Remaja dan Perilaku Rentan Gizi

10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Remaja dan Perilaku Rentan Gizi

Definisi remaja menurut WHO adalah suatu masa perkembangan seorang individu yang ditandai dengan munculnya tanda-tanda seksual sekunder pubertas hingga mencapai kematangan seksual. Periode ini adalah suatu perubahan atau peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa, yang terdiri dari perubahan secara biologik, psikologik dan sosial. Batasan umur remaja menurut WHO yaitu 10-18 tahun Soetjiningsih, 2004. Masa remaja ini dikatakan rentan terhadap masalah gizi oleh karena terjadi percepatan pertumbuhan dan perkembangan tubuh yang memerlukan energi lebih banyak serta terjadi perubahan gaya hidup dan kebiasaan makan yang menuntut penyesuaian masukan energi dan zat gizi. Perilaku rentan gizi pada remaja salah satunya ditunjukkan dengan kebiasaan makan yang kurang baik. Kebiasaan makan yang kurang baik ini biasanya diawali dengan kebiasaan makan keluarga yang tidak baik yang sudah tertanam sejak kecil kemudian berlanjut hingga remaja. Bentuk kebiasaan makan yang tidak baik ini diantaranya adalah makan seadanya tanpa mengetahui kebutuhan berbagai zat gizi dan dampak akibat tidak terpenuhinya kebutuhan zat gizi tersebut terhadap kesehatan. Sebuah studi di Korea yang dilakukan oleh Kim, dkk. 2007 membuktikan bahwa pola makan pada remaja dapat mempengaruhi status gizi mereka. Penelitian ini dilakukan dengan mengelompokkan remaja pada tiga pola makan, yaitu pola makan tradisional Korea, pola makan barat, pola makan modifikasi. Hasil penelitiannya menemukan bahwa kejadian obesitas sentral paling tinggi pada pola makan barat sebesar 16,8. Pola makan barat dalam hal ini adalah pola makan yang banyak mengkonsumsi tepung dan roti, hamburger, pizza, makanan ringan dan sereal, gula dan makanan manis. Kejadian obesitas sentral pada kelompok dengan pola makan tradisional Korea adalah 9,8. Pola makan tradisional Koreal yaitu pola makan yang banyak mengkonsumsi kimchi, nasi, ikan dan rumput laut. Sementara kejadian obesitas sentral pada kelompok dengan pola makan modifikasi sebesar 9,7. Pola makan modifikasi dalam hal ini adalah pola makan yang banyak mengkonsumsi mie, tetapi diselingi dengan kimchi dan nasi. Penelitian lainnya yang dilakukan oleh Hallstrom, dkk. 2011 menunjukkan bahwa sekitar 34 remaja di Eropa memiliki kebiasaan tidak sarapan di pagi hari. Sementara Merten, dkk. 2009 membuktikan bahwa remaja yang memiliki kebiasaan sarapan memiliki kecenderungan untuk tidak mengalami obesitas.

2.2 Intelegensi