identifikasi berupa surat keterangan hasil identifikasi daun sawo kecik dari laboratorium tersebut.
2. Skrining fitokimia
Skrining fitokimia dilakukan untuk mengetahui kandungan fitokimia yang ada dalam daun sawo kecik. Hasil uji berupa perubahan warna atau endapan
yang terbentuk sesuai dengan pustaka acuan.
3. Uji kualitatif DPPH dengan kromatografi lapis tipis KLT
Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah ekstrak etanolik daun sawo kecik dapat berfungsi sebagai antioksidan atau tidak. Hasilnya dinyatakan
dengan warna pada bercak setelah disemprot dengan pereaksi DPPH. Warna kuning menunjukkan adanya aktivitas antioksidan.
4. Uji kuantitatif DPPH dengan spektrofotometri visibel
Pengujian kuantitatif DPPH akan menentukan seberapa besar aktivitas antioksidan ekstrak etanolik daun sawo kecik yang ditetapkan dengan nilai IC
50
. Data nilai IC
50
diuji normalitas distribusinya dengan metode Shapiro-Wilk dan dilanjutkan dengan uji parametrik untuk distribusi normal atau uji non-
parametrik untuk distribusi tidak normal untuk perbandingan nilai rata-rata IC
50
ekstrak etanolik daun sawo kecik dengan nilai IC
50
asam askorbat. Pengujian statistik dilakukan dengan bantuan software R 2.1.4.1.
26
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Determinasi Sawo Kecik
Langkah pertama dalam penelitian adalah melakukan determinasi pada tanaman guna mengetahui ketepatan identitas tanaman yang akan dipergunakan.
Kebenaran identitas tanaman digunakan untuk menghindari adanya kemungkinan kesalahan dalam pengambilan sampel pada analisis fitokimia Harborne, 1987.
Daun sawo kecik diperoleh dari Gereja Katolik Hati Kudus Tuhan Yesus, Ganjuran, Bantul pada tanggal 3 Januari 2013 pada jam 10.00 WIB dan
dipreparasi sesuai tata cara penelitian. Hasil determinasi tanaman lampiran 1 menyatakan kebenaran tanaman yang diteliti, yakni Manilkara kauki L. Dubard
atau sawo kecik.
B. Hasil Skrining Fitokimia
Skrining fitokimia dilakukan untuk mengetahui kandungan fitokimia yang ada dalam daun sawo kecik. Menurut Khare 2007, seluruh bagian tanaman
sawo kecik mengandung taraxerol triterpenoid, triterpene ketone triterpenoid, α- dan β-amyrin triterpenoid, sinamat fenilpropanoid, α-spinasterol steroid,
β-sitosterol steroid, β-D-glukosida glikosida, kuersitol inositol, kuersetin dan dihidroderivat kuersetin flavonoid, dan asam ursolat triterpenoid. Penulis
melakukan skrining fitokimia meliputi golongan alkaloid, flavonoid, saponin, tanin, steroid dan triterpenoid, yang mengacu pada penelitian Mustikasari dan
Ariyani 2010 serta Susmiati 2010. Hasil skrining fitokimia yang dilakukan