Frekuensi Frequency Modus Mood

19 Dalam penceritaan ada kalanya suatu atau beberapa bagian peristiwa diringkas atau tidak diceritakan secara mendetail. Hal ini disebut dengan Summary atau ringkasan. Ringkasan bertolak belakang dengan adegan yang menampilkan peristiwa secara terperinci, karena penceritaan yang diringkas lebih singkat daripada peristiwa-peristiwa yang digambarkan.

3. Frekuensi Frequency

Frekuensi dalam naratologi merupakan hubungan frekuensi atau perulangan antara cerita dan penceritaan. Pada dasarnya suatu kejadian tidak hanya dapat terjadi sekali, melainkan dapat terjadi berulang kali. Contoh nyata adalah terbit dan tenggelamnya matahari. Peristiwa yang terulang bukan berarti peristiwa yang sama persis, melainkan peristiwa yang identik. Hal semacam ini juga terjadi pada penuturan cerita. Frekuensi peristiwa dalam cerita dan dalam penceritaan dapat dikategorikan menjadi beberapa jenis, sebagai berikut: 1 singularly, yaitu menceritakan sekali peristiwa yang terjadi 1N1S. Contoh: “Kemarin saya pergi ke kantor. ” 2 multiple-singulary, yaitu menceritakan n kali apa yang terjadi n kali nNn S. Contoh: “Pada hari Senin saya pergi ke kantor; Pada hari Selasa saya pergi ke kantor; Pada hari Rabu saya pergi ke kantor; Pada hari Kamis saya pergi ke kantor; Pada hari Jumat saya pergi ke kantor.” 3 repetitive, yaitu menceritakan beberapa kali peristiwa yang terjadi sekali nN1S. Contoh: “Kemarin saya pergi ke kantor; Kemarin saya pergi ke kantor; Kemarin saya pergi ke kantor; Kemarin saya pergi ke kantor. ” 4 iterative, yaitu menceritakan sekali 20 peristiwa yang terjadi beberapa kali. Contoh : “Minggu lalu saya pergi ke kantor selama lima hari berturut- turut”

4. Modus Mood

Kategori modus membahas tingkat kehadiran peristiwa yang diceritakan dalam teks. Menurut Plato via Genette, 1980: 165 terdapat dua macam cara penceritaan, yaitu pure narrative dan imitation. Dalam pure narative atau disebut juga dengan diegesis, pengarang menegaskan bahwa dia sendirilah yang menuturkan cerita. Sementara itu imitation atau mimesis adalah penceritaan yang membuat satu tokoh rekaan seolah menjadi penutur cerita. Tokoh ini dijadikan perantara pengarang dalam menuturkan cerita, jadi cerita seakan-akan dituturkan dari mulut orang lain. Jika diukur berdasarkan kuantitas informasi dan intensitas kemunculan narator, dalam mimesis kuantitas informasi maksimum, dan intensitas narator minimum. Hal tersebut berbanding terbalik dengan diegesis, yaitu kuantitas informasi minimum, sedangkan intensitas narator maksimum. Dari penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa modus berkaitan dengan dua hal, yaitu: 1 pengaturan banyak-sedikitnya informasi yang diberikan penceritaan; dan 2 pengaturan kemunculan narator. Jika dilihat dari sudut pandang kuantitas informasi dan intensitas kemunculan narator, maka bahasan mengenai modus dapat dikategorikan menjadi dua hal, yakni mengenai distance jarak dan perspective perspektif. 21 Perspektif merupakan persoalan mengenai sudut pandang karakter mana yang dipakai narator. Perspektif ini digunakan untuk menyelidiki sudut pandang yang dipakai dalam penceritaan, sedangkan untuk mengetahui siapa yang menjadi narator perlu melakukan analisis terhadap aspek tutur voice. Secara sederhana perspektif adalah tentang siapa yang memandang, sedangkan tutur adalah persoalan tentang siapa yang bicara. Dengan demikian, perspektif juga menyelidiki letak pemandang. Pemandang berbeda dengan orang yang berbicara atau narator. Dalam satu karya, narator bisa berwujud sosok yang sama sekali tidak muncul dan terlibat dalam cerita. Dia hanya menuturkan kisah yang dipandang oleh satu atau beberapa tokoh tertentu. Dengan demikian, pemandang dan narator sangat mungkin merupakan dua sosok berbeda sehingga untuk melacaknya harus menggunakan cara yang terpisah. Berkaitan dengan letak pemandang ini, Genette memakai istilah fokalisasi focalization. Fokalisasi dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu: 1 Penceritaan tidak berfokalisasi atau berfokalisasi nol, yaitu fokalisasi dengan pemandang yang secara mutlak berada di luar penceritaan; 2 Penceritaan berfokalisasi internal, yaitu fokalisasi dengan pemandang berada di dalam pengisahan atau pemandang adalah salah satu tokoh yang di dalam pengisahan tersebut. Fokalisasi jenis ini dibedakan lagi menjadi tiga jenis, yaitu: fixed atau tetap seluruh penceritaan dipandang melalui sudut pandang salah satu tokoh saja, variable atau berubah di dalam penceritaan ada pergantian pemandang dari satu tokoh ke tokoh lain, dan multiple atau jamak sebuah peristiwa dipandang melalui sudut pandang beberapa 22 tokoh; 3 Penceritaan berfokalisasi eksternal, yaitu fokalisasi dengan letak pemandang sama dengan letak pemandang pada kisah berfokal internal. Bedanya, dalam pengisahan berfokal luar, pembaca tidak mengetahui yang dipikirkan atau dirasakan pemandang.

5. Tutur Voice