19
BAB II LANDASAN TEORI
A. Manajemen Risiko
a. Pengertian Risiko
Para pakar manajemen risiko di dalam dan luar negeri memiliki banyak definisi mengenai apa itu risiko dan manajemen risiko. Namun
demikian, secara umum risiko dapat didefinisikan dengan bebagai cara, misalnya risiko didefinisikan sebagai kejadian yang merugikan, atau risiko
adalah penyimpangan hasil yang diperoleh dari yang diharapkan. Ada beberapa definisi risiko, antara lain:
1.
Risiko adalah kemungkinan yang tidak diharapkan.
2. Risiko adalah ketidakpastian atau
uncertainty
yang mungkin melahirkan kerugian
loss
,
3. Risiko adalah kejadian yang merugikan. Dalam bidang investasi risiko
diartikan sebagai kemungkinan hasil yang diperoleh menyimpang dari apa yang diharapkan.
20
4. Risiko merupakan bahaya, risiko adalah ancaman atau kemungkinan suatu
tindakan atau kejadian yang menimbulkan dampak yang berlawanan dengan tujuan yang ingin dicapai.
21
20
Drs. Kasidi, Manajemen Risiko Bogor: Ghalia Indonesia,2010, h. 4
21
Ferry N, Idroes, Manajemen Risiko Perbankan, Pemahaman Pendekatan 3 Pilar Kesepakatan Basel II Terkait Aplikasi Regulasi dan Pelaksanaannya di Indonesia, Jakarta: Rajawali Pers, 2011
hal. 4
20
5. Menurut Philip Best, menyatakan bahwa risiko adalah kerugian secara
financial, baik secara langsung maupun tidak langsung.
Dari berbagai definisi diatas dapat disimpulkan, risiko adalah kemungkinan terjadi penyimpangan dari harapan yang menimbulkan dampak
yang berlawanan dengan tujuan yang ingin dicapai.
b. Pengertian Manajemen Risiko
Ahmad Slamet dan Hoscaro dalam tulisannya “ Manajemen Risiko Bank Syariah” menyatakan, bahwa risiko dapat di definisikan sebagai suatu
potensi terjadinya suatu peristiwa
events
yang dapat menimbulkan kerugian.
22
Risiko dalam konteks perbankan merupakan suatu kejadian potensial, baik yang dapat diperkirakan
anticipated
maupun yang tidak dapat diperkirakan
unancipated
yang berdampak negatif terhadap pendapatan dan permodalan bank. Risiko-risiko tersebut tidak dapat dihindari, tetapi dapat
dikelola dan dikendalikan.
23
Manajemen risiko sebagai suatu metode logis dan sistematik dalam identifikasi, kuantifikasi, menentukan sikap, menetapkan solusi, serta
melakukan monitor dan pelaporan risiko yang berlangsung pada setiap aktifitas atau proses.
24
22
Rachmadi Usman, Aspek Hukum Perbankan Syariah di Indonesia Jakarta: Sinar Grafika, 2012 Cet ke 1 h. 290
23
Adiwarman A. Karim, Bank Islam, Analisis Fiqih dan Keuangan Jakarta: RajaGrafindo Persada,200 Ed. 3-4 h. 255
24
Ferry N, Idroes, Manajemen Risiko Perbankan, Pemahaman Pendekatan 3 Pilar Kesepakatan Basel II Terkait Aplikasi Regulasi dan Pelaksanaannya di Indonesia, hal. 5
21
Manajemen risiko adalah serangkaian metodologi yang digunakan untuk mengidentifikasi, mengukur, memantau, dan mengendalikan risiko yang
timbul dari kegiatan usaha bank. Dapat disimpulkan bahwa manajemen risiko adalah cara untuk
mengidentifikasi, mengukur, memantau dan mengendalikan risiko yang kemungkinan timbul pada aktifitas fungsional bank, yang dapat merugikan
pendapatan dan permodalan bank.
c. Jenis-jenis Risiko Perbankan Syariah
Bank Indonesia telah mengidentifikasi jenis-jenis risiko yang akan dihadapi industri perbankan pada umumnya, yang meliputi sebagai berikut:
c.1 Risiko Kredit
Risiko kredit adalah risiko akibat kegagalan debitur dan atau pihak lain
counterparty
dalam memenuhi kewajiban kepada bank.Termasuk dalam kelompok risiko kredit adalah risiko konsentrasi kredit. Risiko
konsentrasi kredit merupakan risiko yang timbul akibat terkonsentrasinya penyediaan dana kepada satu pihak atau sekelompok pihak, industry,
sector dan atau area geografis tertentu berpotensi menimbulkan kerugian cukup besar yang dapat mengancam kelangsungan usaha bank.
25
Risiko
kredit dapat timbul karena beberapa hal, antara lain:
a. Adanya kemungkinan pinjaman yang diberikan oleh bank atau obligasi
surat utang yang dibeli oleh bank tidak dibayar.
25
Adiwarman A. Karim, Bank Islam, Analisis Fiqih dan Keuangan h. 292-293
22
b. Tidak dipenuhinya kewajiban, dimana bank yang terlibat di dalamnya
dapat melalui pihak lain, misalnya kegagalan memenuhi kewajiban pada kontrak derivatif.
c. Penyelesaian dengan nilai tukar, suku bunga, dan produk derivatif.
Kerugian risiko kredit dapat timbul sebelum terjadinya
default
, sehingga risiko kredit itu didefinisikan sebagai potensi kerugian nilai
market to market
yang mungkin timbul karena pemberian kredit oleh bank.
c. 2 Risiko Pasar
Market Risk
Risiko pasar adalah suatu risiko yang timbul karena menurunnya nilai suatu investasi karena pergerakan pada faktor-faktor pasar. Risiko
pasar antara lain terdapat pada akitivitas fungsional bank seperti kegiatan tresuri dan investasi dalam bentuk surat berharga dan pasar uang maupun
penyertaan pada lembaga keuangan lainnya, penyediaan dana pinjaman dan bentuk sejenis, dan kegiatan pendanaan dan penerbitan surat utang,
serta kegiatan pembiayaan perdagangan. Jenis risiko pasar meliputi risiko suku bunga, risiko nilai tukar,
risiko komoditas, dan risiko ekuitas.
26
Risiko suku bunga adalah risiko yang timbul sebagia akibat dari fluktuasi tingkat bunga. Meskipun bank
syariah tidak menetapkan tingkat bunga, baik dari sisi pendanaan maupun sisi pembiayaan, tetapi bank syariah tidak akan dapat terlepas dari risiko
tingkat bunga. Hal ini disebabkan pasar yang dijangkau oleh bank syariah
26
Rachmadi Usman, Aspek Hukum Perbankan Syariah di Indonesia, h. 293.
23
tidak hanya untuk nasabah-nasabah yang loyal penuh terhadap syariah. Oleh karena itu, bank syariah menghadapi hal yang semacam tingkat
bunga berupa
pricing risk
yaitu: a.
Direct Competitior Market Rate
DCMR, yaitu tingkat bagi hasil dari bank-bank yang menjalankan usahanya dengan prinsip syariah.
b.
Indirect Competitor Market Rate
ICMR, yaitu tingkat bunga pada bank-bank konvensional.
c.
Expected Competitive Return for Investor,
yaitu hasil investasi yang kompetitif yang diharapkan oleh investor.
Bila terjadi bagi hasil pendanaan syariah lebih kecil dari tingkat bunga nasabah dapat dipindah ke bank konvensional, sebaliknya pada
sisi
financing,
bila margin yang dikenakan lebih besar dari tingkat bunga maka nasabah dapat beralih ke bank konvensional.
Berikut adalah beberapa contoh risiko yang terkait dengan tingkat bunga sebagai berikut:
a. Dalam pembiayaan
murabahah,
margin tidak dapat dinaikkan dari ketetapan di awal akad. Apabila terjadi kenaikan suku bunga, maka
pendapatan margin dari pembiayaan
murabahah
menjadi lebih kecil dibanding pendapatan bunga.
b. Harga barang dalam
salam
ditetapkan dan dibayar dimuka pada saat kontrakakad ditanda tangani. Apabila terjadi kenaikan suku bunga,
maka margin dalam piutang salam yang ditetapkan menjadi lebih
24
rendah dibanding tingkat bunga. Akibat selanjutnya, bagi hasil yang diberikan kepada nasabah tidak kompetitif.
c. Pembiayaan sewa ditetapkan di muka dan dapat diubah di kemudian
hari, tetapi
harus berdasarkan
kesepakatan kedua
belah pihak,.Keharusan adanya kesepakatan ini, tidak mudah bagi bank
untuk melakukan penyesuaian harga sewa meskipun suku bunga pada bank konvensional meningkat.
d. Dalam pembiayaan
mudharabah
dan
musyarakah,
tingkat nisbahbagi hasil dapat diubah dikemudian hari, tetapi harus
disepakati oleh masing-masing pihak. Hal ini terjadi terutama dalam pembiayaan dikaitkan dengan transaksi
murabahah
, bila kenaikan nisbah tidak disepakati, bank hanya akan memperoleh bagi hasil atas
margin
murabahah
dalam jumlah tetap sebagaimana lazimnya dalam pembiayaan
murabahah.
27
Risiko nilai tukar adalah risiko akibat perubahan nilai posisi
trading book
dan
banking book
yang disebabkan oleh perubahan nilai tukar valuta asing atau perubahan harga emas.
Risiko komoditas adalah risiko akibat perubahan harga instrument keuangan dari posisi
trading book
dan
banking book
yang disebabkan oleh perubahan harga komoditas. Risiko ekuitas adalah
27
Adiwarman A. Karim, Bank Islam, Analisis Fiqih dan Keuangan h. 272-273.
25
risiko akibat perubahan harga instrument keuangan dari posisi
trading book
yang disebabkan oleh perubahan harga saham.
28
c.3 Risiko Likuiditas
Liquidity Risk
Risiko likuiditas adalah risiko yang antara lain disebabkan oleh ketidak mampuan bank untuk memenuhi kewajibannya pada saat jatuh
tempo.
29
Risiko likuiditas dapat dikategorikan sebagai berikut: 1.
Risiko likuiditas pasar, yaitu risiko yang timbul karena bank tidak mampu melakukan
offsetting
posisi tertentu dengan harga pasar karena
kondisi likuiditas pasar tidak memadai atau terjadi gangguan di pasar.
2. Risiko likuiditas pendanaan, yaitu risiko yang timbul karena bank tidak
mampu mencairkan asetnya atau memperoleh pendanaan dari sember dana lain
30
.
Sebagaimana bank-bank pada umumnya, bank syariah bank
syariah juga menghadapi risiko likuiditas sebagai berikut:
a. Turunnya kepercayaan nasabah terhadap sistem perbankan, khususnya
perbankan syariah. b.
Turunnya kepercayaan nasabah pada bank syariah yang bersangkutan. c.
Ketergantungan pada sekelompok deposan. d.
Dalam
mudharabah
kontrak, memungkinkan nasabah untuk menarik dananya kapan saja, tanpa pemberitahuan terlebih dahulu.
28
Rachmadi Usman, Aspek Hukum Perbankan Syariah di Indonesia, h. 293.
29
Adiwarman A. Karim, Bank Islam, Analisis Fiqih dan Keuangan, h.274.
30
Rachmadi Usman, Aspek Hukum Perbankan Syariah di Indonesia, h. 294
26
e.
Mismatching
antara dana jangka pendek dengan pembiayaan jangka panjang.
f. Keterbatasan instrument keuangan untuk solusi likuiditas.
g. Bagi hasil antar bank kurang menarik, karena
final settlement
-nya harus nunggu selesainya perhitungan
cash basis
pendapatan bank yang biasanya baru terlaksana pada akhir bulan.
Risiko likuiditas dapat melekat pada aktivitas fungsional perkreditan penyediaan dana,
tresuri
dan investasi, kegiatan pendanaan dan instrument utang. Pengelolaan likuiditas ini sangat penting karena
kekurangan likuiditas dapat menggangu bukan hanya bank tersebut namun system perbankan secara keseluruhan.
c.4 Risiko Operasional Operational Risk
Risiko yang diakibatkan ketidakcukupan atau tidak berfungsinya proses internal, kesalahan manusia, kegagalan system, dan adanya
kejadian-kejadian eksternal yang mempengaruhi operasional bank. Risiko operasional dapat menimbulkan kerugian keuangan secara langsung
maupun tidak langsung dan kerugian potensial atas hilangnya kesempatan memperoleh keuntungan. Risiko operasional dapat melekat pada setiap
aktivitas fungsional bank, seperti kegiatan perkreditan penyedia dana,
tresuri
dan investasi, operasional dan jasa, pembiayaan perdagangan, pendanaan dan instrumen utang, tekhnologi dan sistem informasi, dan
27
sistem informasi manajemen, serta pengelolaan sumber daya manusia.Ada tiga faktor yang menjadi penyebab timbulnya risiko ini, yaitu:
a. Infrastruktur,
seperti Tekhnologi,
Kebijakan, Lingkungan,
Pemngamanan, Perselisihan dan sebaginya. b.
Proses, dan c.
Sumber daya.
c.5 Risiko Kepatuhan
Compliance Risk
Risiko kepatuhan adalah risiko yang disebabkan oleh tidak patuhinya ketentuan-ketentuan yang ada, baik ketentuan internal maupun
eksternal, sebagai berikut: a.
Ketentuan Giro Wajib Minimum,
Net Open Position, Non Performing Financing,
dan Batas Pemberian Maksimum Pemberian Pembiayaan. b.
Ketentuan dalam penyediaan produk. c.
Ketentuan dalam pemberian pembiayaan. d.
Ketentuan dalam pelaporan baik laporan internal, laporan kepada Bank Indonesia, maupun laporan kepada pihak ketiga lainnya.
e. Ketentuan Perpajakan.
f. Ketentuan dalam akad dan kontrak.
g. Fatwa Dewan Syariah Nasional.
c.6 Risiko Hukum
28
Risiko hukum adalah risiko yang diakibatkan oleh tuntutan hukum atau kelemahan aspek yuridis, antara lain disebabkan oleh ketiadaan
peraturan perundang-undangan yang mendukung, atau kelemahan perikatan seperti tidak dipenuhinya syarat sahnya kontrak dan pengikatan
agunan yang tidak sempurna.Dalam kaitan dengan risiko hukum ini, hal- hal yang harus diperhatikan adalah:
a. Keharusan memiliki kebijakan dan prosedur secara tertulis,
b. Keharusan melaksanakan prosedur analisis aspek hukum terhadap
produk dan aktivitas baru. c.
Keharusan memiliki satuan kerja yang berfungsi sebagai “legal
watch”
,
tidak saja terhadap hukum positif tetapi juga terhadap fatwa DSN dan ketentuan-ketentuan lainnya berdasarkan prinsip syariah.
d. Keharusan menilai dampak perubahan ketentuanperaturan terhadap
risiko hukum. e.
Keharusan untuk menerapkan sanksi secara konsisten. f.
Keharusan untuk melakukan kajian secara berkala terhadap akad, kontrak dan perjanjian-perjanjian bank dengan pihak lain dalam hal
efektivitas dan
enforceability
c.7 Risiko Reputasi
Reputation Risk
Risiko repuatsi adalah risiko yang antara lain disebabkan oleh adanya publikasi negatif yang terkait dengan kegiatan bank atau adanya
29
persepsi negatif terhadap bank.Hal-hal yang sangat berpengaruh terhadap reputasi antara lain:
a. Manajemen
b. Pemegang saham
c. Pelayanan yang disediakan
d. Penerapan prinsip-prinsip syariah
e. Publikasi
c.8 Risiko Strategik
Strategic Risk
Risiko strategik adalah risiko yang antara lain disebabkan oleh adanya penetapan dan pelaksanaan strategik bank yang tidak tepat,
pengambilan keputusan bisnis yang tidak tepat atau bank yang tidak mematuhi atau tidak melaksanakan perubahan perundang-undangan dan
ketentuan lain yang berlaku. Pengelolaan risiko kepatuhan dilakukan melalui penerapan sistem pengendalian secara internal secara konsisten.
Dampak dari Risiko Operasi yang mencakup Risiko Reputasi, Risiko Kepatuhan, Risiko Strategi, dan Risiko Hukum ini dapat berupa:
1. Penarikan besar-besaran terhadap Dana Pihak Ketiga;
2. Timbul masalah likuiditas;
3. Ditutup oleh Bank Indonesia;
4. Kebangkrutan.
d. Proses Manajemen Risiko
30
Proses manajemen risiko pada zaman dahulu juga diterapkan oleh Nabi Yusuf as. Kisah tersebut tercantum dalam Al-
Qur’an Surat Yusuf ayat 46- 49 yang menceritakan tentang pertanyaan raja Mesir mengenai mimpinya
kepada Nabi Yusuf, di mana pada suatu ketika raja Mesir pernah bermimpi melihat tujuh ekor sapi betina yang gemuk dimakan oleh tujuh ekor sapi betina
yang kurus, melihat tujuh bulir gandum yang hijau dan tujuh bulir gandum yang kering. Dari kisah tersebut dapat dikatakan bahwa telah timbul suatu
risiko yang menimpa negeri Yusuf yaitu pada tujuh tahun kedua akan timbul kekeringan yang dahsyat. Mendengar cerita mengenai mimpi sang raja,
kemudian yusuf memberikan saran agar seluruh rakyat menyimpan sebagian hasil panennya dengan tujuan menghindari bahaya kelaparan akibat musim
paceklik yang akan menimpa negeru tersebut. Proses manajemen risiko yang diterapkan Nabi Yusuf melalui tahapan pemahaman risiko, evaluasi dan
pengukuran risiko, serta pengelolaan risiko.
31
Selain itu, Allah SWT juga berfirman dalam Surat Al-Hasyr ayat 18:
بخ هّّا ّإ هّّا ا قّا ّغّ ْتمّق ام سْفن ْرظْنتّْ هّّا ا قّا ا نمآ نيذّا ا يأ اي ّ َّّْْ اَِ رر
٨١
Yang artinya :Wahai orang-orang yang beriman Bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap orang memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk
hari esok akhirat, dan bertakwalah kepada Allah. Sungguh, Allah Mahateliti terhadap apa yang kamu kerjakan.
Manajemen risiko selain meliputi aktivitas pengembangan perangkat, alat, dan tekhnik dalam pengelolaan risiko, juga merupakan suatu
31
Rika Fitrianti, Manajemen Risiko Pembiayaan Pada BRI Syariah Kantor Cabang Pembantu Cipulir,2014 h. 21-22
31
proses manajemen secara umum memiliki siklus perencanaan, pelaksanaan, monitoring dan pengendalian serta tindakan korektif. Sebagai suatu proses
manajemen, dalam proses manajemen risiko terdiri dari dua kelompok aktivitas, yaitu manajemen risiko dan pengendalian risiko. Manajemen risiko
bertujuan memaksimalkan pendapatankeuntungan sambil meminimumkan tingkat risiko yang dihadapi dengan faktor pembatas tingkat modal yang
tersedia. Sedangkan pengendalian risiko adalah proses independen untuk mengidentifikasi, mengukur, mengantisipasi, dan melaporkan tingkat risiko
yang dihadapi, keuntunganpendapatan, dan modal yang digunakan.
32
Dalam pelaksanaannya,
proses identifikasi,
pengukuran, pemantauan dan pengendalian risiko memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
1. Identifikasi risiko dilaksanakan dengan melakukan analisis terhadap:
a. Karakteristik risiko yang melekat pada aktivitas fungsional,
b. Risiko dari produk dan kegiatan usaha.
2. Pengukuran risiko dilaksanakan dengan melakukan:
a. Evaluasi secara berkala terhadap kesesuaian asumsi, sumber data dan
prosedur yang digunakan untuk mengukur risiko, b.
Penyempurnaan terhadap system pengukuran risiko apabila terdapat perubahan kegiatan usaha, produk, transaksi dan faktor risiko yang
bersifat material. 3.
Pemantauan risiko dilaksanakan dengan melakukan:
32
Veithzal Rivai dan Arviyan Arifin, Islamic Banking System Bank Islam Bukan Hanya Solusi Menghadapi Krisis Namun Solusi dalam Menghadapi Berbagai Persoalan Perbankan dan Ekonomi
Global, Jakarta: Bumi Askara 2010, h. 954.
32
a. Evaluasi terhadap eksposur risiko,
b. Penyempurnaan proses pelaporan apabila terdapat perubahan kegiatan
usaha, produk, transaksi, faktor risiko, tekhnologi informasi dan system informasi manajemen risko yang bersifat material.
4. Pengendalian Risiko
Tahap ini dilakukan untuk melihat kemungkinan penyempurnaan tahapan analisis risiko yang diakibatkan oleh perubahan lingkungan.Langkah tersebut
dilanjutkan dengan penambahan serta penyempurnaan perencanaan risiko perusahaan.Selain itu, dengan adanya pengawasan dan pengendalian risiko
berjalan sesuai rencana, memastikan bahwa pengelolaan risiko cukup efektif, dan memantau perkembangan terhadap kecenderungan berubahnya profil
risiko, karena perubahan ini berpengaruh pada pergeseran peta risiko dan prioritas risiko.
33
Pelaksanaan proses pengendalian risiko, digunakan untuk mengelola risiko tertentu yang dapat membahayakan kelangsungan usaha
bank.
34
e. Tujuan Manajemen Risiko
Diterapkannya proses suatu manajemen risiko di dalam ruang lingkup manajemen perusahaan tentunya memiliki tujuan-tujuan yang hendak
dicapai. Tujuan manajemen risiko menurut Soeisno Djojosoedarso adalah sebagai berikut:
35
33
Veithzal Rivai, Bank and Financial Institution Management: Conventional and Sharia System,Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2007, Terje, h. 29
34
Adiwarman A. Karim, Bank Islam, Analisis Fiqih dan Keuangan h. 260.
35
Soeisno Djojosoedarso, Prinsip-prinsip Manajemen Risiko dan Asuransi, Jakarta: Salemba Empat, 1999, h. 12
33
a. Tujuan sebelum terjadinya peril
36
Tujuan yang ingin dicapai menyangkut hal-hal sebelum terjadinya peril antara lain:
1. Hal-hal yang bersifat ekonomis, misalnya upaya penanggulangan
kemampuan kerugiandengan cara yang paling ekonomis melalui tekhnik analisis keuangan.
2. Hal-hal yang bersifat non ekonomis, misalnya upaya untuk
mengurangi kecemasan dan ketakutan, sehingga dengan adanya penanggulangan maka kondisi tersebut dapat diatasi.
b. Tujuan sesudah terjadinya peril
Tujuan yang ingin dicapai menyangkut hal-hal sesudah terjadinya peril dapat berupa:
1. Menyelamatkan operasi perusahaan, artinya perusahaan harus dapat
mengupayakan pencarian strategi bagaimana agar kegiatan perusahaan dapat berjalan setelah perusahaan terkena peril.
2. Mengupayakan agar pendapatan perusahaan tetap mengalir, meskipun
tidak sepenuhnya, paling tidak cukup menutupi biaya variabelnya. 3.
Mencari upaya agar operasi perusahaan tetap berlanjut setelah perusahaan terkena peril.
4. Berupaya tetap dapat melakukan tanggung jawab sosial terhadap
perusahaan.
36
Peril adalah peristiwa atau kejadian yang menimbulkan kerugian.
34
B. Pembiayaan