berinvestasi harus mengetahui jenis reksa dana apa yang sesuai dengan tujuan dan kebutuhan investasi. Khususnya mengenai konstruksi portofolio
reksa dana, karakteristik potensi keuntungan serta resiko yang mungkin terjadi. Dari sisi OJK, reksadana di Indonesia dibagi dalam 4 jenis kategori, beberapa katagori tersebut
antara lain:
56
a Reksadana Saham.
Reksadana saham adalah reksadana yang melakukan investasi sekurang-kurangnya 80 dari portofolio yang dikelolanya ke dalam efek bersifat ekuitas saham. Efek
saham umumnya memberikan potensi hasil yang lebih tinggi berupa capital gain melalui pertumbuhan harga-harga saham dan deviden. Reksadana saham
memberikan potensi pertumbuhan nilai investasi yang paling besar demikian juga dengan risikonnya.
b Reksadana Campuran.
Reksadana campuran adalah reksadana yang melakukan investasi dalam efek ekuitas dan efek hutang yang perbandingannya tidak termasuk dalam kategori
reksadana pendapatan tetap dan reksadana saham. Potensi hasil dan risiko reksadana campuran secara teoritis dapat lebih besar dari reksadana pendapatan
tetap namun lebih kecil dari reksadana saham. c
Reksadana Pendapatan Tetap. Reksadana pendapatan tetap adalah reksadana yang malakukan investasi sekurang-
kurangnya 80 dari portofolio yang dikelolanya ke dalam efek bersifat hutang. Risiko investasi yang lebih tinggi dari reksadana pasar uang membuat nilai return
55
Andri Soemitra, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah,Jakarta: Kencana , 2009, h.169
56
Nurul Huda, dkk, LembagaKeuangan Islam, Jakarta: Kencana, 2010, h. 254-256