cakupan yang cukup luas yaitu dengan beberapa fasilitas pendukung dalam pelayanan kesehatan antara lain : pengobatan umum, pelayanan kesehatan ibu dan
anakKB, pengobatan gigi, perbaikan gizi, psikologi, pelayanan poliklinik kesehatan reproduksi remaja, poli kesehatan dan lingkungan, poliklinik infeksi
menular seksual IMS yang biasa berkembang menjadi HIVAIDS, fisioterapi, pelayanan ambulan dan pelayanan penunjang laboratorium. Dengan profil
Puskesmas yang memiliki banyak instalasi kesehatan maka diharapkan memiliki pengelolaan obat yang baik. Oleh karena itu dilakukan evaluasi terkait pengadaan
obat dengan metode ABC yang diharapkan dapat membantu memperbaiki proses pengendalian persediaan dan pengadaan obat di Puskesmas Sleman sehingga lebih
efisien dan efektif.
1. Permasalahan
Beberapa permasalahan yang muncul pada penelitian ini adalah sebagai berikut :
a. Seperti apakah pengadaan obat di Puskesmas Sleman Yogyakarta?
b. Seperti apakah hasil evaluasi pengadaan obat di Puskesmas Sleman
Yogyakarta?
2. Keaslian Penelitian
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, penelitian mengenai evaluasi pengadaan obat di Puskesmas Sleman Yogyakarta belum pernah
dilakukan. Akan tetapi penelitian serupa pernah dilakukan oleh :
a. Mikha, 2011 yang berjudul Evaluasi Pengelolaan Obat Dengan Metode
ABC di Puskesmas Induk Tegalrejo Yogyakarta Tahun 2008-2010. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengelolaan obat dengan
metode ABC di Puskesmas Induk Tegalrejo Yogyakarta tahun 2008-2010 agar pengelolaan obat dapat efektif dan efisien. Pengambilan datanya
dilakukan secara retrospektif yaitu data yang digunakan diambil dengan melakukan penelusuran dari LPLPO 2008-2010. Dapat disimpulkan
pengelolaan obat di Puskesmas Induk Tegalrejo Yogyakarta dilihat dari profil nilai pakai berdasarkan analisis ABC, ketersediaan obat sesuai
dengan pola penyakit, ketersediaan obat sesuai dengan Daftar Obat Esensial National DOEN, serta persentase sediaan obat yang
dikembalikan ditiap tahunnya dapat dikatakan bahwa pengelolaan obatnya cukup baik. Perbedaan dengan penelitian ini adalah tempat dan periode
penelitian berbeda, subyek penelitian lebih dari satu, tidak melakukan perhitungan persentase obat kadaluwarsa, tidak digunakan, serta rusak
yang dikembalikan oleh Puskesmas Induk Tegalrejo ke UPT POAK Kota,
dan tidak hanya menggunakan metode ABC melainkan VEN.
b. Nabila, 2012 yang berjudul Evaluasi Perencanaan Obat Berdasarkan
Metode ABC di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum Daerah Dr. M. M. Dunda, Limboto, Kabupaten Gorontalo. Penelitian ini merupakan
penelitian deskriptif kuantitatif yang bertujuan untuk mengetahui nilai pemakaian dari obat yang ada dalam perencanaan berdasarkan metode
ABC di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum Daerah Dr. M. M. Dunda PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Kabupaten Gorontalo Tahun 2011. Perencanaan obat dianalisis menggunakan metode ABC dari tiga jalur yaitu Reguler, Jamkesmas, dan
Askes. Kesimpulan dari penelitian ini adalah dari ketiga jalur tersebut menyerap biaya hingga 90 dari pemakaian keseluruhan, sehingga perlu
mendapat perhatian khusus pada pengendalian persediaan agar selalu terkontrol. Ini artinya perencanaan di IFRS Dr. M. M. Dunda masih
kurang baik karena sering terjadi kekosongan dan kelebihan obat. Dengan menggunakan analisis ABC dapatmembantu rumah sakit dalam
merencanakan pemakaian obat dengan mempertimbangkan nilai pemakaian dari beberapa item obat, pengadaan dan pengawasan obat
dengan prioritas sesuai hasil analisis ABC yang bertujuan efisiensi penggunaan dana dan efektivitas efek terapi obat terhadap pasien.
Perbedaan dari penelitian ini adalah tempat penelitian, subjek penelitian,
dan metode yang digunakan bukan hanya metode ABC melainkan VEN.
c. Lestari, 2010 yang berjudul Evaluasi Pengelolaan Obat di Puskesmas
Depok II Sleman Periode Tahun 2007-2009 Dengan Metode ABC Indeks Kritis. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengevaluasi pengelolaan obat
di Puskesmas berdasarkan analisis ABC Indeks Kritis sehingga pengadaan obat menjadi efektif dan efisien. Pengumpulan data menggunakan daftar
seluruh obat selama tiga tahun 2007, 2008, 2009 untuk menentukan Vital, Esensial dan Non esensial. Kesimpulan dari penelitian ini adalah
pengelolaan obat di Puskesmas dikatakan cukup baik, hal ini dilihat dari nilai indeks kritis yaitu kelompok A dan B jumlahnya lebih banyak dari
kelompok C. Selain itu obat-obatan yang masuk dalam kelompok C direkomendasikan perencanaan obatnya agar dioptimalkan pengadaannya.
Perbedaan dengan penelitian ini adalah tempat dan periode penelitian,
tidak melakukan perhitungan nilai indeks kritis dan analisis z score. 3. Manfaat penelitian
a. Manfaat teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan tentang evaluasi pengelolaan obat agar pengadaan obat dapat efisien dan
pemakaian yang efektif di Puskesmas Sleman Yogyakartamenggunakan metode ABC.
b. Manfaat praktis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan kepada pihak Puskesmas Sleman Yogyakarta berkaitan dengan pengelolaan obat terkait
pengadaan obat agar lebih efisien dan efektif sehingga ketersediaan obat untuk pelayanan kesehatan di Puskesmas Sleman Yogyakarta lebih
terjamin.
B. Tujuan Penelitian