Peningkatan Penerimaan Pajak Penghasilan Orang Pribadi Yang Dipengaruhi Oleh Jumlah Kepemilikan NPWP dan Pemeriksaan Pajak (Studi Kasus pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama bandung Bojonagara Periode 2013-2015)

(1)

SURAT KETERANGAN

PERSETUJUAN PUBLIKASI

Bahwa yang bertanda tangan dibawah ini, penulis dan pihak perusahaan atau

instansi tempat penelitian, Menyetujui:

“Untuk memberikan kepada Universitas Komputer

Indonesia

Hak Bebas

Royalty

Noneksklusif atas penelitian ini dan bersedia untuk di-

online

-kan, sesuai dengan

ketentuan yang berlaku untuk kepentingan riset dan penelitian

Bandung, Agustus 2016

Menyetujui,

Penulis

Ketua Tax Center UNIKOM

Puspa Rani Novidha

Prof. Dr. Hj. Umi Narimawati, Dra., SE., M.Si

NIM. 21112257

NIP.4127.34.02.015

Mengetahui,

Dosen Pembimbing

Prof. Dr. Hj. Umi Narimawati, Dra., SE., M.Si

NIP.4127.34.02.015

Catatan:

Kecuali Bab I, III, IV, dan V untuk lampiran tidak di-

online

-kan

1.

Pihak instansi tidak ingin dipublikasikan, dan

2.

Untuk menghindari penyalahgunaan data oleh penulis yang dapat merugikan

penulis dan instansi tempat penelitian.


(2)

(3)

(4)

99

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

1.

DATA PRIBADI

NIM

: 21112257

Jenis Kelamin

: Perempuan

Nama Lengkap

: Puspa Rani Novidha

Tempat, Tanggal Lahir

: Bandung, 06 November 1994

Agama

: Islam

Kewarganegaraan

: Indonesia

Status

: Belum Kawin

Fakultas

: Ekonomi

Program Studi

: Akuntansi

Alamat

: Sarijadi Blok 16 No. 133 RT. 02 RW. 07

Bandung - 40151

No. HP

: 082240819299

E-mail

: ranipuspaaa@yahoo.co.id

2.

RIWAYAT PENDIDIKAN

Demikian riwayat hidup ini saya buat dengan sebenar-benarnya dalam keadaan

sadar dan tanpa paksaan.

2000 - 2006

: SD Negeri Sarijadi 9 Bandung

2006 - 2009

: SMP Negeri 26 Bandung

2009 - 2012

: SMA Negeri 15 Bandung


(5)

PENINGKATAN PENERIMAAN PAJAK PENGHASILAN

ORANG PRIBADI YANG DIPENGARUHI OLEH JUMLAH

KEPEMILIKAN NPWP DAN PEMERIKSAAN PAJAK

(Studi Kasus Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Bojonagara

Periode 2013-2015)

THE INCREASING OF PERSONAL INCOME TAX REVENUE

INFLUENCED BY TAX ID NUMBER OWNERSHIP AND

TAX AUDIT

(Case Study at The Tax Office Bandung Bojonagara Period 2013-2015)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Menempuh Program Strata I

Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Pada Program Studi Akuntansi

Oleh

Puspa Rani Novidha

21112257

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA

BANDUNG

2016


(6)

iii

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum

wr.wb.

Segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang senantiasa

melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini

yang berjudul

Peningkatan Penerimaan Pajak

Penghasilan Orang Pribadi Yang Dipengaruhi Oleh Jumlah Kepemilikan

NPWP dan Pemeriksaan Pajak

”.

Untuk melengkapi salah satu syarat jenjang

Strata I (SI) guna memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Program Studi

Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Komputer Indonesia

Bandung.

Dalam penyusunan skripsi ini penulis menyadari sepenuhnya bahwa

skripsi ini masih jauh dari sempurna, mengingat keterbatasan pengetahuan,

pengalaman serta kemampuan penulis, untuk itu penulis memerlukan saran-saran

dan kritik yang bersifat membangun.

Penulisan skr

ipsi ini tidak lepas dari bimbingan, do’a dan dukungan dari

berbagai pihak, terutama kepada Prof. Dr. Hj. Umi Narimawati, Dra., SE., M.Si

selaku Dosen Pembimbing yang senantiasa meluangkan waktu guna

membimbing, mengarahkan, dan memberikan petunjuk yang sangat berharga

dalam menyusun skripsi ini sehingga penulis dapat menyelesaikannya dengan

baik, penulis juga mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya

kepada:


(7)

iv

1.

Dr. Ir. H. Eddy Soeryanto Soegoto selaku Rektor Universitas Komputer

Indonesia.

2.

Prof. Dr. Hj. Dwi Kartini, SE., Spec, Lic., selaku Dekan Fakultas Ekonomi

dan Bisnis Universitas Komputer Indonesia.

3.

Dr. Siti Kurnia Rahayu, SE., M.Ak., Ak.,CA selaku Ketua Program Studi

Akuntansi Universitas Komputer Indonesia.

4.

Dr. Ely Suhayati, SE., M.Si., Ak., CA selaku Dosen Penguji I dan Arni

Purwanti, SE., MM selaku Dosen Penguji II yang berkenan memberikan

bimbingan, membina dan mengarahkan penulis sehingga skripsi ini dapat

terselesaikan.

5.

Seluruh Staf Dosen dan Staf Sekretariat Universitas Komputer Indonesia

khususnya pada Program Studi Akuntansi

6.

Kepada keluarga tercinta bapak, ibu, kak Dewi, kak Ali, Daffi dan Aka

Prima yang telah memberikan dukungan moril dan materil serta

semangat pada penulis.

7.

Kepada rekan-rekan kelas Akuntansi 6 dan teman seperjuangan

bimbingan skripsi dan semua sahabat tercinta Hera, Indah, Ninda,

Dhineu dan Ijul,

terimakasih atas kerjasamanya, dorongan serta motivasi

kalian selama ini.

8.

Serta semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Akhirnya penulis mengharapkan semoga skripsi ini dapat menambah

pengetahuan dan wawasan bagi kita semua dan semoga doa, dorongan,


(8)

v

perhatian dan pengertian yang diberikan kepada penulis mendapat balasan

pahala yang berlipat dari Tuhan Yang Maha Esa.

Terima kasih.

Bandung, Agustus 2016

Penulis,

Puspa Rani Novidha

NIM. 21112257


(9)

vi

DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PENGESAHAN

SURAT KETERANGAN PUBLIKASI

SURAT PERNYATAAN

MOTTO

ABSTRACT ... i

ABSTRAK

... ii

KATA PENGANTAR

... iii

DAFTAR ISI

... vi

DAFTAR GAMBAR

... x

DAFTAR TABEL

... xi

DAFTAR LAMPIRAN

... xii

BAB I PENDAHULUAN

... 1

1.1 Latar Belakang Penelitian ... 1

1.2 Identifikasi Masalah ... 6

1.3 Rumusan Masalah ... 6

1.4 Maksud dan Tujuan Penelitian ... 7

1.4.1 Maksud Penelitian ... 7

1.4.2 Tujuan Penelitian ... 7

1.5 Kegunaan Penelitian... 7


(10)

vii

1.5.2 Kegunaan Akademis ... 8

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN

HIPOTESIS

... 9

2.1 Kajian Pustaka ... 9

2.1.1 Pajak ... 9

2.1.1.1 Pengertian Pajak ... 9

2.1.1.2 Fungsi Pajak ... 10

2.1.2 Kepemilikan NPWP ... 10

2.1.2.1 Indikator Kepemilikan NPWP ... 11

2.1.3 Pemeriksaan Pajak ... 11

2.1.3.1 Pengertian Pemeriksaan Pajak ... 11

2.1.3.2 Tujuan Pemeriksaan Pajak ... 12

2.1.3.3 Indikator Pemeriksaan Pajak ... 13

2.1.4 Penerimaan Pajak Penghasilan ... 14

2.1.4.1 Pengertian Penerimaan Pajak ... 14

2.1.4.2 Pengertian Pajak Penghasilan ... 14

2.1.4.3 Indikator Penerimaan Pajak Penghasilan

Orang Pribadi ... 15

2.2 Kerangka Pemikiran ... 16

2.2.1 Peningkatan Penerimaan Pajak Penghasilan Orang Pribadi

yang Dipengaruhi oleh Jumlah Kepemilikan NPWP ... 18

2.2.2 Peningkatan Penerimaan Pajak Penghasilan Orang Pribadi


(11)

viii

yang Dipengaruhi oleh Pemeriksaan Pajak ... 19

2.3 Hipotesis ... 20

BAB III METODE PENELITIAN

... 22

3.1 Metode Penelitian yang Digunakan ... 22

3.2 Operasionalisasi Variabel ... 24

3.3 Sumber Data ... 26

3.4 Populasi, Sampel dan Tempat serta Waktu penelitian ... 26

3.4.1 Populasi ... 26

3.4.2 Penarikan Sampel ... 27

3.4.3 Tempat dan Waktu Penelitian ... 28

3.5 Metode Pengumpulan Data ... 28

3.6 Metode Pengujian Data ... 30

3.6.1 Rancangan Analisis ... 30

3.6.2 Uji Hipotesis ... 40

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

... 44

4.1 Hasil Penelitian... 44

4.1.1 Hasil Analisis Deskriptif ... 44

4.1.1.1

Analisis Deskriptif Jumlah Kepemilikan NPWP

Pada KPP Bandung Bojonagara Periode

2013-2015 ... 45

4.1.1.2

Analisis Deskriptif Pemeriksaan Pajak

Pada


(12)

ix

2013-2015

49

4.1.1.3

Analisis Deskriptif Penerimaan PPh Orang Pribadi

Pada KPP Bandung Bojonagara Periode

2013-2015

53

4.1.2 Hasil Analisis Verifikatif ... 59

4.1.2.1 Pengujian Asumsi Klasik

59

4.1.2.2 Analisis Regresi Linear Berganda

64

4.1.2.3 Korelasi Parsial

66

4.1.2.4 Koefisien Determinasi

67

4.1.2.5 Pengujian Hipotesis Parsial (Uji t)

69

4.2 Pembahasan ... 72

4.2.1 Peningkatan Penerimaan Pajak Penghasilan Orang Pribadi

Yang Dipengaruhi Oleh Jumlah Kepemilikan NPWP

72

4.2.2 Peningkatan Penerimaan Pajak Penghasilan Orang Pribadi

Yang Dipengaruhi Oleh Pemeriksaan Pajak

75

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

... 78

5.1 Kesimpulan ... 78

5.2 Saran ... 79

5.2.1 Saran Operasional

79

5.2.2 Saran Akademis

80

DAFTAR PUSTAKA

... 81


(13)

(14)

81

DAFTAR PUSTAKA

Agung Setyo Purwanto. 2015.

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kepatuhan

Wajib Pajak Badan Yang Terdaftar Di KPP Pratama Surakarta

.

Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Agusti, Asri Fika dan Vinola Herawaty. 2009.

Pengaruh Tingkat Kepatuhan

Wajib Pajak Badan Terhadap Peningkatan Penerimaan Pajak yang

Dimoderasi oleh Pemeriksaan Pajak Pada KPP Pratama.

Simposium

Nasional Akuntansi (SNA)-XII Palembang.

Andi Supangat. 2007.

Statistika dalam Kajian Deskriptif, Inferensi dan

Nonparametrik

. Edisi Pertama. Kencana Prenada Media Group:

Jakarta.

Bambang Brodjonegoro, Menteri Keuangan. 2016.

Pemerintah Fokus Pada Wajib

Pajak Orang Pribadi Untuk Capai Target Penerimaan 2016.

Diakses

di http://www.kemenkeu.go.id

. 2016. Penerimaan Pajak Tak Target,Ini

Langkah Menkeu

. Diakses di http://news.viva.co.id

Darussalam, Pengamat Perpajakan Universitas Indonesia. 2014.

Pengamat: DJP

Harus Dipimpin Orang yang Paham Hukum Pajak. Diakses di

http://bisniskeuangan.kompas.com/

Dasto Ledyanto, Kepala Kanwil DJP Jawa Tengah I. 2014.

Ini Dia Penyebab

Target

Penerimaan

Pajak

Begitu

Rendah.

Diakses

di

http://www.republika.co.id

Dwi Prasetyo Ferry. 2006.

Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pemilik

Usaha Kecil Menengah dalam Pelaporan Kewajiban Perpajakan di

Daerah Jogjakarta

. Skripsi Strata-1, Fakultas Ekonomi, Universitas

Islam Indonesia, Jogjakarta.

Eka Yuliyanto. 2014.

Pengaruh Kompetensi, Skeptisisme Profesional Tekanan

Waktu Dan Terhadap Kualitas Pemeriksaan Pajak

. Tesis. Universitas

Gadjah Mada.

Jogjakarta.

Erly Suandy. 2011.

Perencanaan Pajak

, Edisi 5. Salemba Empat: Jakarta.

Ervina Krisbianto. 2007.

Efektifitas Pelaksanaan Pemeriksaan Dalam Rangka

Meningkatkan Penerimaan Negara Dari Sektor Pajak

. Jurnal Jurusan

Iesp-Perpajakan Fakultas Ekonomi Universitas Brawijaya. Malang.


(15)

82

Fuad Rachmany, Direktur Jenderal Pajak. 2014.

Ditjen Pajak Tingkatkan Potensi

Penerimaan Pajak Orang Pribadi di Luar Karyawan

. Diakses di

http://www.beritasatu.com/

Gujarati, Damodar N. 2003.

Basic Econometrics fourth edition

. New York:

McGraw-Hill.

Husein Umar. 2005.

Metode Penelitian

. Salemba Empat: Jakarta.

Imam Ghozali. 2011.

Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program ISM 19.

Badan Penerbit UNDIP: Semarang.

Irawan, Direktur Pemeriksaan dan Penagihan Ditjen Pajak Kemenkeu. 2016.

Kurang bayar pajak dari 2011 sampai 2015 capai Rp225,12 triliun

.

Diakses di http://www.antaranews.com/

John Hutagaol. 2007.

Perpajakan: Isu-isu Kontemporer

. Graha Ilmu, Yogyakarta.

Kismantoro Petrus, Direktur Pelayanan, Penyuluhan dan Hubungan Masyarakat

(P2 Humas) Direktorat Jenderal Pajak

.

2013.

Wajib Pajak Orang

Pribadi

Ditarget

Naik

jadi

21

Juta

Jiwa

.

Diakses

di

http://www.beritasatu.com/

Ken Dwijugiasteadi, Staf Ahli Bidang Peraturan dan Penegakan Hukum Pajak

DJP. 2016.

Pemerintah Fokus Pada Wajib Pajak Orang Pribadi Untuk

Capai

Target

Penerimaan

2016.

Diakses

di

http://www.kemenkeu.go.id

Mekar Satria Utama, Direktur Pelayanan, Penyuluhan dan Hubungan Masyarakat

(

P2 Humas) Direktorat Jenderal Pajak. 2015.

Realisasi Pajak Melonjak

56% Periode Maret ke April.

Diakses di http://bisnis.liputan6.com

Muhammad Wisnu Ramayandi Nugraha. 2015.

Pengaruh Ekstensifikasi Pajak

Dan Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi Terhadap Tingkat

Penerimaan Pajak Penghasilan (Studi Kasus Pada Kantor Pelayanan

Pajak Pratama Bandung Tegallega)

. Universitas Widyatama.

Bandung.

Mulyadi. 2008.

Sistem Akuntansi

. Salemba Empat: Jakarta.

Rony Gunawan. 2012.

Pengaruh Jumlah Kepemilikan NPWP, Pelaporan SSP,

Dan Pemeriksaan Pajak Terhadap Penerimaan Pajak Penghasilan

Wajib Pajak Badan Pada KPP Pratama Karanganyar

. Universitas

Sebelas Maret. Surakarta.


(16)

83

S. R. Soemarso. 2007.

Akuntansi Suatu Pengantar,

Cetakan Kesembilan, Jilid 1.

PT. Rineka Cipta: Jakarta.

Salip dan Tendy Wanto. 2006.

Pengaruh Pemeriksaan Pajak Terhadap

Penerimaan Pajak (Studi Kasus: Di KPP Jakarta Kebon Jeruk).

Jurnal

.

Keuangan Publik Vol.4.

Sigit Priadi Pramudito, Direktur Jenderal Pajak Kementrian Keuangan. 2015.

Kementerian BUMN Dorong Evaluasi Aset.

Diakses di

http://koran-sindo.com

Singgih Santoso. 2007.

Buku Latihan SPSS Statistik Parametrik

. PT. Eleks Media

Komputindo: Jakarta.

Siti Kurnia Rahayu. 2010.

Perpajakan Indonesia

. Graha Ilmu: Yogyakarta.

Siti Resmi. 2009.

Perpajakan

, Edisi Kelima. Penerbit Salemba Empat: Jakarta

.

. 2011.

Perpajakan: Teori dan Kasus.

Salemba Empat, Jakarta.

Sony Devano dan Siti Kurnia Rahayu. 2006.

Perpajakan: Konsep, Teori dan Isu

.

Kencana: Jakarta.

Sugiyono. 2006.

Statistika Untuk Penelitian

. Alfabeta: Bandung.

. 2014.

Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif & RND

. Alfabeta:

Bandung.

Sukirman. 2011.

Pengaruh Manajemen Pemeriksaan Pajak terhadap Penerimaan

Pajak.

Jurnal: Analisis Manajemen, Vol.5, No.1.

Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-11/PJ/2013 Tahun 2013 Tentang

Rencana dan Strategi Pemeriksaan Tahun 2013

. Direktorat Jenderal

Pajak, Jakarta.

Suryadi. 2006.

Model Hubungan Kausal Kesadaran, Pelayanan, Kepatuhan

Wajib Pajak dan Pengaruhnya Terhadap Kinerja Penerimaan Pajak

Suatu Survei Di Wilayah Jawa Timur

. Jurnal Keuangan Publik. Vol. 4,

No. 1, April 2006. Hal. 105

121.

Uma Sekaran. 2006.

Metodologi Penelitian untuk Bisnis

. Edisi 4, Buku 2.

Salemba Empat: Jakarta.

. 2011.

Metode Penelitian Untuk Skripsi dan Tesis Bisnis Edisi 11

. PT

Raja Grafindo Persada: Jakarta.


(17)

84

Umi Narimawati. 2008.

Metodologi Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif, Teori

dan Aplikasi.

Agung Media: Bandung.

. 2010.

Metodologi Penelitian: Dasar Penyusun Penelitian

Ekonomi

. Genesis: Jakarta.

Viki Ariawan. 2016. Kepala Seksi Pengawasan dan Konsultasi I KPP Pratama

Bandung Bojonagara.


(18)

9

BAB II

KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

2.1

Kajian Pustaka

2.1.1 Pajak

2.1.1.1 Pengertian Pajak

Pengertian pajak menurut para ahli dibidang perpajakan

bermacam-macam, namun pengertian tersebut memiliki inti dan tujuan yang sama. Dibawah

ini pengertian pajak menurut beberapa ahli perpajakan.

Pengertian pajak menurut Rochmat Soemitro (2009:1) yang dikutip oleh

Mardiasmo, mengatakan bahwa:

“Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang

-undang

(yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapat jasa timbal

(kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan

untuk memba

yar pengeluaran umum”.

Sedangkan pengertian pajak menurut P.J.A. Andriani (2010:22) yang

dikutip oleh Siti Kurnia Rahayu, mengatakan bahwa:

“Pajak adalah iuran kepada negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang

oleh yang wajib membayarkan menurut peraturan-peraturan dengan tidak

mendapatkan prestasi kembali, yang langsung dapat ditunjuk, dan yang

gunanya adalah untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran umum

berhubungan

dengan

tugas

negara

untuk

menyelenggarakan

pemerintahan”.

Berdasarkan pengertian-pengertian diatas dapat dikatakan bahwa pajak

adalah iuran rakyat kepada kas Negara (yang dapat dipaksakan) wajib dibayarkan

menurut

peraturan-peraturan

dengan

tidak

mendapatkan

jasa

timbal


(19)

10

(kontraprestasi) yang langsung ditunjukkan untuk membiayai

pengeluaran-pengeluaran umum untuk penyelenggaraan pemerintahan.

2.1.1.2 Fungsi Pajak

Pemungutan pajak mempunyai fungsi sebagai berikut:

Fungsi pajak menurut Mardiasmo (2003:1) mengatakan bahwa:

1. Fungsi

budgetair

artinya pajak sebagai sumber dana bagi pemerintah

untuk membiayai pengeluaran-pengeluarannya;

2. Fungsi mengatur (

regulerend

) artinya pajak sebagai alat untuk

mengatur atau melaksanakan kebijaksanaan pemerintah dalam bidang

sosial dan ekonomi

.

2.1.2 Kepemilikan NPWP

NPWP singkatan dari Nomor Pokok Wajib Pajak, merupakan identitas

Wajib Pajak dalam sistem administrasi perpajakan yang dipergunakan untuk

melakukan hak dan kewajiban dalam perpajakan oleh Wajib Pajak.

Pengertian NPWP (Nomor Pokok Wajib Pajak) menurut Undang-Undang

Nomor 16 tahun 2009 mengatakan bahwa:

“Nomor Pokok Wajib Pajak adalah nomor yang diberikan kepada Wajib

Pajak sebagai sarana dalam administrasi perpajakan yang dipergunakan

sebagai tanda pengenal diri atau identitas Wajib Pajak dalam

melaksanakan hak dan kewajiban p

erpajakannya”.

Sedangkan pengertian Nomor Pokok Wajib Pajak menurut Waluyo

(2009:24) mengatakan bahwa:

”Nomor Pokok Wajib Pajak

adalah nomor yang diberikan Direktur

Jenderal Pajak kepada wajib pajak sebagai sarana administrasi perpajakan

yang dipergunakan sebagai tanda pengenal diri atau identitas wajib pajak

dalam melaksanakan hak dan kewajiban perpajakannya”.

Adapun fungsi Nomor Pokok Wajib Pajak menurut Mardiasmo (2013:26)

adalah sebagai berikut:


(20)

11

“1. Sebagai tanda pengenal diri atau Identitas Wajib Pajak.

2. Untuk menjaga ketertiban dalam pembayaran pajak dan dalam

pengawasan administrasi perpajakan”.

Berdasarkan pengertian-pengertian diatas dapat dikatakan bahwa

Kepemilikan NPWP adalah nomor yang diberikan oleh Dirjen Pajak kepada calon

Wajib Pajak sebagai identitas Wajib Pajak dipergunakan untuk administrasi

perpajakan dalam memenuhi hal dan kewajiban perpajakannya.

2.1.2.1 Indikator Jumlah Kepemilikan NPWP

Kewajiban bagi Wajib Pajak Orang Pribadi untuk memiliki Nomor Pokok Wajib

Pajak (NPWP) atau ekstensifikasi jumlah pemilik NPWP di Indonesia berorientasi pada

usaha Direktur Jenderal Pajak untuk meningkatkan penerimaan pajak dari Wajib Pajak

Orang Pribadi dan meningkatkan kesadaran Wajib Pajak dan kepatuhan sukarela Wajib

Pajak akan pentingnya pajak bagi negara dan bagi kesejahteraan Wajib Pajak itu sendiri

(UU KUP No. 28 Tahun 2007).

Indikator yang digunakan adalah jumlah pemilik NPWP Orang Pribadi

(UU KUP No.28 tahun 2007).

2.1.3 Pemeriksaan Pajak

2.1.3.1 Pengertian Pemeriksaan Pajak

Pengertian pemeriksaan pajak menurut Soemarso (2007:60), mengatakan

bahwa:

Pemeriksaan pajak adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh

kantor pajak terhadap wajib pajak untuk mencari dan mengumpulkan data

atau keterangan lainnya guna penetapan besarnya pajak yang terutang

dan/atau tujuan lain dalam rangka pelaksanaan ketentuan peraturan

perundang-

undangan”.


(21)

12

Sedangkan pengertian pemeriksaan pajak menurut Siti Kurnia Rahayu

(2010:245) mengatakan bahwa:

Pemeriksaan pajak merupakan hal pengawasan pelaksanaan sistem

self

assessment

yang dilakukan oleh wajib pajak, harus berpegang teguh pada

Undang-

undang perpajakan”.

Berdasarkan kedua pengertian diatas dapat dikatakan bahwa pemeriksaan

pajak adalah serangkaian kegiatan dalam hal pengawasan wajib pajak atas sistem

self assessment

yang dilakukan oleh kantor pajak untuk menentukan besarnya

pajak terutang atau tujuan lain dalam rangka pelaksanaan sesuai ketentuan

perundang-undangan perpajakan.

2.1.3.2 Tujuan Pemeriksaan Pajak

Adapun tujuan dari Pemeriksaan Pajak sebagai berikut:

1)

Menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan Wajib Pajak dan

untuk tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan

perundang-undangan perpajakan.

Menurut Erly Suandy (2011:69) mengatakan bahwa:

Pemeriksaan dapat di lakukan dalam hal:

a. Surat Pemberitahuan menunjukan kelebihan pembayaran pajak,

termasuk yang telah diberikan pengembalian pendahuluan kelebihan

pajak.

b. Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan menunjukan rugi.

c. Surat Pemberitahuan tidak disampaikan atau disampaikan tidak pada

waktu yang telah ditetapkan.

d. Surat Pemberitahuan yang memenuhi kriteria seleksi yang ditentukan

oleh Dirjen Pajak.

e. Ada Indikasi kewajiban perpajakan selain kewajiban Surat


(22)

13

2)

Tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan perundang-undangan

perpajakan.

Menurut Erly Suandy (2011:72) mengatakan bahwa:

Pemeriksaan meliputi pemeriksaan yang dilakukan dalam rangka:

a. Pemberian Nomor Pokok Wajib Pajak secara jabatan.

b. Penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak.

c. Pengukuhan atau pencabutan pengukuhan Pengusaha Kena Pajak.

d. Wajib Pajak mengajukan keberatan.

e. Pengumpulan bahan guna penyusunan Norma Penghitungan

Penghasilan Neto.

f. Pencocokan data dan/atau alat keterangan.

g. Penentuan Wajib Pajak berlokasi didaerah terpencil.

h. Penentuan satu atau lebih tempat terutang Pajak Pertambahan Nilai.

i. Pelaksanaan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan

untuk tujuan lain selain nomor a sampai h”.

2.1.3.3 Indikator Pemeriksaan Pajak

Menurut dasar pemikiran Siti Kurnia Rahayu (2010:323) mengatakan

bahwa:

“Laporan pemeriksaan pajak merupakan dasar untuk penerbitan suatu

produk hukum perpajakan yaitu Surat Ketetapan Pajak (SKP)”.

Menurut Siti Kurnia Rahayu (2010:52) terdapat macam-macam surat

ketetapan pajak adalah sebagai berikut:

1.Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB)

2.Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan (SKPKBT)

3.Surat Ketetapan Pajak nihil (SKPN)

4.Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar (SKPLB)

”.

Salah satu produk dari aktivitas pemeriksaan pajak yang dilakukan oleh

fiskus adalah diterbitkannya Surat Ketetapan Pajak (SKP). Surat ketetapan pajak

yang mempunyai potensi untuk meningkatkan jumlah penerimaan pajak adalah

Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB), hal ini karena SKPKB merupakan


(23)

14

salah satu sarana atau alat untuk menagih pajak, dan pada umumnya wajib pajak

akan segera melunasi hutang pajaknya tersebut. Hal ini diharapkan dapat

meningkatkan penerimaan pajak Kantor Pelayanan Pajak suatu daerah. Jumlah

SKPKB dikatakan meningkatkan penerimaan pajak dapat dilihat dari banyaknya

SKPKB yang diterbitkan oleh KPP setempat (Marchlay, 2013).

Adapun indikator variabel pemeriksaan pajak yaitu jumlah Surat

Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB) (Siti Kurnia Rahayu, 2010:52-323).

2.1.4 Penerimaan Pajak Penghasilan

2.1.4.1 Pengertian Penerimaan Pajak

Pengertian penerimaan pajak menurut Suryadi (2009:105) mengatakan

bahwa:

“Penerimaan pajak merupakan sumber pembiayaan negara yang dominan

baik untuk belanja rutin maupun pembangunan”.

Menurut John Hutagaol (2007:325) mengatakan bahwa:

“Penerimaan pajak merupakan sumber penerimaan yang dapat diperoleh

secara terus-menerus dan dapat dikembangkan secara optimal sesuai

kebutuhan pemerintahan serta kondisi masyarakat”.

2.1.4.2 Pengertian Pajak Penghasilan

Pengertian pajak penghasilan menurut Siti Kurnia Rahayu (2010:91),

mengatakan bahwa:

“Pajak penghasilan adalah pajak yang terhutang sehubungan dengan

pekerjaan, jasa, dan kegiatan yang wajib dipotong dan disetorkan oleh

pemberi kerja. Jadi PPh merupakan pajak atas penghasilan berupa

upah, gaji, honorarium, tunjangan dan pembayaran lain dengan nama


(24)

15

dan dalam bentuk apapun sehubungan dengan pekerjaan atau jabatan,

jasa dan kegiatan yang dilakukan oleh orang pribadi subyek pajak

dalam negri”.

Pengertian Pajak Penghasilan menurut Siti Resmi (2009:80) mengatakan

bahwa:

“Pajak yang dikenakan terh

adap subjek pajak atas penghasilan yang telah

diterima atau diperolehnya dalam suatu tahun pajak

”.

Pengertian pajak penghasilan menurut Undang-Undang Pajak Penghasilan

tahun 2000 mengatakan bahwa:

“Pajak penghasilan adalah pajak yang dikenakan atas setiap tambahan

kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh wajib pajak baik yang

berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia yang dapat dipakai

untuk konsumsi atau menambah kekayaan wajib pajak yang bersangkutan,

dengan nama dan dalam bentuk

apapun”.

Berdasarkan pengertian-pengertian diatas dapat dikatakan bahwa

Penerimaan Pajak Penghasilan adalah sumber penerimaan yang diperoleh dari

pajak yang terhutang atas semua penerimaan penghasilan, baik berupa gaji, upah,

honorarium ataupun tunjangan sehubungan dengan pekerjaan atau kegiatan yang

dikenakan terhadap subjek pajak atas penghasilan yang telah diterimanya dalam

suatu tahun pajak.

2.1.4.3 Indikator Penerimaan Pajak Penghasilan Orang Pribadi

Pengertian Pajak menurut John Hutagaol (2007:325) dikemukakan bahwa:

“Penerimaan Pajak merupakan sumber penerimaan yang dapat diperoleh

secara terus menerus dan dapat dikembangkan secara optimal sesuai

kebutuhan pemerintah serta kondisi masyarakat”.


(25)

16

target dan realisasi penerimaan pajak penghasilan orang pribadi (John Hutagaol,

2007:325).

2.2

Kerangka Pemikiran

Untuk

meningkatkan

penerimaan

negara

maka

pemerintah

memberlakukan suatu kebijakan berupa keharusan dalam kepemilikan Nomor

Pokok Wajib Pajak (NPWP) bagi masyarakat sebagai identitas Wajib Pajak.

Selain sebagai nomor identitas wajib pajak, NPWP juga menjadi bagian

persyaratan pelayanan umum seperti pembukaan rekening koran dan pengajuan

kredit di bank, pembuatan paspor dan perizinan pendirian badan usaha. Dalam hal

ini pemerintah melakukannya melalui kegiatan ekstensifikasi yang bertujuan

untuk penambahan Wajib Pajak dengan cara pemberian NPWP, menyadari bahwa

pentingnya kepemilikan NPWP guna meningkatkan kesadaran masyarakat untuk

menjadi Wajib Pajak dalam menyelesaikan kewajiban perpajakannya sehingga

penerimaan penghasilan pajak akan semakin efektif.

Dengan memiliki NPWP, setiap Wajib Pajak Orang Pribadi diwajibkan

untuk melaksanakan kewajiban perpajakannya secara mandiri yang dinamakan

dengan sistem

self assessment

. Sistem pemungutan pajak dengan menggunakan

self assessment

memberikan peran aktif wajib pajak untuk melakukan sendiri

perhitungan pajak terutang, menyetorkan sendiri, dan melaporkan SPT sendiri,

Dalam sistem ini lebih ditekankan kepada kerelaan Wajib Pajak untuk memenuhi

kewajiban perpajakannya (Siti Kurnia, 2010:142).

Kepercayaan yang diberikan Undang-Undang perpajakan kepada para

wajib pajak untuk menentukan sendiri kewajiban perpajakannya, bukan berarti


(26)

17

mengabaikan aspek pengawasan. Untuk memperoleh keyakinan yang memadai

bahwa apa yang dihitung, diperhitungkan, disetor, dan dilaporkan Wajib Pajak

sudah benar, maka diperlukan sarana untuk melakukan pengawasan. Sarana itu

namanya Pemeriksaan. Pemeriksaan pajak (

tax audit

) yang dilakukan secara

profesional oleh aparat pajak dalam kerangka

self assessment system

merupakan

bentuk penegakan hukum perpajakan. Pemeriksaan pajak merupakan hal

pengawasan pelaksanaan sistem

self assessment

yang dilakukan oleh wajib pajak,

harus berpegang teguh pada undang-undang perpajakan.

Untuk melaksanakan upaya penegakan hukum tersebut salah satunya

melalui tindakan pemeriksaan pajak, maka mutlak diperlukan tenaga pemeriksa

pajak dalam kuantitas dan kualitas yang memadai, sedangkan untuk mendapatkan

jaminan mutu atas hasil kerja pemeriksaan selain diperlukan kuantitas dan kualitas

yang memadai diperlukan juga prosedur pemeriksaan, serta norma dan kaidah

yang mengatur seorang pemeriksa pajak (Siti Kurnia, 2010:245). Pemeriksaan

pajak yang dilakukan secara professional oleh aparat pajak dalam kerangka

Self

Assessment System

merupakan bentuk penegakan hukum perpajakan. Pemeriksaan

Pajak merupakan hal pengawasan pelaksanaan sistem

Self Assessment

yang

dilakukan oleh Wajib Pajak, harus berpegang teguh pada Undang-undang

Perpajakan (Siti Kurnia, 2010:245). Tujuan utama dari dilaksanakannya

pemeriksaan pajak adalah untuk menumbuhkan perilaku kepatuhan wajib pajak

dalam memenuhi kewajiban perpajakan (

tax compliance

) yaitu dengan jalan

penegakkan hukum (

law enforcement

) sehingga akan berdampak pada

peningkatan penerimaan pajak pada KPP yang akan masuk dalam kas negara.


(27)

18

Dengan demikian, pemeriksaan pajak merupakan pagar penjaga agar wajib pajak

tetap mematuhi kewajibannya (Euphrasia Susy, 2010).

2.2.1 Peningkatan Penerimaan Pajak Penghasilan Orang Pribadi yang

Dipengaruhi oleh Jumlah Kepemilikan NPWP

Menurut penelitian Munawarah (2010) hasil penelitiannya menyatakan

bahwa secara parsial Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) yang terdaftar

berpengaruh secara signifikan positif terhadap penerimaan pajak penghasilan.

Penelitian Sari (2009) menyimpulkan bahwa secara simultan Nomor Pokok Wajib

Pajak (NPWP) dan Surat Setoran Pajak (SSP) PPh Pasal 25 mempunyai pengaruh

signifikan positif terhadap Penerimaan Pajak Penghasilan.

Kewajiban bagi Wajib Pajak Orang Pribadi untuk memiliki Nomor Pokok

Wajib Pajak (NPWP) atau ekstensifikasi jumlah pemilik NPWP di Indonesia

berorientasi pada usaha Direktur Jenderal Pajak untuk meningkatkan penerimaan

pajak dari Wajib Pajak Orang Pribadi dan meningkatkan kesadaran Wajib Pajak

dan kepatuhan sukarela Wajib Pajak akan pentingnya pajak bagi negara dan bagi

kesejahteraan Wajib Pajak itu sendiri (UU KUP No. 28 Tahun 2007).

Nomor Pokok Wajib Pajak adalah nomor yang diberikan Direktur Jenderal

Pajak kepada wajib pajak sebagai sarana administrasi perpajakan yang

dipergunakan sebagai tanda pengenal diri atau identitas wajib pajak dalam

melaksanakan hak dan kewajiban perpajakannya (Waluyo, 2009:24). Kewajiban

perpajakan oleh wajib pajak secara benar dan tepat, penerimaan pajak meningkat

(Setiawan, 2007:59).


(28)

19

Untuk meningkatkan penerimaan pajak melalui PPh maka prioritas utama

yang perlu diperhatikan adalah peningkatan jumlah WP, sehingga cukup tepat

kebijakan pemerintah saat ini yang mewajibkan lapor pajak bagi pemilik Nomor

Pokok Wajib Pajak (NPWP) pribadi kepada seluruh masyarakat yang telah

memenuhi syarat untuk memiliki NPWP tersebut. Hal ini untuk lebih

mengintensifkan penerimaan pajak dan untuk lebih meningkatkan kesadaran

membayar pajak bagi para wajib pajak yang telah memenuhi syarat memiliki

NPWP maupun bagi badan usaha yang bersangkutan (Chairuddin Syah Nasution,

2003).

2.2.2 Peningkatan Penerimaan Pajak Penghasilan Orang Pribadi yang

Dipengaruhi oleh Pemeriksaan Pajak

Penelitian menurut Kamila (2010) dalam penelitiannya menyimpulkan

bahwa pemeriksaan Wajib Pajak berpengaruh positif terhadap peningkatan

penerimaan pajak penghasilan Wajib Pajak Orang Pribadi. Dan menurut penelitian

Herryanto dan Agus Arianto Toly (2013) dalam penelitiannya bahwa terdapat

pengaruh dari pemeriksaan pajak terhadap penerimaan pajak penghasilan.

Dalam Siti Kurnia Rahayu (2010:248) mengatakan bahwa hubungan

pemeriksaan pajak terhadap penerimaan pajak terdapat dalam tujuan kebijakan

pemeriksaan pajak, antara lain:

a.

Membuat pemeriksaan menjadi lebih efektif dan efisien.

b.

Meningkatkan kinerja pemeriksaan pajak.

c.

Meningkatkan kepatuhan wajib pajak sebagai konsekuensi pemungutan

pajak di Indonesia secara tidak langsung menjadi aspek pendorong untuk


(29)

20

meningkatkan penerimaan negara dari sektor pajak.

Menurut John Hutagaol (2007:73) mengatakan bahwa tujuan pemeriksaan

pajak adalah melakukan pengujian terhadap kepatuhan wajib pajak atau untuk

tujuan lain. Pemeriksaan pajak memberikan

deterrent effect

terhadap peningkatan

kepatuhan sukarela wajib pajak yang secara langsung pengaruh atas peningkatan

tax coverage ratio

dan penerimaan negara dari sektor perpajakan.

Berdasarkan uraian diatas, penulis menuangkan kerangka pemikirannya

dalam bentuk paradigma penelitian sebagai berikut:

H1

Gambar 2.1

Paradigma Penelitian

2.3

Hipotesis

Menurut Uma Sekaran (2006:135) mengemukakan pengertian hipotesis

sebagai berikut:

Jumlah

Kepemilikan

NPWP

(X1)

Pemeriksaan

Pajak

(X2)

Penerimaan Pajak

Penghasilan OP

(Y)

H2

UU KUP No. 28 Tahun 2007 Chairuddin Syah (2003)

Siti Kurnia Rahayu (2010:248) John Hutagaol (2007:73)


(30)

21

Hipotesis adalah hubungan yang diperkirakan secara logis diantara dua

atau lebih variabel yang diungkapkan dalam bentuk pernyataan yang dapat

diuji

.

Berdasarkan kerangka pemikiran di atas maka penulis mencoba

merumuskan hipotesis yang merupakan kesimpulan sementara dari penelitian

sebagai berikut:

H1 : Peningkatan penerimaan pajak penghasilan orang pribadi yang

dipengaruhi oleh jumlah kepemilikan NPWP.

H2 : Peningkatan penerimaan pajak penghasilan orang pribadi yang

dipengaruhi oleh pemeriksaan pajak.


(31)

1

PENINGKATAN PENERIMAAN PAJAK PENGHASILAN ORANG PRIBADI YANG DIPENGARUHI OLEH JUMLAH KEPEMILIKAN NPWP DAN

PEMERIKSAAN PAJAK

(Studi Kasus Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Bojonagara Periode 2013-2015)

Oleh

Puspa Rani Novidha 21112257

Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Komputer Indonesia

ABSTRACT

The achievement of the tax revenue mainly personal income tax decline from year to year and not reach the target. This is due to the lack of number of employees in collecting tax payers who don't have NPWP and still there are taxpayers who asked the audit results over evidentiary deficiency tax. The purpose of this study to find out how to increase personal income tax revenue is influenced by the number of NPWP ownership and tax audit.

The method used in this research is descriptive and verification methods with quantitative approach. This research uses a saturated sampling with a population of the Tax Office Bandung Bojonagara based on the report data the number of NPWP ownership, the number of Letter Tax Underpayment Assessment and targets and the realization of personal income tax receipts

during the 36 month period 2013-2015. Technical analysis data

used was multiple linear regression analysis using SPSS 20.0 software for windows.

The results of this research indicate that increase personal income tax revenue which affected the number of NPWP ownership with a moderate positive correlation. And increase personal income tax revenue which affected tax audit with a weak positive correlation. It can be concluded from these two variables the number of NPWP ownership have a bigger impact on Revenue Increased Personal Income Tax.


(32)

2

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian

Penerimaan pajak merupakan sumber pembiayaan negara yang dominan baik untuk belanja rutin maupun pembangunan (Suryadi, 2006:105). Meskipun kontribusi penerimaan pajak terhadap penerimaan negara sangat dominan, namun tax ratio di Indonesia masih tertinggal dibandingkan dengan negara yang memiliki tingkat perekonomian yang sama, tax ratio Indonesia saat ini 11%, di bawah negara ASEAN lainnya, Malaysia saat ini 16% dan Singapura 18% ( Sigit Priadi Pramudito, 2015). Tax ratio yang masih rendah menunjukan partisipasi dan tingkat kesadaran publik dalam membayar pajak masih rendah, dengan kata lain potensi penerimaan pajak masih dapat ditingkatkan lagi dengan meningkatkan partisipasi dan kesadaran publik (Eka Yuliyanto, 2014). Anggaran Penerimaan dan Belanja Negara (APBN) pun dari tahun ke tahun senantiasa memberikan tugas kepada Direktorat Jenderal Pajak untuk menaikkan penerimaan pajak kepada Negara, tindakan tersebut sangat rasional, karena pada kenyataannya ratio antara jumlah wajib pajak dengan jumlah penduduk serta jumlah usaha masih sangat kecil (Agung Setyo, 2006).

Kenyataan yang ada di Indonesia, kesulitan dalam meningkatkan penerimaan pajak, karena jumlah setoran PPh yang dibayar WP OP masih lebih sedikit dibandingkan WP badan usaha dan disebutkan PPh OP pada tahun 2013 sebesar 4,384 triliun (Dasto Ledyanto, 2014). Pada tahun 2013 hingga 2014, pertumbuhan penerimaan pajak justru tinggal tumbuh 7 persen-8 persen (Mekar Satria Utama, 2015). Pada tahun 2015 penerimaan pajak orang pribadi hanya mencapai Rp 9 triliun, jauh lebih rendah dibandingkan dengan wajib pajak badan atau perusahaan (Bambang Brodjonegoro, 2016).

Dalam usaha untuk meningkatkan penerimaan pajak, antara lain fiskus melakukan ekstensifikasi dan intensifikasi penerimaan pajak, ekstensifikasi ditempuh dengan meningkatkan jumlah Wajib Pajak yang aktif, sedangkan intensifikasi dapat ditempuh melalui meningkatkan kepatuhan Wajib Pajak, pembinaan kualitas aparatur perpajakan, pelayanan prima terhadap Wajib Pajak dan pembinaan kepada para Wajib Pajak, pengawasan administratif, pemeriksaan, penyidikan dan penagihan pasif dan aktif serta penegakan hukum (Rony Gunawan, 2012). Dan untuk menjaga ketertiban dalam membayar pajak dan agar sistem administrasi perpajakan dapat berjalan dengan seefektif mungkin, maka Direktorat Jenderal Pajak (DJP) mengharuskan bagi masyarakat


(33)

3

untuk memiliki NPWP (Nomor Pokok Wajib Pajak), pemerintah juga akan meningkatkan kedisiplinan masyarakat terkait kepemilikan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) (Bambang Brodjonegoro, 2016). Menurut statistik, di Indonesia saat ini tercatat ada 129 juta masyarakat kelas menengah dengan pengeluaran Rp100 ribu hingga Rp200 ribu per hari. Namun, baru 27 juta diantaranya yang telah memiliki NPWP (Ken Dwijugiasteadi, 2016). Ketidakpahaman Wajib Pajak terhadap berbagai ketentuan yang ada dalam NPWP menjadikan Wajib Pajak tersebut memilih untuk tidak ber NPWP dengan berbagai alasan (Fadli Rumzi, 2014).

Dalam menjaring wajib pajak yang belum memiliki NPWP, belum berjalan optimal karena minimnya jumlah pegawai pajak sehingga masih banyak WP yang belum terjaring, padahal potensi mereka untuk meningkatkan penerimaan negara sangat besar (Kismantoro Petrus, 2013). Penerimaan pajak di tahun 2016 lebih ditekankan kepada masyarakat agar memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) dan penekanan pada Wajib Pajak (WP) orang pribadi, agar negara mampu mengoptimalisasi penerimaan dengan baik (Bambang Brodjonegoro, 2016).

Pemerintah dalam menerapkan pula kebijakan sistem pemungutan pajak yang memberikan kepercayaan pada wajib pajak untuk menghitung, memperhitungkan, melapor, dan membayar sendiri pajak terutangnya yang disebut Self Assessment System (Siti Kurnia, 2010:50). Tetapi pemerintah tidak semata-mata memberikan kepercayaan penuh tanpa adanya pengawasan terhadap wajib pajaknya, Direktorat Jenderal Pajak berhak untuk melakukan pengawasan dan penegakan hukum terhadap wajib pajak dalam melaksanakan kewajiban perpajakannya (Eka Yuliyanto, 2014). Salah satu bentuk pengawasan dan penegakan hukum pajak terhadap wajib pajak dalam melaksanakan kewajiban perpajakannya adalah melalui pemeriksaan pajak, pemeriksaan pajak merupakan pagar penjaga agar Wajib Pajak tetap mematuhi kewajibannya, dari sekian banyak jenis pajak yang ada, Pajak Penghasilan (PPh) merupakan harapan pemerintah untuk setiap tahunnya bertambah besar, baik dari jumlah penerimaan maupun dari segi Wajib Pajak yang membayarnya (Asri dan Vinola, 2009).

Terdapat sekitar 70 persen dari total sengketa atas hasil pemeriksaan antara WP dan Ditjen Pajak adalah mengenai pembuktian kekurangan pembayaran pajak. Masalah pembuktian itu ada pada lemahnya akses data yang


(34)

4

dimiliki Ditjen Pajak sehingga banyak WP yang mempertanyakan hasil pemeriksaan Ditjen Pajak atas Surat Pemberitahuan (SPT) yang dilaporkan WP yang akhirnya akan menghambat penerimaan negara sektor pajak (Irawan, 2016).

Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul “Peningkatan Penerimaan Pajak Penghasilan Orang Pribadi yang Dipengaruhi oleh Jumlah Kepemilikan NPWP Dan

Pemeriksaan Pajak”.

1.2 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut:

1) Seberapa besar peningkatan penerimaan pajak penghasilan orang pribadi dipengaruhi oleh jumlah kepemilikan NPWP pada KPP Pratama Bandung Bojonagara.

2) Seberapa besar peningkatan penerimaan pajak penghasilan orang pribadi dipengaruhi oleh pemeriksaan pajak pada KPP Pratama Bandung Bojonagara.

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian

1.3.1 Maksud Penelitian

Maksud dari penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan penerimaan pajak penghasilan orang pribadi yang dipengaruhi oleh jumlah kepemilikan NPWP dan pemeriksaan pajak.

1.3.2 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini untuk memperoleh bukti empiris adalah sebagai berikut:

1) Untuk mengetahui bagaimana peningkatan penerimaan pajak

penghasilan orang pribadi dipengaruhi oleh jumlah kepemilikan NPWP.

2) Untuk mengetahui bagaimana peningkatan penerimaan pajak

penghasilan orang pribadi dipengaruhi oleh pemeriksaan pajak.

1.4 Kegunaan Penelitian

1.4.1 Kegunaan Praktis


(35)

5 1) Bagi Kantor Pelayanan Pajak

Hasil penelitian ini memberikan informasi tentang peningkatan penerimaan pajak orang pribadi yang dipengaruhi jumlah kepemilikan NPWP dan pemeriksaan pajak sehingga dapat digunakan sebagai masukan untuk meningkatkan penerimaan negara dari sektor pajak. 2) Bagi Masyarakat Umum

Memberikan gambaran tentang peningkatan penerimaan pajak penghasilan orang pribadi yang dipengaruhi jumlah kepemilikan NPWP dan pemeriksaan pajak sehingga memberikan informasi dan pengetahuan bagi masyarakat.

3) Bagi Pihak Lain

Diharapkan menjadi bahan referensi dan untuk menambah pengetahuan bagi pihak yang membutuhkan.

1.4.2 Kegunaan Akademis

Kegunaan akademis dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1) Bagi Pengembangan Ilmu Akuntansi

Hasil penelitian ini hendaknya memberikan pengetahuan dan teori yang berkaitan tentang peningkatan penerimaan pajak penghasilan orang pribadi yang dipengaruhi jumlah kepemilikan NPWP dan pemeriksaan pajak.

2) Bagi Peneliti lain

Sebagai bahan referensi bagi peneliti lain yang ingin mengkaji bidang yang sama sehingga menjadikan hasil penelitian ini sebagai pembanding.

3) Bagi Peneliti

Hasil penelitian ini hendaknya dapat mengetahui peningkatan penerimaan pajak penghasilan orang pribadi yang dipengaruhi jumlah kepemilikan NPWP dan pemeriksaan pajak.

II. Kajian Pustaka, Kerangka Pemikiran dan Hipotesis

2.1 Kajian Pustaka

2.1.1 Pajak


(36)

6

Pengertian pajak menurut Rochmat Soemitro (2009:1) yang dikutip oleh Mardiasmo, mengatakan bahwa:

“Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang -undang (yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapat jasa timbal (kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum”.

Sedangkan pengertian pajak menurut P.J.A. Andriani (2010:22) yang dikutip oleh Siti Kurnia Rahayu, mengatakan bahwa:

“Pajak adalah iuran kepada negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang oleh yang wajib membayarkan menurut peraturan-peraturan dengan tidak mendapatkan prestasi kembali, yang langsung dapat ditunjuk, dan yang gunanya adalah untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran umum berhubungan dengan tugas negara untuk menyelenggarakan pemerintahan”.

Berdasarkan pengertian-pengertian diatas dapat dikatakan bahwa pajak adalah iuran rakyat kepada kas Negara (yang dapat dipaksakan) wajib dibayarkan menurut peraturan-peraturan dengan tidak mendapatkan jasa timbal (kontraprestasi) yang langsung ditunjukkan untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran umum untuk penyelenggaraan pemerintahan.

2.1.1.2 Fungsi Pajak

Pemungutan pajak mempunyai fungsi sebagai berikut:

Fungsi pajak menurut Mardiasmo (2003:1) mengatakan bahwa:

“1. Fungsi budgetair artinya pajak sebagai sumber dana bagi pemerintah untuk membiayai pengeluaran-pengeluarannya;

2. Fungsi mengatur (regulerend) artinya pajak sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan kebijaksanaan pemerintah dalam bidang sosial dan ekonomi”.

2.1.2 Kepemilikan NPWP

Pengertian NPWP (Nomor Pokok Wajib Pajak) menurut Undang-Undang Nomor 16 tahun 2009 mengatakan bahwa:

“Nomor Pokok Wajib Pajak adalah nomor yang diberikan kepada Wajib Pajak sebagai sarana dalam administrasi perpajakan yang dipergunakan


(37)

7

sebagai tanda pengenal diri atau identitas Wajib Pajak dalam melaksanakan hak dan kewajiban perpajakannya”.

Sedangkan pengertian Nomor Pokok Wajib Pajak menurut Waluyo (2009:24) mengatakan bahwa:

”Nomor Pokok Wajib Pajak adalah nomor yang diberikan Direktur Jenderal Pajak kepada wajib pajak sebagai sarana administrasi perpajakan yang dipergunakan sebagai tanda pengenal diri atau identitas wajib pajak dalam melaksanakan hak dan kewajiban perpajakannya”.

Berdasarkan pengertian-pengertian diatas dapat dikatakan bahwa Kepemilikan NPWP adalah nomor yang diberikan oleh Dirjen Pajak kepada calon Wajib Pajak sebagai identitas Wajib Pajak dipergunakan untuk administrasi perpajakan dalam memenuhi hal dan kewajiban perpajakannya.

2.1.2.1 Indikator Jumlah Kepemilikan NPWP

Kewajiban bagi Wajib Pajak Orang Pribadi untuk memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) atau ekstensifikasi jumlah pemilik NPWP di Indonesia berorientasi pada usaha Direktur Jenderal Pajak untuk meningkatkan penerimaan pajak dari Wajib Pajak Orang Pribadi dan meningkatkan kesadaran Wajib Pajak dan kepatuhan sukarela Wajib Pajak akan pentingnya pajak bagi negara dan bagi kesejahteraan Wajib Pajak itu sendiri (UU KUP No. 28 Tahun 2007).

Indikator yang digunakan adalah jumlah pemilik NPWP Orang Pribadi (UU KUP No.28 tahun 2007).

2.1.3 Pemeriksaan Pajak

2.1.3.1 Pengertian Pemeriksaan Pajak

Pengertian pemeriksaan pajak menurut Soemarso (2007:60),

mengatakan bahwa:

“Pemeriksaan pajak adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh kantor pajak terhadap wajib pajak untuk mencari dan mengumpulkan data atau keterangan lainnya guna penetapan besarnya pajak yang terutang dan/atau tujuan lain dalam rangka pelaksanaan ketentuan peraturan perundang-undangan”.


(38)

8

Sedangkan pengertian pemeriksaan pajak menurut Siti Kurnia Rahayu (2010:245) mengatakan bahwa:

“Pemeriksaan pajak merupakan hal pengawasan pelaksanaan sistem self assessment yang dilakukan oleh wajib pajak, harus berpegang teguh pada Undang-undang perpajakan”.

Berdasarkan kedua pengertian diatas dapat dikatakan bahwa pemeriksaan pajak adalah serangkaian kegiatan dalam hal pengawasan wajib pajak atas sistem self assessment yang dilakukan oleh kantor pajak untuk menentukan besarnya pajak terutang atau tujuan lain dalam rangka pelaksanaan sesuai ketentuan perundang-undangan perpajakan.

2.1.3.2 Indikator Pemeriksaan Pajak

Menurut dasar pemikiran Siti Kurnia Rahayu (2010:323) mengatakan bahwa:

“Laporan pemeriksaan pajak merupakan dasar untuk penerbitan suatu produk hukum perpajakan yaitu Surat Ketetapan Pajak (SKP)”.

Adapun indikator variabel pemeriksaan pajak yaitu jumlah Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB) (Siti Kurnia Rahayu, 2010:52-323).

2.1.4 Penerimaan Pajak Penghasilan

2.1.4.1 Pengertian Penerimaan Pajak

Pengertian penerimaan pajak menurut Suryadi (2009:105) mengatakan bahwa:

“Penerimaan pajak merupakan sumber pembiayaan negara yang dominan baik untuk belanja rutin maupun pembangunan”.

Menurut John Hutagaol (2007:325) mengatakan bahwa:

“Penerimaan pajak merupakan sumber penerimaan yang dapat diperoleh secara terus-menerus dan dapat dikembangkan secara optimal sesuai kebutuhan pemerintahan serta kondisi masyarakat”.

2.1.4.2 Pengertian Pajak Penghasilan

Pengertian pajak penghasilan menurut Siti Kurnia Rahayu (2010:91), mengatakan bahwa:

“Pajak penghasilan adalah pajak yang terhutang sehubungan dengan pekerjaan, jasa, dan kegiatan yang wajib dipotong dan disetorkan


(39)

9

oleh pemberi kerja. Jadi PPh merupakan pajak atas penghasilan berupa upah, gaji, honorarium, tunjangan dan pembayaran lain dengan nama dan dalam bentuk apapun sehubungan dengan pekerjaan atau jabatan, jasa dan kegiatan yang dilakukan oleh orang pribadi subyek pajak dalam negri”.

Pengertian Pajak Penghasilan menurut Siti Resmi (2009:80) mengatakan bahwa:

“Pajak yang dikenakan terhadap subjek pajak atas penghasilan yang telah diterima atau diperolehnya dalam suatu tahun pajak”.

2.1.4.3 Indikator Penerimaan Pajak Penghasilan Orang Pribadi

Maka indikator variabel penerimaan pajak penghasilan orang pribadi yaitu target dan realisasi penerimaan pajak penghasilan orang pribadi (John Hutagaol, 2007:325).

2.2 Kerangka Pemikiran

2.2.1 Peningkatan Penerimaan Pajak Penghasilan Orang Pribadi yang

Dipengaruhi oleh Jumlah Kepemilikan NPWP

Menurut penelitian Munawarah (2010) hasil penelitiannya menyatakan bahwa secara parsial Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) yang terdaftar berpengaruh secara signifikan positif terhadap penerimaan pajak penghasilan. Penelitian Sari (2009) menyimpulkan bahwa secara simultan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) dan Surat Setoran Pajak (SSP) PPh Pasal 25 mempunyai pengaruh signifikan positif terhadap Penerimaan Pajak Penghasilan.

Kewajiban bagi Wajib Pajak Orang Pribadi untuk memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) atau ekstensifikasi jumlah pemilik NPWP di Indonesia berorientasi pada usaha Direktur Jenderal Pajak untuk meningkatkan penerimaan pajak dari Wajib Pajak Orang Pribadi dan meningkatkan kesadaran Wajib Pajak dan kepatuhan sukarela Wajib Pajak akan pentingnya pajak bagi negara dan bagi kesejahteraan Wajib Pajak itu sendiri (UU KUP No. 28 Tahun 2007).

Nomor Pokok Wajib Pajak adalah nomor yang diberikan Direktur Jenderal Pajak kepada wajib pajak sebagai sarana administrasi perpajakan yang dipergunakan sebagai tanda pengenal diri atau identitas wajib pajak dalam melaksanakan hak dan kewajiban perpajakannya (Waluyo, 2009:24). Kewajiban


(40)

10

perpajakan oleh wajib pajak secara benar dan tepat, penerimaan pajak meningkat (Setiawan, 2007:59).

Untuk meningkatkan penerimaan pajak melalui PPh maka prioritas utama yang perlu diperhatikan adalah peningkatan jumlah WP, sehingga cukup tepat kebijakan pemerintah saat ini yang mewajibkan lapor pajak bagi pemilik Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) pribadi kepada seluruh masyarakat yang telah memenuhi syarat untuk memiliki NPWP tersebut. Hal ini untuk lebih mengintensifkan penerimaan pajak dan untuk lebih meningkatkan kesadaran membayar pajak bagi para wajib pajak yang telah memenuhi syarat memiliki NPWP maupun bagi badan usaha yang bersangkutan (Chairuddin Syah Nasution, 2003).

2.2.2 Peningkatan Penerimaan Pajak Penghasilan Orang Pribadi yang

Dipengaruhi oleh Pemeriksaan Pajak

Penelitian menurut Kamila (2010) dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa pemeriksaan Wajib Pajak berpengaruh positif terhadap peningkatan penerimaan pajak penghasilan Wajib Pajak Orang Pribadi. Dan menurut penelitian Herryanto dan Agus Arianto Toly (2013) dalam penelitiannya bahwa terdapat pengaruh dari pemeriksaan pajak terhadap penerimaan pajak penghasilan.

Dalam Siti Kurnia Rahayu (2010:248) mengatakan bahwa hubungan pemeriksaan pajak terhadap penerimaan pajak terdapat dalam tujuan kebijakan pemeriksaan pajak, antara lain:

a. Membuat pemeriksaan menjadi lebih efektif dan efisien. b. Meningkatkan kinerja pemeriksaan pajak.

c. Meningkatkan kepatuhan wajib pajak sebagai konsekuensi pemungutan pajak di Indonesia secara tidak langsung menjadi aspek pendorong untuk meningkatkan penerimaan negara dari sektor pajak.

Menurut John Hutagaol (2007:73) mengatakan bahwa tujuan pemeriksaan pajak adalah melakukan pengujian terhadap kepatuhan wajib pajak atau untuk tujuan lain. Pemeriksaan pajak memberikan deterrent effect terhadap peningkatan kepatuhan sukarela wajib pajak yang secara langsung pengaruh atas peningkatan tax coverage ratio dan penerimaan negara dari sektor perpajakan.


(41)

11

2.3 Hipotesis

Berdasarkan kerangka pemikiran di atas maka penulis mencoba merumuskan hipotesis yang merupakan kesimpulan sementara dari penelitian sebagai berikut:

H1 : Peningkatan penerimaan pajak penghasilan orang pribadi yang dipengaruhi oleh jumlah kepemilikan NPWP.

H2 : Peningkatan penerimaan pajak penghasilan orang pribadi yang dipengaruhi oleh pemeriksaan pajak.

III. OBJEK DAN METODE PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian

Dalam pelaksanaan, penelitian ini menggunakan jenis atau alat bentuk penelitian deskriptif dan verifikatif yang dilaksanakan melalui pengumpulan data dilapangan. Seperti yang dikatakan oleh Sugiyono (2010:29) mengatakan bahwa:

“Metode deskriptif adalah metode yang digunakan untuk menggambarkan atau menganalisis suatu hasil penelitian tetapi tidak digunakan untuk membuat kesimpulan yang lebih luas”.

Selanjutnya menurut Mashuri dalam Umi Narimawati (2010:29) pengertian metode verifikatif adalah:

“Metode verifikatif yaitu memeriksa benar tidaknya apabila dijelaskan untuk menguji suatu cara dengan atau tanpa perbaikan yang telah dilaksanakan di tempat lain dengan mengatasi masalah yang serupa dengan kehidupan”.

Penelitian kuantitatif menurut Sugiyono (2007:13)adalah:

“Metode penelitian kuantitatif dapat diartikan sebagai metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu, teknik pengambilan sampel pada umumnya dilakukan secara random, pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian, analisis data bersifat kuantitatif atau statistik dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan”.

Peneliti melakukan analisa terhadap data yang telah diuraikan dengan menggunakan metode kuantitatif.

Berdasarkan pengertian diatas maka yang menjadi objek penelitian oleh peneliti adalah Jumlah Kepemilikan NPWP sebagai variabel independent (X1),


(42)

12

Pemeriksaan Pajak sebagai variabel independent (X2) dan Penerimaan Pajak

Penghasilan Orang Pribadi sebagai variabel dependent (Y).

Unit analisis dalam penelitian skripsi ini adalah Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Bojonagara. Dan unit observasi pengamatan pada penelitian ini adalah Seksi Pengolahan Data dan Informasi pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Bojonagara.

3.2 Operasionalisasi Variabel

Sesuai dengan judul penelitian yaitu peningkatan penerimaan pajak penghasilan orang pribadi yang dipengaruhi oleh jumlah kepemilikan NPWP dan pemeriksaan pajak, maka variabel-variabel yang akan diteliti dapat dibedakan atas dua variabel, yaitu:

1) Variabel Independent (Variabel X1 dan X2)

Variabel independent atau variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi variabel lainnya atau yang menjadi sebab perubahan atau timbulnya variabel dependent (terikat). Dalam kaitannya dengan masalah yang diteliti, maka yang menjadi variabel independen pertama dalam penelitian ini adalah “Jumlah Kepemilikan NPWP” dan “Pemeriksaan Pajak”.

2) Variabel Dependent (Variabel Y)

Variabel dependent atau variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi oleh variabel lainnya atau yang menjadi akibat karena adanya variabel independent (bebas). Dalam kaitannya dengan masalah yang diteliti, maka yang menjadi variabel dependent adalah “Penerimaan Pajak Penghasilan Orang Pribadi”.

3.3 Metode Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Untuk menunjang hasil penelitian tersebut, maka penulis melakukan pengumpulan data yang diperlukan dengan cara:

1) Penelitian Lapangan (Field Research)

Adapun langkah-langkah di dalam pengumpulan data dilakukan dengan cara sebagai berikut:


(43)

13

Merupakan teknik pengumpulan data dengan cara melakukan tanya jawab langsung secara lisan dengan pihak-pihak yang dianggap dapat memberikan informasi yang sesuai dengan peningkatan penerimaan pajak penghasilan orang pribadi yang dipengaruhi oleh jumlah kepemilikan NPWP dan pemeriksaan pajak.

b.

Dokumentasi

Yaitu suatu langkah pengumpulan data yang dilakukan dengan cara

mengumpulkan dan menganalisis dokumen-dokumen yang

berhubungan dengan masalah yang akan diuraikan dalam penelitian. 2) Penelitian Kepustakaan (Library Research)

Teknik yang dilakukan dengan maksud untuk memperoleh data sekunder atau pendukung yang berfungsi sebagai landasan teori guna mendukung data primer yang telah diterapkan dari penelitian lapangan.

3.4 Penarikan Sampel

Dengan meneliti secara sampel, diharapkan hasil yang telah diperoleh akan memberikan kesimpulan gambaran sesuai dengan karakteristik populasi. Menurut Sugiyono (2010:116) mengatakan bahwa:

“Sampel yaitu bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut”.

Penentuan pengambilan sampel ditentukan dengan menggunakan teknik Nonprobability sampling.

Karena teknik sampling atau penarikan sampel yang digunakan adalah non probability sampling yang merupakan teknik pengambilan sampel yang tidak memberikan peluang sama untuk dipilih menjadi sampel, untuk itu pengambilan sampel ini penulis menggunakan metode sampling jenuh.

Menurut Sugiyono (2010:122) mengatakan bahwa:

“Sampling jenuh adalah teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel. Hal ini sering dilakukan bila jumlah populasi relatif kecil, kurang dari 30 orang, atau penelitian yang ingin membuat generalisasi dengan kesalahan yang sangat kecil. Istilah lain sampel jenuh adalah sensus, dimana semua anggota populasi dijadikan sampel”.

Berdasarkan hal tersebut peneliti menjadikan keseluruhan populasi diambil sebagai sampel.


(44)

14

3.5 Metode Pengujian Data

Dalam pelaksanaan penelitian ini menggunakan analisis deskriptif, pengujian asumsi klasik dan pengujian hipotesis.

1. Analisis Regresi Linier Berganda

Menurut Sugiyono (2010:149) mengatakan bahwa:

“Analisis linier regresi digunakan untuk melakukan prediksi bagaimana perubahan nilai variabel dependen bila nilai variabel independen dinaikan/diturunkan”.

Untuk memperoleh hasil yang lebih akurat pada regresi berganda, maka perlu dilakukan pengujian asumsi klasik.

1) Uji Asumsi Klasik

Menurut Ghozali (2011:57) mengatakan bahwa:

“Uji asumsi klasik digunakan untuk mendapatkan model regresi yang baik, terbebas dari penyimpangan data yang terdiri dari multikolonieritas, heteroskedastisitas, autokorelasi dan normalitas”.

Cara yang digunakan untuk menguji penyimpangan asumsi klasik sebagai berikut:

a) Uji Normalisasi

Menurut Ghozali (2011:58) mengatakan bahwa:

“Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal”.

b) Uji Multikolinearitas

Menurut Ghozali (2011:62) mengatakan bahwa:

“Uji Multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas”.

c) Uji Heteroskedastisitas

Menurut Ghozali (2011:65) mengatakan bahwa:

“Uji heterokedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan kepengamatan yang lain. Jika variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap, maka disebut homokedastisitas dan jika berbeda maka disebut heterokedastisitas”.

d) Uji Autokorelasi

Pada pengujian autokorelasi digunakan uji Durbin-Watson untuk mengetahui ada tidaknya autokorelasi pada model regresi dan berikut


(45)

15

nilai Durbin Watson yang diperoleh melalui hasil estimasi model regresi. Cara untuk mendeteksi ada tidaknya autokorelasi dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan perhitungan nilai n statistik Durbin-Watson. Menurut Jonathan Sarwono dan Herlina Budiono (2012:179) ketentuan akan terjadi autokorelasi jika nilai Durbin-Watson : 1< DW >3.

2) Analisis Korelasi

Analisis korelasi bertujuan untuk mengukur kekuatan asosiasi (hubungan) linier antara dua variabel. Korelasi juga tidak menunjukkan hubungan fungsional. Dengan kata lain, analisis korelasi tidak membedakan antara variabel dependen dengan variabel independen.

2. Uji Hipotesis

Menurut Sugiyono (2012:159) mengatakan bahwa:

“Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan”.

a) Pengujian secara parsial (Uji Statistik t)

Uji statistik t digunakan untuk menguji ada tidaknya pengaruh signifikan secara parsial atau satu pihak dari masing-masing variabel independen (X) dengan variabel dependen (Y). Hipotesis nol (H0) tidak terdapat pengaruh yang

signifikan dan Hipotesis alternatif (H1) menunjukkan adanya pengaruh antara

variabel independen dan variabel dependen.

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

1. Uji Asumsi Klasik

a) Uji Normalitas

Dari tabel di atas dapat dilihat nilai signifikansi (Asymp. Sig. (2-tailed)) dari uji Kolmogorov-Smirnov sebesar 0,392 dan lebih besar dari 0,05. Karena nilai signifikansi uji Kolmogorov-Smirnov lebih besar dari 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa model regresi telah memenuhi asumsi normalitas.

b) Uji Multikolinieritas

Berdasarkan nilai VIF yang diperoleh seperti terlihat pada tabel 4.5 diatas nilai tolerance ketiga variabel bebas > 0,1 dan nilai VIF semua variabel < 10. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi multikolinieritas pada data.


(46)

16 c) Uji Heterokedastisitas

Dari grafik scatterplot terlihat bahwa titik-titik menyebar secara acak serta tersebar merata baik diatas maupun dibawah angka 0 pada sumbu Y, sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi heterokedaktisitas pada model regresi.

d) Uji Autokorelasi

Berdasarkan output di atas, diperoleh nilai koefisien Durbin Watson (d) sebesar 1,186. Nilai tersebut berada di antara 1 dan 3, hal ini menunjukan bahwa tidak terdapat masalah gejala autokorelasi pada data.

2. Analisis Korelasi

a) Korelasi antara Jumlah Kepemilikan NPWP dengan Penerimaan Pajak Penghasilan Orang Pribadi

Pada tabel di atas, dapat dilihat koefisien korelasi yang diperoleh adalah sebesar 0,457 termasuk dalam kategori hubungan yang sedang dikarenakan ada pada interval korelasi antara 0,40-0,599. Koefisien korelasi bertanda positif yang menunjukkan bahwa hubungan yang terjadi adalah searah yang artinya semakin banyaknya jumlah pemilik NPWP, akan diikuti oleh semakin tingginya penerimaan pajak penghasilan orang pribadi. Dengan demikian dapat disimpulkan adanya hubungan positif yang sedang antara jumlah kepemilikan NPWP dengan penerimaan pajak penghasilan orang pribadi.

b) Korelasi antara Pemeriksaan Pajak dengan Penerimaan Pajak Penghasilan Orang Pribadi

Pada tabel di atas, dapat dilihat koefisien korelasi yang diperoleh adalah sebesar 0,366 termasuk dalam kategori hubungan yang rendah dikarenakan ada pada interval korelasi antara 0,20-0,399. Koefisien korelasi bertanda positif yang menunjukkan bahwa hubungan yang terjadi adalah searah yang artinya semakin banyaknya pemeriksaan pajak, akan diikuti oleh semakin tingginya penerimaan pajak penghasilan orang pribadi. Dengan demikian dapat disimpulkan adanya hubungan positif yang rendah antara pemeriksaan pajak dengan penerimaan pajak penghasilan orang pribadi.

3. Koefisien Determinasi

Diketahui bahwa pengaruh terbesar berasal dari variabel Jumlah Kepemilikan NPWP (X1) dengan kontribusi sebesar 19,5% sedangkan


(47)

17

tersebut dikarenakan bahwa penerimaan pajak penghasilan orang pribadi dipengaruhi oleh variabel-variabel lain dengan sisa sebesar 80,5% untuk jumlah kepemilikan NPWP dan 88% pemeriksaan pajak.

4.2 Pembahasan

4.2.1 Peningkatan Penerimaan Pajak Penghasilan Orang Pribadi

Dipengaruhi Oleh Jumlah Kepemilikan NPWP

Berdasarkan hasil penelitian menunjukan bahwa hubungan yang diperoleh antara Penerimaan Pajak Penghasilan Orang Pribadi yang dipengaruhi oleh Jumlah Kepemilikan NPWP adalah sebesar 0,457 dengan kategori sedang. Nilai korelasi bertanda positif yang menunjukan bahwa hubungan yang mempunyai efek yang searah terjadi antara variabel terikat dan bebas adalah searah. Artinya semakin meningkat Jumlah Kepemilikan NPWP maka Penerimaan Pajak Penghasilan Orang Pribadi akan meningkat pula.

Penerimaan Pajak Penghasilan Orang Pribadi yang dipengaruhi oleh Jumlah Kepemilikan NPWP adalah sebesar 0,195 hal ini menunjukkan bahwa hanya dipengaruhi sebesar 19,5% sedangkan sisanya 80,5% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak diteliti. Variabel yang dimaksud adalah kepatuhan wajib pajak dan pencairan tunggakan pajak (Rika Rahmawati, 2014). Sedangkan faktor lainnya dalam penerimaan pajak penghasilan untuk meningkatkan penerimaan negara dapat ditempuh melalui intensifikasi pajak (Supramono, 2010:2).

Berdasarkan fenomena tersebut terkonfirmasi bahwa pada tahun 2014 dibulan Juni sebesar 420 wajib pajak, dibulan Juli sebesar 394 wajib pajak dan pada bulan Agustus tahun 2014 dimana jumlah kepemilikan NPWP mengalami penurunan tajam berada pada titik terendah sebesar 286 wajib pajak, yang disebabkan belum optimalnya dalam menghimpun wajib pajak orang pribadi yang belum memiliki NPWP karena kurangnya jumlah pegawai pajak, dimana pegawai tersebut hanya 8 pegawai pada tahun 2013 hingga pada awal bulan Mei tahun 2014, sebab salah satu petugas seksi ekstensifikasi dimutasi ke daerah lain, sehingga pegawai tersebut menjadi 7 orang pegawai, yang kemudian pada bulan Oktober tahun 2014 hingga tahun 2015 menutupinya dengan melakukan penarikan pegawai sementara pada seksi lain agar menjadi 8 orang pegawai. Berdasarkan fenomena yang terjadi pada tahun 2013 dan 2015 tersebut maka pihak KPP dapat melakukan sosialisasi perpajakan pada


(1)

18

lingkungan KPP Pratama Bandung Bojonagara.

Hasil penelitian ini didukung oleh landasan teori pada pembahasan sebelumnya dan hasil penelitian ini didukung pula oleh hasil penelitian sebelumnya yaitu menurut penelitian Munawarah (2010) hasil penelitiannya menyatakan bahwa secara parsial Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) yang terdaftar berpengaruh secara signifikan positif terhadap penerimaan pajak penghasilan.

4.2.2 Peningkatan Penerimaan Pajak Penghasilan Orang Pribadi Dipengaruhi Oleh Pemeriksaan Pajak

Berdasarkan hasil penelitian menunjukan bahwa hubungan yang diperoleh antara Penerimaan Pajak Penghasilan Orang Pribadi dipengaruhi oleh pemeriksaan pajak adalah sebesar 0,366 dengan kategori rendah. Nilai korelasi bertanda positif yang menunjukan bahwa hubungan yang mempunyai efek yang searah terjadi antara variabel terikat dan bebas adalah searah. Artinya semakin meningkat Pemeriksaan Pajak maka Penerimaan Pajak Penghasilan Orang Pribadi akan meningkat pula tetapi kenaikannya tidak proporsional.

Penerimaan Pajak Penghasilan Orang Pribadi dipengaruhi oleh Pemeriksaan Pajak adalah sebesar 0,125 hal ini menunjukkan bahwa pengaruhnya hanya sebesar 12,5% sedangkan sisanya 87,5% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak diteliti. Variabel yang dimaksud diantaranya yaitu Perubahan Penghasilan Kena Pajak (Kamila, 2010) dan Kegiatan Sosialisasi Perpajakan (Herryanto dan Agus Arianto Toly, 2013).

Berdasarkan fenomena tersebut terkonfirmasi bahwa pada tahun 2014, bulan Januari, Maret, April, Juni, Oktober dan November pemeriksaan pajak berdasarkan jumlah penerbitan SKPKB mengalami kenaikan namun masih belum diimbangi dengan tercapainya penerimaan pajak PPh Orang Pribadi, hal itu dikarenakan wajib pajak tidak membayar sanksi atas keterlambatan penyampaian SPT, karena sebagian wajib pajak tersebut beranggapan terhadap hasil pemeriksaan atas SKPKB nya dirasa pemeriksaan dilakukan markup oleh fiskus. Hal tersebut yang membuat WP enggan dan melakukan penundaan dalam membayar pajak kurang bayar, padahal berdasarkan penelitian, jika hasil pemeriksaan di markup dapat dilihat pada setiap bulannya, banyaknya jumlah SKPKB yang diterbitkan akan meningkat tetapi ternyata penerbitan SKPKB


(2)

19

selama periode 2013-2015 cenderung menurun. Masalah tersebut hanya terjadi pada tahun 2014 di awal bulan saja.

Hasil penelitian didukung oleh landasan teori pada pembahasan sebelumnya dan didukung oleh hasil penelitian sebelumnya yaitu menurut penelitian Herryanto dan Agus Arianto Toly (2013) menunjukkan bahwa variabel jumlah pemeriksaan pajak memiliki pengaruh positif terhadap penerimaan pajak penghasilan (PPh).

V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai Peningkatan Penerimaan PPh Orang Pribadi yang dipengaruhi Jumlah Kepemilikan NPWP dan Pemeriksaan Pajak pada KPP Pratama Bandung Bojonagara maka pada bagian akhir dari penelitian ini, penulis menarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Peningkatan Penerimaan Pajak Penghasilan Orang Pribadi dipengaruhi oleh Jumlah Kepemilikan NPWP memiliki hubungan sedang dan positif dalam pengertian Jumlah Kepemilikan NPWP mempunyai efek yang searah dengan penerimaan pajak penghasilan orang pribadi, atau dengan kata lain ketika Jumlah Kepemilikan NPWP meningkat maka penerimaan pajak penghasilan orang pribadi pun akan meningkat. 2. Peningkatan Penerimaan Pajak Penghasilan Orang Pribadi dipengaruhi

oleh Pemeriksaan Pajak memiliki hubungan rendah dan positif dalam pengertian Pemeriksaan Pajak mempunyai efek yang searah dengan Penerimaan Pajak Penghasilan Orang Pribadi, atau dengan kata lain ketika Pemeriksaan Pajak meningkat maka Penerimaan Pajak Penghasilan Orang Pribadi pun meningkat namun peningkatannya tidak sama besar.

5.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan yang telah dibuat, maka penulis mengajukan saran sebagai berikut:

5.2.1 Saran Operasional

Setelah penulis memberikan kesimpulan dari hasil penelitian tentang Penerimaan Pajak Penghasilan Orang Pribadi dipengaruhi oleh Kepemilikan


(3)

20

NPWP dan Pemeriksaan Pajak pada KPP Pratama Bandung Bojonagara, maka penulis memberikan saran sebagai berikut:

1. Untuk meningkatkan penerimaan pajak penghasilan orang pribadi melalui Kepemilikan NPWP. Dapat dilakukan dengan cara menambah pegawai dalam hal menghimpun wajib pajak untuk memiliki NPWP pada seksi ekstensifikasi dan melakukan kegiatan sosialisasi perpajakan. DJP dapat menjaring calon pegawai yang berkompetensi dalam bidang perpajakan yang nantinya ditempatkan pada KPP yang membutuhkan. Sebab dengan kekurangan pegawai pada seksi ekstensifikasi tersebut, dapat menghambat kegiatan-kegiatan untuk memperoleh kepemilikan NPWP pada lingkungan KPP Pratama Bandung Bojonagara yang akan berdampak pada penerimaan pajak penghasilan orang pribadi.

2. Untuk meningkatkan penerimaan pajak penghasilan orang pribadi dalam hal pemeriksaan pajak, bagi wajib pajak terdaftar yang bermasalah, baik dalam hal keterlambatan penyampaian pelaporan SPT hingga kekurangan pembayarannya, tentunya dengan kegiatan penyuluhan terkait sistem yang sudah berbasis online, dimana wajib pajak dapat mengetahui secara realtime akan jatuh tempo pajaknya dan transparan, sehingga tidak lagi ada keraguan terhadap hasil pemeriksaan, dan meminimalisir terjadinya keterlambatan dalam pelaporan kewajiban perpajakannya.

5.2.2 Saran Akademis

Bagi peneliti selanjutnya dapat dijadikan sumber referensi terkait dalam meningkatkan penerimaan pajak penghasilan orang pribadi melalui kepemilikan NPWP dan pemeriksaan pajak dengan mengeksplorasi faktor lain dimana dalam hal meningkatkan jumlah kepemilikan NPWP ataupun mengatasi wajib pajak yang bermasalah dalam kekurangan pembayaran perpajakannya kiranya dengan memanfaatkan fasilitas yang berbasis online, misalnya dengan menggunakan sistem e-registration dalam hal pendaftaran wajib pajak baru untuk memilik NPWP, dan sistem e-filing ataupun e-SPT dalam hal pelaporan pajak melalui penyampaian SPT.


(4)

21 VI. DAFTAR PUSTAKA

Agung Setyo Purwanto. 2015. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kepatuhan Wajib Pajak Badan Yang Terdaftar Di KPP Pratama Surakarta. Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Agusti, Asri Fika dan Vinola Herawaty. 2009. Pengaruh Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak Badan Terhadap Peningkatan Penerimaan Pajak yang Dimoderasi oleh Pemeriksaan Pajak Pada KPP Pratama. Simposium Nasional Akuntansi (SNA)-XII Palembang.

Bambang Brodjonegoro, Menteri Keuangan. 2016. Pemerintah Fokus Pada Wajib Pajak Orang Pribadi Untuk Capai Target Penerimaan 2016. Diakses di http://www.kemenkeu.go.id

. 2016. Penerimaan Pajak Tak Capai Target, Ini Langkah Menkeu. Diakses di http://news.viva.co.id

Dasto Ledyanto, Kepala Kanwil DJP Jawa Tengah I. 2014. Ini Dia Penyebab

Target Penerimaan Pajak Begitu Rendah. Diakses di

http://www.republika.co.id

Eka Yuliyanto. 2014. Pengaruh Kompetensi, Skeptisisme Profesional Tekanan Waktu Dan Terhadap Kualitas Pemeriksaan Pajak. Tesis. Universitas Gadjah Mada. Jogjakarta.

Fuad Rachmany, Direktur Jenderal Pajak. 2014. Ditjen Pajak Tingkatkan Potensi Penerimaan Pajak Orang Pribadi di Luar Karyawan. Diakses di http://www.beritasatu.com/

Irawan, Direktur Pemeriksaan dan Penagihan Ditjen Pajak Kemenkeu. 2016. Kurang bayar pajak dari 2011 sampai 2015 capai Rp225,12 triliun. Diakses di http://www.antaranews.com/


(5)

22

Kismantoro Petrus, Direktur Pelayanan, Penyuluhan dan Hubungan Masyarakat (P2 Humas) Direktorat Jenderal Pajak. 2013. Wajib Pajak Orang

Pribadi Ditarget Naik jadi 21 Juta Jiwa. Diakses di

http://www.beritasatu.com/

Ken Dwijugiasteadi, Staf Ahli Bidang Peraturan dan Penegakan Hukum Pajak DJP. 2016. Pemerintah Fokus Pada Wajib Pajak Orang Pribadi

Untuk Capai Target Penerimaan 2016. Diakses di

http://www.kemenkeu.go.id

Mekar Satria Utama, Direktur Pelayanan, Penyuluhan dan Hubungan Masyarakat (P2 Humas) Direktorat Jenderal Pajak. 2015. Realisasi

Pajak Melonjak 56% Periode Maret ke April. Diakses di

http://bisnis.liputan6.com

Rony Gunawan. 2012. Pengaruh Jumlah Kepemilikan NPWP, Pelaporan SSP, Dan Pemeriksaan Pajak Terhadap Penerimaan Pajak Penghasilan Wajib Pajak Badan Pada KPP Pratama Karanganyar. Universitas Sebelas Maret. Surakarta.

S. R. Soemarso. 2007. Akuntansi Suatu Pengantar, Cetakan Kesembilan, Jilid 1. PT. Rineka Cipta: Jakarta.

Sigit Priadi Pramudito, Direktur Jenderal Pajak Kementrian Keuangan. 2015. Kementerian BUMN Dorong Evaluasi Aset. Diakses di http://koran-sindo.com

Siti Kurnia Rahayu. 2010. Perpajakan Indonesia. Graha Ilmu: Yogyakarta. Siti Resmi. 2009. Perpajakan, Edisi Kelima. Penerbit Salemba Empat: Jakarta. Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-11/PJ/2013 Tahun 2013

Tentang Rencana dan Strategi Pemeriksaan Tahun 2013. Direktorat Jenderal Pajak, Jakarta.


(6)

23

Suryadi. 2006. Model Hubungan Kausal Kesadaran, Pelayanan, Kepatuhan Wajib Pajak dan Pengaruhnya Terhadap Kinerja Penerimaan Pajak Suatu Survei Di Wilayah Jawa Timur. Jurnal Keuangan Publik. Vol. 4, No. 1, April 2006. Hal. 105 – 121.

Umi Narimawati. 2010. Metodologi Penelitian: Dasar Penyusun Penelitian Ekonomi. Genesis: Jakarta.


Dokumen yang terkait

Klasifikasi Pajak Penghasilan Atas Wajib Pajak Orang Pribadi Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur

7 87 68

Klasifikasi dan Penetapan Pajak Penghasilan Orang Pribadi di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai

0 51 62

Penetapan Pajak Penghasilan Orang Pribadi Dikantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur

2 45 59

Klasifikasi Dan Penetapan Pajak Penghasilan Orang Pribadi Di Kantor Pelayanan Pajak Pratamamedan Barat

0 43 64

Penerimaan Pajak Penghasilan Orang Pribadi Dideterminasi Oleh Ekstensifikasi Wajib Pajak dan Pemeriksaan Pajak (Studi Kasus pada KPP Pratama Bandung Bojonegara 2013-2015)

2 33 50

Pengaruh Jumlah Wajib Pajak Orang Pribadi dan Pemeriksaan Pajak Terhadap Penerimaan Pajak Penghasilan Pasal 21 (Studi Kasus pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Karees 2013-2015)

0 4 1

Pengaruh Penagihan Pajak dan Pemeriksaan Pajak Terhadap Penerimaan Pajak Penghasilan Orang Pribadi (Studi pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Sumedang)

0 3 1

Pengaruh Jumlah Wajib Pajak dan Pencairan Tunggakan Pajak Terhadap Penerimaan Pajak Penghasilan Orang Pribadi (Studi Kasus pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Cimahi 2013-2015)

1 8 30

Pengaruh Pemeriksaan Pajak dan Penagihan Pajak terhadap Penerimaan Pajak Penghasilan Wajib Pajak Orang Pribadi dan Badan (Studi Kasus pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Karees).

1 4 21

Pengaruh Pemberian NPWP oleh Pemberi Kerja terhadap Tingkat Penerimaan Pajak Penghasilan Orang Pribadi (Studi Kasus pada KPP Pratama Bandung Bojonagara).

0 0 19