2.2 Landasan Teori 2.2.1 Pemerolehan Bahasa
Pemerolehan bahasa adalah proses pemahaman dan penghasilan bahasa pada manusia melalui beberapa tahap, mulai dari meraban sampai kefasihan
penuh Kridalaksana 2008: 178. Pemerolehan bahasa atau akuisi bahasa adalah proses yang berlangsung di dalam otak seorang anak-anak ketika anak
memperoleh bahasa pertamanya atau bahasa ibunya Chaer 2009: 167. Pemerolehan bahasa tidak sama dengan pembelajaran bahasa. Pembelajaran
bahasa menyangkut proses-proses yang berlaku di dalam otak pusat bahasa pada waktu seseorang sedang mempelajari bahasa baru, biasanya bahasa asing tapi
bisa juga bahasa ibunya yang menjadi bahasa nasionalnya, setelah anak seseorang itu selesai memperoleh bahasa ibunya dengan sempurna Simanjuntak
2009: 104. Ada dua proses yang terjadi ketika seorang anak-anak sedang memperoleh bahasa pertamanya, yaitu proses kompetensi dan proses performansi.
Kompetensi adalah proses penguasaan tata bahasa yang berlangsung secara alami. Proses kompetensi ini menjadi syarat untuk terjadinya proses performansi yang
terdiri atas dua buah proses, yakni proses pemahaman dan proses penerbitan atau proses menghasilkan kalimat-kalimat.
2.2.2 Psikolinguistik
Secara etimologi kata psikolinguistik terbentuk dari kata psikologi dan kata linguistik, yakni dua bidang ilmu yang berbeda, yang masing-masing berdiri
sendiri, dengan prosedur dan metode yang berlainan. Namun, keduanya sama-
Universitas Sumatera Utara
sama meneliti bahasa sebagai objek formalnya. Hanya objek materialnya yang berbeda, linguistik mengkaji struktur bahasa, sedangkan psikologi mengkaji
perilaku berbahasa atau proses berbahasa. Dengan demikian cara dan tujuannya juga berbeda.
Meskipun cara dan tujuannya berbeda, tetapi banyak juga bagian-bagian objeknya yang dikaji dengan cara yang sama dan dengan tujuan yang sama, tetapi
dengan teori yang berlainan. Oleh karena itu, dirasa perlu adanya kerja sama di antara kedua disiplin ini untuk mengkaji bahasa dan hakikat bahasa Chaer 2009:
5. Istilah psikolinguistik lahir pada tahun 1954, yakni tahun terbitnya buku
Psycholinguistics : A Survey of Theory and Research Problems yang disunting oleh Charles E. Osgood dan Thomas A. Sebeok, di Bloomington, Amerika Serikat.
Psikolingustik mencoba menguraikan proses-proses psikologi yang berlangsung jika seseorang mengucapkan kalimat-kalimat yang didengarnya pada waktu
berkomunikasi, dan bagaimana kemampuan berbahasa itu diperoleh manusia Slobin, 1974; Meller, 1964; Cazahu, 1973 dalam Chaer 2009: 5. Secara teoretis
tujuan utama psikolinguistik adalah mencari satu teori bahasa yang secara linguistik bisa diterima dan secara psikologi dapat menerangkan hakikat bahasa
dan pemerolehannya.
Universitas Sumatera Utara
2.2.3 Psikolinguistik Behaviorisme
Psikolinguistik behavioristik melahirkan aliran yang disebut psikolinguistik perilaku. Tujuan utama psikologi perilaku adalah mencoba
mengkaji perilaku manusia yang berupa reaksi apabila suatu rangsangan terjadi, dan selanjutnya bagaimana mengawasi dan mengontrol perilaku itu. Teori
behaviorisme ini diperkenalkan oleh John B. Watson 1878-1958 seorang ahli psikologi berkebangsaan Amerika Chaer 2009: 3. Watson dikenal sebagai Bapak
Behaviorisme karena prinsip-prinsip pembelajaran barunya berdasarkan teori Stimulus- Respons Bond. Menurut behaviorisme yang dianut Watson tujuan utama
psikologi adalah membuat prediksi dan pengendalian terhadap perilaku; dan sedikit pun tidak ada kaitannya dengan kesadaran. Psikologi menurut teori ini
hanya mengkaji benda-benda atau hal-hal yang dapat diamati secara langsung, yaitu rangsangan stimulus dan gerak balas respons; sedangkan hal-hal yang
terjadi dalam otak tidak berkaitan dengan kajian ini. Para pakar psikologi perilaku ini hanya mengkaji peristiwa-peristiwa yang
dapat diamati, yang nyata dan konkret, yaitu prilaku manusia atau tingkah laku manusia. Pandangan behaviorisme menekankan bahwa proses pemerolehan
bahasa pertama dikendalikan dari luar diri anak, yaitu oleh rangsangan yang diberikan melalui lingkungan. Istilah bahasa bagi kaum behavioris dianggap
kurang tepat karena istilah bahasa itu menyiratkan suatu wujud, sesuatu yang dimiliki atau digunakan, dan bukan sesuatu yang dilakukan. Padahal bahasa itu
merupakan salah satu perilaku, di antara perilaku-perilaku manusia lainnya. Oleh
Universitas Sumatera Utara
karena itu, mereka lebih suka menggunakan istilah perilaku verbal verbal behavior agar tampak lebih mirip dengan perilaku lain yang harus dipelajari.
Menurut kaum behavioris kemampuan berbicara dan memahami bahasa oleh anak diperoleh melalui rangsangan dari lingkungannya. Anak dianggap
sebagai penerima pasif dari tekanan lingkungannya, tidak memiliki peranan yang aktif di dalam proses perkembangan perilaku verbalnya. Proses perkembangan
bahasa terutama ditentukan oleh lamanya latihan yang diberikan oleh lingkungannya. Kaum behavioris berpendapat rangsangan stimulus dari
lingkungan tertentu memperkuat kemampuan berbahasa anak. Perkembangan bahasa mereka pandang sebagai suatu kemajuan dari pengungkapan verbal yang
berlaku secara acak sampai kepada kemampuan yang sebenarnya untuk berkomunikasi melalui prinsip pertalian S-R stimulus-respons dan proses
peniruan-peniruan Chaer 2009: 222— 223.
2.3 Tinjauan Pustaka