22
5. Manfaat Informasi Biaya Mutu
Menurut R.A. Supriyono 1994 : 380 - 413 informasi biaya mutu dapat memberikan berbagai manfaat, antara lain dapat digunakan untuk:
a. Mengidentifikasikan peluang laba atau penghematan biaya dapat
meningkatkan laba. b.
Mengambil keputusan capital budgeting dan keputusan investasi c.
Menekan biaya pembelian dan biaya yang berkaitan dengan pemasok. d.
Pengidentifikasian pemborosan dalam aktivitas yang tidak dikehendaki pelanggan.
e. Pengidentifikasian sistem yang berlebihan
f. Menentukan apakah biaya-biaya mutu telah didistribusikan secara
tepat. g.
Menentukan tujuan dalam anggaran dan perencanaan laba h.
Mengidentifikasi masalah-masalah mutu. i.
Dijadikan sebagai alat manajerial untuk ukuran perbedaan tentang hubungan masukan dan keluaran.
j. Dijadikan sebagai ukuran penilaian kinerja yang objektif.
6. Produktivitas
Produktivitas berhubungan dengan memproduksi keluaran output secara efisien, dengan menggunakan kuantitas masukan sesedikit mungkin Supriyono,
1994 : 414: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
a. Penentuan pengukur produktivitas
Produktivitas berkaitan dengan memproduksi keluaran secara efisien dan khususnya ditujukan pada hubungan keluaran dengan masukan yang
digunakan untuk memproduksi keluaran tersebut. Biasanya perbedaan kombinasi atau bauran masukan dapat digunakan
untuk menghasilkan tingkat keluaran tertentu. Efisiensi produktif total adalah titik yang memenuhi dua kondisi yang memuaskan, yaitu:
1. Untuk setiap bauran masukan tertentu dapat menghasilkan keluaran
dalam jumlah tertentu, dalam arti tidak ada kelebihan pemakaian masukan untuk menghasilkan keluaran tersebut, meskipun mungkin
hanya satu unit. 2.
Dengan menggunakan bauran masukan tertentu yang memuaskan sebagaimana kondisi pertama, bauran yang memiliki biaya paling rendah
yang dipilih. Kondisi pertama disebabkan oleh hubungan teknis, oleh sebab itu
dinamakan efisiensi teknis. Kondisi kedua disebabkan oleh hubungan relatif harga masukan dan oleh karena itu disebut efisiensi harga.
Program peningkatan produktivitas berkaitan dengan gerakan ke arah produktif total. Sebagai contoh peningkatan produktivitas dapat
dicapai dengan: 1.
Menggunakan semua masukan dalam jumlah yang lebih sedikit untuk menghasilkan keluaran dalam jumlah yang sama, atau
24
2. Menghasilkan keluaran yang lebih banyak dengan menggunakan
masukan yang sama. Pengukuran produktivitas berhubungan dengan pengukuran
perubahan produktivitas, sehingga usaha-usaha untuk meningkatkan produktivitas dapat dievaluasi. Pengukuran dapat juga bersifat prospektif
dan sebagai masukan untuk pembuatan keputusan strategik. Ukuran-ukuran produktivitas dapat dikembangkan untuk satu masukan secara terpisah atau
untuk semua masukan secara bersama-sama. b.
Pengukuran produktivitas parsial Pembahasan
mengenai pengukuran produktivitas parsial mencakup:
1 penentuan produktivitas parsial, 2 ukuran-ukuran parsial dan pengukuran perubahan produktivitas, 3 keunggulan ukuran-ukuran parsial, dan 4
kelemahan ukuran-ukuran parsial. 1.
Penentuan ukuran produktivitas parsial Produktivitas masukan tunggal biasanya diukur dengan menghitung
rasio keluaran terhadap masukan. Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut :
Rasio produktivitas = Keluaran : Masukan
Karena yang diukur hanya produktivitas satu masukan, maka ukuran tersebut dinamakan ukuran produktivitas parsial. Jika masukan dan
keluaran tersebut keduanya diukur dalam kuantitas fisik maka ukuran ini dinamakan ukuran produktivitas operasional. Jika keluaran dan masukan
25
dinyatakan dalam nilai uang, misalnya rupiah maka ukuran ini dinamakan ukuran produktivitas finansial. Sebagai contoh, misalnya dalam tahun 1993
PT. Teknikatama memproduksi produk A sebanyak 55.000 unit dengan menggunakan 11.000 jam kerja karyawan maka rasio produktivitas tenaga
kerja adalah sebanyak: 55.000 : 11.000 = 5.
Unit setiap jam kerja, karena unit-unit tersebut dinyatakan dalam ukuran fisik, maka ukuran tersebut dinamakan ukuran operasional.
2. Ukuran-ukuran parsial dan ukuran perubahan
Rasio produktivitas
tenaga kerja pada contoh PT. Teknikatama untuk
tahun 1993 sebesar 5 unit untuk satu jam kerja tersebut adalah produktivitas yang dialami oleh perusahaan tersebut.
Jika rasio
tersebut berdiri sendiri-sendiri tanpa berhubungan dengan
yang lain, rasio tersebut hanya memberikan informasi yang sedikit mengenai efisiensi produktif atau informasi mengenai apakah perusahaan
mengalami peningkatan atau penurunan produktivitas. Namun mungkin saja perusahaan menyusun laporan mengenai peningkatan atau penurunan
efisiensi produktivitas dengan mengukur perubahan dalam produktivitas periode sebelumnya, sehingga ukuran produktivitas saat ini harus
dibandingkan dengan periode sebelumnya. Dalam hal ini produktivitas periode sebelumnya tersebut dinamakan periode dasar dan berfungsi
sebagai kriteria atau standar untuk mengukur perubahan dalam efisiensi produktif. Periode sebelumnya digunakan sebagai kriteria atau standar
26
dapat dipilih sesuai periode yang diinginkan, misalnya tahun sebelumnya atau periode yang diperlukan untuk memproduksi batch produk yang
terakhir. Untuk evaluasi strategik periode dasar biasanya dipilih pada awal tahun.
Sebagai contoh,
jika PT.
Teknikatama menggunakan tahun 1993 sebagai periode dasar maka standar produktivitas tenaga kerja adalah 5 unit
produk A dalam satu jam kerja. Pada akhir tahun 1993 manajemen perusahaan tersebut memutuskan untuk mencoba prosedur baru dalam
merakit produk dalam tahun 1994 dengan harapan prosedur baru tersebut dapat menggunakan tenaga kerja lebih efisien. Dalam tahun 1994, produk
A diproduksi 550.000 dengan menggunakan jam kerja 100.000 jam, maka: a.
Besarnya rasio produktivitas dalam tahun 1994 adalah: 550.000 : 100.000 = 5,5 unit produk per jam
b. Perubahan produktivitas tenaga kerja dari tahun dasar 1993 ke 1994
adalah sebesar: 5,5 – 5 = 0,5 unit per jam. Perubahan tersebut merupakan peningkatan yang signifikan dalam produktivitas tenaga
kerja dan merupakan bukti pendukung keunggulan proses perakitan baru.
3. Keunggulan ukuran-ukuran parsial
Ukuran-ukuran parsial
sebagai ukuran produktivitas mempunyai beberapa keunggulan sebagai berikut:
27
a. Memungkinkan manajer untuk memusatkan pada penggunaan masukan
tertentu. b.
Ukuran operasional parsial lebih mudah digunakan untuk menilai kinerja produktivitas karyawan operasional. Misalnya para karyawan
dihubungkan dengan jumlah unit produk yang dihasilkan per jam atau jumlah produk yang dihasilkan per satuan baret. Jadi ukuran-ukuran
operasional parsial dapat menyediakan umpan balik yang dapat dengan mudah dihubungkan dan dimengerti oleh karyawan operasional karena
menggunakan ukuran-ukuran yang berkaitan dengan masukan yang dapat dikendalikannya.
c. Untuk kepentingan operasional seringkali standar kinerja digunakan
bersifat jangka pendek. Sebagai contoh standar yang digunakan dapat berupa rasio-rasio batch produksi sebelumnya.
d. Dengan menggunakan standar parsial, produktivitas dalam satu tahun itu
sendiri dapat ditelusuri. 4.
Kelemahan-kelemahan ukuran parsial Meskipun ukuran-ukuran parsial sebagai ukuran produktivitas
mempunyai beberapa keunggulan, namun ukuran-ukuran ini sekaligus mempunyai beberapa kelemahan sebagai berikut: 1 Ukuran parsial dapat
digunakan secara terpisah, atau tidak dihubungkan dengan ukuran-ukuran lainya dapat menyesatkan, 2 Penurunan produktivitas merupakan salah
satu jenis masukan mungkin diperlukan untuk meningkatkan produktivitas PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
lainnya. Perubahan tingkat produktivitas masukan ini mungkin memang diharapkan oleh manajemen jika keseluruhan biaya menurun, namun akibat
yang bersifat menyeluruh ini tidak dapat tercermin dalam pengukuran produktivitas parsial.
c. Pengukuran produktivitas total
Pengukuran produktivitas total adalah pengukuran produktivitas berkait laba, karena perubahan laba dari periode dasar ke periode selanjutnya
sebagian disebabkan oleh perubahan produktivitas. Pengukuran produktivitas berkait laba adalah alat ukur untuk menilai jumlah perubahan
laba yang disebabkan oleh perubahan produktivitas. Pengkaitan produktivitas berkait laba dijelaskan oleh aturan sebagai berikut:
Perubahan laba karena perubahan produktivitas = biaya masukan yang akan digunakan periode ini dalam kondisi tidak ada perubahan
produktivitas – biaya masukan kini yang sesungguhnya digunakan. Adapun tahap – tahap yang digunakan untuk menerapkan aturan berkait
laba tersebut sebagai berikut: 1.
Menghitung masukan yang akan digunakan untuk periode ini tanpa memperhitungkan netral terhadap perubahan produktivitas.
KNP = Keluaran Kini : Rasio produktivitas periode dasar KNP = Kuantitas masukan netral produktivitas
29
2. Menghitung biaya KNP total
Biaya KNP total = ∑ KNP x H
3. Menghitung biaya kini sesungguhnya BKS
BKS = ∑ KS x H
4. Menghitung dampak produktivitas terhadap laba DPBL
DPBL = Biaya KNP total – BKS
7. Mutu dan Produktivitas