Pembiayaan EUIS SRI MULYANI FDK

34

B. Pembiayaan

a. Pengertian Pembiayaan

Pembiayaan selalu berkaitan dengan aktivitas bisnis. Pembiayaan atau financing menurut UU No. 10 Tahun 199 pasal 1 ayat 12 adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan hal tersebut, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai untuk mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah jangka wajtu tertentu dengan imbalan atau bagi hasil. 37

b. Fungsi Pembiayaan

Pembiayaan mempunyai peranan yang sangat penting dalam perekonomian. Secara garis besar fungsi pembiayaan di dalam perekonomian, perdagangan, dan keuangan dapat dikemukakan sebagai berikut:

b.1Pembiayaan Dapat Meningkatkan

Utility Daya Guna dari ModalUang Para penabung menyimpan uang dalam bentuk giro, deposito, ataupun tabungan.Uang tersebut dalam persentase tertentu ditingkatkan kegunaannya oleh bank.Para pengusaha menikmati pembiayaan dari bank umtuk memperluasmemperbesar usahanya, baik peningkatan produksi, perdagangan, maupun untuk usaha-usaha rehabilitas ataupun usaha peningkatan produktivitas secara menyeluruh. 37 Kasmir, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2002, h. 62 35 Dengan demikian, dana yang mengedap di bank yang diperoleh dari para penyimpan uang tidaklah idle diam, dan disalurkan untuk usaha-usaha yang bermanfaat, baik kemanfaatan bagi pengusaha maupun bermanfaat bagi masyarakat.

b.2 Pembiayaan Meningkatkan

Utility Daya Guna Suatu Barang Produsen dengan bantuan pembiayaan bank dapat memproduksi bahan jadi sehingga utility dari bahan tersebut meningkat, misalnya peningkatan utility kelaoa menjadi kopra dan selanjutnya menjadi minyak kelapaminyak goring, peningkatan utility padi menjadi beras, benang menjadi tekstil, dan sebagainya.Produsen dengan bantuan pembiayaan dapat memindahkan barang dari suatu tempat kegunaanya kurang, ke tempat yang lebih bermanfaat. Seluruh barang-barang yang dipindahkan dari suatu daerah ke daerah yang lain yang kemanfaatan barang itu lebih terasa pada dasarnya meningkatkan utility dari barang itu. Pemindahan barang-barang tersebut tidaklah dapat diatasi oleh keuangan pada distributor saja dan oleh karenanya mereka memerlukan bantuan permodalan dari bank berupa pembiayaan.

b.3 Pembiayaan Meningkatkan Peredaran dan Lalu Lintas Uang

Pembiayaan yang disalurkan melalui rekening-rekening Koran, pengusaha menciptakan pertambahan peredaran uang giral dan sejenisnya seperti cheque, giri bilyet, wesel, promes dan sebagainya melalui pembiayaan, peredaran uang kartal maupun giral akan lebih berkembang, 36 karena pembiayaan menciptakan suatu kegairahn berusaha sehingga penggunaan uang akan bertambah baik secara kualitatif apalagi secara kuantitatif.

b.4 Pembiayaan Menimbulkan Kegairahan Berusaha Masyarakat

Manusia adalah mahluk yang selalu melakukan kegiatan ekonomi.Yaitu selalu berusaha memenuhi kebutuhannya. Kegiatan usaha sesuai dengan dinamikanya akan selalu meningkat, akan tetapi peningkatan usaha tidaklah selalu diimbangi dengan peningkatan kemampuan. Karena itu, manusia selalu berusaha dengan segala daya untuk memenuhi kekurang mampuannya, yang berhubungan dengan manusia lain yang mempunyai kemampuan. Karena itu pulalah, pengusaha akan selalu berhubungan dengan bank untuk memperoleh bantuan permodalan guna peningkatan usahanya. Bantuan pembiayaan yang diterima pengusaha dari bank inilah kemudian untuk memperbesar volume usaha produktifitasnya. Ditinjau dari sisi hukum permintaan dan penawaran maka terhadap segala macam dan ragamnya usaha, permintaan akan terus bertambah bilamana masyarakat telah memulai melakukan penawaran. Timbulah kemudian efek kumulatif oleh semakin besarnya permintaan sehingga secara berantai kemudian menimbulkan kegairahan yang meluas dikalangan masyarakat untuk sedemikian rupa, sehingga meningkatkan produktivitas.Secara otomatis kemudian timbul pula kesan 37 bahwa setiap usaha peningkatan produktivitas, masyarakat tidak perlu khawatir kekurangan oleh karena masalahnya dapat diatasi oleh bank dengan pembiayaan.

b.5 Pembiayaan sebagai Alat Stabilitas Ekonomi

Dalam keadaan ekonomi yang kurang sehat langkah-langkah stabilitas pada dasarnya diarahkan pada usaha-usaha antara lain untuk: a. Pengendalian inflasi; b. Peningkatan ekspor; c. Rehabilitas sarana; d. Pemenuhan kebutuhan-kebutuhan pokok rakyat. Untuk menekan arus inflasi dan terlebih-lebih lagi untuk usaha, pembiayaan ekonomi maka pembiayaan bank memegang peranan yang penting.Arah pembiayaan harus berpedoman pada segi-segi pembatasan kualitatif, yaitu pengarahan ke sector-sektor yang produktif dan sector- sektor prioritas yang secara langsung berpengaruh terhadap hajat hidup masyarakat. Dengan kata lain setiap pembiayaan harus benar-benar diarahkan untuk menambah flow of good , serta memperlancar distribusi barang-barang tersebut agar merata ke seluruh lapisan masyarakat.

b.6 Pembiayaan sebagai Jembatan Peningkatan Pendapatan Nasional.

Pengusaha yang memperoleh pembiayaan tentu saja berusaha untuk meningkatkan usahanya.Peningkatan usaha berarti peningkatan profit. Bila keuntungan ini secara kumulatif dikembangkan lagi, dalam 38 arti kata dikembalikan ke dalam struktur permodalan, maka peningkatan akan berlangsung terus menerus. Dengan earnings pendapatan yang terus meningkat berarti pajak perusahaan pun akan terus bertambah. Di pihak lain pembiayaan yang disalurkan untuk merangsang pertambahan kegiatan ekspor akan menghasilkan pertambahan devisa bagi Negara. Di samping itu, dengan semakin efektifnya kegiatan swasembada kebutuhan pokok, berarti akan menghemat devisa keuangan Negara, akan dapat diarahkan pada usaha-usaha kesejahteraan ataupun sektor-sektor lain yang lebih berguna. Apabila rata-rata pengusaha, pemilik tanah, pemilik modal, dan buruhkarywan mengalami peningkatan pendapatan, maka pendapatan Negara via pajak akan bertambah, penghasilan devisa bertambah dan penggunaan devisa untuk urusan konsumsi barang berkurang sehingga langsung atau tidak, melalui pembiayaan, pendapatan nasional akan bertambah.

b.7 Pembiayaan sebagai Alat Hubungan Ekonomi Internasional

Bank sebagai lembaga pembiayaan tidak saja bergerak di dalam negeri, tetapi juga di luar negeri.Beberapa Negara-negara kaya minyak yang telah sedemikian maju organisasi dan sistem perbankannya telah melebarkan sayap perbankannya ke seluruh pelosok dunia, demikian pula beberapa Negara maju lainnya.Negara yang kaya atau kuat ekonominya, demi persahabatan antar Negara banyak memberikan bantuan kepada Negara-negara yang sedang berkembang atau sedang 39 membangun.Bantuan-bantuan tersebut tercermin dalam bentuk bantuan pembiayaan dengan syarat-syarat ringan, yaitu bagi hasilbungan yang relatif murah dan jangka waktu penggunaan yang panjang. Melalui bantuan pembiayaan antar Negara yang istilahnya sering kali didengar sebagai G to G Government to Government , maka hubungan antar Negara pemberi Shahibul Maal dan penerima pembiayaan Mundharib akan bertambah erat, terutama yang menyangkut hubungan perekonomin dan perdagangan. Dari uraian di atas, betapa besarnya fungsi dalam dunia perekonomian, tidak saja di dalam negeri, tetapi juga menyangkut hubungan antara Negara sehingga melalui pembiayaan hubungan ekonomi internasional dapat dilakukan dengan lebih terarah.Lalu lintas pembayaran internasional pada dasarnya berjalan lanacar bila disertai kegiatan pembiayaan yang sifatnya internasional. 38

c. Jenis-jenis Pembiayaan

Menurut Ir. Adiwarman A. Karim dalam bukunya Bank Islam Analisis Fiqih dan Keuangan, jenis-jenis pembiayaan bank syariah ada 6 enam, diantaranya:

c.1 Pembiayaan Modal Kerja Syariah

Secara umum yang dimaksud dengan Pembiayaan Modal Kerja PMK Syariah adalah pembiayaan jangka pendek yang diberikan kepada 38 Veithzal Rivai, Arviyan Arifin, Islamic Banking, Sistem Bank Iskam Bukan Hanya Solusi Menghadapi Krisis Namun Solusi dalam Menghadapi Berbagai Persoalan Perbankan Ekonomi Global, h. 712-715 40 perusahaan untuk membiayai kebutuhan modal kerja usahanya berdasarkan prinsip-prinsip syariah.Jangka waktu pembiayaan modal kerja maksimum 1 satu tahun dan diperpanjang sesuai dengan kebutuhan.Perpanjangan fasilitas PMK dilakukan atas dasar hasil analisis terhadap debitur dan fasilitas pembiayaan secara keseluruhan. Fasilitas PMK dapat dberikan kepada seluruh sectorsubsector ekonomi yang dinilai prospek, tidak bertentangan dengan syariat islam dan tidak dilarang oelh ketentuan perundang-undangan yang berlaku serta yang dinyatakan jenuh oleh Bank Indonesia. Pemberian fasilitas pembiayaan modal kerja kepada debitur calon debitur dengan tujuan untuk mengeliminasi risiko dan mengoptimalkan keuntungan Bank. Dalam Pemberian Modal Kerja, bank juga harus mempunyai daya analisis yang kuat tentang sumber pembayaran kembali, yakni sumber pendapatan income proyek yang akan dibiayai. Hal ini dapat diketahui dengan cara mengklasifikasikan proyek menjadi: 1. Proyek dengan kontrak 2. Proyek tanpa kontrak Berdasarkan akad yang digunakan dalam produk pembiayaan syariah, jenis Pembiayaan Modal Kerja PMK dapat dibagi menjadi 5 macam, yakni: 1. PMK Mudhrabah 2. PMK Istishna‟ 3. PMK Salam 41 4. PMK Murabahah 5. PMK Ijarah

c.2 Pembiayaan Investasi Syariah

Yang dimaksud dengan investasi adalah penanaman dana dengan maksud untuk memperoleh imbalanmanfaatkeuntungan di kemudian hari. Dana yang ditanam dalam aktiva tetap seperti halnya dana yang diinvestasikan ke dalam aktiva lancar juga mengalami proses perputaran, walaupun secara konsepsional sebenarnya tidak ada perbedaan antara investasi dalam aktiva tetap dengan investasi dalam aktiva lancar. Baik investasi dalam aktiva lancar maupun investasi dalam aktiva tetap dilakukan dengan harapan bahwa perusahaan akan dapat memperoleh kembali dana yang telah diinvestasikan tersebut. Masalahnya adalah perputaran dana yang tertanam dalam kedua jenis aktiva tersebut berbeda, yaitu investasi ke dalam aktiva lancar diharapkan akan dapat diterima kembali dalam waktu dekat dan secara sekaligus paling lama dalam 1 tahun, sebaliknya dalam aktiva tetap dana yang tertanam tersebut akan kembali secara keseluruhan dalam waktu beberapa tahum dan kembalinya itu secara berangsur-angsur melalui penyusutan depresiasi. Dari pembahasan di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa yang dimaksud dengan pembiayaan investasi adalah pembiayaan jangka menengah atau jangka panjang untuk pembelian barang-barang modal yang diperlukan. 42

c.4 Pembiayaan Konsumtif Syariah

Pembiayaan konsumtif diperlukan oleh pengguna dana untuk memenuhi kebutuhan konsumsi dan akan habis dipakai untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Kebutuhan konsumsi dapat dibedakan atas kebutuhan primer dan kebutuhan sekunder. Kebutuhan primer adalah kebutuhan pokok baik berupa barang,seperti makanan, minuman, pakaian, dan tempat tinggal maupun berupa jasa, sepeti pendidikamn dasar dan pengobatan. Adapun kebutuhan sekunder adalah kebutuhan tambahan yang secara kuantitatif maupun kualitatif lebih tinggi atau lebih mewah dari kebutuhan primer, baik berupa barang, seperti makanan dan minuman, pakaianperhiasan, bangunan rumah, kendaraan dan sebagainya, maupun berupa jasa, seperti pendidikan, pelayanan, kesehatan, pariwisata, hiburan dan sebagainya. Pada umumnya bank konvensional membatasi pemberian kredit untuk pemenuhan barang tertentu yang dapat disertai dengan bukti kepemilikan yang sah, seperti rumah dan kendaraan bermotor, yang kemudian menjadi barang jaminan utama. Adapun untuk pemenuhan kebutuhan jasa, bank meminta jaminan berupa barang lain yang dapat diikat sebagai collateral. Sumber pembayaran kembali atas pembiayaan tersebut berasal dari sumber pendapatan lain dan bukan dari eksploitasi barang yang dibiayai fasilitas ini.Menurut jenis akadnya dalam produk 43 pembiayaan syariah, pembiayaan Konsumtif dapat dibagi menjadi 5 bagian, yaitu: 39 6. Pembiayaan Konsumen Akad Murabahah 7. Pembiayaan Konsumen Akad Ijarah Muntahiya Bit Tamlik IMBT 8. Pembiayaan Konsumen Akad Ijarah 9. Pembiayaan Konsumen Akad Isthisna 10. Pembiayaan Konsumen Akad Qard Dalam menetapkan akad pembiayaan konsumtif, langkah-langkah yang perlu dilakukan bank adalah sebagai berikut: 4. Apabila kegunaan pembiayaan yang dibutuhkan nasabah adalah untuk kebutuhan konsumtif semata, harus dilihat dari sisi apakah pembiayaan tersebut berbentuk pembelian barang atau jasa. 5. Jika untuk pembelian barang, faktor selanjutnya yang harus dilihat adalah apakah barang tersebut berbentuk ready stock atau good in process. Jika ready stock, pembiayaan yang diberikan adalah pembiayaan murabahah. Namun, jika berbentuk goods in process, yang harus dilihat berikutnya adalah dari sisi apakah proses barang tersebut memerlukan waktu dibawah 6 bulan atau lebih. Jika dibawah 6 bulan, pembiayaan yang diberikan adalah pembiayaan salam. Jika proses barang tersebut memerlukan waktu lebih dari 6 bulan, pembiayaan yang diberikan adalah istishna. 39 Adiwarman Karim, Bank Islam Analisis Fiqh dan Keuangan, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada 2006, h 244 44 6. Jika pembiayaan tersebut dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan nasabah dibidang jasa, pembiayaan yang diberikan adalah ijarah.

c.4 Pembiayaan Sindikasi

Secara definitif, yang dimaksud dengan pembiayaan sindikasi adalah pembiayaan yang diberikan oleh lebih dari satu lembaga keuangan bank untuk satu objek pembiayaan tertentu.Pada umumnya, pembiayaan ini diberikan bank kepada nasabah korporasi yang memiliki nilai trnasaksi yang sangat besar. c.5 Pembiayaan Berdasarkan Take Over Salah satu bentuk jasa pelayanan keuangan bank syariah adalah membantu masyarakat untuk mengalihkan transaksi non syariah yang telah berjalan menjadi transaksi yang sesuai dengan syariah.Dalam hal ini, atas permintaan nasabah bank syariah melakukan pengambila alihan hutang nasabah di bank konvensional dengan cara memberikan jasa hiwalah atau dapat juga menggunakan qard, disesuaikan dengn ada atau tidaknya unsur bunga dalm hutang nasabah kepada bank konvensional. Setelah nasabah melunasi kewajibannya kepada bank konvensional, transaksi yang terjadi adalah adalah transaksi antara nasabah dengan bank syariah. Dengan demikian yang dimaksud dengan pembiayaan take over adalah pembiayaan yang timbul sebagai akibat dari take over terhadap transaksi nonsyariah yang telah berjalan yang dilakukan oleh bank atas permintaan nasabah. 45

c.6 Pembiayaan Letter of Credit LC

Secara definisi, yang dimaksud dengan pembiayaan Letter of Credit LC adalah pembiayaan yang diberikan dalam rangka memfasilitasi transaksi impor atau ekspor nasabah. Pada umumnya, pembiayaan LC dapat menggunakan beberapa akad, yaitu: 1. Pembiayaan LC Impor Berdasarkan Fatwa Dewan Syariah Nasional Nomor 34DSN- MUIIX 2002, akad yang dapat digunakan untuk pembiayaan LC Impor adalah: a. Wakalah bil Ujrah; b. Wakalah bil Ujrah dengan Qardh; c. Murabahah; d. Salam atau Istishna‟ dan Murabahah; e. Wakalah bil Ujrah dan mudharabah; f. Musyarakah; dan g. Wakalah bil Ujrah dan Hawalah. 2. Pembiayaan LC Ekspor Berdasarkan Fatwa Dewan Syariah Nasional Nomor 35DSN- MUIIX2002, akad yang dapat digunakan untuk pembiayaan LC Ekspor adalah: a. Wakalah bil Ujrah; 46 b. Wakalah bil Ujrah dan Qardh; c. Wakalah bil Ujrah dan mudharabah; d. Musyarakah; dan e. Ba‟I dan Wakalah. 47

BAB III GAMBARAN UMUM BANK TABUNGAN NEGARA BTN KANTOR

CABANG PEMBANTU SYARIAH CIPUTAT A. Sejarah Singkat BTN Syariah BTN Syariah merupakan Strategic Business Unit SBU dari Bank BTN yang menjalankan bisnis dengan prinsip syariah. Mulai beroperasi pada tanggal 14 februari 2005 melalui pembukaan Kantor Cabang Syariah pertama di Jakarta. Pembukaan SBU ini guna melayani tingginya minat masyarakat dalam memanfaatkan jasa keuangan syariah dan memperhatikan keunggulan prinsip perbankan syariah. Adanya fatwa MUI tentang bunga bank, serta melaksanakan hasil RUPS tahun 2004. 40 Dalam prakteknya ternyata bank syariah bukan hanya diminati oleh kalangan umat muslim, tetapi juga dimanfaatkan oleh kalangna non muslim, baik dalam kapasitasnya sebagai nasabah, karyawan maupun pemilik. Hal ini menunjukana bahwa Bank Syariah merupakan Bank yang universal dan tidak semata-mata dimanfaatkan atas pertimbangan agama, tetapi juga pertimbangan ekonomis dan manfaatnya. Untuk mengantisipasi kecenderungan tersebut, maka BTN Unit Usaha Syariah berdiri berdiri berdasarkan risalah RUPS tanggal 16 januari 2004 dan perubahan Anggaran Dasar dengan akta No. 29 tanggal 27 oktober 2004 oleh Emi Sulistyowati,SH Notaris di Jakarta yang ditandai dengan terbentuknya Divisi 40 www.btn.syariah.com , diakses pada senin 16 januari 2017. 48 Syariah berdasarkan Ketetapan Direksi No. 14DIRDSYA2004 tanggal 4 November 2004. BTN telah pula mendapatkan izin prinsip operational Unit Usaha Syariah dari Bank Indonesia melalui surat BI No. 61350DPbs tanggal 15 Desember 2004. Selanjutnya BTN Unit Usaha Syariah disebut “BTN Syaraiah” dengan “Moto Maju dan Sejahtera Bersama”. 41 Perkembangan jaringan UUS bank BTN telah memiliki jaringan yang tersebar di seluruh Indonesia dengan rincian sebagai berikut: 1. Kantor Cabang Syariah = 22 unit 2. Kantor Cabang Pembantu Syariah = 21 unit 3. Kantor Kas Syariah = 7 unit 4. Kantor Layanan Syariah = 240 unit Dalam pelaksanaan kehiatannya, Unit Usaha Syariah didampingi oleh Dewan Pengawas Syariah DPS yang bertindak sebagai pengawas, penasehat dan pemberi saran kepada Direksi, Pimpinan Divisi Syariah dan Pimpinan Kantor Cabang Syariah mengenai hal-hal yang terkait dengan prinsip syariah. Dewan Pengawas Syariah adalah badan independent yang ditempatkan oleh Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia DSN-MUI pada bank. Dewan Pengawas Syariah terdiri dari: 42 1. Drs. H. Ahmad Nazri Adlani sebagai Ketua DPS. 2. Drs. H. Mohammad Hidayat, MBA, MBL sebagai Anggota DPS. 3. Ir. Muhammad Syakir Sula, AAIJ, FIIS. QIP sebagai Anggota DPS. 41 Bank BTN, Laporam Tahunan Annual Report, Jakarta, 2006. h. 85 42 Bank BTN, Laporam Tahunan Annual Report, Jakarta, 2006. h. 85 49 Pada tahun 2006, BTN telah mengoperasikan 9 sembilan Kantor Cabang Syariah dan 27 dua puluh tujuh Kantor Layanan Syariah Office Chnneling pada kantor-kantor cabang pembantu konvensional. Kantor cabang syariah tersebar berada di Jakarta, Bandung, Makassar, Surabaya, Yogyakarta, Solo, Malang, Medan dan Batam. 43 BTN Syariah yang baru beroperasi kurang dari dua tahun membukukan laba pada tahun 2006 sebesar Rp 1,65 miliar dengan asset Rp 413,03 miliar dan pembiayaan Rp 256,89 miliar serta berhasil mendapatkan beberapa penghargaan baik untuk kinerja tahun 2005 maupun pencapaian kinerja tahun 2006 yaitu: 44 1. The Best Customer Service and Teller dari Karim Business Consulting tahun 2005. 2. The Most Growing Earning Asset Share Unit Usaha Syariah untuk kelomok asset 100 milir rupiah tahun 2006. Di Jakarta, serta Surat Keputusan Menteri Keuangan No. 145KMK.01200 tanggal 16 Mei 2000 dan No. 150KMK.012000 tanggal 17 Mei 2000. 3. The Best Sharia Unit Overall peringkat ke 2 Unit Usaha Syariah untuk kelompok asset 100 miliar rupiah. Penghargaan ini diserahkan pada acara Islamic Finance Summit 2007 untuk Islamic Finance Quality Award Islamic Financial Award 2006 oleh Karim Business Consulting. 43 Bank BTN, Laporam Tahunan Annual Report, Jakarta, 2006. h. 86 44 Bank BTN, Laporam Tahunan Annual Report, Jakarta, 2006. h. 86 50

B. Tujuan