Deskripsi Obyek Penelitian 1. Gambaran Umum Perbankan Nasional

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Deskripsi Obyek Penelitian 4.1.1. Gambaran Umum Perbankan Nasional Kondisi dunia perbankan di Indonesia telah mengalami banyak perubahan ini selain disebabkan oleh perkembangan internal dunia perbankan, juga tidak terlepas dari pengaruh perkembangan diluar perbankan seperti sector riil dalam perekonomian, politik, hukum dan social. Lembaga perbankan sebagai lembaga yang berfungsi sebagai penghimpun dana dan menyalurkan dana dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Tujuan tersebut dapat berhasil dengan baik apabila ada lembaga mediator antara pemilik dan pengguna dana melalui lembaga keuangan bank. Salah satu cara memperkecil jarak tersebut adalah dengan memperluas dan menyebarkan lembaga keuangan tersebut kesegala lapisan masyarakat. Untuk mempercepat pencapaian sasaran dan harapan terhadap perbankan dapat tercapai, maka perlu diciptakan suatu kondisi yang memungkinkan perbankan dapat melakukan upaya yang maksimal agar misi Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. yang dibebankan tersebut dapat terpenuhi. Oleh karena itu, diperlukan suatu kebijakan yang mendorong perbankan untuk dengan mudah dapat melakukan perluasan usaha, kebijaksanaan moneter yang mendukung hal tersebut . Anonim, 2008 : 10-14 Sedangkan perkembangan faktor – faktor internal dan eksternal perbankan tersebut menyebabkan kondisi perbankan di Indonesia secara umum dapat dikelompokkan dalam tiga periode, antara lain : a. Kondisi perbankan di Indonesia sebelum diregulasi sebelum serangkaian paket – paket deregulasi di sector riil dan moneter yang dimulai sejak tahun 1980 an. Perbankan pada masa ini sangat kuat dipengaruhi oleh berbagai kepentingan ekonomi dan politik dari penguasa yang dalam hal ini adalah pemerintah. b. Kondisi perbankan di Indonesia sesudah deregulasi setelah munculnya deregulasi sampai dengan masa sebelum terjadinya krisis ekonomi pada akhir tahun 1990 an . Inflansi yang tinggi serta kondisi ekonomi makro secara umum yang tidak bagus terjadi secara bersamaan dengan kondisi perbankan yang tidak dapat memobilisasikan dana yang baik. Fenomena yang terjadi pada masa sebelum deregulasi tersebut, seolah – olah lingkaran yang tidak ada ujung pangkalnya serta saling mempengaruhi. Untuk mengatasinya cara yang ditempuh pemerintah melakukan serangkaian kebijakan berupa deregulasi disektor riil dan moneter. Pada Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. c. Kondisi perbankan di Indonesia saat krisis ekonomi mulai akhir tahun 1997 an. Deregulasi dan penerapan kebijakan – kebijakan lain yang terkait dengan sector perbankan lebih mempunyai kemampuan untuk meningkatkan kemampuan kinerja ekonomi makro di Indonesia. Mobilisasi dana melalui perbankan menjadi lebih besar dan perbankan menjadi lebih besar peran sertanya dalam menunjang kegiatan disektor riil melalui peningkatan produksi barang dan jasa. Perkembangan perbankan yang cukup pesat pada masa setelah deregulasi ternyata berlangsung tidak cukup lama untuk dapat mengangkat Indonesia di Asia Tenggara. Perkembangan ini dalam waktu yang sangat singkat menjadi terhenti dan bahkan mengalami kemunduran total akibat adanya krisis moneter yang terjadi pada akhir tahun 1997 an. Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. Krisis ekonomi yang awalnya hanya dipandang sebagai krisis moneter ini banyak menyebabkan perubahan dalam kondisi perbankan di Indonesia. Anonim, 2008 : 14-20.

4.1.2. Perkembangan Bank Perkreditan Rayat BPR

Upaya meningkatkan peran BPR di dalam melayani nasabahnya dan masyarakat pedesaan perlu didasari oleh pelayanan yang baik di dalam bidang perbankan dan menjadikan BPR andalan bagi masyarakat yang diketahui oleh seluruh pemangku kepentingan stakeholder agar upaya tersebut dapat didukung bersama. Karakteristik BPR, serta arah kebijakan dan strategi penguatan dan peningkatan peran BPR tersebut selama 10 tahun ke depan periode 2001 – 2011 pada bank BPR di Kabupaten Sidoarjo terdapat : 18 kecamatan dan 128 desa yang mempunyai kurang lebih 50 cabang kantor bank Perkreditan Rakyat BPR adalah sebagai berikut: a. Terwujudnya industri BPR yang sehat, kuat, produktif, dan dipercaya untuk melayani UMK dan masyarakat, khususnya di pedesaan guna mendukung pertumbuhan perekonomian daerah. B. Menciptakan kondisi yang kondusif untuk mendorong peningkatan kinerja dan pelayanan BPR kepada UMK dan masyarakat setempat, terutama di wilayah pedesaan. C. Karakteristik BPR Masa Depan Sesuai visi yang ingin dicapai, dimasa mendatang diharapkan dapat diwujudkan industri BPR yang didukung oleh para pengelola yang mempunyai kompetensi dan Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. integritas yang tinggi serta menerapkan prinsip-prinsip “ good corporate governance ” dalam pengelolaan BPR. Untuk mewujudkan hal tersebut, sertifikasi kompetensi perlu terus ditingkatkan kualitas dan cakupannya. Operasional BPR yang dikelola secara profesional dan didukung manajemen yang berkualitas akan meningkatkan kredibilitas BPR di mata masyarakat dan lembaga-lembaga keuangan lainnya. Peran BPR sebagai lembaga intermediasi masyarakat mikro dan kecil diharapkan semakin meningkat kepada sektorsektor yang produktif. Untuk itu, BPR perlu didukung dengan kemampuan teknis mengenai sektor yang dibiayai, permodalan yang kuat, serta kemampuan menghimpun sumber pendanaan baik dari masyarakat maupun melalui kerja sama dengan lembaga keuangan lain. Langkah-langkah yang dilakukan dalam mencapai visi BPR tersebut akan terus diarahkan agar tetap sejalan dengan karakteristik BPR yang spesifik, dan tidak diarahkan untuk menciptakan bank-bank umum kecil, meskipun dalam API BPR dikelompokkan bersama dengan “Bank Umum dengan Kegiatan Terbatas ”. Untuk itu, BPR di masa depan diarahkan supaya tetap memiliki karakteristik yang spesifik sebagai berikut: 1. Bank lokal yang berkantor di satu provinsi dengan kegiatan usaha terbatas. BPR akan tetap dibatasi jaringan kantornya dalam satu provinsi, dan kegiatan usahanya tetap terbatas sebagaimana diatur dalam UU Perbankan yaitu hanya diperkenankan menghimpun dana dalam bentuk deposito berjangka, tabungan dan atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu; menyalurkan dana dalam bentuk kredit yang diberikan; serta menempatkan dananya dalam bentuk SBI, deposito Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. berjangka, sertifikat deposito, danatau tabungan pada bank lain. Kegiatan usaha BPR yang terbatas tersebut masih relevan dengan pelayanan yang dibutuhkan UMK, yang merupakan nasabah utama BPR. Dibatasinya jaringan kantor BPR dimaksudkan untuk menjadikan BPR sebagai salah satu pilar yang mendukung pengembangan perekonomian daerah dengan mengutamakan penghimpunan dan penyaluran dana dari dan kepada masyarakat di daerah setempat. 2. Fokus pada UMK dan masyarakat pedesaan. Kemampuan pelayanan jasa keuangan BPR yang terus meningkat selama 10 tahun terakhir seperti nampak dari perkembangan kinerja berupa total asset, dana pihak ketiga dan kredit yang diberikan akan terus didorong agar BPR tetap fokus kepada UMK dan masyarakat pedesaan. Hal ini mengingat masih besarnya potensi pasar pada segmen tersebut yang belum terlayani jasa perbankan, serta sejalan dengan pesan UU Perbankan. 3. Memiliki modal yang kuat. Meskipun BPR tidak diarahkan untuk menjadi Bank Umum, namun BPR akan didorong agar memiliki modal kuat yang sangat diperlukan untuk mengatasi risiko usaha yang timbul, meningkatkan daya saing dalam melayani UMK, meningkatkan jangkauan pelayanan kepada UMK, serta untuk mencapai skala ekonomis guna mendukung kesinambungan usaha BPR. 4. Mendayagunakan teknologi untuk mengoptimumkan pelayanan kepada nasabah. Perkembangan industri BPR tidak terlepas dari pengaruh perkembangan produk perbankan; tuntutan nasabah yang menginginkan pelayanan yang mudah, nyaman, Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. cepat dan aman, serta tuntutan efisiensi operasi untuk mendukung daya saing BPR. Agar pengelolaan BPR lebih efisien, BPR didorong agar memanfaatkan teknologi dalam operasionalnya secara optimal. Penggunaan teknologi tersebut sangat diperlukan untuk pencatatan transaksi dan pelaporan, pengendalian intern maupun untuk pelayanan yang lebih cepat. 5.Diperkenankan ikut dalam sistem pembayaran secara tidak langsung. Sejalan dengan kemajuan teknologi dan tuntutan nasabah BPR yang menginginkan pelayanan yang mudah, nyaman, cepat dan aman dalam bertransaksi untuk mendukung kegiatan usahanya, BPR diharapkan dapat turut serta dalam sistem pembayaran secara tidak langsung terbatas yang akan dikelola oleh lembaga Apex sebagai lembaga pengayom induk BPR, apabila lembaga Apex telah terbentuk. Arah Kebijakan, Strategi Penguatan dan Peningkatan Peran BPR dalam rangka Pelayanan kepada UMK Upaya mencapai visi yang ditetapkan, dijabarkan dalam arah kebijakan, strategi penguatan dan peningkatan peran BPR dalam rangka pelayanan kepada UMK dan masyarakat pedesaan, yang mencakup hal-hal sebagai berikut: 1. Memperkuat kelembagaan. 2. Meningkatkan kualitas pengaturan. 3. Meningkatkan efektivitas sistem pengawasan. 4. Mendorong kualitas tata kelola governance. 5. Mewujudkan infrastruktur pendukung industri BPR yang efektif. 6. Mewujudkan pemberdayaan dan perlindungan nasabah. Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

4.2. Deskripsi Hasil Penelitian