Skrining fitokimia Tata Cara Penelitian 1. Determinasi sawo kecik

sulfat, etil asetat, asam askorbat Brataco, aseton, formic acid, benzena, silica gel 60 GF-254 E. Merck, dan asam asetat anhidrat.

D. Alat Penelitian

Alat yang digunakan adalah alat-alat gelas, neraca analitik, oven, blender, maserator, corong Buchner, vacuum rotary evaporator, waterbath, alat pendingin balik, lemari pendingin, lemari asam, pelat dan chamber KLT, vortex, stopwatch, lampu UV, dan spektrofotometer UV-visibel UV mini-1240 UV-Vis Spectrophotometers Shimadzu.

E. Tata Cara Penelitian 1. Determinasi sawo kecik

Daun sawo kecik yang diperoleh dari pohon sawo kecik pada kompleks Gereja Katolik Hati Kudus Tuhan Yesus, Ganjuran, Bantul diidentifikasi di Laboratorium Kebun Tanaman Obat Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

2. Skrining fitokimia

a. Pembuatan serbuk simplisia. Daun sawo kecik dicuci dengan air mengalir, diangin-anginkan, dikeringkan dengan oven pada suhu 40°C hingga kering mudah dihancurkan, dan dihaluskan dengan blender. b. Uji alkaloid Anonim, 1989. Serbuk simplisia ditimbang sebanyak 0,5 g ditambah 1 mL HCl 2 N dan 9 mL akuades, dipanaskan di atas waterbath selama 2 menit. Campuran didinginkan dan disaring. Filtrat kemudian dibagi menjadi 3 bagian: 1 Filtrat sebanyak 3 tetes ditambah 2 tetes pereaksi Mayer, akan terbentuk endapan menggumpal berwarna putih atau kuning yang larut dalam metanol. 2 Filtrat sebanyak 3 tetes ditambah pereaksi Bouchardat, akan terbentuk endapan berwarna coklat hingga hitam. 3 Jika terjadi endapan pada kedua percobaan, maka simplisia kemungkinan mengandung alkaloid. Sebaliknya, jika tidak terjadi endapan pada kedua percobaan, maka simplisia tidak mengandung alkaloid. Filtrat ke-3 digunakan untuk prosedur berikutnya. Sisa filtrat dikocok dengan 3 mL amonia pekat dan 10 mL campuran eter:kloroform 3:1. Fase organik diambil, ditambah natrium sulfat anhidrat, dan disaring. Filtrat diuapkan di atas waterbath dan residu yang diperoleh dilarutkan dengan sedikit HCl 2 N. Larutan diuji dengan: 1 asam fosfomolibdat atau asam foswolframat 2 Bouchardat atau Wagner 3 Mayer atau Dragendorff atau Marme 4 Hager Jika pada pengujian terdapat paling sedikit 2 golongan yang bereaksi, maka simplisia positif mengandung alkaloid. c. Uji saponin Anonim, 1989. Sebanyak 0,5 g serbuk simplisia dimasukkan dalam tabung reaksi, ditambah 10 mL akuades panas. Campuran didinginkan dan dikocok kuat-kuat selama 10 detik. Saponin positif jika terbentuk buih 1 – 10 cm, tidak kurang dari 10 menit dan tidak hilang pada penambahan HCl 2 N. d. Uji tanin Sutrisno, 1986; Odebiyi and Sofowora, 1978. Larutan besi III ammonium sulfat 0,5 N diencerkan dengan air 5 kali volume awal. Larutan tersebut diteteskan pada cuplikan simplisia. Tanin positif ditandai dengan warna hijau atau biru sampai hitam. Metode lainnya adalah dengan memasukkan 0,5 g ekstrak ke dalam 10 mL kalium hidroksida 10 yang dibuat baru dan dikocok untuk melarutkan. Tanin positif ditandai dengan keberadaan endapan kotor. e. Uji triterpenoid dan steroid Harborne, 1998; Shah and Seth, 2010. Serbuk simplisia 0,5 g diekstraksi dengan etanol dimaserasi dan difiltrasi, dievaporasi hingga kering dalam oven, dan diekstraksi dengan kloroform dengan perbandingan ekstrak : penyari 1:5. Hasilnya disaring dengan kapas, kemudian ditambah asam asetat anhidrat dan dilanjutkan dengan H 2 SO 4 pekat. Terbentuknya cincin ungu hingga biru pada batas kedua cairan menandakan adanya triterpenoid atau steroid. f. Uji flavonoid Anonim, 1989. Sebanyak 0,5 g serbuk diekstraksi dengan 10 mL metanol, menggunakan alat pendingin balik selama 10 menit. Cairan panas disaring menggunakan kertas saring berlipat, kemudian filtrat diencerkan dengan 10 mL air. Setelah dingin, larutan ditambah 5 mL eter minyak tanah, dikocok hati-hati, dan didiamkan. Lapisan metanol lapisan bawah diambil, diuapkan pada suhu 40°C di bawah tekanan. Residu hasil evaporasi dilarutkan dalam 5 mL etil asetat dan disaring untuk mendapatkan larutan percobaan: 1 Sebanyak 1 mL larutan percobaan diuapkan hingga kering di atas waterbath, residunya dilarutkan dalam 1 mL etanol 95, kemudian ditambahkan 0,5 g serbuk seng dan 2 mL asam klorida 2N, dan didiamkan selama 1 menit. Kemudian ditambahkan 10 tetes asam klorida pekat, jika dalam waktu 2 sampai 5 menit terjadi warna merah intensif, menunjukkan adanya flavonoid. 2 Sebanyak 1 mL larutan percobaan diuapkan hingga kering di atas waterbath, residunya dilarutkan dalam 1 mL etanol 95, kemudian ditambahkan 0,1 g serbuk magnesium dan 10 tetes HCl pekat. Jika terjadi warna merah jingga sampai merah ungu menunjukkan flavonoid positif. Jika terjadi warna kuning jingga, menunjukkan adanya flavon, kalkon, dan auron. 3 Sebanyak 1 mL larutan percobaan diuapkan hingga kering di atas waterbath, residunya dibasahkan dengan aseton, ditambah serbuk halus asam borat dan serbuk halus asam oksalat, dan dipanaskan secara hati-hati di atas waterbath. Sisa yang diperoleh dicampur dengan 10 mL eter dan diamati di bawah sinar UV 366 nm; larutan berfluorosensi kuning intensif menunjukkan adanya flavonoid.

3. Pembuatan ekstrak etanolik daun sawo kecik