70
salah satu peluang pelaksanaan program manajemen berbasis sekolah.
Berdasarkan hasil wawancara kepala sekolah, guru, dan komite sekolah diperoleh informasi bahwa
selain sesuai kebijakan, program manajemen berbasis sekolah memang diperlukan di SD 1 Purwosari dengan
didukung aset dan peluang yang ada. Dengan berbagai konteks
yang ada,
mendorong pihak
sekolah mengkondisikan manajemen berbasis sekolah di SD 1
Purwosari.
4.2.2 Input Program Manajemen Berbasis Sekolah di SD 1 Purwosari
Dalam mendukung program manajemen berbasis sekolah di SD 1 Purwosari perlu memperoleh dukungan
dari berbagai pihak sekolah, baik pihak internal maupun eksternal. Pihak internal memiliki kapasitas
yang cukup tinggi karena berdampingan langsung dengan pelaksanaan program manajemen berbasis
sekolah. Sebagai input program manajemen berbasis sekolah ini adalah kurikulum dan pembelajaran,
peserta didik, pendidik dan tenaga kependidikan, pembiayaan, sarana dan prasarana, hubungan sekolah
dan masyarakat, budaya dan lingkungan sekolah. Dari segi
pendanaan yang
sudah dialokasikan
dari pemerintah per siswa Rp 800.000,0tahun betul
– betul
71
dimanfaatkan untuk kemajuan sekolah dan mutu pendidikan.
Kepala sekolah memiliki posisi yang strategis sebagai penentu kebijakan program pendidikan di
sekolah. Salah satu tugas penting kepala sekolah adalah
mengelola kurikulum
dan pembelajaran.
Sebagaimana dikemukakan oleh Kepala SD 1 Purwosari sebagai berikut:
“Kurikulum yang digunakan pada tahun pelajaran 20132014 semua rombongan belajar menggunakan
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Pada tahun pelajaran 20142015 kelas 1, 2, 4, dan 5
menggunakan kurikulum baru yaitu kurikulum 2013 sedangkan kelas 3 dan 5 masih menggunakan
kurikulum tingkat satuan pendidikan. Pada tahun pelajaran
20152016 rombongan
belajar menggunakan KTSP
” Wawancara tanggal 15 April 2016.
Pernyataan tersebut diperkuat oleh salah satu guru SD 1 Purwosari:
“Memang benar Kurikulum yang digunakan pada tahun pelajaran 20132014 semua rombongan
belajar menggunakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Pada tahun pelajaran 20142015 kelas
1, 2, 4, dan 5 menggunakan kurikulum baru yaitu kurikulum 2013 sedangkan kelas 3 dan 5 masih
menggunakan kurikulum tingkat satuan pendidikan. Pada tahun pelajaran 20152016 rombongan belajar
menggunakan KTSP
” Wawancara tanggal 16 April 2016.
Pernyataan tersebut
diperkuat oleh
salah satu
pengurus Sekolah SD 1 Purwosari:
72
“Benar apa yang dikatakan oleh Bapak Kepala Sekolah dan Guru kelas V bahwa Kurikulum yang
digunakan pada tahun pelajaran 20132014 semua rombongan belajar menggunakan Kurikulum Tingkat
Satuan
Pendidikan. Pada
tahun pelajaran
20142015 kelas 1, 2, 4, dan 5 menggunakan kurikulum baru yaitu kurikulum 2013 sedangkan
kelas 3 dan 5 masih menggunakan kurikulum tingkat satuan pendidikan. Pada tahun pelajaran
20152016 rombongan belajar menggunakan KTSP
” Wawancara tanggal 18 April 2016.
Dari beberapa
pernyataan di
atas dapat
disimpulkan bahwa
Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan KTSP digunakan di SD 1 Purwosari pada
tahun pelajaran 20132014 di semua kelas. Pada tahun pelajaran 20142015 terjadi transisi penggunaan
kurikulum baru di kelas 1, 2, 4, dan 5 menggunakan kurikulum 2013, kelas 3 dan 6 tetap menggunakan
KTSP. Pada tahun 20152016 karena banyaknya hambatan dalam pelaksanaan kurikulum 2013, sesuai
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan nomor 160 tahun 2014 tentang pemberlakuan kurikulum
2006 dan kurikulum 2013, Kelas 1, 2, 4, 5, dan 6 kembali menggunakan KTSP.
Pernyataan tersebut didukung dengan adanya dokumen
tertulis pengembangan
kurikulum diantaranya adalah Undang-undang nomor 20 Tahun
2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Peraturan Pemerintah nomor 19 tahun 2005 tentang Standar
Nasional Pendidikan, Peraturan Menteri Pendidikan
73
Nasional nomor 22 tahun 2006 tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah,
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional nomor 23 tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan untuk
Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah, Peraturan Menteri Pendidikan Nasional nomor 24 tahun 2006
tentang pelaksanaan peraturan Menteri Pendidikan Nasional nomor 22 tahun 2006 tentang Standar Isi
untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah dan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional nomor 23 tahun
2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah, serta
dokumen pengembangan kurikulum dari BSNP. Siswa sebagai peserta didik merupakan salah
satu input yang ikut menentukan keberhasilan proses pendidikan. Keberadaan siswa yang berkualitas mampu
mendukung program manajemen berbasis sekolah di SD 1 Purwosari. Hal ini sebagaimana dikemukakan
oleh kepala sekolah sebagai berikut:
“Siswa kelas 1 semuanya berasal dari TK di Purwosari dan berbagi TK di lingkungan desa
Purwosari. Untuk penerimaan siswa baru, semua anak TK yang tamat dari TK langsung dimasukkan
ke SD 01 Purwosari semua. Guru kelas 1 sudah terbantu dengan karakteristik siswa kelas 1 yang
sudah pernah mengenyam pendidikan sebelumnya
” Wawancara tanggal 15 April 2016.
Pernyataan tersebut diperkuat oleh salah satu guru SD 1 Purwosari:
74
“Memang benar, semua siswa kelas 1 berasal dari lulusan TK jadinya guru kelas 1 tidak terlalu
kerepotan dalam melaksanakan tugasnya, karena siswa kelas 1 sudah terbiasa dengan rutinitas
sehari-hari yaitu bersekolah. Tentunya akan berbeda kualitas siswa kelas 1 antara anak yang sudah
pernah mengenyam pendidikan TK atau langsung masuk ke SD tanpa melalui TK dulu
” Wawancara tanggal 17 April 2016.
Pernyataan tersebut
diperkuat oleh
salah satu
pengurus Komite Sekolah SD 1 Purwosari:
“Iya memang benar, untuk semua anak TK yang sudah lulus dan saatnya masuk SD, semuanya saya
anjurkan untuk meneruskan sekolah di SD 1 Purwosari. Jangan sampai ada anak yang bersekolah
keluar dari Desa Purwosari. Setiap ada rapat ataupun kegiatan desa selalu saya serukan untuk
orang tua yang mempunyai anak TK dan sudah saatnya masuk SD, diharapkan untuk sekolah di SD
1 Purwosari”. Wawancara tanggal 18 April 2016.
Dari hasil wawancara di atas dapat dinyatakan bahwa input siswa kelas satu berasal dari taman
kanak-kanak berkat kerja sama sekolah dengan TK dan komite sekolah. Akan terdapat perbedaan antara input
siswa yang pernah mengenyam pra sekolah di TK dengan input siswa yang belum pernah mengeyam pra
sekolah di TK yaitu di kesiapan akademik anak. Pernyataan
tersebut didukung
dengan adanya
dokumen formulir pendaftaran peserta didik S1, S2, dan S3, ijazah dari Taman Kanak-kanak, dan akta
kelahiran. Guru memiliki posisi yang strategis sebagai input
program manajemen berbasis sekolah dengan segala
75
kompetensi yang
dimilikinya. Hal
ini seperti
dikemukakan oleh Kepala SD 1 Purwosari sebagai berikut:
“Hampir semua guru memenuhi kualifikasi akademik. Guru yang belum S1 sedang studi lanjut
ke jenjang S1. Guru yang berkualifikasi D2 tidak mau meneruskan ke S1 karena 12 bulan lagi purna
tugas. Untuk guru yang bersertifikat pendidik, dari tahun ke tahun meningkat. Semua guru PNS sampai
saat ini sudah bersertifikat pendidik sedangkan guru-guru yang belum bersertifikat pendidik adalah
guru honorer” Wawancara tanggal 15 April 2016.
Pernyataan tersebut diperkuat oleh salah satu guru SD 1 Purwosari:
“Benar apa yang dikatakan oleh Bapak Kepala Sekolah. Sekarang tinggal 1 guru yang masih studi
lanjut di
Universitas Terbuka.
Guru yang
berkualifikasi D2 tidak mau meneruskan ke S1 karena 12 bulan lagi purna tugas. Semua guru PNS
sampai saat ini sudah bersertifikat pendidik sedangkan guru-guru yang belum bersertifikat
pendidik
adalah guru honorer” Wawancara tanggal 17 April 2015.
Pernyataan tersebut
diperkuat oleh
salah satu
pengurus Komite Sekolah SD 1 Purwosari:
“Hampir semua guru di SD 1 Purwosari berkualifikasi S1, yang saya lihat untuk tahun ini
yang belum S1 hanya tinggal 1 orang saja, yang berkualifikasi D2 tidak meneruskan ke jenjang S1
karena hampir pensiun jadi tidak mau meneruskan ke jenjang S1
” Wawancara tanggal 18 April 2015.
Kualifikasi akademik guru di SD 1 Purwosari mencapai 90 dan kualifikasi profesional mencapai 60. Hal
tersebut menjadi pendukung program implementasi manajemen
berbasis sekolah
mengingat guru
76
mempunyai posisi strategis sebagai agen pembelajaran. Pernyataan tersebut didukung dengan adanya dokumen
file ijazah kepala sekolah, guru, dan penjaga SD 1 Purwosari. Daftar usul peserta sertifikasi guru dan
dokumen sertifikat pendidik. Program implementasi manajemen berbasis sekolah di
SD 1 Purwosari didukung pula oleh kondisi keuangan sekolah yang seimbang. Pendanaan sekolah yang
cukup akan menjadi pemasukan dalam implementasi manajemen berbasis sekolah dengan baik dan lancar
karena tercukupinya dana sekolah seperti sumber dana BOS dan sumbangan yang tidak mengikat dari komite.
Hal ini sebagaimana dikemukakan oleh kepala sekolah sebagai berikut:
“Keuangan dibiayai dari BOS. Kami menerima dana BOS sebesar Rp 147.200.000,00tahun atau Rp
36.900.00,00 triwulan dan itu sudah dapat memenuhi
kebutuhan sekolah
serta kami
mendapatkan bantuan dana dari komite dan sifatnya tidak mengikat maupun memaksa”
Wawancara tanggal 15 April 2016.
Pernyataan tersebut diperkuat salah satu guru di SD 1 Purwosari:
“Sepengetahuan saya dana BOS yang sekolah dapatkan cukup untuk memenuhi kebutuhan
sekolah serta SD mendapatkan dana tambahan yang diperoleh dari komite yang biasanya digunakan
untuk perbaikan prasarana seperti pembuatan pagar keliling SD, SD juga biasaanya mendapatkan
syukuran dari anak-anak yang lulus biasanya
77
digunakan untuk membeli sarana pendidikan” Wawancara tanggal 17 April 2016.
Pernyataan tersebut
diperkuat oleh
salah satu
pengurus Komite Sekolah SD 1 Purwosari:
“Ya, betul. Untuk ukuran sekolah yang berada di pedesaan dana BOS yang diterima sudah mencukupi
kebutuhan SD. Kami selaku komite juga menggalang dana untuk membeli barang yang dibutuhkan di SD
dan tidak bisa dibeli melalui dana BOS seperti tralis
pagar” Wawancara tanggal 18 April 2016.
Dari hasil wawancara di atas dapat disimpulkan kondisi keuangan di SD 1 Purwosari dapat memenuhi
kebutuhan pendidikan di SD 1 Purwosari. Selain keuangan, kondisi sarana dan prasarana
juga menjadi input dalam implementasi manajemen berbasis sekolah di SD 1 Purwosari secara maksimal.
Hal ini sebagaimana dikemukakan oleh kepala sekolah sebagai berikut:
“Sarana dan prasarana di SD ini sudah cukup lengkap bisa dilihat dari prasarana maupun
sarananya. Untuk siswa sudah dipenuhi satu siswa satu buku, guru mempunyai buku pegangan guru
lebih
dari empat
dari berbagai
penerbit. Prasarananya juga sudah cukup bagus, halaman
sudah dipaving
sehingga saat
hujan tidak
becek”Wawancara tanggal 15 April 2016.
Pernyataan tersebut diperkuat salah satu guru di SD 1 Purwosari:
“Saya rasa kondisi sarpras di SD Purwosar memadai. Saya selaku pengurus inventaris barang
mempunyai data lengkap tentang sarpras apa saja yang dimiliki oleh SD Purwosari. Sarprasnya juga
78
mendukung proses
pembelajaran untuk
meningkatkan prestasi siswa. Untuk buku bisa dilihat satu buku untuk satu siswa,dipinjamkan
selama siswa tersebut menjadi siswa di SD Purwosari. Prasarananya bisa anda lihat sendiri
setiap tahun mengalami peningkatan” Wawancara tanggal 17 April 2016.
Pernyataan tersebut
diperkuat oleh
salah satu
pengurus Komite Sekolah SD 1 Purwosari:
“Ya, betul. SD ini terletak di desa, jika anak ingin mencari buku harus pergi ke pusat kota. Untung SD
memberikan fasilitas untuk buku pegangan siswa setiap siswa satu buku. Selain itu saya lihat alat
peraga pendidikan semakin bertambah, fasilitas pendidikan juga bertambah. Untuk prasarananya
juga mengalami peningkatan yang luar biasa.” Wawancara tanggal 18 April 2016.
Dari beberapa
pernyataan di
atas dapat
disimpulkan bahwa SD 1 Purwosari mempunyai sarana dan prasarana berupa buku panduan pembelajaran
seperti buku pegangan siswa dan buku pegangan guru. Sarana berupa alat peraga untuk mendukung berbagai
peningkatan mutu pendidikan dan prasarana yang mengalami peningkatan dalam pengelolaan. Pernyataan
tersebut juga didukung studi dokumen adanya buku inventaris barang yang dikelola oleh petugas inventaris
barang melalui aplikasi simbada dimonitoring langsung oleh DPPKAD Kabupaten Kendal.
Hubungan masyarakat juga menjadi input implementasi
manajemen berbasis
sekolah yang
berpotensi. Adanya
hubungan masyarakat
yang harmonis
menjadikan kelancaran
implementasi
79
manajemen berbasis sekolah di SD 1 Purwosari. Hal tersebut
sebagaimana dikemukakan
oleh kepala
sekolah sebagai berikut:
“Hubungan masyarakat dengan sekolah bagus. SD mempunyai program untuk hubungan masyarakat
diantaranya kegiatan rutin rapat komite setiap awal tahun pelajaran, penentuan standar kelulusan
minimal ujian sekolah dan rapat kelulusan siswa kelas enam. Bekerja sama dalam peringatan hari
besar dan Sekolah ikut serta dalam kegiatan sosial masyarakat Purwosari
” Wawancara tanggal 15 April 2016.
Pernyataan tersebut diperkuat salah satu guru di SD 1 Purwosari:
“Kondisi hubungan masyarakat dengan sekolah sangat bagus. SD bisa menyatu dengan kegiatan
sosial masyarakat Purwosari. Hubungan dengan komite juga harmonis, komite selalu hadir jika
diundang untuk urun rembug tentang kegiatan SD dan SD bekerja sama dengan komite dalam
pelaksanaan peringatan hari besar” Wawancara tanggal 17 April 2016.
Pernyataan tersebut
diperkuat oleh
salah satu
pengurus Komite Sekolah SD 1 Purwosari:
“Ya, betul sekali. Hubungan masyarakat dengan SD bagus. Masyarakat sangat mendukung semua
kegiatan yang sekolah lakukan kami selalu bekerja sama dalam peringatan hari besar. Untuk kegiatan
sosial, kami saling mendukung. Jika ada warga yang ingin menggunakan gedung SD, SD dengan tangan
terbuka memperbolehkan asalkan setelah jam KBM
selesai” Wawancara tanggal 18 April 2016.
Dari beberapa
pernyataan di
atas dapat
disimpulkan bahwa hubungan masyarakat Pengilon dengan sekolah mendukung implementasi manajemen
80
berbasis sekolah dan beberapa pernyataan tersebut didukung dengan studi dokumen program hubungan
masyarakat Pengilon dengan sekolah. Belum semua sekolah memahami pentingnya
budaya sekolah. Hal ini terlihat pada fakta bahwa belum
semua sekolah
memiliki program
pengembangannya. Namun SD 1 Purwosari memiliki program budaya dan lingkungan sekolah melalui
budaya baca dan kegiatan pembiasaan yang baik. Hal tersebut
sebagaimana dikemukakan
oleh kepala
sekolah sebagai berikut:
“SD 1 Purwosari memiliki program budaya baca dan kegiatan pembiasaan yang telah berjalan dengan
rutin dan lancar” Wawancara tanggal 15 April 2016.
Pernyataan tersebut diperkuat salah satu guru di SD 1 Purwosari:
“Budaya dan lingkungan sekolah sebagai salah satu input dalam program MBS ada di SD N 1 Purwoari,
di antaranya budaya baca melalui mading hasil karya siswa dan kegiatan pembiasaan yang rutin
dilakukan siswa dan guru” Wawancara tanggal 17 April 2016.
Pernyataan tersebut
diperkuat oleh
salah satu
pengurus Komite Sekolah SD 1 Purwosari:
“Ya, betul sekali. SD telah mempunyai program budaya
dan lingkungan
sekolah diantaranya
kegiatan pembiasaan yang rutin dilakukan dan budaya baca dengan adanya majalah dinding hasil
81
dari kreatifitas anak” Wawancara tanggal 18 April 2016.
Sekolah telah
mempunyai program
untuk mengembangkan budaya dan lingkungan sekolah
melalui kegiatan pembiasaan dan budaya baca. Hal tersebut didukung dengan adanya program dan alokasi
dana untuk pengadaan majalah dinding. Dari gambaran di atas dapat disimpulkan bahwa
input program manajemen berbasis sekolah di SD 1 Purwosari
mendukung implementasi
program manajemen berbasis sekolah dengan tersedianya
kurikulum dan pembelajaran, peserta didik, pendidik dan tenaga kependidikan, pembiayaan, sarana dan
prasarana, hubungan sekolah dan masyarakat, budaya dan lingkungan sekolah.
4.2.3 Proses Implementasi Program Manajemen Berbasis Sekolah di SD 1 Purwosari