Terapi Kombinasi Panas dan Dingin terhadap Cedera Hamstring

90 dibandingkan dengan terapi panas maupun terapi dingin. Mean terapi panas dingin lebih besar 5 poin dibandingkan terapi panas, dan lebih besar 3,4 poin dibandingkan terapi dingin. Hal ini berarti terapi kombinasi panas dingin memiliki tingkat efektifitas yang lebih baik dalam menangani cedera otot hamstring dibandingkan dengan terapi panas dan terapi dingin. Berdasarkan paparan diatas menunjukan bahwa selain terapi panas berfungsi untuk meningkatkan suhu jaringan pada otot, meningkatkan aliran darah pada kulit dengan cara melebarkan pembuluh darah yang dapat meningkatkan suplai oksigen dan nutrisi pada jaringan, meningkatkan metabolisme, meningkatkan elastisitas otot sehingga mengurangi kekakuan pada otot. Penanganan yang dialnjutkan dengan terapi dingin akan semakin memaksimalkan kesembuhan cedera otot hamstring yang dialami oleh mahasiswa FIK UNY. Terapi dingin akan membantu menyempurnakan terapi panas yang telah dilakukan sebelumnya yaitu dalam membantu mengurangi proses pembengkakan, mengurangi nyeri, mengurangi spasme otot, dan mengurangi resiko kematian sel sehingga penyembuhan cedera otot hamstring menjadi lebih maksimal. 91 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang disajikan pada bab terdahulu, maka terdapat beberapa kesimpulan di antaranya: 1. Terapi panas efektif menangani penyembuhan cedera otot hamstring pada mahasiswa FIK UNY. 2. Terapi dingin efektif menangani penyembuhan cedera otot hamstrin pada mahasiswa FIK UNY. 3. Kombinasi terapi panas dingin efektif menangani penyembuhan cedera otot hamstring pada mahasiswa FIK UNY. 4. Terdapat perbedaan efektifitas yang signifikan antara terapi panas, terapi dingin, dan kombinasi terapi panas dingin dalam menangani penyembuhan cedera otot hamstring. Terapi kombinasi panas dingin terbukti lebih efektif dalam menangani penyembuhan cedera otot hamstring pada mahasiswa FIK UNY dibandingkan terapi panas dan terapi dingin.

B. Keterbatasan Penelitian

Keterbatasan penelitian ini adalah fokus penelitian hanya untuk penyembuhan cedera otot hamstring karena keterbatasan waktu dan subjek penelitian. Selain itu, subjek penelitian tidak diasramakan sehingga peneliti kurang dapat meminimalisir faktor-faktor luar yang berpengaruh pada hasil penelitian. 92

C. Implikasi Hasil Penelitian

Berdasarkan kesimpulan penelitian, maka implikasi hasil penelitian adalah diketahuinya efektifitas terapi panas, terapi dingin, dan kombinasi terapi panas dingin dalam menangani cedera otot hamstring, sehingga perlunya penerapan terapi panas, terapi dingin, dan kombinasi terapi panas dingin dalam upaya menangani cedera otot.

D. Saran-saran

Berdasarkan beberapa kesimpulan di atas, terdapat beberapa saran yang dapat disampaikan. 1. Disarankan kepada atlet yang mengalami cedera otot untuk menggunakan jenis terapi yang tepat dan sesuai dengan cedera yang dideritanya. 2. Hasil penelitian ini dapat dijadikan referensi dalam hal penanganan cedera otot hamstring. 93 DAFTAR PUSTAKA Agustine, S. D. 2015. Identifikasi Kasus-Kasus Cedera Pada Pasien Putri Yang Mendapat Penanganan Terapi Masase Di Physical Therapy Clinic. Skripsi. Yogyakarta: FIK UNY Ali Satia Graha dan Bambang Priyonoadi. 2012. Terapi Masase Frirage: Penatalaksanaan Cedera pada Anggota Tubuh bagian Bawah. Yogyakarta: Digibooks. Anwar, Idochi. 2003. Dasar-dasar statistika. Bandung: Alfabeta Ardiansyah, Al Azhar. 2011. Terapi Panas dan Dingin. Makalah. Pontianak: Sekolah Tinggi Ilmu Keperawatan Muhammadiyah. Arif Setiawan. 2011. Faktor Timbulnya Cedera Olahraga. Jurnal Media Ilmu Keolahragaan, Vol. 1, No. 1, Hal.5, Juli 2011. Arovah, N. I. 2010. Dasar-dasar Fisioterapi pada Cedera Olahraga. Yogyakarta: UNY Arovah, N. I. Terapi Dingin Cold Therapy dalam Penanganan Cedera Olahraga. Yogyakarta: FIK UNY. Asep Saepul H.E.B. 2014. Metode Penelitian Kuantitatif Aplikasi dalam Pendidikan. Yogyakarta: Deepublish. books.google.co.id diunduh pada tanggal 3 April 2016 Asmadi. 2008. Teknik Prosedural Konsep dan Aplikasi Kebutuhan Pasien. Jakarta: Salemba Medika https:books.google.co.id diunduh pada hari minggu, 20 Maret 2016 Bleakley, C., S. McDonough and D. MacAuley 2004. The use of icein the treatment of acute soft-tissue injury. The American journal of sports medicine 321: 251. Carl Askling. 2008. Hamstring Muscle Strain. Thesis for doctoral degree Ph.D Karolinska Intitutet, Stockholm, Sweden. ISBN 978-91-7357-519-5 Departemen Pendidikan Nasional. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Ernst, E. and V. Fialka 1994. Icefreezes pain? A review of the clinical effectiveness of analgesic cold therapy. Journal of pain and symptom management 91: 56. 94 Fajar Rahman. “Timnas U-19 Rutin Terapi Air Es”. Bola.net, diakses dari http:www.googleweblight.com pada tanggal 10 Oktober 2013 hal.1 Garrison, Susan J. 2001. Dasar-dasar Terapi dan Rehabilitasi Fisik. Jakarta: Hipokrates. Gerard A.M., Ning Yan., and Jill Stark. 2015. Mekanisms and Efficacy of Heat and Cold Therapies for Musculoskeletal Injuri. New Jersy: Postgraduate Medicine. ISSN: 003-5481. Harum, A. 20013. Statistika Ekonomi Bab II Skala Pengukuran. Retrieved 10 September, 2013. https:anitaharum.wordpress.com20130910skala- pengukuran. Hardianto Wibowo. 1995. Pencegahan dan Penatalaksanaan Cidera Olahraga. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran. Health Care. 2001. Use of Heat and Cold for Pain Relief. Columbia: Health Care University of Missouri. John L. Mc Donald. 2007. Fire and Ice: The Great Debate on the Relative Value of Heat and Ice in Musculoskeletal Therapy. A Narative Review. Aust J Acupunt Med. Vol. 2. No. 2: 3-8 Leonardo G. 2016. The Use of Cryotherapy in Acute Sport Injuries. Ann Sport Medicie Res. Italy: Department of Cardiology. Vol.3, No.2, 1060 M. Nazir. 2014. Metode Penelitian. Bogor: Ghalia Indonesia. Muttaqin, Arif. 2008. Buku ajar Asuhan Keperawatan Dengan Gangguan Sistem Persarafan. Jakarta: Salemba Medika. https:books.google.co.idAnik di unduh pada tanggal 8 Februari 2016. Moeliono, Mariana A,. 2008. Modalitas Fisik dalam Penatalaksanaan Nyeri. PIT IDI. Bandung Nedler at al., 2004. The Physiologic Basis and Clinical Applications of Cryotherapy and Thermotherapy for the Pain Practitioner. Pain Physician, Vol. 7, No. 3, 2004. ISSN 1533-3159 Purba, A., 2014. Penerapan Faal Olahraga untuk Prestasi Atlet, Asupan Gizi Atlet, Penatalaksanaan Cedera Olahraga. Bekasi: Pekan Olahraga Daerah- XII Provinsi Jawa Barat. Purwoto, Agus. 2007. Panduan Laboraturium Statistik Inferensial. Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia. books.google.co.id diunduh pada tanggal 3 April 2016