ANALISIS BEBRAPA FAKTOR YANG MEMPENGARUHI JUMLAH TABUNGAN SIMPANAN PADA BANK-BANK UMUM DI SIDOARJO.

(1)

SKRIPSI

Disusun Oleh :

DWI SWASTY SENJA NPM. 0811010006

PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL ”VETERAN” JAWA TIMUR SURABAYA


(2)

Dengan segala kerendahan hati, penulis memanjatkan puji syukur ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufik serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan mengambil judul:

“ANALISIS BEBERAPA FAKTOR YANG MEMPENGARUHI JUMLAH TABUNGAN SIMPANAN MASYARAKAT PADA BANK-BANK BPR DI KABUPATEN SIDOARJO”.

Penyusunan skripsi ini dilakukan dengan maksud untuk melengkapi persyaratan yang harus dipenuhi untuk mendapatkan gelar sarjana ekonomi pada jurusan Ekonomi Pembangunan Universitas Pembangunan Nasional “Vetran” jawa Timur.

Terwujudnya skripsi ini tidak lepas dari bantuan, bimbingan serta pengarahan dari berbagai pihak. Maka pada kesempatan ini penulis dengan kerendahan hati yang tulus ikhlas mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada yang terhormat:

1. Bapak Prof. Dr. Ir. Teguh Soedarto, MP selaku Rektor Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur, yang telah memberikan banyak bantuan berupa sarana fasilitas dan perijinan guna pelaksanaan skripsi ini.


(3)

Pembangunan Universitas Pembangunan Nasional “ Veteran” Jawa Timur. 4. Bapak Drs. Ec. Wiwin P. MT selaku dosen wali yang mana telah memberikan

ilmu yang bermanfaat kepada penulis.

5. Bapak Drs. Ec. Wiwin P. MT selaku dosen pembimbing yang mana ikhlas telah memberikan waktu dan pemikiran selama berlangsungnya masa bimbingan tugas akhir ini.

6. Bapak-bapak dan ibu-ibu dosen serta staf karyawan Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur yang telah dengan ikhlas memberikan banyak ilmu pengetahuannya selama masa perkuliahan dan pelayanan akademik bagi peneliti.

7. Terucap khusus hormatku kepada kedua orangtuaku yang senantiasa memberikan do’a restu dan dorongan baik moril maupun materiil yang tak terhingga.

8. Terimakasih kepada para teman-teman saya angkatan 08 khususnya Dwi Swasty Senja, Bimbi Ayu Wardhani, Robby Ricco, Angga Sulistiawan, Agus Surya Wijaya, yang telah memberi suport dan dukungan kepada saya yang telah mengerjakan skripsi hingga selesai.


(4)

penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca dan semoga skripsi ini memberikan manfaat bagi yang membutuhkan serta bagi pembaca untukpenelitian selanjutnya.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb

Surabaya, Maret 2012


(5)

KATA PENGANTAR... i

DAFTAR ISI... iv

DAFTAR GAMBAR... ix

DAFTAR TABEL... xi

LAMPIRAN... xii

ABSTRAKSI... xiii

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 5

1.3. Tujuan Penelitian ... 5

1.4. Manfaat Penelitian ... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Hasil Penelitian Terdahulu ... 7

2.1.1. Perbedaan Dengan Penelitian Terdahulu ... 7

2.2. Landasan Teori ... 11

2.2.1. Pengertian Bank ... 11

2.2.1.1. Peranan Perbankan ... 14


(6)

2.2.1.6. Resiko Usaha Bank ... 23

2.2.2. Pengertian Tabungan Masyarakat ... 24

2.2.2.1. Alat Penarik Tabungan ... 25

2.2.2.2. Jenis-Jenis Tabungan ... 27

2.2.2.3. Dorongan Untuk Menabung di Bank ... 28

2.2.3. Pengertian, Jenis, dan Fungsi Deposito ... 30

2.2.3.1. Pengertian Deposito ... 30

2.2.3.2. Jenis-Jenis Deposito ... 31

2.2.3.3. Fungsi Deposito ... 32

2.2.3.4. Deposito Berjangka ... 33

2.2.3.5. Manfaat Menabung Dalam Bentuk Deposito Berjangka ... 33

2.2.4. Pendapatan Perkapital ... 34

2.2.4.1. Pengertian Pendapatan Perkapital ... 34

2.2.4.2. Fungsi Pendapatan Perkapital ... 36

2.2.4.3. Macam-Macam Penghitungan Pendapatan Perkapital ... 36

2.2.4.4. Metode Penghitungan Pendapatan Perkapital ... 37

2.2.4.5. Hubungan Pendapatan Perkapital Dengan Jumlah Tabungan Masyarakat ... 39

2.2.5. Jumlah Penduduk ... 40


(7)

2.2.6. Pengertian Inflasi ... 44

2.2.6.1. Penggolongan Inflasi ... 45

2.2.6.2. Efek Akibat Inflasi ... 49

2.2.6.3. Cara Mencegah Inflasi ... 50

2.2.6.4. Pengaruh Inflasi ... 51

2.2.6.5. Hubungan Inflasi Dengan Pemilik Tabungan ... 52

2.2.7. Tingkat Suku Bunga ... 52

2.2.7.1. Pengertian Tingkat Suku Bunga ... 52

2.2.7.2. Faktor-Faktor Yang Menyebabkan Terdapatnya Beberapa Tingkat Bunga ... 53

2.2.7.3. Hubungan Tingkat Suku Bunga Dengan Tabungan Masyarakat .... 54

2.3. Kerangka Pikir ... 55

2.4. Hipotesis ... 60

BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Definisi Operasional Dan Pengukuran Variabel ... 61

3.2. Teknik Penentuan Sampel ... 63

3.3. Teknik Pengumpulan Data ... 64

3.3.1. Jenis Data ... 64


(8)

3.4.2. Uji Hipotesis ... 66

3.5. Uji Asumsi Klasik ... 70

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Deskripsi Obyek Penelitian ... 76

3.4.1. Gambar Umum Perbankan Nasional ... 76

4.2. Deskripsi Hasil Penelitian ... 79

4.2.1. Perkembangan Jumlah Tabungan Dan Deposito ... 79

4.2.2. Perkembangan Pendapatan Perkapital ... 80

4.2.3. Perkembangan Jumlah Penduduk ... 81

4.2.4. Perkembangan Inflasi ... 82

4.2.5. Perkembangan Tingkat Inflasi ... 83

4.3. Hasil Analisis Asumsi Regresi Klasik (BLUE / Best Linier Unbiased Estimator) ... 85

4.3.1. Analisis Dan Pengujian Hipotesis ... 89

4.3.2. Uji Hipotesis Secara Persial ... 91


(9)

(10)

Halaman Gambar 1 : Pemasaran Bank……... 13 Gambar 2 : Demand Pull Infation...……... 46 Gambar 3 : Cost pust inflation... 47 Gambar 4 : Paradigma Analisis Beberapa Faktor Yang Mempengaruhi

Jumlah Tabungan Simpanan Masyarakat Pada Bank-Bank BPR

Di Kabupaten Sidoarjo... 59 Gambar 5 : Kurva Distribusi Penolakan / Penerimaan Hipotesis

Secara Simultan ... 68 Gambar 6 : Kurva Distribusi Penolakan / Penerimaan Hipotesis

Secara Parsial………...……… 70 Gambar 7 : Kurva Durbin Watson... 72 Gambar 8 : Kurva Statistik Durbin Watson………... 86


(11)

Tabel 1 : Autokorelasi Durbin Watson... 73

Tabel 2 : Perkembangan Jumlah Tabungan Dengan Deposito Tahun 2001 - 2010... 80

Tabel 3 : Perkembangan Pendapatan Perkapital Tahun 2001 - 2010... 81

Tabel 4 : Perkembangan Jumlah Penduduk Tahun 2001 - 2010... 82

Tabel 5 : Perkembangan Tingkat Inflasi Tahun 2001 - 2010... 83

Tabel 6 : Perkembangan Tingkat Suku Bunga Tahun 2001 - 2010... 84

Tabel 7 : Tes Autokorelasi... 87

Tabel 8

:

Tes Heterokedastisitas Dengan Korelasi Rank Spearman... 88

Tabel 9 : Tes Multikolinier... 88

Tabel 10

:

AnalisisVarian (ANOVA)... 91

Tabel 11 : Hasil Analisis Variabel... 92


(12)

Lampiran 2 : Hasil Analisis Regresi Linier Berganda (Variables Entered / Removed, Model Summary, dan ANOVA)

Lampiran 3 : Coefficients dan Collinearity Diagnostics

Lampiran 4 : Residuals Statistics dan Nonparametric Correlations Lampiran 5 : Tabel Pengujian Nilai F

Lampiran 6 : Tabel Pengujian Nilai t

Lampiran 7 : Tabel Pengujian Nilai Durbin-Watson


(13)

Oleh : Dwi Swasty Senja

Abstraksi

Dalam era globalisasi di zaman saat ini, baik itu di Negara-negara maju seperti di negara Jepang, Amerika, Jerman, serta di Negara-negara sedang berkembang, khususnya di negara kita Indonesia. Sektor perbankan sangat besar mempengaruhi kegiatan ekonomi suatu negara dimanapun berada, baik itu negara maju maupun negara sedang berkembang. Hampir semua sektor yang berhubungan dengan berbagai kegiatan sistem keuangan selalu menggunakan jasa bank. Oleh karena itu, kemajuan suatu bank di suatu Negara dapat pula di jadikan totak ukur kemajuan negara yang bersangkutan. Semakin maju suatu negara maka semakin besar pula peranan perbankan dalam mengendalikan negara tersebut. Artinya keberadaan dunia perbankan semakin dibutuhkan pemerintah dan masyarakatnya.

Berdasarkan hasil pengujian dengan menggunakan analisis Regresi Linier Berganda untuk menguji pengaruh Pendapatan Perkapita (X1), Jumlah Penduduk (X2), dan Tingkat Inflasi (X3) Tingkat Suku Bunga (X4) terhadap Jumlah Tabungan dan Deposito

Berdasarkan keempat variabel bebas X1, X2, X3, X4 maka variabel yang paling dominan untuk mempengaruhi variabel Y1 adalah variabel X2 yaitu jumlah penduduk, sedangkan variabel bebas yang paling dominan untuk mempengaruhi Y2 adalah X2 yaitu jumlah penduduk.

Kata kunci : Jumlah tabungan, Deposito , Tingkat Inflasi, Jumlah penduduk, Pendapatan Perkapita, Tingkat Suku Bunga


(14)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Dalam era globalisasi di zaman saat ini, baik itu di Negara-negara maju seperti di negara Jepang, Amerika, Jerman, serta di Negara-negara sedang berkembang, khususnya di negara kita Indonesia. Sektor perbankan sangat besar mempengaruhi kegiatan ekonomi suatu negara dimanapun berada, baik itu negara maju maupun negara sedang berkembang. Hampir semua sektor yang berhubungan dengan berbagai kegiatan sistem keuangan selalu menggunakan jasa bank. Oleh karena itu, kemajuan suatu bank di suatu Negara dapat pula di jadikan totak ukur kemajuan negara yang bersangkutan. Semakin maju suatu negara maka semakin besar pula peranan perbankan dalam mengendalikan negara tersebut. Artinya keberadaan dunia perbankan semakin dibutuhkan pemerintah dan masyarakatnya.

Begitu pentingnya dunia perbankan, sehingga ada anggapan bahwa bank merupakan “Nyawa” untuk menggerakkan roda perekonomian suatu negara. Anggapan ini tentunya tidak salah, karena fungsi bank sebagai lembaga keuangan sangatlah vital, misalnya dalam hal penciptaan uang, mengedarkan uang, menyediakan uang untuk menunjang usaha, dan tempat mengamankan uang, serta tempat melakukan investasi dan jasa keuangan lainnya.


(15)

Menurut Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998, yang dimaksud dengan bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dalam rangka meningkatkan taraf hidup orang banyak. Menghimpun dana (uang) dan masyarakat dalam bentuk simpanan, maksudnya dalam hal ini bank sebagai tempat menyimpan uang atau berinvestasi bagi masyarakat. Tujuan utama masyarakat menyimpan uang biasanya adalah untuk keamanan uang dan untuk melakukan invetasi dengan harapan, memperoleh bunga dan hasil simpanannya.

Sedangkan menyalurkan dana kepada masyarakat, maksudnya adalah bank memberikan pinjaman (kredit) kepada masyarakat yang mengajukan permohonan, dengan kata lain bank menyediakan dana bagi masyarakat yang membutuhkannya. (Kasmir, 2003: 1-3)

Simpanan tabungan (saving deposit) merupakan simpanan yang paling populer di kalangan masyarakat umum. Sesuai dengan perkembangan zaman dewasa ini, kegiatan menabung sudah beralih dari rumah kepada lembaga keuangan seperti bank. Menabung di bank bukan saja menghindarkan dari resiko kehilangan atau kerusakan, akan tetapi juga memperoleh penghasilan dan bunga. Dengan demikian jumlah uang akan bertambah dari waktu ke waktu sekalipun tidak ditambah. Pengertian tabungan itu sendiri menurut Undang-Undang perbankan Nomor 10 Tahun 1998 adalah simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan menurut syarat-syarat tertentu yang disepakati, tetapi tidak dapat


(16)

ditarik dengan cek dan alat lainnya yang dipersamakan dengan itu. (Kasmir, 2003: 83)

Pada sektor perbankan di Kabupaten Sidoarjo mengenai jumlah tabungan masyarakat pada bank-bank BPR terhadap sektor perbankan khususnya di kota Surabaya, dikarenakan bahwa pada sektor perbankan di Kabupaten Sidoarjo khususnya pada sektor bank mengenai banyaknya jumlah tabungan masyarakat itu sebagai faktor pendukung untuk suatu perbandingan, dalam artian bahwa apabila kinerja dalam bank tersebut baik, baik itu mengenai sarana dan prasarana serta fasilitas dan pelayanan yang diberikan pihak bank kepada pihak nasabah, maka itu akan memberi dampak atau pengaruh yang positif juga bagi sektor perbankan di Surabaya maupun sampai tingkat propinsi yaitu Jawa Timur, sehingga banyak masyarakat yang mempercayai pihak bank untuk rnenyimpan dananya. Sementara sektor perbankan di kota-kota besar katakanlah Surabaya, khususnya pada bank BPR itu sebagai volume atau ukuran terhadap sektor perbankan pada bank BPR di kabupaten Sidoarjo, khususnya mengenai besarnya jumlah tabungan masyarakat dan deposito. Dengan demikian sektor perbankan di kabupaten Sidoarjo khususnya pada bank BPR terhadap sektor perbankan di Surabaya maupun Jawa Tirnur hanya sebagai pendukung atau penunjang dalam aktifitas dunia perbankan.

Dalam meningkatkan suatu dana dalam negeri sebagai sumber dana untuk pembangunan, perlu diupayakan melalui pengerahan dana dari masyarakat melalui lembaga-lembaga keuangan dan perbankan, dengan cara memberikan


(17)

kebebasan dalam hal memberikan tingkat bunga, sehingga dengan demikian lebih banyak menarik masyarakat dalam menempatkan dananya di dunia perbankan. Demikian pula di bidang pasar modal, dilaksanakan penyempurnaan yang berkaitan dengan perdagangan efek, dan memberikan fasilitas pajak bagi masyarakat pembeli obligasi. Tindakan tersebut dimaksudkan, agar bank-bank lebih dalam mengerahan dana dari masyarakat, sehingga pembangunan ekonomi dapat dibiayai tanpa menimbulkan pengaruh inflator. (Harijanto, 1996 : 38)

Dari uraian di atas, dapat disimpulkarn bahwa fungsi utama mencari nasabah dan menghimpun dana sangatlah menentukan pertumbuhan suatu bank. Sebab dana yang berhasil dihimpun tentunya akan menentukan volume dana yang dapat dikembangkan oleh bank tersebut dalam bentuk penanaman dana, Peranan dana masyarakat dalam bentuk tabungan ini, menarik minat penulis untuk melakukan sebuah penelitian secara lebih mendalam mengenai faktor-faktor apa saja yang dapat mempengaruhi besar kecilnya suatu jumlah tabungan masyarakat pada bank-bank BPR, khususnya di kabupaten Sidoarjo. Dengan mengambi sebuah judul “Analisis Beberapa Faktor Yang Mempengaruhi Jumlah Tabungan Simpanan Masyarakat Pada Bank-Bank BPR Di Kabupaten Sidoarjo”.


(18)

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan dari uraian latar belakang yang ada, maka dapat dirumuskan suatu permasalahan yang dibahas di dalam penelitian ini sebagai berikut :

1. Apakah terdapat pengaruh mengenai pendapatan perkapita jumlah penduduk, tingkat inflasi, dan tingkat suku bunga terhadap tabungan masyarakat dan deposito pada bank BPR di Kabupaten Sidoarjo ?

2. Manakah dari ke 4 (empat) variabel yang paling dominan pengaruhnya terhadap jumlah tabungan masyarakat dan deposito di Kabupaten Sidoarjo ?

1.3. Tujuan Penelitian.

Adapun tujuan penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui pengaruh pendapatan perkapita, jumlah penduduk, tingkat inflasi, dan tingkat suku bunga terhadap penghimpunan jumlah tabungan masyarakat dan deposito pada bank BPR di Kabupaten Sidoarjo.

2. Untuk mengetahui manakah dari ke 4 (empat) variabel yang paling dominan pengaruhnya terhadap jumlah tabungan masyarakat dan deposito di Kabupaten Sidoarjo.


(19)

1.4. Manfaat Penelitian

Manfaat yang dihadapi dari penelitian ini adalah :

1. Sebagai peneliti diharapkan dapat memberikan suatu tambahan informasi pengetahuan, serta memberikan masukan-masukan kepada seluruh mahasiswa UPN “VETERAN” Jawa Timur, khususnya pada mahasiswa fakultas ekonomi.

2. Sebagai bahan masukan terutama bagi pembaca yang ingin mengetahui perbandingan faktor pendapatan perkapita, Jumlah penduduk tingkat inflasi, dan tingkat suku bunga tabungan terhadap jumlah tabungan masyarakat dan deposito pada Bank-bank BPR di Kabupaten Sidoarjo.

3. Sebagai informasi bagi pihak-pihak yang berkepentingan untuk bahan-bahan masukan dalam mengambil suatu kebijakan, khususnya dalam bidang perbankan guna untuk menarik minat masyarakat untuk menabung.


(20)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Hasil Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu yang pernah dilakukan oleh pihak lain yang dapat dipakai sebagai bahan masukan serta pengkajian dalam penelitian ini pernah dilakukan, anatara lain oleh :

1. Suyanti (2002:X)

Dengan judul penelitian “Beberapa Faktor Yang Mempangaruhi Jumlah Tabungan Masyarakat Pada Perbankan di Surabaya”. Dimana variabel terikat (Y) yaitu jumlah tabungan masyarakat dan dengan variabel bebas (X1) tingkat suku bunga tabungan, (X2) jumlah kantor bank, (X3) pendapatan perkapita, (X4) inflasi. Dari hasil penelitian yang dilakukan diperoleh bahwa koefisien determinasi sebesar 0.983. Hasil ini berarti bahwa variahel bebas mampu rnenerangkan variabel terikat (Y) yaitu sebesar 98.30 % dan sisanya sebesar 1 .7 % diterangkan variabel lain, kemudian dari hasil penelitian dengan menggunakan uji F, dapat diketahui bahwa variabel bebas yaitu (X1) tingkat suku bunga, jumlah kantor bank, dan (X3) inflasi berpengaruh secara simultan dan secara parsial pendapatan perkapita


(21)

terhadap variabel terikat (Y) yaitu tabungan masyarakat. Dan setelah diuji secara parsial menunjukkan bahwa variabel bebas berpengaruh terhadap jumlah tabungan masyarakat pada bank umum di kota Surabaya.

2. Irawan (2005 : X)

Dalam penelitian yang berjudul “Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Penghirnpunan Dana Tabungan Oleh Perbankan di Surabaya”. Secara simultan menunjukkan adanya suatu hubungan yang nyata antara variabel bebas yaitu pendapatan perkapita (X1), tingkat inflasi (X2), dan jumlah penduduk (X3) terhadap penghimpunan dana tabungan pada bank umum pemerintah di kota Surabaya. Sedangkan secara parsial, variabel pendapatan perkapita (X1) berpengaruh secara nyata terhadap penghimpunan dana tabungan pada bank umum pemerintah di kota Surabaya (Y), variabel tingkat iflasi (X2) tidak berpengaruh secara nyata terhadap penghimpunan dana tabungan pada bank umum di kota Surabaya (Y), dan variabel jumlah penduduk (X3) berpengaruh secara nyata terhadap penghimpunan dana tabungan pada bank umum pemerintah di kota Surabaya (Y).

3. Isnowati (2005: 112)

Jurnal Bisnis dan Ekonomi dengan judul penelitian “Faktor-Faktor Penentu Tabungan Di Indonesia”. Dimana variabel terikat (Y) yaitu tabungan, sedangkan variabel bebasnya meliputi Pendapatan Perkapita (X1), Tingkat Suku Bunga (X2), Inflasi (X3), dan Tingkat Kekayaan (X4). Dan hasil analisis dengan menggunakan Model Koreksi Kesalahan (ECM),


(22)

menunjukkan bahwa variabel pendapatan perkapita memberikan pengaruh dan signifikan pada tabungan baik dalam jangka pendek dan jangka panjang. Sedangkan varibel terikat suku bunga didalam jangka pendek berpengaruh tetapi tidak signifikan terhadap tingkat tabungan, sedangkan dalam jangkan panjang berpengaruh dan signifikan terhadap tingkat tabungan. Sementara itu, variabel inflasi dalam jangka pendek tidak signifikan, sedangkan dalam jangka panjang inflasi berpengaruh dan signifikan (pada α = 5%) terhadap tingkat tabungan. Pada variabel tingkat kekayaan dalam jangka pendek berpengaruh terhadap tingkat tabungan, namun ternyata variabel ini secara statistik tidak signifikan, sedangkan dalam jangka panjang variabel tingkat kekayaan adalah signifikan pada α = 10 %.

4. Pratama (2006 : X)

Dengan judul “Beberapa Faktor yang Mempengaruhi Deposito pada Bank Swasta di Jawa Timur”. Menggunakan data sekunder mulai tahun 1988-2002. Hasil yang dapat disimpulkan bahwa secara simultan menunjukkan adanya hubungan yang nyata antara variable bebas pendapatan perkapita (X1), jumlah kantor bank (X2), dan inflasi (X3), terhadap deposito (Y) sedangkan secara parsial, variable pendapatan perkapital (X1) berpengaruh nyata terhadap deposito (Y) sedangkan variable jumlah kantor bank (X2) dan variable inflasi (X3) tidak berpengaruh nyata terhadap deposito.


(23)

5. Darinawan (2006 : 7)

Jurnal Ekonomi dengan judul penelitian “Perilaku Tabungan Masyarakat Antar daerah Di Indonesia”. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah Tabungan Masyarakat (Y) dan variabel bebasnya adalah Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) (X1), tingkat suku bunga (X2), laju inflasi ( X3 ), dan angkat beban tanggungan penduduk usia muda dan tua (X4). Dan estimasi secara nasional (penggabungan 26 propinsi yang ada), menunjukkan hasil bahwa tingkat pendapatan berdampak positif terhadap ti ngkat tabungan masyarakat. Sedangkan variabel tingkat suku bunga nol berpengaruh positif signifikan terhadap tingkat tabungan. Sementara itu variabel beban tanggungan usia muda dan tua menunjukkan dampak yang berbeda. Pada beban tanggungan usia muda berdampak negatif signifikan terhadap tingkat tabungan masyrakat, sedangkan beban tanggungan usia tua justru berdampak positif terhadap tabungan. Unsur ketidakpastian yang diproduksi dengan laju inflasi justru berdampak posistif terhadap tingkat tabungan.

Berdasarkan penelitian terdahulu yang telah disebutkan diatas, maka terdapat adanya suatu perbedaan dan persamaan dengan penelitian yang dilakukan. Perbedaan penelitian dilakukau oleh peneliti terdahulu dengan peneliti sekarang terletak pada ukuran waktu, ruang lingkup, tempat pinelitian, dan jumlah variabel yang digunakan. Sedangkan persamaannya


(24)

sama-sama menggunakan jumlah tabungan masyarakat sebagai variable terikatnya (Y1). Berdasarkan penelitian terdahulu seperti yang telah di sebutkan diatas, yang juga merupakan dasar acuan untuk penelitian hal ini dengan judul “Analisis beberapa Faktor Yang Mempengaruhi Jumlah Tabungan Masyarakat Pada Bank-Bank BPR Di Kabupaten Sidoarjo”. Variabel bebas yang digunakan dalam penelitian ini adalah Pendapatan perkapita (X1), Jumlah penduduk (X2), Tingkat inflasi (X3), Jumlah kantor bank (X4), dan Tingkat suku bunga (X5), sedangkan variabel terikatnya yang digunakan adalah Jumlah Tabungan Masyarakat (Y1) dan Deposito (Y2).

2.2. Landasan Teori. 2.2.1. Pengertian Bank.

Ada banyak macam definisi, pengertian, ataupun makna mengenal apa itu tentang bank, yang telah dikemukakan oleh para penulis baik itu dari luar negeri maupun dari dalam negeri dan menurut Undang-undang tentang perbankan, terdapat pada pasal 1 Undung-undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang perubahan Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang perbankan, antan lain:

1. “Bank adalah suatu organisasi yang menggabungkan usaha manusia dan


(25)

melayani kebutuhan masyarakat dan untuk memperoleh keuntungan bagi pemilik bank”. (Siamat, 1993:12)

2. “Bank adalah suatu badan usaha yang transaksinya berkaitan dengan uang menerima simpanan (deposits) dari nasabah, menyediakan dana atas setiap penarikan, melakukan penagihan cek-cek atas perintah nasabah, memberikan kredit dan atau menanamkan kelebihan simpanan tersebut sampai dibutuhkan untuk pembayaran kembali”. (Siamat,1993:12)

3. “Bank adalah badan yang usaha utamanya menciptakan kredit”. (Suyatno, 1999: 1)

4. “Bank adalah suatu badan usaha yang tugas utamanya sebagai lembaga

perantara keuangan (financial intermediaries), yang menyalurkan dana dan pihak yang berkelebihan dana (idlefund / surplus unit) kepada pihak yang membutuhkan dana atau kekurangan dana (defisit unit) pada waktu yang ditentukan”. (Denda wijaya, 2000 : 25)

Dari pengertian diatas dapat dijelaskan secara lebih luas lagi bahwa bank merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang keuangan, artinya aktivitas perbankan selalu berkaitan dalam bidang keuangan, sehingga berbicara mengenai bank tidak terlepas dari masalah keuangan itu sendiri. (Kasmir, 2002 23-24)

Mendengar kata bank sebenarnya tidak asing lagi bagi kita, terutama orang-orang yang hidup didaerah perkotaan, bahkan didaerah pedesaan sekalipun saat ini kata bank bukan merupakan kata yang asing dan aneh.


(26)

Menyebut kata bank setiap orang selalu mengaitkanya dengan uang, sehingga selalu juga ada anggapan bahwa yang berhubungan dengan bank selalu ada kaitanya dengan uang. Hal ini tidak salah, karena bank memang merupakan lembaga keuangan atau perusahaan yang bergerak dibidang keuangan, Sebagai lembaga keuangan bank menyediakan berbagai jasa keuangan. Dalam negara-negara maju bank bahkan sudah merupakan kebutuhan utama bagi masyarakat setiap kali bertransaksi atau melakukan transaksi, (Kasmir, 2003 : 11)

Di Indonesia, bank merupakan lembaga keuangan atau badan usaha yang mendapat kepercayaan masyarakat dalam, menyimpan atau menaruh dana-dananya. Dana yang dimaksud dapat berupa tabungan, deposito maupun sertifikat deposito. Dengan demikian maka masalah mengenai perbankan yang kita kenal sekarang ini adalah merupakan sambungan dan rnasalah perbankan yang telah ada beratus-ratus tahun yang lalu, dimana bank itu telah ada.

(Harijanto, 1999 : 11)

Untuk lebih ringkasnya, secara garis besar kegiatan bank sebagai lembaga keuangan dapat dilihat dalam gambar berikut ini :

Gambar 1 : Pemasaran Bank

Menyalurkan dana Menghimpun dana Jasa-jasa lainnya


(27)

Sumber: Kasmir, 2004, Pemasaran Bank, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta. Hal : 10

2.2.1.1. Peranan Perbankan.

Lembaga keuangan, baik bank maupun lembaga keuangan bukan bank mempunyai peran yang penting bagi aktivitas perekonomian. Peran strategis bank dan lembaga keuangan bukan bank tersebut sebagai wahana yang mampu menghimpun dan menyalurkan dana masyarakat secara efektif dan efisien kearah peningkatan taraf hidup rakyat. Bank dan lembaga keuangan bukan bank merupakan lembaga perantara keuangan sebagai prasarana pendukung yang amat vital untuk menunjang kelancaran dalam system perekonomian. Bank sebagai salah satu lembaga keuangan yang paling penting peranannya dalam masyarakat adalah lembaga keuangan yang usaha pokoknya memberikan kredit dan jasa-jasa dalam lalu lintas pembayaran dan peredaran uang. (Sinungan, 1995: 112)

Perbankan memiliki peran juga sangat penting dalam menunjung perekonomian, karena kita tahu bahwa pembangunan pada sektor riil selalu berkaitan dengan sektor moneter khususnya dalam perbankan, karena itu perlu kerja sama yang baik antara pemerintah dan perbaikan guna untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat khususnya di Indonesia, selain memiliki peran didalam negeri, perbankan juga memiliki beberapa peran penting diluar negeri, yakni sebagai jembatan dengan dunia internasional dan lalu lintas


(28)

devisa (uang), serta bekerja sama dengan hubungan moneter, perdagangan pengiriman uang, hubungan antara bank didalam dan diluar negeri dan ada juga kemungkinan berlangsungnya ekspor-import dengan internasional.

2.2.1.2. Kewajiban Bank.

Beberapa aturan sudah ditetapkan langsung dan pemerintah maupun melalui Bank Indonesia terutama mengenai perbankan, berdasarkan Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang perbankan, bank memiliki beberapa kewajiban yang harus dilaksanakan, yaitu:

1. Setiap bank diwajibkan memelihara kepentingan likuiditas dan

solvabilitas dengan perbandingan tertentu menurut ketentuan umum yang ditetapkan Bank Indonesia,

2. Bank wajib memberikan kepada Bank Indonesia segala keterangan dan bahan mengenai usahanya menurut cara yang ditentukan oleh Bank Indonesia.

3. Setiap bank wajib atas permintaan Bank Indonesia atau petugas yang ditunjuk oleh Bank Indonesia untuk memberikan kesempatan bagi pemeriksaan buku dan berkas-berkas yang ada padanya guna penyelidikan dan kebenaran dan bahan-hahan yang telah diberikannya itu dan seterusnya untuk memberikan segala bantuan dalam pelaksanaan pemeriksaan buku dan berkas-berkas tersebut. (Kasmir, 2003 : 20)


(29)

2.2.1.3. Fungsi Bank.

Secara umum, fungsi utama bank adalah menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya kembali kepada masyarakat untuk berbagai tujuan atau sebagai financial intermediary. Secara lebih spesifik bank dapat berfungsi, anatara lain:

a. Agent of trust, merupakan dasar utama kegiatan perbankan adalah kepercayaan (trust). Baik dalam hal penghimpunan dana maupun dalam penyaluran dana masyarakat akan mau menitipkan dananya dibank apa bila dilandasi adanya unsur kepercayaan.

b. Agent of development, merupakan kegiatan perekonomian masyarakat disektor riil tidak dapat dipisahkan. Sektor riil tidak akan dapat berkinerja dengan baik apa bila sektor moneter tidak dapat bekerja dengan baik.

c. Agent of services, merupakan disamping melakukan kegiatan penghimpunan dan penyaluran dana, bank juga memberikan penawaran jasa perbankan yang lain kepada masyarakat. Jasa ini antara lain dapat berupa jasa pengiriman uang, penitipan barang berharga, pemberian jaminan bank dan penyelesaian tagihan.

Dari ketiga fungsi bank diatas diharapkan dapat memberikan gambaran yang menyeluruh atau secara komperhensif dan lengkap mengenai fungsi bank dalam perekonomian, sehingga bank tidak hanya dapat diartikan


(30)

sebagai lembaga perantara keuangan (financial intermediary instution). (Totok, 2006 : 9)

2.2.1.4. Peran Bank Dan Lembaga Keuangan Bukan Bank.

Bank dan lembaga keuangan bukan bank mempunyai peran yang sangat penting dalam system keuangan, antara lain:

a. Pengalihan asset (asset transmulation)

Merupakan bank dan lembaga keuangan bukan bank akan memberikan pinjaman kepada pihak yang membutuhkan dana, dalam jangka waktu tertentu yang telah disepakati. Sumber dana pinjaman tersebut diperoleh dan pemilik dana yaitu unit surplus yang jangka waktunya dapat diatur sesuai dengan keinginan pemilik dana.

b. Transaksi (transaction)

Merupakan bank dan lembaga keuangan bukan bank memberikan berbagai kemudahan kepada pelaku ekonomi untuk melakukan transaksi barang dan jasa. Transaksi keuangan selalu diperlukan baik secara langsung dalam jual beli barang jadi, maupun dalam transaksi jual beli bahan mentah dan setengah jadi dalam proses produksi. Misalnya saja tabungan, deposito dan sebagainya.

c. Likuiditas (liquidy)

Merupakan unit-unit surplus dapat menempatkan dana yang dimilikinya dalam bentuk produk-produk berupa giro, tabungan, deposito


(31)

dan sebagainya. Produk-produk tersebut masing-masing punya tingkat likuiditas yang berbeda-beda. Untuk kepentingan likuiditas para pemilik dana dapat menempatkan dananya sesuai dengan kebutuhan dan kepentingannya. Dengan demikian, lembaga keuangan memberikan fasilitas pengelolaan likuiditas kepada pihak yang mengalami surplus likuiditas.

d. Efisiensi (efficiency)

Merupakan bank dan lembaga keuangan bukan bank dapat menurunkan biaya transaksi dengan jangkauan pelayanan. Disini hanya memperlancar dan mempertemukan pihak-pihak yang saling membutuhkan. Adanya informasi yang tidak simetris antara peminjam dan investor menimbulkan masalah insentif. Peran lembaga perantara keuangan menjadi penting untuk memecahkan masalah insentif ini. (Totok, 2006: 11-12)

2.2.1.5. Jenis Dan Macam Bank

Jenis atau bentuk bank bermacam-macam, tergantung pada cara penggolongannya. Penggolongan dapat dilakukan berdasarkan, antara lain : 1. Dilihat dan segi fungsinya

Menurut undang-undang Pokok Perbankan Nomor 7 Tabun 1992 dan ditegaskan lagi dengan keluarnya Undang-undang Republik Indonesia


(32)

Nomor 10 Tahun 1998, maka jenis perbankan berdasarkan fungsinya terdiri dari:

a. Bank Umum (Commercial Bank)

Bank umum adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan atau berdasarkan prinsip-prinsip syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.

b. Bank Perkreditan Rakyat ( BPR)

Adalah bank yang melaksanakan kegiatan usahanya secara konvensional dan atau berdasarkan prinsip syariah. Dalam kegiatannya BPR tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Artinya, jasa-jasa perbankan yang ditawarkan BPR jauh lebih sempit jika dibandingkan dengan kegiatan atau jasa bank umum.

2. Dilihat dari segi kepemilikan

Maksudnya ini adalah siapa-siapa saja yang memiliki bank tersebut. Kepemilikan ini dapat dilihat dari akte pendirian dan penguasaan saham yang dimiliki bank yang bersangkutan, antara lain:

a. Bank Milik Pemerintah

Adalah bank yang akte pendirian maupun modal bank ini sepenuhnya dimiliki oleh pemerintah Indonesia, sehingga seluruh keuntungan bank ini dimiliki oleh pemerintah pula. Contoh:


(33)

- Bank Rakyat Indonesia (BRI)

- Bank Tabunagn Negara (BTN)

- Bank Mandiri

Disamping itu, juga terdapat pula Bank Pemerintah Daerah (BPD), antara lain

- BPD DKI Jakarta

- BPD Jawa Barat

- BPD Jawa Tengah

- BPD Jawa Timur

b. Bank Milik Swasta Nasional

Adalah bank yang seluruh atau sebagian besar sahamnya dimiliki oleh swasta nasional. Contoh :

- Bank Bumi Putra

- Bank Central Asia (BCA) - Bank Danamon

- Bank Lippo - Bank Mega - Bank Niaga - Bank Muamalat c. Bank Milik Koperasi


(34)

Adalah bank yang kepemilikan saham-sahamnya dimiliki oleh perusahaan yang berbadan hukum koperasi. Contoh bank jenis ini adalah Bank Umum Koperasi Indonesia (Bank Bukopin).

d. Bank Milik Asing.

Adalah bank yang kepemilikannya 100% oleh pihak asing (luar negeri) di Indonesia. Bank jenis ini merupakan cabang dari bank yang ada diluar negeri, baik itu milik swasta maupun milik pemerintah asing. Contoh bank asing, antara lain :

- ABN AMRO BANK

- American Expresss Bank - Bank of America

- Bank of Tokyo

- Hongkong Bank

- City Bank

- Inter Pasific Bank e. Bank Milik Campuran

Adalah bank yang sahamnya dimiliki oleh dua belah piliak yaitu dari dalam negeri dan dari luar negeri. Artinya, kepemilikan saham bank campuran dimiliki oleh pihak asing dan pihak swasta nasional.


(35)

Komposisi kepemilikan saham secara mayoritas dipegang oleh Warga Negara Indonesia (WNI). Contoh bank milik campuran, antara lain: - Bank Finconesia

- Bank Merincorp

- Bank Sakura Swadarma

- Ing bank

- Inter Pasific Ban

3. Dilihat dari segi status

Artinya, jenis ini dilihat dari segi kemampuannya melayani masyarakat, terutama BPR. Status ini menunjukkan ukuran kemampuan bank dalam melayani masyarakat, baik dari segi jumlah produk, modal maupun dan segi kualitas pelayanannya. Jenis bank dilihat dan segi status, anatara lain sebagai berikut:

a. Bank Devisa

Adalah bank yang dapat meleksanakan transaksi keluar negeri atau yang berhubungan dengan mata uang asing secara keseluruhan. Contoh transaksi keluar negeri adalah transfer keluar negeri, inkaso keluar negeri, travel lers chequr, pembukaan dan pembayaran letter of credit (L/C) dan transaksi luar negeri lainnya.


(36)

Adalah bank yang belum mempunyai izin untuk melakukan transaksi sebagai bank swasta, sehingga tidak dapat melaksanakan transaksi seperti halnya pada bank swasta.

4. Dilihat dari segi cara menentukan harga

Dalam menentukan harga, baik harga jual maupun harga beli saat ini bank terbagi kedalam 2 kelompok besar, yaitu :

a. Bank yang berdasarkan Prinsip Konversional (Barat)

Merupakan mayoritas bank yang berkembang di Indonesia dewasa ini adalah bank yang berorientasi pada prinsip konvensional. Hal ini tidak terlepas dari sejarah bangsa Indonesia dimana asal mula bank di Indonesia dibawa oleh kolonial Belanda.

b. Bank yang berdasarkan Prinsip Syariah ( Islam )

Bagi bank yang berdasarkan Prinsip Syariah dalam penentuan harga produknya sangat berbeda dengan bank yang berdasarkan Prinsip Konvensional. Bank berdasarkan Prinsip Syariah adalah aturan perjanjian berdasarkan hukum islam antara bank dengan pihak lain untuk menyimpan dana atau pembiayaan usaha atau kegiatan perbankan lainnya. (Kasmir, 2004: 17-24)


(37)

2.2.1.6. Resiko Usaha Bank

Resiko usaha atau business risk bank merupakan tingkat

ketidakpastian mengenai suatu hasil yang diperkirakan atau diharapkan akan diterima. Semakin tidak pasti hasil yang diperoleh suatu bank, semakin besar kemungkinan resiko yang dihadapi investor dan semakin tinggi pula premi resiko atau bunga yang diinginkan oleh investor. Resiko usaha yang dapat dihadapi oleh bank antara lain, sebagai berikut :

1. Risiko kredit

Resiko kredit (Default Risk) merupakan suatu resiko akibat kegagalan atau ketidakmampuan nasabah mengembalikan jumlah pinjaman yang diterima dari bank beserta bunganya sesuai dengan jangka waktu yang telah ditentukan.

2. Risiko penanaman dalam sekuritas (Investment Risk)

Merupakan keadaan stuktur pasar dimana sekuritas tersebut diperdagangkan.

3. Risiko Liquiditas (Liquidity Risk)

Risiko yang mungkin dihadapi oleh bank untuk memenuhi kebutuhan liquiditasnya dalam rangka untuk memenuhi permintaan kredit dan semua penarikan dana oleh penabung pada suatu waktu.


(38)

Sumber dana ini merupakan ukuran keberhasilan bank jika mampu membiayai operasinya dan sumber dana ini seperti: simpanan tabungan, simpanan giro, dan simpanan deposito.

2.2.2. Pengertian Tabungan Mayarakat.

Adapun pengertian dari beberapa penulisan mengenai tabungan, antara lain :

1. Tabungan menurut teori klasik adalah fungsi dan tingkat bunga. Makin tinggi tingkat bunga, maka makin tinggi pula keingginan masyarakat untuk menabung. Artinya, pada tingkat bunga yang lebih tinggi masyarakat akan lebih terdorong untuk mengurangi pengluaran untuk konsumsi, guna menambah tabungan. (Nopirin, 1992 : 70)

2. Pengertian tabungan menurut Undang-undang Perbankan Nornor 10

Tahun 1998 adalah simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan menurut syarat-syarat tertentu yang disepakati, tetapi tidak dapat ditarik dengan cek bilyet giro dan atau alat lainnya yang dipersamakan dengan itu. (Kasmir, 2002: 74).

3. Tabungan (saving) adalah sisa dan pendapatan yang tidak dibelanjakan oleh konsumen, atau secara matematis dapat dituliskan S = Y - C, dimana: S (tabungan), Y (pendapatan), C (konsumsi). (Suparmono, 2004 43).


(39)

Ada beberapa alat untuk melakukan suatu penarikan didalam tabungan, hal ini tergantung bank masing-masing mau menggunakan sarana yang mereka inginkan. Alat ini dapat digunakan sendiri-sendiri atau secara bersama-sama. Alat-alat yang dimaksud, antara lain :

a. Buku Tabungan

Yaitu buku dipegang oleh nasabah, dimana berisi catatan saldo tabungan, penarikan, dan pembebanan-pembebanan yang mungkin terjadi. Buku ini digunakan pada saat penarikan, sehingga langsung dapat mengurangi saldo yang ada dibuku tabungan tersebut.

b. Slip Penarikan.

Merupakan formulir penarikan dimana nasabah cukup menulis nama, nomor rekening, jumlah uang serta tanda tangan nasabah untuk menarik sejulah uang. Slip penarikan ini biasanya digunakan bersamaan dengan jumlah tabungan.

c. Kwitansi.

Adalah bukti penarikan yang dikeluarkan oleh bank yang fungsinya sama dengan slip penarikan, dimana tertulis nama penarik, nomor penarik, jumlah uang dan tanda tangan penarik. Alat ini juga dapat digunakan secara bersamaan dengan buku tabungan.


(40)

Yaitu sejenis kartu kredit yang terbuat dari plastik yang dapat digunakan untuk menarik sejumlah uang tunai dan tabungannya, baik bank maupun dimesin Automated Teller Machine (ATM).

(Kasmir, 2002 74-75)

2.2.2.2. Jenis-Jenis Tabungan.

Dalam praktik perbankan di Indonesia dewasa ini terdapat beberapa jenis-jenis tabungan. Perbedaan jenis tabungan ini hanya terletak dari pada fasilitas yang diberikan kepada si penabung. Jenis-jenis dimaksud adalah: 1. Tabanas.

Merupakan bentuk tabungan yang tidak terkait oleh jangka waktu dengan penyetoran atau pengambilan.

Ada beberapa jenis bentuk tabungan, seperti :

- Tabungan umum

Merupakan tabungan yang berlaku bagi perorangan dilaksanakan secara sendiri-sendiri oleh penabung yang bersangkutan. Misalnya untuk membantu program oleh pemerintah dalam rangka pembangunan.

- Tabungan Pemuda

Merupakan tabungan khusus yang dilaksanakan secara kolektif melaiui organisasi pemuda.


(41)

- Tabungan Pelajar

Merupakan tahungan yang dikhususkan bagi untuk siswa atau pelajar melalui pihak sekolah.

- Tabungan Pramuka

Merupakan tabugan yang khusus diberikan untuk para anggota atau dalam organisasi pramuka.

2. Taska.

Merupakan tabungan yang dikaitkan dengan asuransi jiwa. Kegunaan taska ini adalah tabungan anda akan diasumsikan untuk suatu perencanaan berupa biaya, seperti biaya kuliah, biaya sekolah dan lain-lain.

3. Tabungan Lainnya.

Merupakan tabungan selain tabanas dan taska. Tabungan ini dilakukan oleh masing-masing bank dengan ketentuan-ketentuan yang diatur oleh Bank Indonesia. (Kasmir, 2002 : 75-76)

2.2.2.3. Dorongan Untuk Menabung di Bank.

Dorongan masyarakat untuk menabung di bank sangat erat berkaitan dengan suatu pendapatan atau penghasilan yang mereka terima setiap bulannya, yang setelah dikurangi oleh pengeluaran.


(42)

Mayarakat yang mempunyai pendapatan, yaitu yang lebih cenderung untuk rnenabungkan uangnya di bank agar untuk satu-satunya memperoleh bunga dan jumlah uang yang mereka tabung setiap bulannya. Adapun hasrat masyarakat untuk menyimpan uangnya di bank yaitu, antara lain

1. Adanya tingkat suku bunga yang menarik atau menguntungkan.

Dengan menyimpan uang di bank, masyarakat akan mendapatkn suatu tingkat bunga atau suatu keuntungan setiap akan menabung di bank, dari pada membiarkan uangnya dalam artian mengganggur dirumah atau ditabung dirumah tanpa memperoleh keuntungan sama sekali.

2. Uang yang disimpan di bank terjamin keamanannya.

Bank akan bertanggung jawab penuh kepada setiap nasabah didalam meyimpan uang (tabungan). Oleh karena itu, masyarakat yang mempunyai uang di bank berarti bank tersebut telah memperoleh suatu kepercayaan dari masyarakat.

3. Belajar hidup hemat,

Dengan menabung, masyarakat akan lebih dapat mengkontrol pengeluaran khususnya pengeluaran yang tidak terlalu penting, sehingga masyarakat dapat berencana kedepan untuk berpola hemat dalam pengeluaran guna untuk memperoleh manfaat atau kebahagiaan dimasa yang datang.

Artinya bahwa jika jangka waktu deposito tersebut telah berakhir, maka deposan tidak perlu harus datang ke bank lagi, akan tetapi bank secara


(43)

otomatis akan memperpanjang jangka waktu deposito tersebut. Perpanjangan demikian harus diperjanjikan pada saat pembukaan Deposito. Atas perpanjangan Deposito tersebut tidak perlu diterbitkan bilyet Deposito baru, namun demikian pada bilyet Deposito tersebut telah dicetak tulisan “Perpanjangan Secara Otomatis”. Atas perpanjangan tersebut bank tetap harus memberikan informasi kepada Deposan bahwa depositonya telah diperpanjang.

2.2.3. Pengertian, Jenis, dan Fungsi Deposito. 2.2.3.1. Pengertian Deposito

Deposito merupakan salah satu tempat bagi nasabah untuk melakukan investasi dalam bentuk surat-surat berharga. Pemilik deposito disebut deposan. Kepada setiap deposan akan diberi imbalan berupa bunga atas depositonya, bunga yang diberikan merupakan bunga yang tertinggi dibandingkan dengan simpanan atau tabungan.

Keuntungan bagi bank dengan menghimpun dana lewat deposito adalah bank dapat leluasa menggunakan kembali dana tersebut untuk keperluan penyaluran kredit. (Khasmir, 2000: 93)

Menurut Undang-undang Republik Indonesia No. 10 Tahun 1998 tentang pengertian deposito adalah simpanan yang penarikannya hanya dapat


(44)

dilakukan dalam jangka waktu tertentu menurut perjanjian antara nasabah penyimpan dengan bank. (Khasmir, 2000: 93)

Penarikan deposito hanya dapat dilakukan pada waktu tertentu maksudnya adalah jika nasabah deposan menyimpan uangnya untuk jangka waktu 3 bulan, maka uang tersebut baru diciairkan setelah jangka waktu tersebut berakhir dan sering disebut tanggal jatuh tempo. Untuk mencairkan deposito yang dimiliki deposan dapat menggunakan bilyet deposito atau sertifikat deposito.

Dalam hal ini deposito merupakan sarana investasi jangka menengah dimana masyarakat dapat menentukan sendiri jatuh tempo yang diinginkan. Penentuan jangka waktu sangat penting dalam investasi ini. Bila masyarakat sudah cukup memiliki dana dan ingin mendapatkan beberapa bunga tetap selama jangka waktu tertentu, produk deposito dapat menjadi pilihan. Tapi bila kebijakan investasi yang dinginkan adalah pengembangan dari dana awal, maka ada produk lain yang lebih memungkinkan. Anda mendapatkan pengembalian yang lebih tinggi dengan resiko yang tetap terukur.

2.2.3.2. Jenis - Jenis Deposito.

Deposito atau dana yang bersumber dari mayarakat ini, pada dasarnya dibedakan menurut sifat dan ketentuan yang mengatur dana tersebut. Adapun


(45)

dana yang berasal dari simpanan masyarakat ini terdiri dari bebagai jenis yaitu:

1. Deposito Berjangka (Time Deposit).

Deposito berjangka merupakan deposito yang diterbitkan menurut jangka waktu tertentu. Deposito berjangka diterbitkan atas nama baik perseorangan/lembaga. Pencairan bunga deposito dapat dilakukan setiap bulan atau setelah jatuh tempo sesuai jangka waktunya, baik tunai maupun non tunai.

2. Sertifikat Deposito

Merupakan deposito yang diterbitkan dengan jangka waktu 2, 3, 5, dan 12 bulan sertifikat deposito diterbitkan atas dalam bentuk sertifikat. Artinya di dalam sertifikat deposito tidak tertulis nama seseorang atau badan hukum tertentu. Disamping itu sertifikat deposito dapat diperjual belikan pada pihak lain. Pencairan bunga dilakukan dimuka, tiap bulan atau jatuh tempo, baik tunai maupun non tunai.

3. Deposit on Call.

Merupakan deposito yang berjangka waktu minimal 7 hari dan paling lama kurang dari 1 bulan. Diterbitkan atas mana dan biasanya dalam jumlah yang besar (tergantung bank yang bersangkutan). Pencairan bunga dapat dilakukan pada saat pencairan deposit on call dan sebelum


(46)

memberitahukan bank penerbit. Besarnya bunga ditentukan dengan negoisasi terlebih dahulu antara pihak bank dengan nasabah.

(Khasmir, 2002 : 94)

2.2.3.3. Fungsi Deposito.

Fungsi deposito secara garis besar adalah sebagai berikut:

1. Sebagai alat pengaman kekayaan. Deposito memberikan rasa aman kepada pihak-pihak yang memiliki kekayaan dalam bentuk uang.

2. Bila deposito meningkat, hal ini menunjukkan bahwa dunia perbankan dapat berpindah dalam mempertemukan pihak-pihak yang membutuhkan dana dengan pihak-pihak yang kelebihan dana, sehingga dana tersebut dapat digunakan secara produktif. (Sinungan, 2000 : 6)

2.2.3.4. Deposito Berjangka.

Simpanan deposito berjangka merupakan simpanan pihak ketiga kepada bank yang penarikannya dilakukan dalam waktu yang ditentukan sesuai dengan peranjian tertulis (1, 3, 6, 12, dan 24 bulan) antara pihak ketiga (deposan) dengan bank yang bersangkutan. Apabila penarikan dana oleh deposan dilakukan sebelum jatuh tempo seperti yang tertulis pada perjanjian dengan pihak bank, maka deposan dikenakan denda oleh pihak bank. Selain itu deposan dapat menarik simpanan deposito pada kurun waktu jatuh tempo


(47)

dan dapat juga memperpanjang simpanan deposito berjangkanya sesuai dengan perjanjian dengan pihak bank. (Sinungan, 1992 : 65)

2.2.3.5. Manfaat Masyarakat Menabung Dalam Bentuk Deposito Berjangka

Beberapa manfaat masyarakat dalam menetapkan dananya dalam bentuk deposito berjangka adalah :

1. Tingkat suku bunga yang menarik dan menguntungan. 2. Resiko simpanan deposito berjangka relatif keci1. 3. Fasilitas yang memuaskan nasabah.

4. Mempermudah nasabah dalam lalu lintas pembayaran. 5. Mengerjakan nasabah untuk hidup hemat.

6. Sewaktu-waktu dapat diambil, walaupun penarikan deposito hanya dapat dilakukan dalam jangka waktu tertentu berdasarkan perjanjian antara deposan dengan pihak bank, maka bank dapat mebayar kembali simpanan tersebut saat setelah beberapa syarat terpenuhi (biasanya dikenakan denda) tetapi untuk deposit on call tidak dikenakan denda.

7. Adanya perpanjangan jangka waktu pada saat jatuh tempo secara

otomatis.


(48)

2.2.4. Pendapatan Perkapita.

2.2.4.1. Pengertian Pendapatan Perkapita.

Pengertian pendapatan perkapita adalah pendapatan rata-rata penduduk suatu negara pada suatu waktu tertentu. Nilainya diperoleh dan membagi nilai pendapatan nasional bruto atau pendapatn domestik bruto pada sesuatu tahun tertentu dengan jumlah penduduk pertahun tersebut. Dengan demikian pendapatan perkapita dapat dihitung dengan menggunakan salah satu persarnaan berikut: (Sukirno, 2002 : 417)

Pengertian lain mengenai pendapat perkapita adalah personal income dimana pendapatan yang diterima rumah tangga dan bisnis non perusahaan. Nilainya diperoleh dengan membagi nilai Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) suatu tahun tertentu dengan jumlah penduduk pada tahun tersebut. (Mankiw, 2003: 10)

a. Perkapita =

b. Perkapita PDB =

Adanya pendapatan perkapita sehingga suatu negara mengharap pembangunan ekonomi yang terus mengalami pengembangan atau terus berkembangan dari tahun ke tahun, sebab dengan pendapatan perkapita suatu negara dapat membandingkan tingkat kesejahteraan masyarakat, serta dapat


(49)

membandingkan laju pertumbuhan ekonomi yang telah dicapai oleh negara dan masa ke masa. Kemudian juga dengan adanya suatu pendapatan perkapita dapat diketahui bahwa makin tinggi pendapatan perkapita suatu negara, maka makin kecil peranan sektor swasta dalam membuka kesempatan kerja, akan tetapi sebaliknya menguntungkan bagi sektor-sektor perbankan dalam peranannya di sektor ekonomi. Untuk lebih jelasnya pendapatan perkapita adalah pendapatan rata-rata penduduk suatu negara tertentu. (Sukirno, 2002 : 21)

Jadi dapat disimpulkan dan pengertian mengenai pendapatan perkapita diatas adalah rata-rata penduduk, yaitu menyangkut semua penduduk, baik anak-anak maupun dewasa. Apabila jumlah penduduk suatu negara selalu bertambah melalui kenaikan pendapatan nasional, maka pendapatan perkapita menjadi rendah, demikian pula sebaliknya apabila jumlah penduduk suatu negara lebih kecil dan kenaikan pendapatan nasional, maka pendapatan perkapita menjadi tinggi.

2.2.4.2. Fungsi Pendapatan Perkapita.

Fungsi pendapatan perkapita dapat dilihat dan data pendapatan perkapita itu sendiri menurut harga tetap, antara lain

1. Untuk menunjukan perkembangan tingkat kemakmuran disuatu Negara. 2. Juga untuk sebagai bahan perbandingan dalam menunjukkan perbedaan


(50)

(Harijanto, 1999 : 21)

Suatu masyarakat dipandang mengalami pertambahan dalam kemakmuran masyarakatnya, apabila pendapatan perkapita menurut harga tetap atau pendapatan perkapita riil terus menerus bertambah. Pendapatan perkapita sebagai bahan untuk menjadi dasar perbandingan tingkat kesejahteraan masyarakat dan laju tingkat pembangunan ekonomi berbagai Negara.

(Harijanto, 1999 : 21)

2.2.4.3. Macam - Macam Perhitungan Pendapatan Perkapita.

Dalam menghitung pendapatan perkapita ada dua macam perhitungan dapat dilakukan yaitu berdasarkan:

1. Harga yang berlaku.

Perhitungan menurut harga yang berlaku penting untuk memberikan gambaran mengenai kemampuan rata-rata dan penduduk negara itu membeli barang-barang. Perhitungan ini juga penting sebagai bahan perbandingan dalam menunjukan perbedaan tingkat kemakmuran disuatu negara dengan negara-negara lain. (Sukirno, 2002 : 417)

2. Harga tetap.

Data pendapata perkapita menurut harga tetap perlu dihitung untuk menunjukan perkembangan tingkat kemakmuran pada suatu negara.


(51)

2.2.4.4. Metode Perhitungan Pendapatan Perkapita.

Ada 3 metode yang digunakan dalam menghitung pendapatan domestik regional bruto yang dapat dipakai jika ditinjau dan metode yang berlainan, yaitu :

1. Metode produksi / metode output (Output Approach)

Pendapatan Domestik Bruto (PDB) merupakan jumlah nilai produk barang-barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh unit-unit produksi suatu daerah tertentu dalam jangka waktu tertentu biasanya 1 tahun atau juga biasanya disebut sebagai nilai output, yang dalam penyajiannya dikelompokan menjadi 11 sector yaitu pertanian, pertambangan, dan penggalian industri pengolahan, listrik, gas, dan air bersih, bangunan hotel dan restoran, pengangkutan dan komunikasi, bank dan lembaga keuanga lain, sewa rumah, pertahanan, serta jasa-jasa.

2. Metode pendapatan (Income Approach)

Pendapatan Domestik Bruto (PDB) adalah balas jasa kepada faktor-faktor produksi berupa upah dan gaji, sewa tanah, bunga modal dan keuntungan sebelum dipotong pajak penghasilan dan pajak langsung, karena telah turut era dalam proses produksi disuatu daerah dalam jangka


(52)

waktu tertentu (biasanya 1 tahun) PDB merupakan nilai tambah bruto seluruh sektor.

3. Metode pengeluaran (Expenditure Approach)

Produk Pomestik Bruto (PDB) merupakan pengeluaran yang dilakukan untuk konsumsi rumah tangga, lembaga sosiai swasta yang tidak mencari keuntungan, konsumsi pemerintah, pembentukan modal tetap domestik bruto, perubahan stok dan ekspor netto suatu daerah dalam waktu tertentu biasanyn 1 tahun apabila pembentukan modal dan ekspor netto dijumlah, maka akan diperoleh nilai PDB. (Rahardja, 2004 : 23)

2.2.4.5. Hubungan Pendapatan Perkapita Dengan Jumlah Tabungan Masyarakat Dan Deposito.

Tingkat pendapatan yang rendah, tabungan masyaakat akan mengalami negatif, keadaan ini berarti menggunakan tabungan dimasa lalu untuk membiayai hidupnya, baru setelah pendapatan melebihi pendapatan awal, maka masyarakat menabung sebagian dari pendapatannya.

(Sukirno, 2002 : 77)

Apabila seseorang menerima pendapatannya dan hasilnya bekerja, maka inipun akan segera merencanakan untuk membelanjakan pendapatanya


(53)

itu setelah dikurangi dengan segala kewajibannya. Dalam hal itu, setiap pendapatan yang akan dikeluarkan untuk keperluan konsumsi, sedangkan sisanya jika masih ada akan ditabung. (Samuelson, 1996 : 95)

Menurut teori Keynes dalam Nopirin (2000 : 79) menjelaskan faktor-faktor yang menentukan pendapatan nasional. Menurut kaum klasik, pendapatan nasional akan selalu dalam keadaan Full Employment dimana keinginan masyarakat untuk menabung sama dengan keinginan perusahaan untuk melakukan investasi. Menurut Keynes, apabila perusahaan mengalami tambahan persediaan yang tidak diinginkan, pengusaha akan memperkecil atau mengurangi produksi. Output akan turun selama keinginan menabung lebih besar dan pada keingirian untuk investasi. Proses turunnya output itu akan terus berlangsung sampai keinginan menabuag sama dengan keinginan investasi, dimana pendapatan nasional keseimbangan yang baru lebih rendah dari semula. Keynes mengatakan bahwa pengeluaran konsumsi (C) terutama tergantung dari suatu pendapatan (Y), makin tinggi pendapatan maka makin tinggi suatu konsumsi.

Pertumbuhan ekonomi berarti perkembangan kegiatan dalam perekonomian yang menyebabkan barang dan jasa yang diproduksikan dalam masyarakat bertambah dan kemakmuran masyarakat rneningkat.

(Sukirno, 2002 10)

Dengan demikian, apabila pertumbuhan ekonomi meningkat, maka tingkat pendapatan dan kemakmuran rakyat juga akan mengalaim


(54)

peningkatan, hal ini akan berpengaruh pada tingkat konsumsi masyarakat dan juga akan mempengaruhi tabungan masyarakat, karena tingkat pendapatan yang meningkat, dan kebutuhan telah terpenuhi maka masyarakat juga akan meningkatkan pula tabungan mereka.

2.2.5. Jumlah Penduduk. 2.2.5.1. Definisi Penduduk.

Menurut para ahli ekonorni dimaksudkan dengan perkataan penduduk disini tentu saja adalah penduduk dan bukan yang lainnya misalnya : ternak, unggas, tumbuhan, dan sebagainya, sekalipun yang lainnya ltu tidaklah diabaikan sama sekali. Sebab mengapa para ahli ekonomi sangat tertarik kepada masalah kependudukan ini adalah karena penduduk itulah yang melakukan produksi maupun konsumsi dan penduduk itulah sebagai subyek

ekonomi, serta penduduk itu merupakan sumber tenaga kerja, human

resources, disamping sumber factor produksi skill. (Rosyidi, 2004 : 87)

Diluar ilmu ekonomi, maka cabang ilmu pengetahuan yang paling banyak menarik perhatian para ahli ekonomi adalah ilmu tentang kependudukan. Keterkaitan para ahli ekonomi terhadap persoalan kependudukan karena disebabkan penduduk itulah yang menentukan suatu produksi, konsumsi, maupun tabungan, dan juga dapat dikarenakan penduduk itu adalah suatu subyek ekonomi. (Rosyidi, 1996: 7)


(55)

Sebagai subyek ekonomi maka penduduklah yang akan dapat menentukan perkembangan perekonomian suatu negara atau daerah menjadi lebih baik atau lebih buruk. Jumlah serta mutu suatu negara atau daerah merupakan unsur penentu yang paling penting bagi kemampuan produksi, serta standart hidup suatu negara atau daerah. Namun demikian, sebab yang paling utama mengapa masalah penduduk ini sangat menarik, sehingga perhatian para ahli ekonomi adalah karena penduduk itu adalah sumber tenaga kerja, human resources, disamping sumber faktor produksi skill.

(Rosyidi, 2004 : 87)

Dengan peran penduduk sebagai sumber tenaga kerja dan faktor produksi skill, maka jumlah penduduk yang besar denga kualitas yang baik akan berdampak positif pada perekonomian suatu negara atau suatu daerah. Hal ini disebabkan karena dengan jumlah penduduk yang besar, produksi suatu negara juga besar. Selain itu seperti yang tercantum dalam Garis-Garis Besar Haluan Negara (GBHN) pada tahun 1993 telah disebutkan bahwa penduduk yang besar jumlahnya sebagai sumber daya manusia yang berpotensi dan produktif bagi pembangunan. (Rosyidi, 1996 : 87)


(56)

Jumlah penduduk adalah manusia dan bukan yang lainnya misalnya: tanah, tumbuhan, dan sebagainya yang melakukan produksi maupun konsumsi. (Rosyidi, 2004 : 87)

Apabila jumlah penduduk naik, maka hasrat atau minat untuk menabung di bank akan meningkat pula, karena jumlah penduduk yang besar. Perkembangan jumlah penduduk pada dasarnya merupakan suatu faktor yang sangat vital didalam mobilisasi dana masyarakat yang secara umum mempengaruhi penghirnpunan dana pada bank. Dikarenakan salah satu sumber dana bank yang paling utam adalah berasal dan rnasyarakat.

(Kasmir, 2003: 19)

Menurut Rosyidi (1996 : 92), apabila suatu negara mempunyai penduduk yang terlalu sedikit, maka mungkin sekali itu tidak akan mampu memanfaatkan sumber-sumbernya dengan seefisien mungkin, sebagaimana yang mungkin akan dihasilkan jika saja jumlah penduduk lebih besar. Dalam keadaan seperti ini usaha untuk mewujudkan potensi besar-besaran sangatlah terhalangi.

Dari faktor diatas tampak jelas bahwa penduduk merupakan faktor yang justru lebih serius disektor pertanian dibanding sektor diluar pertanian. Seperti yang telah kita ketahui bahwa pertumbuhan penduduk justru mendorong usaha pertumbuhan ekonomi, sebab jika tidak ada pertumbuhan ekonomi niscaya standart hidup manusia pasti semakin merosot. Laju pertumbuhan suatu penduduk yang tinggi dinegara-negara sedang


(57)

berkembang merupakan akibat dan penurunan tingkat kematian dan masih tetap tingginya tingkat suatu kelahiran dari ini terjadi terutama diluar sektor produksi. Tingkat kelahiran dinegara-negara industri jelas menurun dan bahkan kalau kecenderungan ini berlangsung terus akan dapat terjadi keadaan penduduk yang “stationer” atau bahkan semakin kecil jumlahnya.

(Suparmoko, 1997: 53)

2.2.5.3. Hubungan Jumlah Penduduk Dengan Jumlah Tabungan Masyarakat Dan Deposito.

Jumlah penduduk adalah manusia bukan yang lainnya yang melakukan suatu produksi maupun konsumsi yang ada disaat sekarang ini. Dengan begitu jumlah penduduk yang sangat banyak akan dapat memeberi pengaruh terhadap suatu tingkat jumlah tabungan. Seperti yang kita ketahui bahwa pertumbuhan penduduk justru mendorong usaha pertumbuhan ekonomi, sebab kalau tidak ada pertumbuhan ekonomi niscaya standart hidup masyarakat pasti akan semakin merosot. (Suparmoko, 1997 : 53)

Penduduk dipadang sebagai nasabah yang akan melakukan kegiatan menabung. Seperti apa yang diutarakan oleh Kasmir dalam bukunya Manajemen Perbankan, bahwa dana terbesar pada sektor perbankan didominasi oleh dana pihak ketiga yaitu yang diperoleh dari masyarakat. (Kasmir, 2003: 19)


(58)

Jadi makin banyaknya penduduk, maka makin tinggi pula. jumlah dan tabungan masyarakat yang dihimpun oleh sektor perbankan.

2.2.6. Pengertian Inflasi.

Ada beberapa mengenai definisi tentang apa itu inflasi, yaitu antara lain :

1. Inflasi merupakan proses kenaikan harga-harga umum barang-barang

secara terus menerus. Ini tidak berarti bahwa harga-harga berbagai macam barang itu naik dengan persentase yang sama, mungkin dapat terjadi kenaikan tersebut tidaklah bersamaan. Yang penting terdapat kenaikkan harga umum barang secara terus menerus selama suatu periode tertentu (Boediono, 2001: 25)

2. Inflasi merupakan suatu permasalahan ekonomi yang terjadi, baik itu dinegara-negara maju ataupun dinegara-negara berkembang seperti dinegara kita Indonesia. (Suparmono, 2004 : 128)

2.2.6.1. Penggolongan Inflasi

1) Penggolongan inflasi menurut parah tidaknya inilasi:

a) Inflasi ringan

Yaitu inflasi yang terjadi dibawah angka 10% pertahun. b) Inflasi sedang

Yaitu inflasi yang teriadi diantara angka 10% - 30% pertahun. c) Inflasi berat


(59)

Yaitu inflasi yang terjadi diantara angka 30% - 100% pertahun. d) Inflasi hiper inflasi

Yaitu inflasi yang teerjadi diatas angka 100% pertahun. (Nopirin, 2000 :27)

2) Penggolongan inflasi menurut penyebabnya :

Penggolongan kedua ini adalah atas dasar sebab masalah awal dari inflasi. Atas dasar ini kita bedakan 2 macam inflasi:

a) Inflasi yang timbul karena permintaan masyarakat akan berbagai

Larang terlalu kuat (demand pull inflation).

Inflasi yang terjadi karena jumlah barang yang diminta secara

total (aggregate demand / AD). Melebihi jumlah barang yang

ditawarkan dalam perekonomian (aggregate supply / AS). Dengan kata lain, permintaan masyaraka. terhadap barang dan jasa tertentu selalu mengalami peningkatan sementara, disisi. lain kapasitas produksi tetap / tidak dapat ditingkatkan.

Gambar 2: Demand Pull Inflation


(60)

Sumber : Suparmono, 2004, Pengantar Ekonomika Makro, Edisi Pertama, Hal 129

Keterangan : jumlah barang dan jasa yang dihasilkan secara total oleh suatu perekonomian ditunjukan oleh kurva AS. Mula-mula permintaan masyarakat terhadap barang dan jasa yang dihasilkan tersebut ditunjukan oleh kurva permintaan AD, sehingga dipasar terjadi harga keseimbangan awal (P1) dan jumlah keseimbangan awal (Q1). Karena kapasitas perekonomian tidak mampu rnenghasilkan barang dan jasa melebihi penawaran awal AS dan disisi lain pemerintah meningkat menjadi AD , maka harga akan naik dan P1 menjadi P2. Kenaikan permintaan inilah yang menyebabkan terjadinya kenaikan harga, sehingga menyebabkan terjadinya inflasi dari sisi permintaan. Kenaikan permintaan ini dapat diakibatkan oleh pertambahan jumlah penduduk maupun semakin bertambahnya jenis dan jumlah kebutuhan masvarakat.


(61)

b) Inflasi yang timbul karena kenaikan biaya produksi (cost push inflation)

Dilihat dari sisi penawaran, kenaikan harga dapat terjadi karena turunnya jumlah barang dan jasa yang ditawarkan. Misalnya jumlah produksi beras menurun pada musim tanam tertentu yang disebabkan oleh kegagalan panen. Turunnya produksi beras dan disisi lain permintaannya tetap akan dapat mengakibatkan kenaikan harga.

Gambar 3: Cost Push Inflation

Sumber : Suparmono, 2004, Pengantar Ekonomika Makro, Edisi Pertama, Hal 129

Keterangan : Dalam kondisi normal, produksi beras ditunjukan oleh kurva penawaran awal (S) dengan permitaan awal (D).


(62)

Keseimbangan terjadi dititik E dengan harga keseimbangan P1 dan jumlah keseimbangan Y1. Apabila terjadi kegagalan panen, ini akan mengakibatkan turunnya jumlah produksi beras, sehingga kurva penawarannya bergeser kekiri atas dan AS ke S1.Kondisi ini rnengakibatkan keseimbangan bergeser dari E ke E1 dan harga naik menjadi P2. (Suparmono, 2004 : 133)

3) Penggolongan Inflasi menurut asalnya.

Penggolongan yang ketiga ialah berdasarkan asal dan inflasi, antara lain:

1. Inflasi yang berasal dan dalam negeri (Domestic Inflation)

Inflasi dan dalam negeri merupakan inflasi yang timbul misalnya karena defisit anggaran belanja yang dibiayai dengan percetakan uang baru, serta adanya panen yang gagal dan sebagainya. 2. Inflasi yang berasal dan luar negeri (Imported Inflation)

Inflasi yang berasal dari luar negeri merupakan inflasi yang timbul karena harga-harga diluar negeri atau negara-negara langganan berdagang kita. (Boediono, 2001 : 164)


(63)

Inflasi juga akan menimbulkan efek-efek terhadap individu dan masyarakat :

1. Inflasi menurunkan pendapatan riil orang-orang yang berpendapatan tetap. Pada umumnya kenaikan upah tidaklah secepat kenaikan harga-harga, maka inflasi akan menurunkan upah riil individu-individu yang berpendapatan tetap.

2. Intlasi akan mengurangi nilai kekayaan yang berbentuk uang.

Sebagian kekayaan masyarakat disimpan dalam bentuk uang, simpanan di bank, simpanan tunai, dan simpanan dalam institusi-institusi keuangan lain merupakan simpanan keuangan.

3. Memperburuk pembagian kekayaan.

Telah ditujukan bahwa penerima pendapatan tetap akan menghadapi kemotaerosn dalam nilai riil pendapatannya, dan pemilik kekayaan bersifat keuangan mengalami penurunan dalam nilai riil kekayaannya.

(Sukirno, 2006 : 339)

2.2.6.3. Cara Mencegah Inflasi.

Mencegah suatu inflasi ada tiga bentuk kebijaksanaan, antara lain: 1. Kebijaksanaan fiskal

Dengar kebijaksanaan fiskal itu akan mengatasi masalah inflas’ dalam bentuk mengurangi pengeluaran pernerintah, dan kebijaksanaan ini


(64)

menimbulkan efek yang cepat dalam mengurangi pengeluaran dalam perekonomian. Kebijaksanaan ini juga menyangkut tentang pengeluaran pemerintah serta perpajakan yang secara langsung dapat mempengaruhi permintaan total, sehingga dapat mempengaruhi harga. Misalnya : penurunan biaya masuk impor barang,

2. Kebijaksanaan moneter

Dengan kebijaksanaan moneter itu juga dapat mencegah inflasi atau mengurangi inflasi yang dilakukan oleh pemerintah adalah untuk menurunkan penawaran uang. Perubahan ini akan menaikkan suku bunga, dengan kebijaksanaan moneter juga melalui pengaturan jumlah uang yang beredar. Kebijaksanaan moneter anatara lain:

Diskon rate : tingkal diskonto untuk pinjaman yang diberikan bank sentral kepada bank umum.

• Politik pasar terbuka : menarik uang beredar dengan cara menjual surat berharga.

Margin requitment : batasan maximum pemberian waktu.

3. Dengan dasar segi penawaran

Dengan melakukan langkah-langkah yang dapat mengurangi biaya produksi dan menstabilkan harga seperti mengurangi pajak impor dan pajak atas bahan mentah, melakukan penetapan harga, menggalakkan


(65)

pertambahan produksi dan menggalakkan perkembangan tekhnologi. (Sukirno, 2006 : 354)

2.2.6.4 Pengaruh Inflasi.

Sebenarnya siapa yang diuntungkan dan dirugikan dengan timbulnya inflasi, sebab inflasi akan menguntungkan bagi kelompok yang memiliki uang yang lebih, karena uang tersebut dapat diinvestasikan pada aset tanah, rumah dan dialokasikan dipasar uang. Bentuk aset-aset tersebut akan mengalami kenaikan harga yang jauh lebih cepat dan pada bentuk aset lainnya, sehingga pemilik aset akan mendapatkan keuntungan dan kenaikan aset tersebut. Sebaliknya kelompok rendah akan mengalami penurunan daya beli uang yang dimiliki untuk membeli kebutuhan sehari-hari. Uang yang dimiliki akan mengalami penurunan daya beli, sehingga secara riil pendapatan orang tersebut akan mengalami penurunan seiring dengan kenaikan inflasi. (Suparmono, 2004: 138)

2.2.6.5. Hubungan Inflasi dengan Pemilik Tabungan.

Bagairnana infIasi yang dikaitkan dengan pemilik tabungan disuatu bank, Pemiilik tabungan di bank juga akan mengalami kerugian apabila bunga yang diterima dan tabungan tersebut lebih rendah dan pada laju inflasi. Nilai


(66)

riil tabungan akan terus mengalami pengurangan seiring terjadinya inflasi. Kondisi ini lebih para lagi apabila masyarakat menyimpan uang dirurnah, disatu sisi masyarakat kehilangan kesempatan memperoleh pendapatan bunga apabila menyimpan uangnya di bank ( atau surat berharga), disisi lain uang tersebut secara riil juga mengalami penurunan. Dengan demikian inflasi dapat dikatakan sebagai pajak atas pendapatan sebagian masyarakat, karena inflasi akan mengurangi pendapatan masyarakat terutama pendapatan tetap. (Suparmono, 2004: 139)

2.2.7. Tingkat Suku Bunga.

2.2.7.1 Pengertian Tingkat Suku Bunga.

Ketika selanjutnya kita memeriksa bagaimana uang mempengaruhi aktifitas ekonomi, kita akan memfokuskan pada suku bunga, yang sering disebut “harga uang”. Bunga adalah pembayaran yang dilakukan untuk pengunaan uang. Sedangkan suku bunga adalah jumlah bunga yang dibayarkan per unit waktu yang disebut sebagai persentase dan jumlah yang dipinjamkan. Dengan kata lain, orang harus rnembayar kesempatan untuk meminjam uang. Biaya peminjam uang, diukur dalam dollar pertahun per dollar yang dipinjam, adalah suku bunga.


(67)

Pengertian tingkat suku bunga adalah suatu bunga yang dinyatakan sebagai persentase dan modal. Pada umumnya persentase yang dinyatakan menunjukkan tingkat bunga dan sejumlah modal di dalam satu tahun. Dengan demikian kalau dinyatakan tingkat suku bunga adalah 15 persen (%), artinya adalah modal yang dipinjamkan tingkat bungannya adalah 15 persen setahun. (Sukirno, 1995 : 377)

2.2.7.2 Faktor-Faktor Yang Menyebabkan Terdapatnya Beberapa Tingkat Bunga.

Didalam kenyataan, keadaannya adalah sangat berbeda, yaitu didalam perekoriomian terdapat beberapa tingkat bunga. Seseorang yang menabuag disuatu bank menerima tingkat bunga yang berbeda dan seseorang yang meminjam uang di bank. Tingkat bunga pinjaman pemerintah berbeda dengan tingkat bunga yang dibayar konsumen, dan bank mengenakan tingkat bunga yang berbeda kepada nasabah.. nasabahnya. Perbedaan tersebut disebabkan oleh beberapa faktor-faktor, antara lain:

1. Perbedaan resiko

Pinjaman pemerintah membayar tingkat bunga yang lebih rendah dan tingkat bunga pinjaman swasta, Walaupun begitu, pemerintah masih


(68)

dapat rnemperoleh pinjaman yang diperlukannya karena resiko dan meminjamkan kepada pemerintah sangat kecil. Salah satu pertimbangan bank-bank didalam menentukan tingkat bunga yang akan dikenakannya. adalah resiko dan memberikan pinjaman tersebut.

2. Jangka Waktu Pinjaman

Semakin lama sejumlah modal dipinjamkan, semakin besar tingkat bunga yang harus dibayarkan. Salah satu sebab dan keadaan ini adalah karena resiko yang ditanggung peminjam akan semakin besar apabila jangka waktu peminjaman bertambah panjang. (Sukirno, 1995 385)

2.2.7.3 Hubungan Tingkat suku Bunga Dengan Tabungan Masyarakat

Dalam suatu perekonomian tidak semua mendapatan yang diterima masyarakat akan digunakan untuk pengeluaran konsumsi. Sebagian dan pendapatan tersebut akan disisikan oleh penerima pendapatan sebagai tabungan. Penabungan ini dilakukan untuk beberapa tujuan, seperti untuk membiayai pengeluaran konsumsi semasa sudah menginjak usia pensiun, untuk mengumpulkan biaya pendidikan anak-anak pada. masa mereka dewasa, dan untuk berjaga-jaga didalam menghadapi kesusahan dimasa yang akan datang. Menurut pandangan Klasik yang terdapat didalamnya pandangan tradisional yaitu berkeyakinan bahwa jumlah tabungan yang dilakukan masyarakat ditentukan oleh tingkat suku bunga. Semakin tinggi tingkat suku bunga, maka semakin besar jumlah tabungan yang akan


(69)

dilakukan oleh masyarakat. Sedangkan menurut pandangan Keynes yang didalamnya terdapat pandangan modern yaitu pandangan sesudah masa klasik, tabungan tergantung kepada pendapatan nasional Pada tingkat pendapatan nasional yang sangat rendah tabungan adalah negatif, yaitu konsumsi masyarakat adalah lebih tinggi dari pendapatan nasional. Dan penjelasan ini dapat dilihat bahwa dalam pandangan modern tingkat bunga tidak mempengaruhi jumlah tabungan masyarakat.

(Sukirno, 1995 381-382)

2.3. Kerangka Pikir.

Berdasarkan landasan teori yang telah diuraikan diatas, maka terdapat beberapa faktor yang relevan berpengaruh terhadap perkembangan penghimpunan jumlah tahungan dan deposito oleh bank BPR, antara lain : pendapatan perkapita, jumlah penduduk, tingkat inflasi, jumlah kantor bank, dan tingkat suku bunga. Untuk lebih jelasnya pengaruh tersebut dapat dijelaskan, sebagai berikut :


(70)

Guna untuk mengetahui seberapa besar tingkat kemakmuran penduduk perlu adanya suatu perhitungan dengan dihitung berapa pendapatan perkapitanya. Karena dengan meningkatnya suatu pendapatan perkapita, maka kemampuan masyarakat atau setiap individu masyarakat untuk menabung semakin besar. Untuk itu pastilah ada suatu perubahan dalam pengaturan pola atau porsi konsumsi masyarakat, yang mana pendapatan atau penghasilan yang selama ini diterima setiap bulannya sebagian itu dipakai untuk konsumsi dan sebagian lagi dan penghasilan untuk mereka tabung, serta setiap masyarakat untuk menyimpan dananya atau sebagian pendapatannya untuk ditabung, itu akan cenderung menyimpan sebagian pendapatannya pada suatu lembaga perbankan. (Sukirno, 1995 : 381)

2. Jumlah Penduduk.

Saat ini jumlah penduduk di Indonesia hampir kurang lebih tiga ratus juta jiwa yang tergolong dan beberapa lapisan masyarakat. Hubungan jumlah banyaknya penduduk dengan tabungan masyarakat dan deposito juga sangat berkaitan. Bila mana makin banyaknya suatu penduduk disuatu negara manapun, maka tidak menutup kemungkinan secara tidak langsung jumlah nasabah dalam dunia perbankan akan meningkat pula. Bahwa artinya disini bila jumlah penduduk masyarakat meningkat, maka dana jumlah tabungan masyarakat dan deposito akan


(71)

ikut meningkat pula. Karena modal terbesar perbankan dihasilkan dari pihak ketiga, yaitu pada jumlah dana tabungan masyarakat.

(Kasmir, 2003: 19) 3. Tingkat Inflasi.

Dalam kondisi ekonomi sekarang ini, tingkat inflasi sangat besar mempengaruhi dalam suatu perekonomi atau stabilitas ekonomi. dimana bila tingkat inflasi dikatakan turun itu menunjukan bahwa keadaan suatu perekonomian cenderung membaik, sedangkan sebaliknya jika tingkat inflasi dikatakan naik, maka keadaan suatu perekonomian cenderung akan memburuk. Oleh karena itu faktor tingkat inflasi merupakan salah satu faktor yang vital dalam perekonomian untuk itu tingkat inflasi menjadi perhatian utama pemerintah dalam membangun suatu perekonomian kita saat ini. Dikatakan juga bila suatu tingkat inflasi tinggi, maka pendapatan riil masyarakat menjadi rendah, tetapi jika tingkat inflasi rendah atau turun, maka pendapatan rill suatu masyarakat akan rnengalami peningkatan, untuk itulah sehingga masyarakat dapat menyisihkan sebagian pendapatan mereka untuk ditabung, bila mana keadaan tingkat inflasi menjadi turun. Tingginya tingkat inflasi juga akan mempengaruhi tingkat konsumsi suatu masyarakat, karena kenaikkan harga-harga barang. (Sukirno, 2006 : 339)


(72)

4. Tingkat Suku Bunga.

Dalam suatu perekonomian tidak semua hasil dan pendapatan yang diperoleh masyarakat dari hasil kerja keras mereka dalam bekerja akan digunakan untuk pengeluaran konsumsi. Sebagian dan pendapatan mereka akan disisikan oleh penerimaan pendapatan untuk ditabung, dengan beberapa tujuan-tujuan yang berbeda-beda untuk masa depan mereka, seperti untuk biaya sekolah, pada masa pensiun dan untuk berjaga-jaga kelak apabila dimasa tersebut sedang kesusahan. Salah satu faktor yang juga menaikan banyaknya tabungan masyarakat dan deposito adalah tingkat suku bunga. Bila mana dikatakan bahwa nilai tingkat suku bunga tinggi , maka juga akan semakin tinggi atau besar pula jumlah tabungan dan deposito yang akan dilakukan oleh masyarakat. Dengan demikian tingkat suku bunga juga mempunyai pengaruh terhadap tinggi rendahnya jumlah tabungan masyarakat dan deposito pada suatu bank. (Sukirno, 1995 : 377)

Atas dasar uraian diatas tersebut, maka alur pikiran untuk penelitian ini dapat digambarkan suatu model kerangka pemikiran, sebagai berikut :


(73)

“Paradigma Analisis Beberapa Faktor Yang Mempengaruhi Jumlah ‘Taburgan Masyarakat Pada Ban kBnk Umurn Di Kabupaten

Sidoarjo”.


(74)

Hipotesis adalah dugaan sementara yang belum tentu dapat diterima, jika fakta-fakta membenarkan atau menyalahkan, maka hipotesis dapat diterima. setelah merumuskan permasalahan, maka dapat ditarik suatu dugaan sementara atau hipotesis sebagai berikut :

1. “Diduga terdapat pengaruh antara pendapatan perkapita, jumlah penduduk, tingkat inflasi, dan tingkat suku bunga”.

2. “Diduga bahwa pendapatan perkapita merupakan variabel yang paling

dominan pengaruhnya terhadap jumlah tabungan masyarakat dan deposito pada bank BPR di Kabupaten Sidoarjo”.

 


(75)

METODE PENELITIAN

3.1. Definisi Operasional Dan Pengukuran Variabel.

Definisi operasional yang dimaksud adalah sebagai suatu landasan berfikir dalam penelitian, agar didalam melakukan suatu pembahasan terhadap masalah tetap konsisten dengan inti permasalahan yang akan diteliti. Definisi operasional juga diartikan pernyataan tentang pengukuran dan pengoperasian mengenai suatu konsep-konsep penelitian menjadi variable-variabel dalarm penelitian secara operasional baik berdasarkan teori-teori yang ada maupun dan suatu pengalaman yang bersifat empiris.

Dalam penelitian ini, definisi operasional dan masing-masing variabel yang diteliti dapat dijelaskan sebagai berikut:

B.Variabel terikat (Dependent Variable)

1. Jumlah Tabungan Masyarakat Pada Bank BPR (Y1)

Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi, yaitu jumlah tabungan masyarakat. Jumlah tabungan masyarakat merupakan simpanan yang pengambilannya dapat dilakukan sewaktu-waktu sesuai dengan perjanjian antara pihak bank dengrn nasabah tersebut. Dalam hal ini tabungan masyarakat dinyatakan dalam rupiah. Dan pengukuran variabel dilakukan dengan menggunakan juta rupiah (Juta Rp).


(76)

Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi, yaitu deposito. Deposito simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan dalam jangka waktu tertentu menurut perjanjian antara nasabah penyimpan dengan bank. Dalam hal ini tabungan masyarakat dinyatakan dalam rupiah. Dan pengukuran variabel dilakukan dengan menggunakan juta rupiah (Juta Rp).

C.Variabel Bebas Independent Variabel ( X)

Variabel bebas adalah variabel yavg dapat berdiri sendiri Variabel bebas mi mempengaruhi, antara lain :

1. Pendapatan Perkapita (X1).

Pendapatan perkapita adalah pendapatan rata-rata tiap jiwa dalam suatu wilayah khususnya di Kabupaten Sidoarjo yang diperoleh dengan membagi jumlah total produksi barang dan jasa yang dihasilkan penduduk dalam suatu wilayah, khususnya di Kabupaten Sidoarjo dalam satu tahun dengan jumlah penduduk wilayah tersebut pada tahun yang bersangkutan. Variabel ini dinyatakan dalam satuan juta rupiah (Juta Rp).

2. Jumlah Penduduk (X2)

Jumlah penduduk adalah sejumlah orang yang berkumpul pada tempat tertentu yang melakukan suatu produksi maupun konsumsi, khususnya yang ada di Kabupaten Sidoarjo. Variabel ini dinyatakan dalam satuan (jiwa).


(77)

Tingkat inflasi adalah kecenderungan harga-harga umum untuk meningkat dibandingkan periode sebelumnya dan peningkatan harga-harga tersbut berlangsung secara terus menerus. Khususnya di Kabupaten Sidoarjo. Variabel ini dinyatakan dalam satuan persentase (%).

4. Tingkat Suku Bunga Kabupaten Sidoarjo ( X4).

Tingkat suku bunga adalah suatu bunga yang dinyatakan sebagai persentase dan suatu modal. Pada urnumnya persentase yang dinyatakan menunjukkan tingkat bunga dan sejumlah modal didalarn satu tahun. Variabel mi dinyatakan dalam satuan persentase ( %).

3.2. Teknik Penentuan Sampel.

Dalam penelitian ini data yang digunakan adalah data sekunder, yaitu data tahunan yang dambil dalam kurung waktu 10 tahun, yaitu mulai dari tahun 2001 sampai 2010.

3.3. Teknik Pengumpulan Data.

Data merupakan faktor yang paling penting dalam setiap melakukan suatu penelitian. Untuk menjamin obyektifitas penyusunan skripsi ini, diperlukan suatu prosedur dalam mendapatkan suatu data, yaitu antara lain melalui :


(1)

Tabel 10. Hasil Analisis Variabel Pendapatan Perkapita (X1), Jumlah

Penduduk (X2), dan Tingkat Inflasi (X3), Tingkat Suku Bunga

(X4) Jumlah Tabungan, dan Deposito (Y).

Variabel Y/X Tingka t Signifi kan (X1) Keteran ganα = 0,05 Tingka t Signifi kan (X2) Keteran gan α = 0,05 Tingka t Signifi kan (X3) Keteran ganα = 0,05 Tingka t Signifi kan (X4) Keteran ganα = 0,05 Jumlah Tabungan (Y1) 0,086 Tidak Signifik an

0,001 Signifik

an 0,453

Tidak Signifik an 0,163 Tidak Signifik an Deposito

(Y2) 0,576

Tidak Signifik an 0,137 Tidak Signifik an 0,641 Tidak Signifik an 0,412 Tidak Signifik an Sumber pada output Coefficient

Dengan melihat dari hasil analisis Variabel Pendapatan Perkapita, Jumlah Penduduk, Tingkat Inflasi dan Tingkat Suku Bunga terhadap Jumlah Tabungan, dan Deposito adalah diketahui bahwa variabel Jumlah Penduduk yang signifikan terhadap variabel Jumlah Tabungan. Untuk mengetahui variabel mana sajakah yang paling dominan terhadap variabel - variabel bebas tersebut, Untuk itu kita akan melihat tabel koefisien Variabel Independent di bawah ini :

Tabel 11. Hasil Koefisien Variabel Independen

Koefesien Variabel Independen Variabel

Dependent

β0 βx1 βx2 βx3 βx3

Jumlah Tabungan -54853135,2 -20,696 66,119 -220798,623 961966,642

Deposito -73736351 11,929 37,250 -276550,239 1083369,4


(2)

4.3.3. Pembahasan

Dengan melihat hasil uji signifikasi Variabel Independen terhadap Jumlah Tabungan dan Deposito maka dapat diketahui bahwa Variabel Jumlah Penduduk merupakan Variabel yang paling dominan berpengaruh terhadap Jumlah Tabungan hal ini disebabkan karena jumlah penduduk setiap tahun bertambah sehingga minat menabung juga ikut meningkat.

Dengan melihat hasil koefesien Variabel Independen Pendapatan Perkapita, Jumlah Penduduk, Tingkat Inflasi dan Tingkat Suku Bunga yang didapat di tabel atas maka peneliti dapat mengambil kesimpulan bahwa deposito yang mempunyai hasil koefesien yang lebih besar dari pada Jumlah Tabungan, hal ini menunjukan bahwa menunjukan bahwa tabungan deposito merupakan sektor yang masih paling dominan dalam meningkatkan penghimpunan dana tabungan di Bank Perkreditan Rakyat karena sekarang ini semua dana di bank BPR sudah di jamin oleh LPS sehingga banyak orang tidak kawatir untuk menyimpan ke deposito, selain itu bunga deposito lebih tinggi dari pada suku bunga bank umum.

Pendapatan Perkapita tidak berpengaruh secara signifikan (nyata) terhadap Jumlah Tabungan maupun pada Deposito. Hal tersebut di sebabkan karena semakin meningkatnya Pendapatan Perkapita, perubahan pola konsumsi masyarakat di mana pendapatan yang diterima sebagian dipakai untuk konsumsi dan sebagian lagi untuk di tabung dan masyarakat akan cenderung


(3)

menyimpan bukan saja di syariah melainkan ada yang di bank konvensional atau bank umum.

Tingkat Inflasi tidak mempunyai pengaruh yang signifikan (nyata) terhadap Jumlah Tabungan maupun pada Deposito. Hal tersebut dikarenakan apabila tingkat inflasi turun maka harga – harga barang dan jasa juga akan turun tetapi hal tersebut tidak mempengaruhi permintaan masyarakat akan barang dan jasa meningkat dikarenakan masih banyaknya kebutuhan yang lain yang lebih penting atau lebih di dahulukan atau banyak masyarakat yang memilih berinvestasi yang lain dan tidak selau menabung di bank sehingga tidak mempengaruhi tabungan di masyarakat.

Tingkat Suku Bunga tidak berpengaruh secara nyata (tidak signifikan) terhadap Jumlah Tabungan maupun pada Deposito. Hal ini disebabkan karena masyarakat lebih mengerti investasi apa yang lebih bagus dan tidak selalu melakukan satu investasi saja yakni menabung di bank tetapi sekarang banyak pilihan untuk berinvestasi seperti melakukan investasi di bursa saham dimana pada tahun penelitian ini bursa sangat bagus dan mengalami bull market dan melakukan investasi dengan membeli perhiasan atau emas ini juga merupakan alternative lain untuk berinvestasi.


(4)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengujian dengan menggunakan analisis Regresi Linier Berganda untuk menguji pengaruh Pendapatan Perkapita (X1), Jumlah Penduduk (X2), dan Tingkat Inflasi (X3) Tingkat Suku Bunga (X4) terhadap Jumlah Tabungan dan Deposito, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

a. Fluktuasinya Pendapatan Perkapita tidak memberikan pengaruh atau dampak yang besar terhadap Jumlah Tabungan maupun Deposito

b. Jumlah Penduduk memberikan pengaruh atau dampak yang besar terhadap Jumlah Tabungan pada Jumlah Tabungan dan deposito tidak berpengaruh. c. Tingkat Inflasi tidak mempunyai pengaruh pada Jumlah Tabungan dan

deposito.

d. Tingkat Suku Bunga tidak mempunyai pengaruh pada Jumlah Tabungan dan deposito.

e. Berdasarkan keempat variabel bebas X1, X2, X3, X4 maka variabel yang paling dominan untuk mempengaruhi variabel Y1 adalah variabel X2 yaitu jumlah penduduk, sedangkan variabel bebas yang paling dominan untuk mempengaruhi Y2 adalah X2 yaitu jumlah penduduk.


(5)

5.2. Saran

Sejalan dengan kesimpulan tersebut diatas yang berhubungan dengan hasil pembahasan masalah, dikemukakan saran yang kiranya dapat dijadikan pertimbangan bagi pemerintah, dunia perbankan dan penelitian selanjutnya dalam menentukan kebijaksanaan di masa yang akan datang, antara lain :

a. Bagi pihak pemerintah

Agar perbankan tetap menjadi penyokong dan penggerak perekonomian, maka sebaiknya pemerintah dapat mengambil kebijakan-kebijakan yang terbaik jika adanya pengaruh makro ekonomi terhadap dunia perbankan.

b. Bagi dunia perbankan

Untuk dapat mengantisipasi adanya pengaruh makro ekonomi (eksternal) agar tidak memberikan dampak yang besar pada dana pihak ketiga bank, maka sebaiknya bank-bank umum maupun BPR mencari cara untuk menarik minat masyarakat agar dapat menginvestasikan dananya pada dunia perbankan, misalnya dengan menambah produk-produk bank yang ditawarkan dengan sosialisasi yang lebih baik lagi terutama pada bank BPR.

c. Bagi peneliti selanjutnya

Untuk lebih memantapkan penelitian ini hendaknya melakukan penelitian untuk periode waktu yang berbeda dan menambah atau mengganti variabel bebas agar variabel bebas dapat berpengaruh atau signifikan


(6)

terhadap variabel Y1 dan Y2. Dari keempat variabel bebas X1, X2, X3, X4 maka variabel yang paling dominan untuk mempengaruhi atau signifikan variabel Y1 adalah variabel X2 yaitu tingkat jumlah penduduk, sedangkan variabel bebas yang paling dominan untuk mempengaruhi atau signifikan Y2 adalah tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap semua variabel bebas. Hal tersebut disebabkan karena minat masyarakat untuk deposito masih kecil. Sebaiknya bank-bank umum maupun BPR mencari cara untuk menarik minat masyarakat agar dapat menginvestasikan dananya pada dunia perbankan. Agar perbankan tetap menjadi penyokong dan penggerak perekonomian.