B. Analisis VEN
Analisis VEN Vital, Esesnsial, dan Non Esensial diperoleh berdasarkan hasil wawancara dengan dokter umum Puskesmas dan kepala UPT POAK, dan
data ini ditentukan dari pendapat dan pengamatan masing-masing terhadap semua item obat yang ada di Puskesmas selama tahun 2013-2014. Analisis VEN ini
digunakan untuk menetapkan prioritas pembelian obat serta menentukan tingkat stok yang aman dan harga penjualan obat dengan mengklasifikasikannya ke dalam
kelompok obat vital, esensial, dan non esensial. Analisis VEN didapatkan dari obat yang masuk dalam kategori A pada
tahun 2013 maupun 2014 yang kemudian dilakukan wawancara kepada informan yang berbeda dapat menyebabkan obat yang sama masuk ke dalam kelompok
yang berbeda. Pada penelitian ini dilakukan juga pengambilan data dari Puskesmas
Tempel I yang merupakan Puskesmas yang paling sedikit mengambil obat ke UPT POAK Kabupaten Sleman Yogyakarta. Hal ini dilakukan karena untuk
menjadi tolak ukur dan membuktikan bahwa semua Puskesmas yang ada di Kabupaten Sleman Yogyakarta pengelolaan obat terkait pengadaan obatnya sudah
berjalan baik atau belum dengan menggunakan metode ABC. Pengambilan data yang
diambil dilakukan
dengan cara
yang sama,
yaitu dengan
mengelompokkannya ke dalam kelompok ABC kemudian dikategorikan yang termasuk dalam VEN lihat lampiran 3 dan 4.
Pemilihan obat ke dalam kelompok vital, esensial dan non esensial dilihat berdasarkan pertimbangan akan kebutuhan pelayanan kesehatan terhadap
masyarakat dengan penyediaan obat-obat yang dibutuhkan untuk pasien dengan menimbang resiko yang mungkin terjadi apabila sampai terjadi kekosongan stok
obat. Selain itu pengelompokkan obat dengan mempertimbangkan suatu obat berdasarkan kebutuhan akan obat tersebut, tentunya sangat tergantung pengisi
kuisioner yaitu dokter umum dan Kepala UPT POAK yang melakukan pengelompokkan obat sehingga apabila informannya berbeda kemungkinan untuk
item obat yang sama penilaian kelompok obatnya menjadi berbeda. Menurut dokter umum di Puskesmas Sleman melihat 24 jenis obat pada
tahun 2013 dan 20 jenis obat pada tahun 2014 yang termasuk dalam kategori obat vital yaitu Serum ATS inj. 1500 IUamp dan Hyosine N Butilbromide tab 10 mg,
selebihnya termasuk dalam kategori esensial Vaksin Polio, Vaksin BCG, Parasetamol 500 mg, dan lain-lain dan non esensial yaitu Tablet Kalium dan
Vaksin-ADS 0,5 ml lihat lampiran 5. Sedangkan menurut Kepala UPT POAK Sleman mempunyai pendapat yang berbeda pada tahun 2013 dengan 24 jenis obat
yang sama, Vaksin HB Uniject dan Serum ATS inj. 1500 IUamp termasuk dalam kategori obat vital dan selebihnya masuk dalam kategori esensial Hemafort tablet
salut, Ibuprofen 400 mg, Amoksisilin 500 mg, dan lain-lain dan non esensial yaitu Hyosine N Butilbromide tab 10 mg. Pada tahun 2014 hanya Serum ATS inj.
1500 IUamp saja yang termasuk dalam kategori obat vital lihat lampiran 6 dan 7. Dari pengisian kategori VEN keduanya didapatkan VEN dari kategori A tahun
2013 dan 2014 yang termasuk obat vital sebanyak 1 item obat, esensial sebanyak PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19 dan 16 item obat pada tahun 2013 dan 2014, sedangkan non esensial sebanyak 1 item obat tahun 2013 maupun 2014 lihat lampiran 5, 6, dan 7.
Dari hasil wawancara menurut dokter umum Puskesmas Tempel I melihat 16 jenis obat pada tahun 2013 yang termasuk kategori vital adalah OAT FDC Kat.
I dan selebihnya masuk dalam kategori esensial dan non esensial lihat lampiran 9. Sedangkan pada tahun 2014 dengan 20 jenis obat yang ada terdapat 7 obat
yang termasuk dalam kategori vital diantaranya Vaksin Polio, Vaksin DPT-HB- HIB Pentavalen, Vaksin-ADS 0,5 ml, Vaksin Campak, dan lainnyadan
selebihnya masuk dalam kategori esensial dan non esensial lihat lampiran 10.
C. Analisis Kesediaan Obat