64
dengan cara memilih kata-kata yang juga dapat membangkitkan emosi pembaca. Fungsi terakhir adalah ideological function. Dalam roman ini narator beberapa
kali meyampaikan pesan moral atau sesuatu yang bisa dijadikan pelajaran. Salah satu contohnya adalah saat narator mengingatkan pembaca betapa berharganya
keluarga, terutama ibu.
E. Keterbatasan Penelitian
Dalam penelitian ini masih terdapat banyak kekurangan dikarenakan keterbatasan yang dimiliki oleh peneliti, sehingga menyebabkan hasil penelitian
ini menjadi kurang maksimal. Adapun keterbatasan penelitian tersebut sebagai berikut.
1. Peneliti masih pemula, sehingga peneliti memiliki banyak kekurangan baik
dari segi pengetahuan maupun dalam kinerja pelaksanaan penelitian. 2.
Buku teori naratologi dari Gérard Genette yang digunakan oleh peneliti berbahasa Inggris, sehingga sedikit menyulitkan peneliti dalam memahami
beberapa bagian dari teori naratologi Gérard Genette tersebut. 3.
Masih sedikit penelitian sastra yang mengkaji teori naratologi dari Gérard Genette, sehingga memungkinkan kurang tajamnya analisis.
65
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. Kesimpulan
Hasil analisis kajian naratologi terhadap roman Reckless – Steinernes
Fleisch karya Cornelia Funke meliputi hal-hal sebagai berikut. 1.
Roman Reckless – Steinernes Fleisch beralur maju. Analepsis yang banyak ditemui di dalam roman ini hanya merupakan strategi penceritaan yang
bertujuan untuk menjelaskan hubungan kausalitas antar peristiwa yang terjadi. Selain menjelaskan hubungan kaualitas, analepsis juga digunakan
sebagai suspense yang membuat pembaca tertarik membaca roman ini hingga akhir.
2. Reckless – Steinernes Fleisch diceritakan dengan fokalisasi internal, yaitu
pemandang berada di dalam cerita atau pemandang merupakan salah satu tokoh dalam cerita. Fokalisasi internal Reckless
– Steinernes Fleisch bersifat variabel karena tidak konsisten pada satu tokoh, melainkan terdapat
pergantian tokoh sebagai pemandang. Pergantian tokoh sebagai pemandang ini bertujuan untuk menuturkan cerita secara utuh atau memberikan sarana
kesatuan internal cerita. Pergantian pemandang dalam roman ini juga sering kali bertujuan untuk mengenalkan serta menggambarkan fisik maupun watak
tokoh secara mendetail. 3.
Penceritaan dalam roman ini bersifat heterodiegetik karena kehadiran narator tidak terlihat atau tidak hadir sebagai tokoh. Narator yang posisinya berada di
luar penceritaan tersebut mengacu pada author narrator atau pengarang