Determinasi Sawo Kecik Hasil Skrining Fitokimia

26

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Determinasi Sawo Kecik

Langkah pertama dalam penelitian adalah melakukan determinasi pada tanaman guna mengetahui ketepatan identitas tanaman yang akan dipergunakan. Kebenaran identitas tanaman digunakan untuk menghindari adanya kemungkinan kesalahan dalam pengambilan sampel pada analisis fitokimia Harborne, 1987. Daun sawo kecik diperoleh dari Gereja Katolik Hati Kudus Tuhan Yesus, Ganjuran, Bantul pada tanggal 3 Januari 2013 pada jam 10.00 WIB dan dipreparasi sesuai tata cara penelitian. Hasil determinasi tanaman lampiran 1 menyatakan kebenaran tanaman yang diteliti, yakni Manilkara kauki L. Dubard atau sawo kecik.

B. Hasil Skrining Fitokimia

Skrining fitokimia dilakukan untuk mengetahui kandungan fitokimia yang ada dalam daun sawo kecik. Menurut Khare 2007, seluruh bagian tanaman sawo kecik mengandung taraxerol triterpenoid, triterpene ketone triterpenoid, α- dan β-amyrin triterpenoid, sinamat fenilpropanoid, α-spinasterol steroid, β-sitosterol steroid, β-D-glukosida glikosida, kuersitol inositol, kuersetin dan dihidroderivat kuersetin flavonoid, dan asam ursolat triterpenoid. Penulis melakukan skrining fitokimia meliputi golongan alkaloid, flavonoid, saponin, tanin, steroid dan triterpenoid, yang mengacu pada penelitian Mustikasari dan Ariyani 2010 serta Susmiati 2010. Hasil skrining fitokimia yang dilakukan menunjukkan bahwa daun sawo kecik mengandung tanin berwarna hijau kehitaman dengan penambahan besi III ammonium sulfat 0,5 N [Gambar 2a]; terdapat endapan kotor setelah dikocok dengan kalium hidroksida [Gambar 2b] dan flavonoid hasil positif kuning jingga, yang menandakan keberadaan flavon, kalkon, atau auron, pada pemberian serbuk magnesium dan asam klorida [Gambar 4], hasil negatif pada kedua metode lainnya warna abu-abu pada pemberian serbuk seng dan asam klorida [Gambar 3]; warna hijau dengan pemberian asam borat dan asam oksalat di bawah sinar UV 366 nm, tetapi tidak mengandung saponin tidak timbul busa setelah dikocok [Gambar 6], alkaloid tidak ada endapan pada penambahan Mayer atau Bouchardat [Gambar 7 dan 8], steroid dan triterponoid cincin berwarna coklat [Gambar 5]. Hasil ini sedikit berbeda dengan yang telah disampaikan oleh Khare 2007. Adanya hasil positif pada tanin memungkinkan adanya senyawa baru pada tanaman ini untuk diteliti lebih lanjut. Ketidakadaan steroid dan triterpenoid pada pengujian dapat dikarenakan oksidasi dari kedua asam asam asetat anhidrat dan asam sulfat pekat juga mengoksidasi zat lain pada ekstrak yang jumlahnya lebih banyak daripada triterpenoid dan steroid. Tabel II. Hasil skrining fitokimia Uji Reagen Hasil Positif Menurut Acuan Hasil Pengujian Gambar Tanin Metode Sutrisno Besi III ammonium sulfat Hijau atau biru sampai hitam Hijau sampai hitam 2 a Tanin Metode Odebiyi dan Sofowora Kalium hidroksida Adanya endapan kotor Terdapat endapan kotor 2 b Flavonoid Serbuk seng, asam klorida Merah intensif dalam 2-5 menit Abu-abu 3 Flavonoid Serbuk magnesium, asam klorida Kuning jingga Kuning jingga 4 Flavonoid Aseton, asam borat, asam oksalat, eter Fluoresensi kuning intensif Fluoresensi hijau NA TriterpenoidSteroid Asam asetat anhidrat, asam sulfat Terbentuk cincin ungu hingga biru pada batas kedua cairan Terbentuk cincin coklat 5 Saponin Akuades panas Terbentuk buih 1-10 cm Tidak ditemukan buih 6 Alkaloid Mayer Terbentuk endapan putih atau kuning yang larut dalam metanol Tidak terbentuk endapan 7 Alkaloid Bouchardat Terbentuk endapan coklat hingga hitam Tidak terbentuk endapan 8 a b Gambar 2. a Uji tanin dengan metode Sutrisno 1986; b Uji tanin dengan metode Odebiyi dan Sofowora 1978 Gambar 3. Uji flavonoid dengan serbuk seng dan asam klorida Gambar 4. Uji flavonoid dengan serbuk magnesium dan asam klorida Gambar 5. Uji triterpenoidsteroid Gambar 6. Uji saponin Gambar 7. Uji alkaloid dengan reagen Mayer Gambar 8. Uji alkaloid dengan reagen Bouchardat

C. Hasil Uji Kualitatif DPPH dengan KLT