2.4. Penyediaan Bahan Baku Industri Petrokimia Di Indonesia
Tabel II.2. Karakteristikkualitas Gas Bumi di Indonesia Komposisi
mole PerusahaanDaerah Sumber Gas Bumi
Mobil Oil Arun
Wampu Medan
PTSI Sumsel
Cilamaya Jakarta
ARBNI Kangean
Kaltim B. Papan
Sul-Sel Walanga
CO2 3,34
2,68 6,06
1,94 2,69
2,55 N2
4,09 0,07
0,51 1,04
1,80 0,7
C1 68,87
70,04 85,53
90,12 88,19
78,15 94,89
C2 11,0
10,96 4,88
5,86 3,88
9,48 3,47
C3 6,20
5,93 1,59
0,95 2,13
6,15 0,82
C4 3,68
3,96 0,84
0,06 0,93
2,09 0,81
C5 2,82
1,53 0.58
0,39 0,68
0,01 C6+
0,83 0,2
Jumlah 100,0
100,0 100,0
100,0 100,0
100,0 100,0
s.g 0,8364
0,7950 0,7220
0,6253 0,6480
0,7390 0,5779
Nilai Kalori -BTUSCF
297,6 1323,0
1077,0 1027,0
1057,0 1197,0
n.a -MjouleM3
43,44 44,29
36,05 33,60
35,39 40,07
n.a Sumber : Team Koordinasi Pengembangan Pemakaian BBG-Migas Pandjaitan,
M. 2006.
1. Ketersediaan cadangan gas bumi C
1
- C
4
Dalam hal ketersediaan gas bumi untuk bahan baku industri petrokimia di Indonesia yang mana sekitar 60-80 volume gas yang dihasilkan dari suatu
lapangan gas adalah gas metana, dapat dilihat bahwa karakteristik kualitas gas nya cukup memenuhi persyaratan ini dapat dilihat pada Tabel II-2, begitu juga
mengenai potensi cadangan gasnya cukup tersedia dimana sumber-sumber gas nya menyebar hampir merata dapat menjangkau daerah-daerah yang padat dengan
pemukiman penduduk dan pusat-pusat industri, seperti daerah Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Selatan, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur,
Kalimantan Timur, Sulawesi Selatan dan Irian Jaya.
Universitas Sumatera Utara
2. Ketersediaan bahan baku kondensat C
5
-C
11
Sama halnya dengan bahan baku nafta, komponen-komponen penyusun gas kondensat kadar kandungannya dapat diukur dengan analisis PONA Parafin,
Olefin, Naftene dan Aromatik, dimana jika kandungan parafin dan oleinnya lebih besar, maka kondensat tersebut lebih bermanfaat dipakai bahan baku industri
dengan jalur “Olefin-senter” dan sebaliknya apabila kandungan naftene dan aromatiknya lebih, lebih bermanfaat dipakai untuk bahan baku industri dengan
jalur “ Aromatik- senter”. Produksi kondensat dalam negeri selama ini masih di ekspor ke luar untuk mendatangkan devisa, sedangkan ketersediaan produksinya
untuk dipakai sebagai bahan baku industri petrokimia di Indonesia. 3.
Ketersediaan bahan baku Nafta C
6
-C
12
Bahan baku nafta adalah bahan baku minyak berbentuk cairan, yang banyak dipakai untuk bahan baku industri petrokimia di dunia baik yang memakai
dengan jalur “Olefin-senter” maupun dengan jalur “Aromatik-senter”, karena pengangkutan mudah dilakukan biarpun dengan jarak jauh seperti pengangkutan
untuk minyak mentah lainnya. Minyak nafta ini dalam negeri diperoleh dari hasil kilang Cilacap dan kilang Balikpapan, yang selama ini produksinya masih di
ekspor ke luar untuk mendatangkan devisa. Dalam hal ketersediaan produksinya untuk dipakai sebagai bahan baku industri petrokimia di Indonesia.
4. Ketersediaan bahan baku residu Low Sulfur Waxy ResiduLSWR Bahan baku minyak residuLSWR cukup tersedia didalam negeri yang
dapat didatangkan dari Kilang Dumai, Sungai Pakning dan Exsor I Balongan, dan selama ini minyak residualLSWR tersebut masih di ekspor ke luar untuk
Universitas Sumatera Utara
mendatangkan devisa. Dalam hal ketersediaan produksinya untuk dimanfaatkan sebagai bahan baku industri petrokimia di Indonesia.
2.5. Absorpsi