81
dari kreatifitas anak” Wawancara tanggal 18 April 2016.
Sekolah telah
mempunyai program
untuk mengembangkan budaya dan lingkungan sekolah
melalui kegiatan pembiasaan dan budaya baca. Hal tersebut didukung dengan adanya program dan alokasi
dana untuk pengadaan majalah dinding. Dari gambaran di atas dapat disimpulkan bahwa
input program manajemen berbasis sekolah di SD 1 Purwosari
mendukung implementasi
program manajemen berbasis sekolah dengan tersedianya
kurikulum dan pembelajaran, peserta didik, pendidik dan tenaga kependidikan, pembiayaan, sarana dan
prasarana, hubungan sekolah dan masyarakat, budaya dan lingkungan sekolah.
4.2.3 Proses Implementasi Program Manajemen Berbasis Sekolah di SD 1 Purwosari
Pada tahap
proses implementasi
program manajemen berbasis sekolah di SD 1 Purwosari, pihak
sekolah mempersiapkan secara maksimal berbagai komponen utama.
Penulis dalam observasi di lapangan melihat adanya pendukung implementasi program manajemen
berbasis sekolah
seperti buku
pengembangan kurikulum
dari BSNP
dan beberapa
dokumen peraturan pemerintah seperti PP nomor 19 tahun 2005
tentang Standar
Nasional Pendidikan.
Hal ini
82
sebagaimana dikemukakan oleh Kepala SD 1 Purwosari sebagai berikut:
“Untuk pelaksanaan program manajemen berbasis sekolah yang saya tekankan pada proses yang harus
dilaksanakan secara terbuka, transparan, dan tentunya penuh tanggung jawab. Menurut saya
dengan input yang sudah bagus dan proses yang maksimal tentunya akan memperoleh hasil yang
maksimal. Untuk pengembangan kurikulum kita laksanakan setiap liburan semester 2 mendekati
awal ajaran baru. Tim pengembang kurikulum terdiri dari pengawas SD, semua guru dan komite
SD
1 Purwosari
ikut membuat
kurikulum. Pengembangan kurikulum SD 1 Purwosari sampai 5
tahap yaitu workshop, review, revisi, finalisasi, dan pemantapan. Setelah itu disahkan Kepala Dinas
Pendidikan Kabupaten Kendal” Wawancara tanggal 15 April 2016.
Pernyataan tersebut diperkuat oleh salah satu guru SD 1 Purwosari:
“Hal tersebut memang benar. Untuk proses pelaksanaan program manajemen berbasis sekolah
memang sangat dioptimalkan. Untuk pembuatan kurikulum misalnya, semua yang berkepentingan
termasuk komite sekolah diundang ke sekolah untuk mengikuti dari awal sampai terwujudnya
sebuah kurikulum SD 1 Purwosari dan mereka berpartisipasi
aktif dalam
proses pembuatan
kurikulum” Wawancara tanggal 17 April 2016.
Pernyataan tersebut
diperkuat oleh
salah satu
pengurus Komite Sekolah SD 1 Purwosari:
“Benar, kami selaku komite juga dilibatkan secara langsung. Bagus lah sehingga kami menjadi tahu
semua yang terjadi di sekolah. Orang tua murid maupun tokoh masyarakat Pengilon pun menjadi
tahu seperti apa itu kurikulum, apa yang diajarkan
83
kepada anak didik. Orang tahu murid tahu lho yang namanya KKM, jadi kalau nilai anaknya di bawah
KKM berarti tidak tuntas, nilai anak harus di atas KKM. Dulunya apa mereka tahu yang namanya
KKM, tahunya mereka ya, anak disekolahkan pokoke kudu pinter. Mereka sekarang ikut terjun langsung
ikut memantau perkembangan anak. Seperti pas rapat wali murid kemarin ada yang tanya kenapa
LKS
belum datang,
kemudian mengeluh
pelajarannya kok sulit, dulu pelajaran saya tidak seperti itu. Bagus lah perkembangan perhatian
orang tua murid terhad ap sekolah” Wawancara
tanggal 18 April 2016.
Program kurikulum
dan pembelajaran
merupakan bagian dari Manajemen Berbasis Sekolah MBS. Berdasarkan pengamatan, upaya-upaya yang
telah dilakukan SD 1 Purwosari untuk merealisasikan hal-hal di atas adalah pembagian tugas mengajar guru
yang dituangkan dalam surat keputusan kepala sekolah tentang kegiatan belajar mengajar, penyusunan
kalender akademik sekolah dan jadwal pelajaran setiap kelas, pembagian waktu mengajar yang digunakan,
penetapan pelaksanaan
evaluasi belajar
siswa, penetapan penilaian, penetapan kriteria kenaikan
kelas, pencatatan kemajuan belajar siswa, serta peningkatan perbaikan mengajar serta pengisian waktu
jam belajar yang kosong. Dokumen
yang mendukung
realisasi dari
program kurikulum dan pembelajaran adalah adanya Dokumen 1 dan 2 Kurikulum SD 1 Purwosari,
Pembagian tugas guru dalam surat keputusan kepala
84
sekolah tentang kegiatan belajar mengajar, kalender pendidikan SD 1 Purwosari, buku bantu dan analisa
nilai. Penataan dan pengaturan siswa dapat dilihat dari
awal siswa tersebut diterima di SD 1 Purwosari sampai siswa tersebut lulus. Penataan dan pengaturan siswa di
SD 1 Purwosari dapat dilihat dengan adanya dokumen buku induk, buku klapper, buku laporan keadaan
siswa, buku rapor, daftar kenaikan kelas, buku mutasi. Sekolah sebagai lembaga pendidikan senantiasa
menginginkan agar pendidik dan tenaga kependidikan melaksanakan
tugas secara
optimal dan
menyumbangkan segenap
kemampuannya untuk
kepentingan sekolah, serta bekerja lebih baik dari hari ke hari. Untuk itu, guru di SD 1 Purwosari yang belum
memiliki kualifikasi akademik yang dipersyaratkan, mereka meneruskan pendidikan ke jenjang pendidikan
yang lebih tinggi. Hal tersebut seperti dikemukakan oleh kepala sekolah sebagai berikut:
“Guru yang belum mempunyai kualifikasi akademik yang dipersyaratkan yaitu S1, mereka akhirnya
kuliah lagi. Untuk pengembangan standar pendidik dan tenaga kependidikan dilakukan melalui kegiatan
KKG setiap hari Sabtu mulai pukul 10.00 WIB s.d 13.00 WIB di SD inti, dan melalui kegiatan workshop
seperti yang diadakan satu tahun terakhir kemarin yaitu workshop Karya Tulis Ilmiah dari Balitbang
Kemdikbud RI, pengenalan IT, dan Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan oleh TIM PKB Kabupaten
Kendal” Wawancara tanggal 15 April 2016.
85
Pernyataan tersebut diperkuat oleh salah satu guru SD 1 Purwosari:
“Hal tersebut memang benar. Guru yang belum S1 melanjutkan pendidikan lagi. Untuk pengembangan
standar pendidik
dan tenaga
kependidikan dilakukan melalui kegiatan KKG setiap hari Sabtu
mulai pukul 10.00 WIB s.d 13.00 WIB, dan melalui kegiatan workshop ataupun bintek yang dibiayai
oleh guru sendiri ataupun sekolah seperti yang diadakan satu tahun terakhir kemarin yaitu
workshop Karya Tulis Ilmiah yang diadakan oleh Ikatan Kadang Temanggungan, pengenalan IT yang
diadakan oleh Tim K3S Kecamatan Patebon, dan
workshop PKB oleh Tim PKB Kabupaten Kendal” Wawancara tanggal 17 April 2016.
Guru di SD 1 Purwosari telah meningkatkan profesionalisme secara terus menerus dengan berbagai
cara yang profesional dan proporsional peningkatan kompetensi akademik, kegiatan pengembangan profesi
melalui KKG, workshop, dan bintek. Penulis juga mengamati setiap Hari Sabtu jam 09.45 WIB guru-guru
bersiap-siap untuk mengikuti KKG. Pernyataan di atas didukung dengan adanya dokumen proposal kegiatan
dan sertifikat hasil dari kegiatan tersebut. Pengelolaan
keuangan sekolah
meliputi pengaturan penerimaan, pengalokasian dan pertang-
gungjawaban keuangan. Komponen keuangan sekolah merupakan komponen yang menentukan terlaksananya
kegiatan belajar-mengajar
bersama komponen-
komponen lain. Hal tersebut seperti dikemukakan oleh kepala sekolah sebagai berikut:
86
“Proses pengelolaan keuangan sekolah yang bersumber dari BOS dimulai dengan adanya
penyusunan RAKS di awal tahun pelajaran baru untuk satu tahun ke depan, setelah tersusun,
dokumen
RAKS yang
telah dibuat
akan mendapatkan
pengesahan dari
UPT Dinas
Pendidikan dan
untuk pertanggungjawaban
penggunaan BOS dilakukan setiap triwulan yaitu akhir Bulan Maret, akhir Bulan Juni, akhir Bulan
September , dan akhir Bulan Desember. Proses pengelolaan keuangan sekolah dari dana komite
dikelola
oleh bendahara
komite dan
dipertanggungjawabkan setiap awal tahun pelajaran baru dihadapan semua wali murid” Wawancara
tanggal 15 April 2016.
Pernyataan tersebut diperkuat oleh salah satu guru SD 1 Purwosari:
“Pengelolaan keuangan sekolah di SD Pengilon transparan. Semua guru dan komite diajak untuk
menyusun RAKS. RAKS ini digunakan sebagai acuan penggunaan dana BOS. Pertanggungjawabannya
dibuat setiap akhir triwulan I, II, III, dan IV. Dana yang bersumber dari komite dikelola sendiri oleh
bendahar komite dan dipertanggungjawabkan di
rapat pleno pada awal tahun pelajaran baru” Wawancara tanggal 17 April 2016.
Pernyataan tersebut diperkuat oleh salah satu Komite Sekolah SD 1 Purwosari:
“Komite tahu dana yang diperoleh oleh SD. Untuk dana
BOS kami
diikutsertakan mulai
dari penyusunan rencana anggarannya, berapa besarnya
dan dialokasikan untuk apa karena nantinya ketua komite
ikut bertanggung
jawab dengan
menandatangani dokumen RAKS tersebut. Untuk dana yang bersumber dari komite kami kelola dan
kami gunakan untuk pengembangan prasarana di SD” Wawancara tanggal 18 April 2016.
Sarana prasarana merupakan fasilitas yang menunjang proses pendidikan. Hal tersebut seperti
yang dikemukakan oleh kepala sekolah sebagai berikut:
87
“
Adanya sarana dan prasarana serta proses pengelolaan sarana dan prasarana yang baik akan
mewujudkan tercapainya tujuan pendidikan yang optimal. SD 1 Purwosar mengalami pengembangan
sarana prasarana secara terus menerus terlihat peningkatan prasarana. Untuk sarananya selalu
bertambah setiap tahunnya mulai dari pengadaan alat-alat olahraga, data visual seperti Visi Misi
Sekolah, pembuatan slogan yang ditempel di dinding luar kelas
” Wawancara tanggal 15 April 2016.
Pernyataan tersebut diperkuat oleh salah satu guru SD 1 Purwosari:
“Dulu SD ini merupakan SD yang kondisi bangunannya sangat jelek dan tidak standar, setelah
komite dan Sekolah giat membuat proposal akhirnya SD ini berturut turut mendapatkan dana block grant
untuk pengelolaan perpustakaan berbasis IT. Seiring dengan prasarana yang dibenahi, sarananya pun
mulai ditingkatkan
mulai dari
alat peraga
pendidikan maupun sumber belajar untuk siswa itu sendiri” Wawancara tanggal 18 April 2016.
Berdasarkan observasi dan beberapa pernyataan wawancara, sarana pendidikan yang ada di SD 1
Purwosari dapat menunjang proses pembelajaran diantaranya ada 6 lokal ruang kelas, meja dan kursi
yang digunakan setiap satu anak menempati 1 kursi dan 1 meja, buku pelajaran yang digunakan per mapel
satu siswa satu buku tiap mata pelajaran. Di ruangan peraga bisa dilihat berbagai macam alat peraga dan
media pengajaran seperti globe, gambar wayang, Alat Peraga Tata Surya, Rangka Manusia, Torso, LCD, DVD,
88
TV, di dinding luar kelas tertempel berbagai macam slogan untuk motivasi warga sekolah. Berbagai macam
alat olahraga seperti raket, bola sepak, bola volly, bola basket, bola pingpong , matras, dan sebagainya untuk
menunjang proses kegiatan belajar mengajar mata pelajaran
Pendidikan Jasmani
dan Kesehatan.
Prasarana yang bisa dilihat di SD 1 Purwosari antara lain adanya halaman sekolah, jalan ke sekolah yang
mudah dilalui. Hubungan
sekolah dengan
masyarakat merupakan prioritas pertama kali yang harus dibina
dalam penyelenggaraan pendidikan. Mengutamakan prioritas
tersebut dimaksudkan
untuk menjalin
kerjasama antara sekolah dengan masyarakat dalam penyelenggaraan pendidikan. Hal tersebut sebagaimana
dikemukakan oleh kepala sekolah sebagai berikut:
“Hubungan sekolah dengan masyarakat Desa Pengilon sangat baik. Kegiataan peringatan hari
besar kami bekerja sama dengan masyarakat dan komite seperti peringatan
Nuzulul Qur’an, warga sekolah yaitu guru dan siswa serta masyarakat dan
komite Sekolah bersama larut dalam shalat taraweh berjamaah. Peringatan HUT RI kami bekerja sama
dengan pihak TK untuk mengadakan upacara
bersama secara serentak” Wawancara tanggal 15 April 2016.
Pernyataan tersebut diperkuat oleh salah satu guru SD 1 Purwosari:
“Ya, betul. Hubungan sekolah dengan masyarakat sangat baik. Kegiatan peringatan hari besar biasanya
89
kami menggandeng masyarakat dan komite untuk berperan aktif. Kegiatan sosial yang terjadi di Desa
Purwosari baik itu senang atau susah, pihak sekolah juga selalu menghadiri kegiatan tersebut. Bentuk
hubungan yang lain adalah ketika dilaksanakan pesantren kilat warga sekitar ikut shalat taraweh
berjamaah di sekolah” Wawancara tanggal 17 April 2016.
Pernyataan tersebut diperkuat oleh salah satu Komite Sekolah SD 1 Purwosari:
“Hubungan sekolah dengan masyarakat Desa Purwosari sangat baik memang betul. Kami dengan
tangan terbuka
akan selalu
mendukung pelaksanaan
program sekolah.
Kami juga
mengapresiasikan atas perhatian dan kepedulian sosial yang tinggi dari pihak SD. Setiap kegiatan
sosial yang ada di Desa Purwosari, SD turut membantu kegiatan tersebut
” Wawancara tanggal 18 April 2016.
Budaya sekolah merupakan karakteristik khas sekolah yang membedakan antara satu sekolah dengan
sekolah yang lain. Budaya sekolah yang baik akan mendorong sekolah untuk meningkatkan mutu sekolah
tersebut. Hal ini seperti dikemukakan oleh kepala sekolah sebagai berikut:
“Sebagai usaha untuk meningkatkan kreatifitas siswa kami mengadakan majalah dinding. Hasil dari
karya siswa ditempel dibuat seperti dalam majalah kemudian kami tempel di dinding sebagai papan
baca,
selain itu
kami membuka
layanan perpustakaan dari pagi sampai pukul 14.00 WIB.
Kegiatan pembiasaan dimulai dari anak akan masuk kelas dengan berbaris kemudian bersama-sama
melakukan kegiatan membaca Asmaul Husna, istirahat pertama melaksanakan Salat Dhuha,
Sebelum pulang ke rumah anak-anak melaksanakan kegiatan beribadah bersama. Setiap hari Jumat ada
90
kegiatan kultum bersama.” Wawancara tanggal 15 April 2016.
Pernyataan tersebut diperkuat oleh salah satu guru SD 1 Purwosari:
“Siswa kelas 3 sampai 6 kami latih untuk membuat majalah dinding dengan tujuan menumbuhkan
budaya baca di SD 1 Purwosari, selain itu siswa boleh meminjam buku koleksi di perpustakaan.
Kegiatan pembiasaan yang dilakukan di Sekolah cukup bagus dan mendapatkan apresiasi dari
komite sekolah maupun wali murid, karena sudah terbiasa dilaksanakan untuk kegiatan pembiasaan
pagi hari seperti baris ketika akan masuk kelas, membaca
Asmaul Husna,
kegiatan beribadah
bersama, siswa secara sadar melaksanakannya walaupun tidak ada guru yang mendampingi”
Wawancara tanggal 17 April 2016.
Pernyataan tersebut diperkuat oleh salah satu Komite Sekolah SD 01 Purwosari:
“Budaya baca di lingkungan sekolah dan kegiatan pembiasaan yang telah dilaksanakan di SD 01
Pengilon mendapatkan apresiasi yang bagus dari wali murid. Dengan adanya kegiatan pembiasaan
tersebut, anak-anak ketika libur di rumah pun melakukan aktivitas yang biasa mereka lakukan
karena sudah terbiasa dan melekat di kegiatan sehari-
hari mereka” Wawancara tanggal 18 April 2016.
Faktor pendukung implementasi manajemen berbasis sekolah baik berupa faktor internal maupun
faktor eksternal.
Dengan berbagai
dukungan, implementasi
manajemen berbasis
sekolah bisa
berlangsung dengan baik. Salah satu pendukung internal berupa sikap kepala sekolah dan guru yang
mau membaur dengananggota masyarakat sekitar. Hal
91
ini sebagaimana dikemukakan oleh kepala sekolah sebagai berikut:
“Saya sebagai kepala sekolah dan guru-guru di sini tentunya selalu saya dorong untuk menjalankan
tupoksi semaksimal mungkin. Kita harus saling terbuka, saling asah, asih, dan asuh terhadap warga
sekolah dan masyarakat sekitar sehingga kita dapat mengelola pendidikan dengan baik juga
” wawancara tanggal 15 April 2016.
Dalam implementasi
program manajemen
berbasis sekolah juga menemui hambatan baik internal maupun eksternal. Salah satu hambatannya berupa
keberadaan sekolah di tengah-tengah masyarakat yang homogen dengan sosial ekonomi yang rendah sehingga
sangat berpengaruh pada pola pikir siswa dan masyarakat sekitar sekolah. Hal ini sebagaimana
dikemukakan oleh kepala sekolah sebagai berikut:
“Sekolah ini terletak di tengah-tengah pemukiman penduduk yang homogen dengan sosial ekonomi
yang rendah, dan pola pikir mereka yang rendah perlu pengetahuan dan kemampuan khusus dalam
membimbing,
membina siswa
agar tidak
terpengaruh dengan hal tersebut.” Wawancara tanggal 15 April 2016.
Dari gambaran di atas dapat dinyatakan bahwa implementasi manajemen berbasis sekolah di SD 1
Purwosari telah terlaksana dengan baik dengan didukung semua pihak yang berkepentingan terhadap
majunya sekolah walaupun ditemukan masih adanya hambatan,
dan hambatan
tersebut masih
bisa diselesaikan dengan baik.
92
4.2.4 Produk Implementasi Manajemen Berbasis Sekolah di SD 1 Purwosari