Masa Kerja Usia Kebiasaan Merokok

berdampak pada tinggi rendahnya risiko kejadian LBP. Karakteristik individu tersebut antara lain, usia, waktu kerja, tingkat pendidikan, IMT, masa kerja, dan kebiasaan merokok.

2.3 Faktor Risiko Low Back Pain LBP

Kondisi dari seseorang yang dapat menyebabkan terjadinya keluhan LBP adalah sebagai berikut:

2.3.1 Masa Kerja

Masa kerja adalah panjangnya waktu terhitung mulai masuknya pekerja hingga saat penelitian dilakukan. Dalam hal ini dapat dikaitkan antara masa kerja dengan timbulnya keluhan LBP. Jadi semakin lama masa kerja danatau semakin lama seseorang terpajan faktor risiko LBP ini maka semakin besar pula risiko untuk mengalami LBP. Menurut penelitian Umami, dkk. 2014 pada pekerja batik tulis paling banyak mengalami keluhan nyeri punggung bawah adalah yang mempunyai masa kerja 10 tahun dan paling banyak mengalami keluhan nyeri punggung bawah.

2.3.2 Usia

Santiasih 2013 menyatakan bahwa pada umumnya keluhan otot skeletal mulai dirasakan pada usia kerja, yaitu 25-65 tahun. Keluhan pertama biasanya dirasakan pada usia 35 tahun dan tingkat keluhan akan terus meningkat sejalan dengan bertambahnya usia. Hal ini terjadi karena pada usia setengah baya, kekuatan dan ketahanan otot mulai menurun sehingga risiko terjadinya keluhan otot meningkat. Sebagai contoh, Betti’e dalam Santiasih 2013 telah melakukan studi tentang kekuatan statik otot untuk pria dan wanita dengan usia antara 20 sampai dengan di atas 60 tahun. Penelitian difokuskan untuk otot lengan, punggung dan kaki Hasil penelitian menunjukkan bahwa kekuataan otot maksimal terjadi pada saat usia antara 20-29 tahun, selanjutnya terus terjadi penurunan sejalan dengan bertambahnya usia. Pada saat usia mencapai 60 tahun, rerata kekuataan otot menurun sampai 20. Menurut penelitian Widjaya, dkk. 2013 pada pekerja furniture dari 43 pekerja yang mengalami LBP sebanyak 37, 21 berasal dari kelompok usia lebih dari 45 tahun.

2.3.3 Kebiasaan Merokok

Sama halnya dengan faktor jenis kelamin, pengaruh kebiasaan merokok terhadap risiko keluhan otot juga masih diperdebatkan dengan para ahli, namun demikian, beberapa penelitian telah membuktikan bahwa meningkatnya keluhan otot sangat erat hubungannya dengan lama dan tingkat kebiasaan merokok. Semakin lama dan semakin tinggi frekuensi merokok, semakin tinggi pula tingkat keluhan otot yang dirasakan Tarwaka dan Sudiajen, 2004. Kebiasaan merokok akan menurunkan kapasitas paru-paru, sehingga kemampuannya untuk mengkonsumsi oksigen akan menurun. Beberapa penelitian menemukan hubungan yang signifikan antara kebiasaan merokok dengan keluhan otot pinggang, khususnya untuk pekerjaan yang memerlukan pengerahan otot. Hal ini sebenarnya erat kaitannya dengan kondisi kesegaran tubuh seseorang. Kebiasaan merokok akan menurunkan kapasitas paruparu, sehingga kemampuan untuk mengkonsumsi oksigen menurun dan sebagai akibatnya, tingkat kesegaran tubuh juga menurun. Apabila yang bersangkutan harus melakukan tugas yang menuntut pengerahan tenaga, maka akan mudah lelah karena kandungan oksigen dalam darah rendah, pembakaran karbohidrat terhambat, terjadi tumpukan asam laktat dan akhirnya timbul rasa nyeri otot. Menurut Bustan dalam Septiawan, 2012 jenis perokok dapat dibagi atas tiga kelompok, yaitu : a. Perokok Ringan Disebut perokok ringan apabila merokok kurang dari 10 batanghari. b. Perokok Sedang Disebut perokok sedang jika menghisap 10 – 20 batanghari. c. Perokok Berat Disebut perokok berat jika menghisap lebih dari 20 batanghari. Menurut penelitian Munir 2012 responden yang mempunyai kebiasaan merokok lebih tinggi untuk mengalami nyeri punggung bawah dibanding dengan responden yang tidak merokok dan ternyata 29,3 responden yang merokok mengalami LBP.

2.3.4 Indeks Massa Tubuh IMT