Manfaat praktis Manfaat teoritis

1.2.2 Apakah terdapat hubungan antara lama obesitas dengan tingkat intelegensi pada siswa SMP?

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan umum

Penelitian ini secara umum bertujuan untuk membuktikan bahwa status gizi berhubungan dengan tingkat intelegensi pada siswa SMP.

1.3.2 Tujuan khusus

Penelitian ini secara khusus bertujuan: a. Menentukan proporsi IQ di bawah rata-rata pada siswa SMP yang mengalami obesitas. b. Menentukan proporsi IQ di bawah rata-rata pada siswa SMP dengan status gizi normal. c. Membandingkan proporsi IQ di bawah rata-rata pada siswa SMP yang mengalami obesitas dengan siswa SMP yang status gizinya normal. d. Membuktikan hubungan lama obesitas dengan tingkat intelegensi pada siswa SMP.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat praktis

Secara praktis penelitian ini dapat dijadikan pertimbangan dalam upaya peningkatan kualitas SDM dengan mengoptimalkan perkembangan kognitif anak remaja yang nantinya akan berdampak pada tingkat intelegensi. Intervensi yang dapat dilakukan adalah dengan memberikan informasi mengenai dampak memberikan makanan cepat saji kepada anak karena dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangannya yaitu berpotensi mengalami obesitas yang kemudian berdampak secara tidak langsung terhadap tingkat intelegensinya. Dengan demikian diharapkan dapat menekan jumlah anak yang mengalami obesitas, yang juga berpotensi menderita penyakit tidak menular pada saat dewasa serta dapat mewujudkan generasi dengan kemampuan intelektual yang optimal.

1.4.2 Manfaat teoritis

a. Hasil penelitian ini dapat menjadi evidence atau bukti ilmiah mengenai hubungan status gizi dengan tingkat intelegensi anak remaja sehingga dapat memperkaya khazanah ilmu pengetahuan. b. Sebagai acuan atau bahan referensi bagi peneliti selanjutnya untuk melakukan penelitian yang terkait sesuai dengan perkembangan IPTEK. 10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Remaja dan Perilaku Rentan Gizi

Definisi remaja menurut WHO adalah suatu masa perkembangan seorang individu yang ditandai dengan munculnya tanda-tanda seksual sekunder pubertas hingga mencapai kematangan seksual. Periode ini adalah suatu perubahan atau peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa, yang terdiri dari perubahan secara biologik, psikologik dan sosial. Batasan umur remaja menurut WHO yaitu 10-18 tahun Soetjiningsih, 2004. Masa remaja ini dikatakan rentan terhadap masalah gizi oleh karena terjadi percepatan pertumbuhan dan perkembangan tubuh yang memerlukan energi lebih banyak serta terjadi perubahan gaya hidup dan kebiasaan makan yang menuntut penyesuaian masukan energi dan zat gizi. Perilaku rentan gizi pada remaja salah satunya ditunjukkan dengan kebiasaan makan yang kurang baik. Kebiasaan makan yang kurang baik ini biasanya diawali dengan kebiasaan makan keluarga yang tidak baik yang sudah tertanam sejak kecil kemudian berlanjut hingga remaja. Bentuk kebiasaan makan yang tidak baik ini diantaranya adalah makan seadanya tanpa mengetahui kebutuhan berbagai zat gizi dan dampak akibat tidak terpenuhinya kebutuhan zat gizi tersebut terhadap kesehatan. Sebuah studi di Korea yang dilakukan oleh Kim, dkk. 2007 membuktikan bahwa pola makan pada remaja dapat mempengaruhi status gizi