BEBETAPA FAKTOR YANG MEMPENGARUHI JUMLAH TABUNGAN MASYARAKAT PADA BANK UMUM DI SURABAYA.

(1)

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Jurusan Ekonomi Pembangunan

Diajukan oleh : Wahyu Arga Andrianto

0811010008

Kepada

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAWA TIMUR

2012


(2)

berjudul “BEBERAPA FAKTOR YANG MEMPENGARUHI JUMLAH TABUNGAN MASYARAKAT PADA BANK UMUM DI SURABAYA” dapat diselesaikan dengan lancar.

Penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat yang harus ditempuh mahasiswa jenjang pendidikan Strata-1 (Sarjana) Jurusan Ilmu Ekonomi Study Pembangunan, Fakultas Ekonomi, Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur guna memperoleh gelar kesarjanaan.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini tidak terselesaikan tanpa adanya bantuan, bimbingan serta saran-saran dari berbagai pihak, oleh karena itu dengan segala kerendahan hati penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada yang terhormat :

1. Bapak Prof. Dr. Ir. Teguh Sudarto, Mp., selaku Rektor Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

2. Bapak Dr. Dhani Ichsanudin Nur, MM., selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur”.

3. Bapak Drs.Ec. H. R.A Suwaidi, MS., selaku Wakil Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.


(3)

5. DR. MUCHTOLIFAH, SE, MP selaku Dosen Pembimbing yang dengan kesabaran, ketelatenan dan kerelaan telah membimbing dan memberikan petunjuk sampai terselesaikannya skripsi ini.

6. Bapak dan Ibu Dosen Pengajar Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

7. Pimpinan dan Staf Tata Usaha Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur

8. Ayah saya Tugas Purwanto dan Mama saya Arik Indrawati serta adik saya Septyaningsari Rieswindarty tercinta yang telah memberikan dukungan moral maupun materiil serta doa hingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.

9. Seseorang yang telah membantu dan mensuport saya Ayusalam Yustifebri Puteri.

10. Teman-teman jurusan Ilmu Ekonomi Study Pembangunan terima kasih atas dukungan dan doanya.

11. Seluruh pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.


(4)

menyadari bahwa tidak ada yang sempurna di dunia ini dan keterbtasan yang dimiliki, sehingga penulis menghargai segala kritik dan saran yang bersifat membangun untuk membantu kesempurnaan skripsi ini. Akhirnya harapan penulis semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi refrensi pendidikan kita semua.

Surabaya, Mei 2012


(5)

DAFTAR ISI ………. iii

DAFTAR TABEL ………. viii

DAFTAR GAMBAR ……… x

DAFTAR LAMPIRAN ………. xii

ABSTRAKSI ……… xiii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ……… 1

1.2 Rumusan Masalah ……….. 5

1.3 Tujuan Penelitian ……… 6

1.4 Manfaat Penelitian ……….. 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hasil Penelitian Terdahulu ……… 8

2.2 Landasan Teori ……… 11

2.2.1 Pengertian Bank ………. 11


(6)

2.1.2.4 Sumber Dana Bank ……… 24

2.1.2.5 Resiko Usaha Bank ………. 29

2.2.2 Pengertian Tabungan Masyarakat ……… 31

2.2.2.1 Alat Penarikan Tabungan ……… 33

2.2.2.2 Jenis-Jenis Tabungan ……… 35

2.2.2.3 Motivasi Menabung di Bank ………. 38

2.2.3 Pengertian Pendapatan Perkapita ………... 39

2.2.3.1 Fungsi Pendapatan Perkapita ………. 41

2.2.3.2 Hubungan Antara Pendapatan Perkapita Dengan Jumlah Tabungan Masyarakat ……….. 42

2.2.4 Jumlah Penduduk ………. 44

2.2.4.1 Penduduk ……….. 44

2.2.4.2 Pengertian Jumlah Penduduk ……… 45

2.2.4.3 Hubungan Antara Jumlah Penduduk Dengan Jumlah Tabungan Masyarakat ……… 46


(7)

2.2.5.2 Macam-Macam Inflasi ……….. 49

2.2.5.3 Dampak dan Efek Inflasi ……….. 52

2.2.5.4 Cara Mencegah Inflasi ………... 54

2.2.5.5 Hubungan Antara Tingkat Inflasi Dengan Jumlah

Tabungan Masyarakat ……… 56

2.2.6 Pengertian Jumah Kantor Bank ……… 56

2.2.6.1 Jenis-Jenis Kantor Bank ……….. 58

2.2.6.2 Hubungan Antara Jumlah Kantor Bank Dengan

Jumlah Tabungan Masyarakat ……… 59

2.2.7 Pengertian Suku Bunga ……….. 60

2.2.7.1 Hubungan Antara Suku Bunga Indonesia (SBI)

Dengan Jumlah Tabungan Masyarakat …………. 66

2.3 Kerangka Fikir ……… 67

2.4 Hipotesis ………. 71


(8)

3.3 Teknik Pengumpulan Data ……… 74

3.4 Teknik Analisis dan Uji Hipotesis ……….. 75

3.4.1 Teknik Analisis ……… 75

3.4.2 Uji Hipotesis ……… 77

3.5 Uji Asumsi Klasik (BLUE) ……… 79

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Objek Penelitian ……… 83

4.1.1Letak Geografis dan Luas Wilayah ……….. … 83

4.1.2 Gamaran Umum Kota Surabaya ………. … 83

4.1.3 Perkembangan Perbankan di Surabaya ……… 84

4.2 Deskriptif Hasil Penelitian ………. 85

4.2.1 Perkembangan Tabungan Masyarakat ……… 85

4.2.2 Perkembangan Pendapaatan Perkapita ……… 86

4.2.3 Perkembangan Jumlah Penduduk ……… 87


(9)

Masyarakat ……… 90

4.3 Hasil Analisis Asumsi Regresi Klasik (BLUE / Best Linier Unbiased Estimator) ……….. 91

4.3.1 Analisis Dan Pengujian Hipotesis ……….. 96

4.3.2 Uji Hipotesis Secara Simultan ……… 99

4.3.3 Uji HIpotesis Secara Parsial ……….. 101

4.4 Pembahasan ……… 109

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ……… 112

5.1 Kesimpulan ……….. 112

5.2 Saran ………. 113

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(10)

Tabel 1 Perkembangan Pendapatan Perkapita

Tahun 1996-2010 ... 86

Tabel 2 Perkembangan Pendapatanperkpita

Tahun 1996-2010 ... 87

Tabel 3 Perkembangan Jumlah Penduuduk

Tahun 1996-2010 ... ... 88

Tabel 4 Perkembangan Inflasi Tahun 1996-2010 ... .. 89

Tabel 5 Perkembangan Jumlah Kantor Bank Tahun

1996-2010 ... 90

Tabel 6 Perkembangan Tingkat Suku Bunga Tabungan

Masyarakat Tahun 1996-2010 ………. …. 91

Tabel 7 Tes Multikolinier ……….. 94

Tabel 8 Tes Heterokedastisitas dengan Korelasi Rank


(11)

Bank (X4), Suku Bunga (X6) ……….. 97

Tabel 10 Analisis Varian (ANOVA) ……… 99

Tabel 11 Hasil Uji Hipotesis Secara Parsial Dari Variabel

Pendapatan Perkapita (X1), Jumlah Penduduk (X2),

Tingkat Inflasi (X3) , Jumlah Kantor Bank (X4) dan

Tingkat Suku Bunga (X5) terhadap Jumlah Tabungan


(12)

2 Regression

3 Coefficient dan Collinearity Diagnostic

4 Residual Statistics dan Nonprametric Correlation

5 Tabel Durbin – Watson

6 Tabel Pengujian Nilai t


(13)

ABSTRAK

Perkembangan dan kemajuan bank dalam membangun pelayanan sejalan dengan pertumbuhan dan berkembangnya ekonomi masyarakat. Peran perbankan nasional perlu ditingkatkan sesuai fungsinya dalam menghimpun dan menyalurkan dana masyarakat dengan lebih memperhatikan pembiayaan kegiatan sektor perekonomian nasional. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pendapatan perkapita (X1), Jumlah Penduduk (x2), Tingkat Inflasi (x3), Jumlah Kantor Bank (x4), Tingkat Suku Bunga (x5), terhadap Jumlah Tabungan Masyarakat pada Bank Umun di Surabaya (Y).

Penelitian ini menggunakan data sekunder berkala (Time Series), yang diambil dalam kurun waktu 15 tahun, yaitu mulai dari tahun 1995 sampai dengan tahun 2010. Dalam penelitian ini menggunakan analisis Regresi Linier Berganda dengan Uji Hipotesis Uji F dan Uji T.

Hasil uji hipotesis secara simultan variabel bebas(X) pendapatan perkapita, jumlah penduduk, tingkat inflasi, jumlah kantor bank dan tingkat suku bunga berpengaruh signifikan terhadap variabel terikat jumlah tabungan masyarakat pada Bank Umum di Surabaya (Y). Secara parsial variabel bebas pendapatan perkapita (X1) dan jumlah penduduk (X2) berpengaruh nyata positif terhadap variabel terikat jumlah tabungan masyarakat bank umum di Surabaya (Y), sedangkan untuk variabel bebas tingkat inflasi (X3), jumlah kantor bank (X4) dan suku bunga (X5) tidak berpengaruh nyata terhadap variabel terikat jumlah tabungan masyarakat pada bank umum di Surabaya (Y).

Keywords : Pendapatan Perkapita, Jumlah Penduduk, Inflasi, Jumlah Kantor Bank, Suku Bunga.


(14)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pembangunan nasional yang dilaksanakan selama ini merupakan upaya pembangunan yang berkesinambungan dalam rangka mewujudkan masyarakat Indonesia yang adil dan makmur serta menyeluruh yang berdasarkan pada Pancasila dan Undang-Undang 1945. Guna mencapai tujuan tersebut, pelaksanaan pembangunan harus senantiasa memperhatikan keserasian, keselarasan dan keseimbangan berbagai unsur pembangunan, termasuk dalam bidang ekonomi dan keuangan.

Dewasa ini perkembangan ekonomi nasional menunjukkan kearah yang semakin menyatu dengan ekonomi regional dan internasional yang dapat menunjang sekaligus dapat berdampak kurang menguntungkan.

Dalam era globalisasi saat ini, pembangunan sektor keuangan harus ditingkatkan, diperluas dan diarahkan untuk memperbesar kemampuan sumber dana dalam negeri bagi pembiayaan pembangunan nasional. Sumber dana luar negeri berfungsi sebagai pelengkap yang diperoleh dengan syarat lunak, tidak memberatkan dan tanpa ikatan politik.

Perkembangan dan kemajuan bank dalam memberikan pelayanan sejalan dengan pertumbuhan berkembangnya ekonomi masyrakat. Apalagi dalam era reformasi seperti sekarang dengan perkembangan yang


(15)

pesat pada sistem ekonomi global, bank dituntut dapat maju ke depan sebagai pemberi informasi yang cepat dan akurat sekaligus sebagai peyandang dana keuangan bagi berbagai transaksi bisnis baik berskala lokal, nasional maupun internasional.

Perkembangan dan kemajuan bank dalam membangun pelayanan sejalan dengan pertumbuhan dan berkembangnya ekonomi masyarakat. Usaha bank untuk menghimpun dana dari masyarakat itu tidak terlepas dari pelayanan yang terletak pada besarnya kepercayaan nasabah (Rahmawati, Kartika:2008).

Sektor perbankan memiliki posisi vital sebagai lembaga intermediasi dan penunjang sistem pembayaran merupakan faktor yang sangat menentukan dalam proses penyesuaian yang dimaksud. Sehubungan dengan itu diperlukan penyempurnaan terhadap perbankan nasional yang bukan hanya mencakup upaya penyehatan bank secara individu melainkan juga penyehatan sistem perbankan secara menyeluruh. Upaya penyehatan perbankkan secara nasional menjadi tanggung jawab bersama antara pemerintah kota, bank itu sendiri dan masyarakat. Peran perbankan nasional perlu ditingkatkan sesuai fungsinya dalam menghimpun dan menyalurkan dana masyarakat dengan lebih memperhatikan pembiayaan kegiatan sektor perekonomian nasional (Febrianty, Citra Mulia:2008).

Tabungan yang dipupuk kemudian ditingkatkan menjadi investasi dan kemudian digunakan sebagai pembentukan modal. Modal tersebut


(16)

dihimpun dari tabungan yang diperoleh dari surplus pendapatan setelah dikurangi untuk mengisi jangka pendek dan konsumsi sehari-hari. Dengan modal inilah kemungkinan kegiatan ekonomi semakin meningkat pendapatan menjadi terangkat, terjadi surplus tabungan meningkat investasi meningkat dan seterusnya. Salah satu peran strategis didalam memupuk, mengembangkan atau menghimpun dana tabungan adalah perbankan. Hal ini disebabkan oleh fungsi utama bank sebagai suatu lembaga keuangan yang dapat menghimpun dana melalui giro, deposito berjangka, tabungan, menyalurkan dana masyarakat secara efektif dan efisien melalui investasi jangka pendek dengan berdasarkan demokrasi ekonomi yang mendukung pelaksanaan pembangunan nasional,

Peran pemerintah dalam pemerataan pendapatan masyarakat sangat penting, karena dengan peningkatan pendapatan ini akan mendorong meningkatnya pola komunikasi masyarakat dan juga tabungan masyarakat. Saat ini memiliki kesempatan untuk menabung dengan jumlah yang banyak adalah orang kaya, karena mereka memiliki pendapatan yang lebih yang tidak habis untuk dikonsumsi sementara orang miskin sendiri tidak memiliki kesempatan untuk menabung, karena sebagian besar pendapatan mereka telah habis digunakan untuk konsumsi (Irawan, 2005:3)

Namun badai krisis moneter yang dialami pada pertengahan tahun 1997 sampai saat ini yang sedang dalam proses menuju terwujudnya prinsip kehati-hatian bank menjadi panik. Hal tersebut harus segera


(17)

diatasi karena jika tidak maka keadaan perbankan nasional akan bertambah kacau dan makin menumpuk masalah yang dihadaapi. Contoh masalah yang dihadapi sekarang yang ada adalah mengenai inflasi seperti yang kita ketahui, inflasi dinegara kita, khususnya di Jawa Timur mencapai 0,59% pada tahun 2006,dimana jumlah ini diatas rata-rata inflasi nasional yang mencapai 0,58% (Pratama,2006:3).

Dalam teori pertumbuhan ekonomi,stok capital merupakan salah satu faktor produksi yang memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi. Disamping kontribusinya terhadap pertumbuhan ekonomi, penambahan stok kapital (investasi) memberikan kontribusi positif terhadap kesempatan kerja (Syafri,2009:1).

Pembiayaan investasi melalui lembaga keuangan domestik dapat bersumber dari perbankan, pasar modal, perusahaan pembiayaan, dan pegadaian. Hingga saat ini, lembaga keuangan di Indonesia masih didominasi oleh industri perbankan. Industri perbankan masih menguasai lebih dari 90% asset lembaga keuangan. Kebutuhan pembiayaan usaha diindonesia sebagaian besar baik secara langsung maupun tidak langsung masih mengandalkan perbankan (Syafri,2009:2).

Disisi yang lain, dimana masalah di dalam meningkatkan jumlah dana tabungan yang disimpan oleh masyarakat pada tahun 2004 ke 2005 jumlah dana tabungan masyarakat mengalami penurunan sebesar 11,,64% sedangkan tahun 2005-2006 mengalami kenaikan kembali sebesar 18,86% dan terus mengalami peningkatan pada tahun 2006-2007 mengalami


(18)

kenaikan 28,02% : pada tahun 2007-2008 mengalami kenaikan 15,33% : pada tahun 2008-2009 mengalami kenaikan 28,52% : pada tahun 2009-2010 mengalami kenaikan 58,68% (Badan Pusat Statistik, 2011 : 418).

Pembiayaan usaha melalui perbankan bergantung pada ketersediaan produk perbankan. Dalam kondisi dana perbankan melimpah, penyaluran kredit perbankan ke sektor rill akan berjalan dengan baik. Sebaliknya, jika penghimpun dana perbankan mengalami perlambatan, kredit perbankan juga akan bertumbuh lambat. Oleh karena itu, salah satu persyaratan agar kredit kredit perbankan dan investasi bertumbuh dengan baik adalah menjaga agar dana yang tersedia di perbankan juga bertumbuh dengan baik.

Berdasarkan fenomena yang terdapat pada latar belakang tersebut, maka penulis bermaksud mengadakan penelitian tentang “ Beberapa Faktor Yang Mempengaruhi Jumlah Tabungan Masyarakat Pada Bank Umum di Surabaya

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang tersebut, maka dapat dirumuskan suatu permasalahan sebagai berikut :

 Apakah pendapatan perkapita, jumlah penduduk, tingkat inflasi, jumlah kantor bank umum dan tingkat bunga berpengaruh secara signifikan terhadap jumlah tabungan masyarakat pada bank umum dikota Surabaya ?


(19)

 Apakah tingkat suku bunga merupakan variabel yang paling berpengaruh terhadap jumlah tabungan masyarakat pada bank umum diSurabaya ?

1.3. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan latar belakang dan permasalahan yang telah dikemukakan diatas, maka tujuan yang hendak dicapai sehubungan dengan penelitian ini adalah:

 Untuk mengetahui pengaruh pendapatan perkapita, jumlah penduduk, tingkat inflasi, jumlah kantor bank umum dan tingkat bunga berpengaruh signifikan terhadap jumlah tabungan masyarakat pada bank umum di kota Surabaya.

 Untuk mengetahui apakah tingkat suku bunga merupakan variabel yang paling berpengaruh terhadap jumlah tabungan masyarakat pada bank umum diSurabaya.

1.4. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi semua pihak yang berkepentingan antara lain :

 Penelitian ini diharapakan dapat memberikan tambahan pengetahuan dan wawasan mengenai tabungan masyarakat di Kotamadya Surabaya.


(20)

 Sebagai informasi dan masukan bagi pihak-pihak yang berwenang sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan kebijaksanaan perbankan yang berkaitan dengan tabungan masyarakat.


(21)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Hasil Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh pihak lain yang dapat dipakai sebagai bahan masukan serta pengkajian dalam penelitian ini pernah dilakukan antara lain oleh;

A. Syafri (2009)

Dalam penelitian yang berjudul “ Analisis Faktor–Faktor

Yang Mempengaruhi Tabungan Masyarakat Pada Bank Umum. “ Dengan menggunakan data kuartalan 2000:2-2008:3 dan model kointegrasi dan koreksi kesalahan diperoleh bahwa tabunan rill masyarakat diperbankan dipengaruhi oleh pendapatan rill, tingkat bunga rill dan jumlah kantor cabang bank umum. Semua variabel penjelas berpengaruh signifikan terhadap jumlah rill masyarakat diperbankan, Tingkat bunga rill, nilai tukar rill dan jumlah kantor cabang bank umum berpengaruh positif terhadap tabungan masyarakat diperbankan baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Pendapatan rill berpengaruh positif dalam jangka panjang dan berpengaruh negatife dalam jangka pendek terhadap tabungan


(22)

B. Citra ( 2008 )

Dalam penelitian yang berjudul “ Analisis Beberapa Faktor

yang Mempengaruhi Jumlah Tabungan Masyrakat Pada Bank Umum Di Kota Surabaya “ melalui analisis Regresi Linier Berganda secara simultan bahwa pendapatan perkapita, tingkat inflasi, jumlah kantor bank umum berpengaruh signifikan terhadap jumlah tabungan masyarakat sebagai variable terikat. Secara parsial pendapatan perkapita (X1) berpengaruh signifikan dan berhubungan positif terhadap jumlah tabungan masyarakat (Y). Secara parsial tingkat inflasi (X2) tidak berpengaruh signifikan terhadap jumlah tabungan masyarakat (Y). Secara parsial jumlah kantor Bank Umum (X3) berpengaruh signifikan dan berhubungan positif terhadap jumlah tabungan (Y). Variabel bebas yang dominan mempengaruhi variabel jumlah tabungan masyarakat adalah variabel pendapatan perkapita (X1), karena variabl ini Koefisiensi Determinasi Parsial yang paling besar bila dibandingkan variabl bebas lainnya.

C. Tri Wahyu Rejekiningsih dan Banatul Hayati (2004)

Dalam penelitian yang berjudul “ Analisis Faktor-Faktor Yang

Mempengaruhi Tabungan Daerah Di Kota Semarang. “ Berdasarkan pendekatan kointegrasi ternyata pengaruh variabel produk domestic regional bruto, Tingkat bunga dan penerimaan ekspor netto terhadap tabungan daerah secara agregat maupun tabungan pemerintah daerah dan tabungan masyarakat daerah secara parsial hasilnya


(23)

menunjukkan tingkat dari hasil yang berbeda. Hasil estimasi ECM, dalam jangka pendek variabel PDRB hanya mampu mempengaruhi variasi tabungan pemerintah daerah secara parsial. Dalam jangka panjang, variabel PDRB tidak mampu mempengaruhi variasi tabungan pemerintah daerah dan tabungan, masyarakat daerah, yang ditujukan dengan tidak signifikannya variabel tersebut dalam model. Variabel tingkat bunga (RD) mampu mempengaruhi variasi tabungan daerah, tabungan pemerintah daerah dan tabungan masyarakat daerah dalam jangka pendek, tetapi dalam jangka panjang hanya tabungan pemerintah daerah saja yang dapat dipengaruhi variasinya. Untuk variabel penerimaan ekspor netto (XN) tidak mampu mempengaruhi variasi tabungan daerah, tabungan pemerintah daerah dan tabungan masyarakat daerah baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang, kecuali pada tabungan pemerintah daerah yang ditunjukkan dengan XN dalam jangka panjang.

Perbedaan dengan penelitian terdahulu, dalam penelitin ini data yang digunakan adalah data sekunder , yaitu data yang diambil dalam kurun waktu 15 tahun yaitu mulai 1995-2010 mencakup di kota Surabaya dan pendekatan metode kuantitatif dengan menggunakan model regresi linier berganda, sedangkan pada penelitian yang terdahulu yang dilakukan oleh Syafri (2009) menggunakan data kuartalan 2000-2008 dan model kointegrasi dan korelasi kesalahan. Penelitian yang dilakukan oleh Citra (2008) yang dilakukan dikota


(24)

Surabaya menggunakan model regresi linier berganda (1992-2006). Penelitian yang dilakukan oleh Hayati dan rejekiningsih (2004) menggunakan pendekatan kointegrasi.

2.2 Landasan Teori 2.2.1 Pengertian Bank

Dalam pembicaraan sehari-hari bank dikenal sebagai lembaga keuangan yang menerima berbagai jenis simpanan dan mempergunakan dana yang terhimpun di bank terutama untuk pemberian kredit. Istilah bank tidak hanya menyangkut bank umum saja, tetapi juga institusi depositori lain seperti asosiasi simpan dan pinjam (saving and loan

associations), bank tabungan bersama (mutual saving bank), dan serikat

kredit (credit unions). Semula bank umum berbeda dengan jenis institusi depositori lainnya tersebut dalam fungsi dan kegiatan, namun dengan adanya deregulasi di bidang keuangan ternyata perbedaanya menghilang (Puspopranoto, 2004 : 5).

Kemudian bank juga dikenal sebagai tempat untuk meminjam uang (kredit) bagi masyarakat yang membutuhkannya. Di samping itu, bank juga dikenal sebagai tempat untuk menukar uang, memindahkan uang atau menerima segala macam bentuk pembayaran dan setoran seperti pembayaran listrik, telepon, air pajak, uang kuliah dan pembayaran lainnya. (Kasmir, 2004 : 23)


(25)

Dari pengertian diatas dapat dijelaskan secara lebih luas lagi bahwa bank merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang keuangan, artinya aktivitas perbankan selalu berkaitan dalam bidang keuangan. Sehingga berbicara mengenai bank tidak terlepas dari masalah keuangan. Aktivitas perbankan yang pertama adalah menghimpun dana masyarakat luas yang dikenal dengan istilah didunia perbankan adalah

kegiatan funding. Pengertian menghimpun dana adalah mengumpulkan

atau mencari dana dengan cara membeli dari masyarakat. (Kasmir, 2004 : 24).

Setelah memperoleh dana dalam bentuk simpanan dari masyarakat, maka oleh perbankan dana tersebut diputarkan kembali atau dijualkan kembalikan ke masyarakat dalam bentuk pinjaman atau lebih dikenal dengan istilah kredit (lending). Dalam pemberian kredit yang dikenakan jasa pinjaman kepada penerima kredit (debitur) dalam bentuk bunga dan biaya administrasi. Sedangkan bagi bank yang berdasarkan prinsip syariah dapat berdasarkan bagi hasil atau penyertaan modal. (Kasmir, 2004 : 24)

Bersarnya bunga kredit sangat dipengaruhi oleh besarnya bunga simpanan. Semakin mahal bunga simpanan, maka semakin besar pula bunga pinjaman dan demikian pula sebaliknya. Di samping bunga simpanan, pengaruh besar kecil pinjaman juga dipengaruhi oleh keuntungan yang diambil, biaya operasi yang dikeluarkan, cadangan resiko, kredit macet, pajak, serta pengaruh lainnya. Jadi dapat disimpulkan


(26)

bahwa kegiatan menghimpun dana (funding) dan menyalurkan dana (lending) ini merupakan kegiatan utama perbankan. (kasmir, 2004 : 25) Kesimpulan:

Dari penjelasan berbagai penulis diatas, maka dapat disimpukan bahwa bank merupakan lembaga keuangan yang kegiatannya adalah :

a) Menghimpun dana (funding) dari masyarakat dalam bentuk simpanan,

dalam hal ini bank sebagai tempat menyimpan uang atau berinvestasi bagi masyarakat. Tujuan utama keamanan uangnya. Kemudian untuk melakukan investasi dengan harapan memperoleh bunga dari hasil simpanannya. Tujuan lainnya adalah untuk memudahkan melakukan transaksi pembayaran. Untuk memenuhi tujuan diatas, baik untuk mengamankan uang maupun untuk melakukan investasi, bank menyediakan sarana yang disebut tabungan.

b) Menyalurkan dana ke masyarakat, dalam hal ini bank akan memberikan

pinjaman kepada masyarakat yang membutuhkannya. Pinjaman atau kredit yang diberikan dibagi dalam berbagai jenis sesuai keinginan nasabah. Sebelum kredit diberikan atau tidak, penilaian ini dilakukan agar bank terhindar dari kerugian akibat tidak dapat dikembalikannya pinjaman yang disalurkan bank dengan berbagai sebab. Jenis kredit yang menyediakan hampir semua bank adalah kredit investasi, kredit modal kerja, dan kredit perdagangan.

c) Memberikan jasa-jasa bank lainnya seperti mengirim uang (transfer),


(27)

penagihan surat-surat berharga yang berasal dari luar kota dan luar negri

(inkaso), Letter of credit, save deposit box, bank garansi, bank notes,

travels cheque dan jasa lainnya. Jasa-jasa bank lainnya ini merupakan jasa pendukung dari kegiatan pokok bank yaitu menghimpun dan menyalurkan dana.

2.2.1.1 Peranan Perbankan

Lembaga keuangan, baik bank maupun lembaga keuangan, baik bank maupun lembaga keuangan bukan bank mempunyai peranan yang penting baik aktivitas perekonomian. Peranan strategis bank dan lembaga keuangan bukan bank tersebut sebagai wahana yang mampu menghimpun dan menyalurkan dana masyarakat secara efektif dan efisien kearah peningkatan taraf hidup. Bank dan lembaga keuangan bukan bank merupakan lembaga perantara keuangan (finannsial intermediaries) sebagai prasarana pendukung yang amat fital untuk menunjang kelancaran perekonomian.

Bank dan lembaga keuangan bukan bank mempunyai peranan penting dalam system keuangan peranan tersebut adalah :

a) Pengalihan asset ( assets transmutation )

Bank dan lembaga keuangan bukan bank akan memberikan pinjaman kepada pihak yang membutuhkan dana dalam jangka waktu tertentu yang telah disepakati. Sumber dana pinjaman tersebut diperoleh dari pemilik dana yaitu surplus yang jangka waktunya dapat diatur


(28)

sesuai keinginan pemilik dana dalam hal ini bank dan lembaga keuangan bukan bank telah berperan sebagai pengalih asset dari surplus( lenders ) kepada unit defisit (borrowers).

b) Transaksi (transaction)

Bank dan lembaga keuangan bukan bank memberikan berbagai kemudahan kepada pelaku ekonomi untuk melakukan transaksi barang dan jasa. Produk-produk yang dikeluarkan oleh bank dan lembaga keuangan bukan bank (giro, tabungn, deposito, saham, dan sebagainya). Merupakan pengganti dari uang dan dapat digunakan sebagai alat pembayaran.

c) Likuiditas (liquidity)

Unit surplus dapat menempatkan dana yang dimilikinya dalam bentuk produk-produk berupa giro, tabungan, deposito, dan sebagainya. Produk-produk tersebut masing-masing mempunyai tingkat likuiditas yang berbeda-beda untuk kepentingan likuiditas pemilik dana, mereka dapat menempatkan dananya sesuai dengan kebutuhan dan kepentinganya.

d) Efisiensi (Eficiency)

Bank dan lembaga keuangan bukan bank dapat menurunkan biaya transaksi dan jangkauan pelayanan. Peranan bank dan lembaga keuangan bukan bank sebagai broker (brokorae ) adalah mempertemukan pemilik dan pengguna modal. Lembaga keuangan memperlancar dan mempertemukan pihak-pihak yang saling


(29)

membutuhkan. Adanya informasi yang tidak simetri antara peminjam dan investor menimbulkan masalah insentif. Peranan lembaga keuangan menjadi penting untuk memecahkan masalah ini. Indonesia dengan pasar yang belum efisien, dan adanya informasi yang tidak sempurna mengalami ekonomi biaya tinggi. Ekonomi biaya tinggi akan menyebabkan Indonesia tidak dapat berpaling dalam pasar global.

2.2.1.2 Tugas dan Fungsi Bank

Bank memiliki tugas dan fungsi yang sangat penting bagi pembangunan Indonesia, karena selama ini sumber dana yang digunakan dalam pembangunan berasal dari perbankan, beberapa tugas dan fungsi perbankan dalam masyarakat adalah :

1. Penciptaan uang

Uang yang diciptakan bank umum adalah uang giral, yaitu alat pembayaran lewat mekanisme pemindah bukuan (kliring). Kemampuan bank umum menciptakan uang giral menyebabkan posisi dan fungsinya dalam pelaksanaan kebijakan moneter.Bank sentral dapat mengurangi atau menambah jumlah uang yang beredar dengan cara mempengaruhi kemampuan bank umum menciptakan uang giral.


(30)

2. Mendukung Kelancaran Mekanisme Pembayaran

Fungsi lain dari bank umum yang juga sangat penting adalah mendukung kelancaran mekanisme pembayaran. Hal ini dimungkinkan karena salah satu jasa yang ditawarkan bank umum adalah jasa-jasa yang berkaitan dengan mekanisme pembayaran.Beberapa jasa yang amat dikenal adalah kliring, transfer uang, penerimaan setoran-setoran, pemberian fasilitas pembayaran dengan tunai, kredit, fasilitas-fasilitas pembayaran yang mudah dan nyaman, seperti kartu plastik dan sistem pembayaran elektronik.

3. Penghimpunan Dana Simpanan Masyarakat

Dana yang paling banyak dihimpun oleh bank umum adalah dana simpanan. Di Indonesia dana simpanan terdiri atas giro, deposito berjangka, sertifikat deposito, tabungan dan atau bentuk lainnya yang dapat dipersamakan dengan itu. Kemampuan bank umum menghimpun dana jauh lebih besar dibandingkan dengan lembaga-lembaga keuangan lainnya. Dana-dana simpanan yang berhasil dihimpun akan disalurkan kepada pihak-pihak yang membutuhkan, utamanya melalui penyaluran kredit.

4. Mendukung Kelancaran Transaksi Internasional

Bank umum juga sangat dibutuhkan untuk memudahkan dan atau memperlancar transaksi internasional, baik transaksi


(31)

barang/jasa maupun transaksi modal. Kesulitan-kesulitan transaksi antara dua pihak yang berbeda negara selalu muncul karena perbedaan geografis, jarak, budaya dan sistem moneter masing-masing negara. Kehadiran bank umum yang beroperasi dalam skala internasional akan memudahkan penyelesaian transaksi-transaksi tersebut. Dengan adanya bank umum, kepentingan pihak-pihak yang melakukan transaksi internasional dapat ditangani dengan lebih mudah, cepat, dan murah.

5. Penyimpanan Barang-Barang Berharga

Penyimpanan barang-barang berharga adalah salah satu jasa yang paling awal yang ditawarkan oleh bank umum. Masyarakat dapat menyimpan barang-barang berharga yang dimilikinya seperti perhiasan, uang, dan ijazah dalam kotak-kotak yang sengaja disediakan oleh bank untuk disewa (safety box atau safe deposit box). Perkembangan ekonomi yang semakin pesat menyebabkan bank memperluas jasa pelayanan dengan menyimpan sekuritas atau surat-surat berharga.

6. Pemberian Jasa-Jasa Lainnya

Di Indonesia pemberian jasa-jasa lainnya oleh bank umum juga semakin banyak dan luas. Saat ini kita sudah dapat membayar listrik, telepon membeli pulsa telepon seluler, mengirim uang


(32)

melalui atm, membayar gaji pegawai dengan menggunakan jasa-jasa bank. Jasa-jasa ini amat memudahkan dan memberikan rasa aman dan nyaman kepada pihak yang menggunakannya.

Bank memiliki tugs dan fungsi sangat besar terutama dalam perekonomian diindonesia, karena selain menghimpun dana dan menyalurkan dana kepada masyarakat, bank juga mempunyai tugas dan fungsi untuk menunjang pelaksanaan pembangunan nasional dalam rangka meningkatkan pemerataan, pertumbuhan ekonomi dan stabilitas nasional kearah peningkatan kesejahteraan rakyat banyak. Tugas dan fungsi ini merupakan penjabaran dari Pasal 4 Undang-Undang no 10 Tahun 1998 tentang perubahan atas Undang-Undang-Undang-Undang no 7 tahun 1992 tentang Perbankan. Dengan demikian praktek bank di Indonesia oleh pemerintah, bisa di tugaskan untuk melaksankan program pemerintah dengan mengembangkan sektor-sektor tertentu dalam rangka meningkatkan taraf hidup orang banyak.

2.2.1.3Jenis Dan Macam Bank

Berdasakan Undang-Undang nomor 14 tahun 1067 terdapat berbagai jenis di antaranya dapat dilihat dari berbagai segi :

1. Dilihat dari segi fungsinya :

a) Bank Umum (Comersial Bank)

Bank Umum adalah bank yang melaksanakan kegiatan usahanya secara konvensional dan atau berdasarkan prinsip syariah


(33)

dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran yang dalam pengumpulan dananya terutama menerima simpanan dalam bentuk giro, deposito dan usahanya terutama memberikan kredit jangka pendek. Sifat yang diberikan adalah umum, dalam arti dapat memberikan seluruh jasa perbankan yang ada, begitu pula dengan wilayah operasionalnya dapat dilakukan diseluruh wilayah.

b) Bank Perkreditan Rakyat (BPR)

Bank Perkreditan Rakyat (BPR) adalah bank yang memaksimalkan kegiatan usaha secara konvensional. Dalam kegitannya BPR tidak memberi jasa dalam lalu lintas pembayaran. Bank BPR menerima simpanan hanya dalam bentuk deposito berjangka, tabungan, giro dan lainnya yang dapat disamakan dengan itu. Artinya jasa-jasa yang ditawarkan BPR jauh lebih sempit jika dibandingkan dengan kegiatan atau jasa bank umum. (Kasmir, 2004 : 19)

2. Dilihat dari segi kepemilikan :

A.Bank-Bank Milik Negara terdiri dari :

1. Bank sentral atau Bank Indonesia yang didirikan dengan

Undang-Undang no. 13 tahun 1968.

2. Bank Umum Milik Negara :

Contoh :


(34)

b. Bank Rakyat Indonesia (BRI)

c. Bank Tabungan Negara (BTN)

B.Bank Milik Pemerintah Daerah :

Adalah bank-bank pembangunan daerah yang berada di setiap Propinsi, diatur dalam Undang-Undang no. 13 / 1962. Bank ini biasanya mempunyai cabang di setiap kabupaten atau kotamadya di wilayah Propinsi yang bersangkutan.

Contoh : Bank Pembangunan Daerah Jawa Timur.

C.Bank Milik Swasta dapat dibagi menjadi :

1. Bank Milik Swasta Nasional

Adalah bank yang seluruh sahamnya dimiliki warga negara Indonesia dan atau badan-badan hukum peserta dan pemimpinanya terdiri atas warga negara Indonesia.

Contoh : Bank Niaga

2. Bank Milik Swasta Asing

Adalah bank yang seluruh sahamnya dimiliki oleh warga negara asing dan badan-badan hukum perserta dan pemimpinnya terdiri dari atas warga negara asing. Bank swasta asing menjadi salah satu buah bank.

Contoh : ABN AMRO Bank


(35)

Adalah kepemilikan saham-saham bank ini dimiliki oleh perusahaan yang berbadan hukum koperasi.

Contoh : Bank Umum Koperasi Indonesia.

E. Bank Kerja Sama Antara Bank Swasta dengan Bank Asing

Adalah kepemilikan saham campuran dimiliki oleh pihak asing dan pihak swasta nasional. Kepemilikan sahamnya secara mayoritas dipegang oleh warga negara Indonesia.

Contoh : Bank Gabungan Nasional (Indonesia). (Kasmir, 2004 : 20-22)

3. Dilihat dari segi status

Ditinjau dari segi kemampuan dalam melayani masyarakat maka bank umum dibagi kedalam 2 macam. Pembagian jenis ini disebut juga pembagian berdasarkan kedudukan atau status bank tersebut. Status bank yang dimaksud adalah :

A.Bank Devisa

Merupakan bank yang dapat melaksanakan transaksi keluar negeri atau yang berhubungan dengan mata uang asing secara keseluruhan, misalnya transfer ke luar negeri, inkaso ke luar negeri, dll.


(36)

Merupakan bank yang belum mempunyai izin untuk melaksanakan transaksi sebagai bank devisa, sehingga tidak dapat melakukan transaksi seperti halnya bank devisa.

4. Dilihat dari segi Cara Menentukan Harga

Jenis bank jika dilihat dari segi atau cara dalam menentukan harga, baik harga jual maupun harga beli terbagi menjadi 2 kelompok, yaitu

A.Bank yang berdasarkan prinsip Konvensional

i. Menetapkan bunga sebagai harga, baik untuk disimpan

seperti giro, tabungan, maupun deposito

ii. Untuk jasa-jasa bank lainnya pihak perbankan ibarat

menggunakan atau menerapkan berbagai biaya-biaya dalam nominal atau prosentase tertentu

B.Bank yang berdasarkan prinsip syariah

Adalah aturan perjanjian berdasarkan hukum islam antara bank dengan pihak lain untuk menyimpan dana atau pembiayaan usaha atau kegiatan perbankan lainnya.

Dalam menentukan harga bagi pihak yang berdasar prinsip Syriah adalah sebagai berikut :


(37)

2. Pembiayaan berdasarkan prinsip penyertaan modal (Musyarakah )

3. Prinsip jual beli barang dengan memperoleh keuntungan

(Murababah )

4. Pembiayaan barang modal berdasarkan sewa murni tanpa

pilihan ( Ijarah )

5. Pemindahan kepemilikan atas barang yang disewa dari pihak

bank oleh puhak lain ( Ijara wa iqtina ). ( Kasmir, 2004 : 39)

2.1.2.4Sumber Dana Bank

Sebagai lembaga keuangan, bank memiliki usaha pokok berupa penghimpunan dana yang (sementara) tidak dipergunakan untuk kemudian menyalurkan kembali dana tersebut kedalam masyarakat untuk jangka waktu tertentu. Fungsi untuk mencari dan selanjutnya untuk menghimpun dana dalam bentuk simpanan (deposit) sangat menentukan pertumbuhan suatu bank.

Dalam menghimpun dana tersebut sudah tentu bank harus mengenal sumber-sumber dana yang terdapat didalam berbagai lapisan masyarakat dengan bentuk yang berbeda-beda. Adapun sumber-sumber dana bank tersebut dapat dibedakan menjadi :


(38)

Adalah dana yang berbentuk modal setor yang berasal dari pemegang saham dan cadangan-cadangan, serta keuntungan bank yang belum dibagikan kepada para pemegang saham.

Dana yang berasal dari bank sendiri terdiri dari beberapa bagian, yaitu :

1. Modal yang disetorkan.

Adalah jumlah uang yang disetorkan secara efektif oleh pemegang saham pada waktu bank berdiri. Pada umumnya modal setoran pertama dari pemilik bank digunakan bank untuk menarik minat masyarakat.

2. Cadangan-cadangan

Adalah sebagian dari laba bank yang disisihkan dalam bentuk cadangan modal lainnya yang digunakan untuk menutupi timbulnya resiko-resiko dikemudian hari.

3. Laba yang ditahan.

Adalah sejumlah uang yang mestinya milik para pemegang saham, tapi oleh mereka sendiri diputuskan untuk tidak dibagi dan dimasukkan kembali kedalam modal kerja.

2)Dana yang berasal dari masyarakat luas.

Adalah merupakan sumber dana yang besar dan merupakan sumber dana terpenting bagi kegiatan operasi bank dan merupakan ukuran keberhasilan bank jika mampu membiayai operasinya dari sumber dana masyarakat luas, dapat dilakukan dalam bentuk :


(39)

1. Simpanan Giro (Demand Deposit).

Adalah simpanan pihak ketiga pada pihak bank yang penarikannya dapat dilakukan setiap saat dengan menggunakan cek, surat perintah, pembayaran atau pemindah bukuan, simpanan itu dilakukan dengan kesepakatan atau perjanjian antara pihak nasabah dengan bank, antara bank dan nasabah sangat terikat.

2. Tabungan (Saving Deposit).

Adalah sebagian pendapatan masyarakat yang tidak dibelanjakan disimpan sebagai cadangan guna berjaga-jaga.

3.Deposito berjangka (Time Deposit)

Adalah simpanan masyarakat atau pihak ketiga yang penarikannya dapat dilakukan pada waktu tertentu menurut perjanjian antara penyimpan dengan bank yang bersangkutan.

Jatuh tempo deposito umumnya :

 1 bulan (jangka pendek).

 3 bulan

 6 bulan

 12 bulan (jangka panjang)

 24 bulan


(40)

Adalah deposito berjangka yang bukti simpanannya dapat diperjulbelikan.

Karakteristik jenis simpanan ini adalah :

a. Diterbitkan bank dengan atas unjuk dan dengan jangka

waktu tertentu.

b. Dapat diperjualbelikan.

c. Bunga dibayar dimuka.

d. Dapat dijadikan jaminan.

5. Deposito Harian (Deposito On Call).

Adalah simpanan pihak ketiga pada bank yang penarikannya hanya dapat dilakukan dengan pemberitahuan lebih dahulu sesuai kesepakatan pihak bank dan nasabah.

6. Pasar Uang Antar Bank (Interbank Call Money Market).

Adalah sumber dana melalui pasar uang antara bank yang paling cepat diperoleh dan umumnya digunakan bagi bank-bank yang mengalami kliring.

7. Rekening Tabungan (Saving Deposit).

Adalah sumber dana yang penariknya dilakukan menurut syarat tertentu yang disepakati dan tidak dapat ditarik dengan cek atau alat yang dipersamakan dengan itu.


(41)

1. Rekening perseorangan.

Adalah rekening atas nama perorangan dana berlaku untuk semua jenis tabungan.

2. Rekening Tunggal.

Adalah rekening yang dibuka atas nama satu orang akan tetapi orang tersebut dapat menunjukan orang lain untuk menarik atau mengambil tabungan tersebut.

3. Rekening Atas Nama Badan usaha

Adalah rekening badan usaha kecil dimana besar kecilnya badan usaha tersebut ditentuan oleh bank.

3)Dana yang berasal dari lembaga keuangan (Bank maupun non bank)

Adalah dana yang pada umumnya diperoleh bank dalam bentuk pinjaman. Sebagaimana telah dikatakan bahwa umumnya dana yang berasal dari lembaga keuangan ini diperoleh bank sebagai pinjaman, baik pinjaman jangka pendek maupun jangka panjang yang sesuai dengan kebutuhan dari bank peminjam. Lembaga keuangan dapat diartikan secara luas yaitu suatu lembaga keuangan dapat berbentuk bank maupun non bank.

Dana yang berasal dari lembaga keuangan, terdiri atas :

1. Call Money

Adalah dana rupiah yang dipinjamkan oleh bank dari bank lainnya, paling lama tujuh hari dan setiap waktu dapat ditarik kembali oleh


(42)

bank yang meminjamkan tanpa dikenakan pembebanan. Call

money ini justru merupakan suatu lembaga yang paling mudah

dilakukan oleh bank-bank.

2. Pinjaman dari Lembaga Keuangan Non Bank.

Kadang kalau tidak berbentuk pinjaman tapi lebih banyak berbentuk surat berharga yang diperjualbelikan sebelum tanggal jatuh tempo.

3. Pinjaman antar bank.

Adalah bantuan modal yang lazimnya diberikan sebagai pinjaman tentunya yang berarti dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Pinjam –meminjam yang sering terjadi adalah pemberian pinjaman dari bank yang kuat ke bank yang relatif lebih rendah. (Kasmir, 2004 : 61)

2.1.2.5Resiko Usaha Bank

Resiko usaha bank merupakan tingkat ketidakpastian mengenai suatu hasil yang diperkirakan atau diharapkan akan akan diterima. Semakin tidak pasti hasil yang diperoleh suatu bank, semakin besar kemungkinan resiko yang dihadapi investor dan semakin tinggi pula preme resiko atau bunga yang diinginkan oleh investor. Resiko usaha yang dihadapi oleh bank antara lain sebagai berikut:


(43)

Merupakan suatu resiko akibat kegagalan atau ketidakmampuan mengembalikan jumlah pinjaman yang diterima dari bank beserta bunganya. Sesuai dengan jangka waktu yang tela ditentukan. Ketidakmampuan nasabah memenuhi perjanjian kredit yang disepakati kedua pihak secara teknis keadaan tersebut merupakan default.

b.) Resiko Penawaran Dalam Sekuritas (Investment Risk)

Resiko penawaran dalam sekuritas berkaitan dengan kemungkinan terjadinya kerugian akibat adanya suatu penurunan nilai pokok dari portofolio surat-surat berharga, misalnya : obligasi dan surat- surat berhrga lainnya yang dimiliki oleh bank. Oleh Karena itu, dalam situasi tingkat bunga yang berfluktuasi, bank akan menghadapi kemungkinan resiko perubahan harga pasar atas porto folio sekuritasnya. Aspek lain yang berkaitan dengan aspek ini adalah keadaan struktur pasar dimana sekuritas tersebut diperdagangkan.

c.) Resiko Likuiditas (Liquidity Risk)

Adalah resiko yang mungkin dihadapi oleh bank untuk memenuhi kebutuhan likuiditasnya dalam rangka memenuhi permintaan kredit dan semua penarikan dana pada sewaktu-waktu. Kebutuhan likiuditas bank secara garis besar pada prinsipnya bersumber pada dua kebutuhan. Pertama, untuk memenuhi semua kebutuhan penarikan dana oleh penabung. Kedua, untuk memenuhi kebutuhan pencairan dan permintaan kredit dari nasabah yang telah disetujui.


(44)

d.) Resiko Operasional (Operational Risk)

Ketidak pastian mengenai usaha bank merupakan resiko operasional bank yang bersangkutan, Resiko operasional bank antra lain berasal dari kemungkinan kerugian dari operasi bank sehingga kemungkinan terjadinya kegagalan atas jasa-jasa dan produk-produk baru yang diperkenalkan

e.) Resiko Penyelewengan (Fraund Risk)

Adalah resiko dengan kerugian-kerugian yang dapat terjadi akibat ketidak jujuran, penipuan, moral, dan prilaku yang kurang baik dari pejabat, karyawan, dan nasabah bank.

f.) Resiko Fidusia (Fiductary Risk)

Resiko ini akan timbul akibat bank dalam usahanya memberikan jasa dengan bertindak sebagai wali amanat baik untuk individu maupun badan usaha. Titipan atau simpanan yang diberikan kepada bank harus benar-benar dikelola dengan baik, bila bank mengalami kegagalan melaksanakan tugas tersebut dianggap merupakan risiko kerugian sebagai wali amanat.


(45)

Banyak sekali pendapat tentang definisi tabungan baik dari undang-undang pemerintah maupun dari para ahli ekonomi, diantaranya adalah

Menurut Undang-Undang perbankan Nomor !0 Tahun 1998 adalah simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan menurut syarat-syarat tertentu yang disepakati, tetapi tidak dapat ditarik dengan cek, bilyet giro dan atau alat lainnya yang dipersamakan dengan itu. (kasmir, 2000 : 74)

Menurut Mandala Manurung dan Pratama Raharja dalam bukunya yang berjudul : “ Uang, Perbankan, dan Ekomomi Moneter “, pengertian tabungan adalah simpanan pihak ke tiga yang penarikannya hanya dapat dilakukan menurut syarat tertentu yang disepakati, tetapi tidak dapat ditarik dengan cek, bilyet giro dan alat lainnya yang dapat dipersamakan dengan itu.

Menurut Ir. Drs Lukman Dendawijaya, M.M. dalam bukunya yang berjudul “ Menejemen Perbankan”, tabungan adalah simpanan pihak ketinga yang penarikannya hanya dapat dilakukan dengan syarat-syarat tertentu.

Bentuk simpanan yang paling digemari dalam masyarakat adalah simpanan dalam bentuk tabungan. Hal ini dapat dilihat pada jumlah nasabah yang tiap tahunnya terus bertambah.

Kendati pada dasarnya semua sisa pendapatan yang tidak dikonsumsi adalah tabungan namun tidak seluruhnya merupakan tabungan, sebagaimana yang telah dikonsepkan dalam makro ekonomi,


(46)

hanya bagian yang dititipkan pada lembaga perbankan sajalah yang dapat dinyatakan sebagai tabungan karena secara makro dapat disalurkan sebagai dana investasi.

Sisa pendapatan yang tidak dibuat untuk konsumsi, yang disimpan sendiri (istilah umum celengan) tidak tergolong sebagai tabungan. Oleh karenanya sangat sukar untuk mendapatkan data sesungguhnya perihal tabungan masyarakat disebuah negara (khususnya negara-negara yang masyarakatnya awam terhadap tabungan) sehingga tidak semua sisa pendapatan tadi benar-benar ditabung. Bahkan sebagian besar justru disimpan sendiri dalam bentuk “ tabungan tradisional“ sehingga kurang produktif.Tabungan masyarakat akan mempunyai pengaruh yang cukup besar apabila dialokasikan untuk kegiatan masyarakat itu sendiri. Bagi bank, tabungan masyarakat merupakan dana yang sangat diperlukan bagi kelangsungan serta perkembangan bank. Sedangkan bagi masyarakat yang membutuhkan dalam bentuk kredit untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan produktif maupun untuk membiayai berbagai pengeluaran konsumtif pada saat yang akan datang. Maka secara teknis dapat dituliskan dengan :

Y = C + S Dimana :

Y = Pendapatan Perkapita (income) C = Konsumsi (consumtion)


(47)

Atau dengan jelasnya pendapatan sama dengan konsumsi ditambah tabungan atau lebih jelasnya yaitu pendapatan dikurangi konsumsi sama dengan tabungan oleh karena :

Y = C + S maka S = Y – C atau C = Y – S

Dengan demikian dapat pula tabungan ini dirumuskan yaitu S = F (Y) atau lebih singkatnya S (Y) yaitu tabungan adalah fungsi atau tergantung kepada pendapatan dimana pendapatan yang dihasilkan masyarakat.

Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa tabungan adalah simpanan yang pengambilannya dapat dilakukan sewaktu-waktu sesuai dengan perjanjian antara pihak bank dengan pihak nasabah, tebungan jua merupakan hutang bank terhadap nasabah dalam jangka pendek.

2.2.2.1 Alat Penarikan Tabungan

Ada beberapa alat penarikan tabungan, hal ini tergantung bank masing-masing, menggunakan sarana yang mereka inginkan. Alat ini dapat digunakan sendiri-sendiri atau secara bersamaan. Alat-alat yang dimaksud adalah :

1. Buku Tabungan

Yaitu buku dipegang oleh nasabah, dimana berisi catatan saldo tabung, penarikan, penyetoran dan pembebanan-pembebanan yang mungkin


(48)

terjadi. Buku ini digunakan untuk penarikan. Sehingga dapat langsung mengurangi saldo yang ada dibuku tabungan tersebut.

2. Slip Penarikan.

Merupakan formulir penarikn dimana nasabah cukup menulis nama, nomor rekening, jumlah uang, serta tanda tangan nasabah untuk menarik sejumlah uang slip penarikan ini biasa digunakan bersamaan dengan tabungan.

3. Kwitansi

Merupakan bukti penarikan yang dikeluarkan oleh bank yang fungsinya sama dengan slip penarikan, dimana tertulis nama penarik, nomor penarik, jumlah uang, dan tanda tangan penarik. Alat ini juga dapat digunakan secara bersamaan dengan buku tabungan.

4. Kartu yang terbuat dari plastik

Yaitu sejenis kartu kredit yang terbuat dari plastik yang dapat digunakan untuk menarik sejumlah uang dari tabungannya, baik bank maupun dimesin Automated Teller Machine (ATM). Mesin ATM ini biasanya tersebar di tempat-tempat yang strategis.

2.2.2.2 Jenis-Jenis Tabungan

Dalam praktik perbankan diindonesia dewasa terdapat beberapa jenis-jenis tabungan. Perbedaan jenis-jenis tabungan ini hanya terletak pada fasilitas yang diberikan kepada si penabung sehingga menarik bagi si penabung


(49)

dan si penabung mempunyai banyak pilihan. Pada dewasa ini terdapat 4 jenis tabungan. Jenis-jenis yang dimaksud adalah :

1.) Tabungan Pembangunan Nasional (Tabanas)

Adalah bentuk tabungan yang tidak terikat oleh jangka waktu dengan syarat penyetoran dan pengambilan yang untuk pertama diatur pada tahun 1971, tabanas terdiri atas :

a.Tabanas Umum

Yaitu tabungan yang berlaku bagi perorangan dilaksanakan secara sendiri-sendiri oleh penabungan yang bersangkutan

b.Tabungan Pemuda Pelajar dan Pramuka (tapelpram)

Yaitu tabanas khusus yang dilaksanakan secara kolektif melalui organisasi pemuda, sekolah, dan satuan pramuka yang untuk pertama kalinya diatur dalam program-program kerjasama antara bank Indonesia dengan kwatir-kwatir nasional gerakan pramuka, keduanya tertanggal 22 Februari 1974.

c. Tabanas pegawai

Yaitu tabanas khusus para pegawai dari semua golongan kepangkatan dilingkungan departemen, lembaga atau instasi pemerintah dan perusahaan pemerintah maupun swasta yang pelaksanaannya dilakukan secara kolektif.


(50)

Adalah bentuk tabungan yang dikaitkan dengan asuransi jiwa yang pertama kalinya diatur pada tahun 1971. Kegunaan taska adalah tabungan anda akan diasuransikan untuk suatu perencanaan berupa biaya-biaya sekolah, kuliah dan lain-ini.

3.) Tabungan Ongkos Naik Haji (ONH)

Adalah setoran ongkos naik haji atas nama calon jemaah haji untuk setiap muslim yang bersangkutan. Besarnya ONH untuk setiap tahun musim haji.

4.) Tabungan Lainnya

Adalah tabungan yang dikeluarkan oleh masing-masing bank dengan ketentuan-ketentuan yang diatur oleh Bank Indonesia. Hal-hal lainnya yang dapat diatur oleh penyelenggara dan sesuai dengn ketentuan Bank Indonesia.

1.Bank Penyelenggara

Setiap bank dapat menyelenggarakan tabungan, baik bank pemerinta, maupun bank swasta, dan bank umum, serta bank perkreditan rakyat/

2. Persyaratan Penabung

Untuk syarat-syarat menabung, seperti prosedur-prosedur yang harus dipenuhi seperti jumlah setoran, umur penabung, maupun kelengkapan dokumen tergantung bank yang bersangkutan.


(51)

Merupakan jumlah maksimal yang arus ditarik, yaitu tidak melebihi saldo minimal dan frekuensi penarikan dalam setiap harinya, apakah setiap saat atau setiap hari tergantung bank yang bersangkutan.

4. Jumlah Setoran

Baik untuk setoran minimal waktu pertama kali menabung maupun setoran selanjutnya serta jumlah minimal yang harus tersedia di buku tabungan tersebut, juga diserakan kepada bank peyelenggara.

5. Bunga dan Insentif

Besarnya bunga tabungan dan cara peritungan bunga didasarkan apakah harian, saldo rata-rata atau saldo terendah diserahkan sepenuhnya kepada bank-bank penyelenggara. Begitu pula dengan insentif, baik berupa hadiah, cenderamata, dan lain sebaainya dengan tujuan untuk menarik nasaba agar menabung.

6. Penutupan Tabungan

Syarat-syarat untuk ditutupnya tabungan oleh bank dapat dilakukan oleh nasabah sendiri atau ditutup oleh bank karena alasan tertentu. Sebagai contoh nasabah sudah tidak aktif lagi melakukan transaksi selama 3 bulan ( Kasmir, 2004 : 74-77)


(52)

Masyarakat yang mempunyai pendapatan yang lebih cenderung untuk menabungkan uangnya dibank. Adapun motivasi masyarakat untuk meyimpan uangnya dibank adalah :

a. Tingkat Suku Bunga yang Menarik

Dengan menyimpan uangnya di bank, masyarakat akan mendapatkan tingkat bunga, dari pada membiarkan uangnya menganggur di rumah. Terutama memilih bank yang menetapkan tingkat suku bunga yang tinggi.

b. Bonafiditas Bank

Pada umumnya masyarakat tidak akan menyimpan uangnya di bank yang bonafiditasnya diragukan. Masyarakat lebih mempercayai bank pemerintah dan sebagian bank swasta yang bonafit sebagai tempat penyimpanan uangnya.

c. Uang yang disimpan di bank akan terjamin keamanannya

Karena bank merupakan lembaga keuangan yang memproduksi jasa dan kepercayaan. Oleh karena itu, masyarakat yang mempunyai uangnya dibank berarti bank tersebut telah memperoleh kepercayaan dari masyarakat. Dan dengan adanya kepercayaan tersebut maka bank harus memberikan tanggung jawab dan pelayanan yang sebaik-baiknya bagi masyarakat.

d. Dengan menyimpan uang di bank akan meringankan pembayaran

Pada beberapa bank penabung akan memperoleh manfaat dan fasilitas yang diberikan oleh bank.


(53)

e. Mendidik untuk hemat dan berencana untuk tidak berpola konsumerisme yang berlebihan (www.undip.uc.id)

2.2.3 Pengertian Pendapatan Perkapita

Pendapatan perkapita merupakan personal income dimana pendapatan yang diterima rumah tangga dan bisnis non perusahaan. Nilainya diperoleh dengan membagi nilai Produk Domestik Regional Bruto ( PDRB ) suatu tahun tertentu dengan jumlah penduduk pada tahun tersebut ( Mankiw, 2003 : 10 ).

Dengan adanya pendapatan perkapita sering suatu negara mengarap pembangunan ekonomi yang terus berkembang dari tahun ke tahun, sebab dengan adanya pendapatan perkapita suatu neara dapat membandingkan laju perkembangan ekonomi yang telah dicapai oleh negara dari masa ke masa.

Menurut Sukirno ( 2002 : 417 ), pengertian pendapatan perkapita adalah pendapatan rata-rata penduduk, oleh sebab itu untuk memperoleh pendapatan perkapita pada suatu tahun, yang harus dilakukan adalah membagi pendapatan nasional pada tahun ini dengan jumlah penduduk pada tahun yang sama.

Jadi dapat disimpulkan dari uraian diatas bahwa rata-rata pendapatan penduduk yang menyangkut semua penduduk, baik anak-anak maupun dewasa. Maka apabila jumlah penduduk suatu negara selalu bertambah melebihi kenaikan pendapatan nasional, maka pendapatan


(54)

perkapita negara tersebut menjadi rendah. Demikian sebaliknya apabila jumlah penduduk di suatu negara lebih kecil dari kenaikan pendapatan nasional, maka pendapatan perkapitanya menjadi tinggi.

PDB

Pendapatan perkapita = (sukirno, 200 : 75)

Jumlah Penduduk

Dengan adanya pendapatan perkapita dapat diketahui bahwa makin tinggi pendapatan perkapita suatu negara, maka makin kecil peranan sektor pertanian dalam menyediakan kesempatan kerja, akan tetapi sebaliknya sektor industri makin penting peranannya dalam menampung tenaga kerja. Untuk lebih jelasnya, pengertian pendapataan perkapita adalah pendapataan rata-rata penduduk suatu negara tertentu pada waktu tertentu ( Sukirno, 2002 : 21 ).

Menurut Keynes, jika tingkat pendapatan rendah tabungan masyarakat akan mengalami keadaan negatif, ini berarti masyarakat menggunakan tabungannya untuk membiayai kehidupan sehari-hari, baru setelah pendapatan perkapita melebihi pendapatan awal yang diterima masyarakat maka masyarakat akan menabung sebagian dari pendapatannya atau dengan kata lain kemampuan masyarakat untuk menabung mengalami peningkatan. (Sukirno, 2002 :77)

Pengertian lain tentang pendapatan perkapita adalah pendapatan rata-rata tiap jiwa dalam suatu wilayah yang diperoleh dengan membagi jumlah total produksi barang dan jasa yang dihasilkan penduduk dalam


(55)

suatu wilayah tertentu dalam satu tahun dengan jumlah penduduk wilayah tersebut pada tahun yang bersangkutan.

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

Kegiatan ekonomi secara umum dapat dikelompokkan ke dalam kegiatan mengkonsumsi barang dan jasa. Unit-unit produksi memproduksi barang dan jasa, dan dari kegiatan memproduksi ini timbul pendapatan yang diterima oleh faktor-faktor produksi yang telah dimiliki oleh berbagai golongan dalam masyarakat. Sehingga dari pendapatan ini masyarakat akan membeli barang dan jasa baik untuk keperluan konsumsi maupun investasi

Dari penjelasan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan jumlah nilai tambah atau jumlah nilai barang atau jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha dalam suatu daerah pada satu tahun.

2.2.3.1 Fungsi Pendapatan Perkapita

Tingkat perkembangan pendapatan perkapita yang dicapai seringkali digunakan sebagai ukuran dari kesuksesan ekonomi yang pesat.

Dalam kegunaan dapat pendapatan perkapita sebagai bahan untuk menjadi dasar perbandingan tingkat kesejahteraan masyarakat dan laju


(56)

tingkat pembangunan ekonomi berbagai negara, nilai pendapatan perkapita tidak lagi dinyatakan dalam mata uang itu sendiri tetapi dinyatakan dalam mata uang dollar Amerika Serikat. Data pendapatan perkapita dari negara yang telah dinyatakan dalam dollar Amerika Serikat tersebut, selanjutnya dipertimbangkan untuk menunjukkan perbedaan tingkat kesejahteran ekonomi diantara penduduk negara-negara tersebut. Jika yang diinginkan adalah membandingkan tingkat laju pertumbuhan ekonomi pada suatu angka waktu tertentu untuk setiap negara paling sedikit harus tersedia data pendapatan perkapita dari tahun permulaan dan tahun terakhir dari jangka masa tersebut.

2.2.3.2Hubungan Antara Pendapatan Perkapita Dengan Jumlah Tabungan Masyarakat

Tingkat pendapatan yang rendah, tabungan masyarakat akan mengalami negatif, keadaan ini berarti menggunakan tabungan di masa lalu untuk membiayai hidupnya, baru setelah pendapatan melebihi pendapatan awal maka masyarakat menabung sebagian dari pendapatannya ( Sukirno, 2003 : 77 ).

Apabila seseorang menerima pendapatannya dari hasilnya maka inipun akan segera merencanakan untuk membelanjakan pendapatannya itu setelah dikurangi dengan segala kewajibannya. Dalam hal itu, setiap pendapatan akan dikeluarkan untuk keperluan konsumsi, sedangkan sisanya jika memang masih ada tersisa akan ditabung.


(57)

Menurut teori Keynes, menggangap bahwa pendapatan (Y) sebagai jumlah pengeluaran-pengeluaran untuk konsumsi (C) dan tabungan (S). Dengan demikian dapat dicapai suatu persamaan, yaitu :

Y = C + S Maka :

S = Y- C

Berdasarkan rumus diatas dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

a. Pada pendapatan yang sangat rendah, konsumsi akan melebihi

pendapatan dan konsumsi yang melebihi pendapatan ini akan dibiayai oleh tabungannya pada masa lalu.

b. Pada tingkat pendapatan yang tinggi, tidak semua pendapatan yang

diterima digunakan untuk konsumsi. Sedangkan pendapatan tersebut akan ditabung (Sukirno, 2005 : 97).

Pertumbuan ekonomi berarti perkembangan kegiatan dalam perekonomian yang menyebabkan barang dan jasa yang diproduksikan dalam masyarakat bertambah kemakmuran msyarakat meningkat (Sukirno, 2002 : 10).

Apabila pertumbuhan ekonomi meningkat, maka tingkat pendapatan dan kemakmuran rakyat juga akan mengalami peningkatan. Hal ini akan berpengaruh pada tingkat konsumsi masyarakat dan juga akan mempengaruhi tabungan masyarakat, karena tingkat pendapatan yang meningkat , dan kebutuhan telah


(58)

terpenuhi, maka masyarakat juga akan meningkatkan pula tabungan mereka.

2.2.4 Jumlah Penduduk 2.2.4.1Penduduk

Penduduk merupakan unsur penting dalam kegiatan ekonomi dan usha untuk membangun suatu perekonomian. Dalam usaha untuk meningkatkan produksi dan mengembangkan kegiatan ekonomi, produk memegang peranan yang penting karena penduduk merupakan tenaga kerja, tenaga ahli pimpinan perusahaan dan tenaga usahawan yang diperlukan untuk menciptakan kegiatan ekonomi.

Sebagai subjek ekonomi maka penduduklah yang akan dapat menentukan perkembangan perekonomian suatu negara atau daerah menjadi lebih baik atau lebih buruk. Jumlah serta mutu suatu negara atau daerah merupakan unsur penentu yang paling penting bagi kemampuan produksi serta standar hidup suatu negara atau daerah. Namun demikian, sebab yang paling utama mengapa masalah penduduk ini sangat menarik perhatian para ahli ekonomi adalah karena penduduk itu merupakan sumber tenaga kerja, human resources, di sampin sumber faktor yang memiliki skill.

Dengan peran penduduk sebagai sumber tenaga kerja dan faktor produksi skill, maka jumlah penduduk yang besar dengan kualitas yang baik akan berdampak positif pada perekonomian suatu negara atau daerah.


(59)

Hal ini disebabkan karena dengan jumlah penduduk yang besar, produksi suatu daerah juga besar. Selain itu seperti yang tercantum dalam Garis-Garis Besar Haluan Negara (GBHN) tahun 1993 disebutkan bahwa produk yang besar jumlahnya sebagai sumber daya manusia yang potensial dan produktif bagi pembangunan.

2.2.4.2 Pengertian Jumlah Penduduk

Jumlah penduduk adalah manusia dan bukan yang lainnya ( misal : ternak, tumbuhan dan sebagainya ) yang melakukan produksi maupun konsumsi. Apabila jumlah penduduk naik maka hasrat dan minat untuk menabung di bank akan meningkat pula, karena jumlah penduduk yang besar. Perkembangan jumlah penduduk pada dasarnya merupakan suatu faktor yang sangat vital di dalam mobilitas dana masyarakat yang secara umum mempengaruhi penghimpunan dana bank. Dikarenakan satu sumber dana bank yang paling utama adalah berasal dari masyarakat ( Kasmir, 2003 : 19).

Jumlah penduduk adalah jumlah manusia yang bertempat tinggal/berdomisili pada suatu wilayah atau daerah dan memiliki mata pencaharian tetap didaerah itu serta tercatat secara sah berdasarkan peraturan yang berlaku didaerah tersebut,pencatatan atau pengkatagorian seorang sebagai penduduk biasanya berdasarkan usia yang ditetapkan.(yahoo!answers)


(60)

Jumlah penduduk adalah sesuatu yang menunjukkan kepadatan atau banyaknya orang dalam suatu wilayah.(yahoo!answer)

Apabila suatu negara mempunyai penduduk yang terlalu sedikit, maka mungkin sekali itu tidak akan mampu memanfaatkan sumber-sumbernya dengan seefisien mungkin, sebagaimana yang mungkin akan dihasilkan jika saja jumlah penduduk lebih besar. Dalam keadaan seperti ini usaha untuk mewujudkan potensi besar-besaran sangatlah terhalang.

Dari faktor diatas tampak jelas bahwa penduduk merupakan faktor yang serius. Seperti yang telah kita ketahui bahwa pertumbuhan penduduk justru mendukung suatu pertumbuan ekonomi, sebab jika tidak ada pertumbuhan ekonomi maka standart hidup manusia pasti semakin menurun.

2.2.4.3Hubungan Antara Jumlah Penduduk Dengan Jumlah Tabungan Masyarakat

Penduduk dipandang sebagai nasabah yang akan melakukan kegiatan menabung. Seperti apa yang diutarakan oleh Kasmir dalam bukunya Manajemen Perbankan, bahwa dana terbesar sektor perbankan di dominasi oleh dana pihak ketiga yaitu yang diperoleh dari masyarkat (Kasmir, 2003 : 19).

Makin banyak jumlah penduduk makin tinggi pula jumlah dana tabungan masyarakat yang dihimpun oleh sektor perbankan.


(61)

2.2.5 Pengertian Inflasi

Ada beberapa pengertian tentang inflasi, yaitu sebagai berikut :

1. Inflasi adalah kenaikan harga-harga umum barang secara terus

menerus pada suatu periode tertentu ( Nopirin, 2000 : 25 ).

2. Inflasi adalah kecenderungan dari harga-harga untuk menaikkan

secara umum dan terus menurun. Kenaikan harga dari satu atau dua jenis barang saja tidak disebut inflasi, kecuali bila kenaikan tersebut meluas pada sebagian besar dari harga-harga yang lain ( Boediono, 2001 : 161 ).

Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan, bahwa inflasi merupakan kecenderungan dari harga-harga untuk naik secara umum dan terus menerus. Secara umum disini berarti, bahwa jika harga naik satu atau dari beberapa barang saja tidak dapat disebut inflasi, kecuali kenaikan itu meluas pada sebagian besar dari harga-harga barang yang lain.

2.2.5.1Teori Inflasi

Secara garis besar ada tiga kelompok teori inflasi, antara lain yaitu sebagai berikut :

1. Teori Kuantitas

Teori Kuantitas adalah teori yang paling lama mengenai inflasi, namun teori ini masih sangat berguna untuk menerangkan proses inflasi di zaman modern ini, terutama di negara-negara yang sedang berkembang. Teori ini menyatakan penyebab dari inflasi adalah


(62)

pertambahan jumlah uang beredar dan harapan psikologis masyarakat terhadap kenaikan harga di masa datang. Tambahan uang beredar sebesar X%

2. Teori Keynes

Teori Keynes mengenai inflasi didasarkan atas teori makronya dan menyoroti aspek lain dari infasi. Menurut teori ini, inflasi terjadi karena suatu masyarakat ingin hidup diluar batas kemampuan ekonominya. Proses inflasi dalam teori ini dinamakan Inflationary Gap, yaitu golongan masyarakat tersebut pada tingkat harga yang berlaku, melebihi jumlah maksimum dan barang-barang yang dihasilkan oleh masyarakat. Karena permintaan total melebihi jumlah barang yang tersedia, maka barang-barang akan naik. Proses inflasi akan terus berlansung selama jumlah permintaan efektif, dan semua golongan masyarakat melebihi jumlah output yang bisa dihasilkan masyarakat, dan inflasi akan berhenti apabila permintaan efektif total tidak melebihi pada tingkat harga yang berlaku dan jumlah output yang tersedia.

3. Teori Strukturalis

Teori Strukturalis adalah teori mengenai inflasi yang didasarkan atas pengalaman di negara-negara Amerika Latin. Teori ini memberi tekanan pada ketegaran ( rigidities ) dari struktur perekonomian negara-negara sedang berkembag. Teori ini bersifat jangka panjang,


(63)

karena menyoroti sebab-sebab inflasi yang berasal dari kekauan ekonomi, khususnya ketegaran supply bahan makanan dan bahan ekspor.

2.2.5.2Macam – Macam Inflasi

Adapun macam-macam inflasi adalah sebagai berikut : a). Inflasi menurut sifatnya :

1. Inflasi Merayap ( Creeping Infation )

Ditandai dengan laju inflasi yang rendah ( ≤10% pertahun ).

Kenaikan harga berjalan secara lambat dengan prosentase yang kecil dan dalam jangka waktu yang relatife lama.

2. Inflasi Menengah ( Glloping Inflation )

Ditandai dengan kenaikan harga yang cukup besar ( antara 10%-30% pertahun ) dan kadang-kadang berjalan dalam waktu yang relatife pendek serta mempunyai sifat akselerasi. Artinya harga-harga minggu atau bulan ini lebih tinggi dari minggu atau bulan lalu dan seterusnya.

3. Inflasi Tinggi ( Hyper Inflation )

Merupakan inflasi yang paling parah ( ≥30%-100%

pertahun ), akibatnya masyarakat tidak lagi berkeinginan untuk menyimpan uangnya. Nilai uang merosot dengan tajam sehingga


(64)

ingin ditukarkan dengan barang. Pertukaran uang makin cepat dan harga uang naik secara akselerasi. Biasanya keadaan ini timbul apabila pemeritah mengalami deficit anggaran belanja yang ditutupi dengan pencetakan uang baru ( Nopirin, 2000 : 27 ).

b). Inflasi Menurut Sebabnya

1. Inflasi Permintaan ( Demand Pull Inflation )

Inflasi yang bermula dari adanya kenaikan permintaan total, sedangkan produksi berada pada keadaan kesempatan kerja penuh. Dalam keadaan hampir mendekati kesempatan kerja penuh (output). Apabila kesempatan kerja telah tercapai, pertumbuhan permintaan selanjutnya hanyalah akan menaikkan harga saja.

Gambar 1 : Proses Demand Pull Inflation

Sumber : Sukirno. 2004, Teori Pengantar Ekonomi Makro,

hal: 334, Penerbit PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta,

Sebagaimana dalam gambar perekonomian dimulai pada P1

dan tingkat output riil dimana (P1,Q1) berada pada perpotongan


(65)

permintaan bergeser keluar D2 penggeseran seperti itu dapat berasal dari faktor kelebihan pengeluaran permintaan.

Pergeseran kurva permintaan menaikkan output riil (dari Q1

ke Q2) dan tingkat harga (dari P1 ke P2) maka inilah yang disebut

demand pull inflation (inflasi tarikan permintaan) yang disebabkan penggeseran kurva permintaan menarik keatas tingkat harga dan menyebabkan inflasi.

2. Inflasi penawaran (cost push inflation)

Inflasi yang timbul karena kenaikan biaya produksi, biasanya ditandai dengan kenaikan harga barang serta turunnya produksi. Misalnya kenaikan harga barang baku yang didatangkan dari luar negeri dan kenaikan harga BBM.

Gambar 2 : Proses Cost Push Inflation

Sumber: Sukirno, 2004, Teori Pengantar Ekonomi Makro, hal. : 335, Penerbit PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta,

Pada gambar diatas telah disajikan kurva penawaran bergeser dari S1 ke S2, harga tertentu naik dan menyebabkan inflasi


(66)

dorongan biaya. Naiknya harga dan turunnya output sering kali diberi nama “stagnasi inflasi”.

c). Inflasi berdasarkan asalnya

1. Inflasi dari dalam negeri ( Domestik Inflation )

Inflasi yang berasal dari dalam negeri, misalnya karena deficit anggaran belanja yang biayanya dengan pencetakan uang baru, panen yang gagal dan sebagainya.

2. Inflasi dari luar negeri ( Importet Inflation )

Inflasi yang berasal dari luar negeri, inflasi ini timbul karena harga diluar negeri atau dinegara-negara langganan berdagang dalam negeri.

2.2.5.3 Dampak dan Efek Inflasi

Seberapa jauh dampak inflasi dalam perekonomian sangat tergantung dari tingkat keparahan inflasi tersebut. Akibat buruk inflasi dapat dibedakan menjadi 2 aspek :

a) Akibat adanya perekonomian hal ini terjadi inflasi sangat tinggi

dan tidak terkendali yang dapat mempengaruhi pertumbuhan ekonomi


(67)

1. Memperburuk distribusi pendapatan, pendapatan masyarakat akan merosot

2. Nilai rill tabungan merosot, karena nilai uang yang semakin

turun dan membawa pengaruh pada perbankan

Efek dari inflasi dapat dibedakan menjadi tiga efek adalah sebagai berikut:

a. Efek Terhadap Pendapatan ( Equity Effect )

Efek terhadap pendapataan sifatnya tidak merata, ada yang dirugikan dan ada yang diuntungan. Demikian juga orang yang memupuk kekayaan dalam bentuk uang kas akan menderita karena adanya inflasi, sebaliknya pihak-pihak yang mendapat keuntungan dengan adanya inflasi adalah setiap orang yang memperoleh kenaikan pendapatan dengan persentse yang lebih besar dari pada laju inflasi.

b. Efek Terhadap Efisiensi ( Efficiency Effect )

Inflasi dapat pula merubah pola alokasi faktor-faktor produksi. Perubahan ini dapat terjadi melalui kenaikan permintaan akan berbagai macam barang yang kemudian dapat mendorong terjadinya perubahan dalam produksi itu lebih efisien dalam kedaan tidak inflasi. Namun kebanyakan ahli ekonomi berpendapat bahwa inflasi dapat mengakibatkan alokasi faktor produksi tidak efisien.


(68)

Selain terhadap redistribusi pendapatan, inflasi dapat pula mempengaruhi perekonomian rill dalam bidang khusus yaitu output total. Pengaruhnya adalah terhadap tingkat output secara keseluruhan. Sampai dengan tahun 1970-an, inflasi yang tinggi biasanya berjalan seiring dengan kesempatan kerja dan output yang tinggi pula. Peningkatan inflasi mucul pada saat terjadi investasi yang sangat cepat, dan pekerjaan berlimpah. Dengan kesimpulan bahwa inflasi dapat berhubungan dengan output dan kesempata kerja yang tinggi ataupun yang rendah.

2.2.5.4. Cara Mencegah Inflasi

Berikut ini adalah cara-cara mencegah inflasi, yaitu :

a. Kebijakan Moneter

Sasaran kebijaksanaan moneter dapat dicapai melalui pengaturan jumlah uang beredar. Apabila tingkat diskonto dinaikan oleh Bank Sentral, maka gairah Bank Umum untuk meminjamkan makin kecil sehingga cadangan ada pada Bank Sentral juga mengecil, akibatnya kemampuan Bank Umum untuk memberikan kepada masyarakat juga semakin kecil dan inflasi dapat dapat dicegah.


(69)

Kebijakan fiscal yang berupa pengangsuran pengeluaran pemerintah. Serta kenaikan pajak akan dapat mengurangi permintaan total, sehingga laju inflasi dapat ditekan,

c. Dilakukan Dengan Ceiling Harga

Serta mendasarkan pada harga tertentu untuk gaji maupun upah, jika indeks harga naik maka gaji atau upah juga ikut demikian.

d. Kenaikan Output dalam Memperbaiki Laju Inflasi

Kenaikan jumlah output ini dapat dicapai, misalnya dengan kebijaksanaan penurunan bea masuk sehingga impor barang cenderung meningkat, karena bertambahnya jumlah barang di dalam negeri cenderung menurunkan harga.

e. Kebijakan Yang Berkaitan Dengan Output

f. Kebijakan Penentu Harga dan Indexsing ( Norpin, 2000 : 34-35 )

Pendapatan Rill

Tingkat pertumbuhan ekonomi ditentukan oleh pertambahan yang sebenarnya barang-barang dan jasa-jasa yang diproduksikan suatu perekonomian. Dengan demikian untuk menentukan tingkat pertumbuhan ekonomi yang dicapai oleh sesuatu negara perlulah dihitung pendapatan nasional rill, yaitu Produk Nasional Bruto rill atau Produk Domestik Bruto rill.


(70)

Pengertian pendapatan rill yaitu nilai produksi nasional pada suatu tahun tertentu yang dihitung menurut harga-harga yang berlaku pada tahun dasar. Konsep ini biasanya dinamakan juga sebagai PDB menurut harga tetap dan PNB menurut harga tetap. (Sukirno, 2006 : 61).

2.2.5.5. Hubungan Antara Tingkat Inflasi Dengan Jumlah Tabungan Masyarakat

Naiknya laju inflasi, sementara tingkat suku bunga tabungan dibank tetap, maka akan mengakibatkan turunnya pendapatan riil atau tingkat bunga riil perbankan. Kondisi ini akan mempengaruhi perilaku penyimpanan, dimana para penyimpan akan cenderung mengurangi simpanannya di bank dan digunakan untuk melakukan pembelian barang dan jasa atau diinvestasikan kedalam bentuk lain. Sehingga meningkatkan laju inflasi, dengan tidak diikuti dengan kenaikan tingkat suku bunga maka akan dapat mengakibatkan menurunkannya simpanan pada lembaga perbankan. (Boediono,2001 :162).

2.2.6.Pengertian Jumlah Kantor Bank

Jumlah kantor bank berkaitan dengan kemudahan fasilitas yang ditawarkan pada masyarakat.untuk meraih minat masyarakat pada bank harus dikembangkan jaringan kantor cabang dan cabang pembantu yang cukup luas yang dapat menjangkau seluruh lapisan masyarakat.


(71)

Hal ini akan membantu memudahkan masyarakat untuk menabung atau menggunakan jasa perbankan. Jumlah kantor bank meliputi kantor pusat, kantor cabang, kantor cabang pembantu, an kantor kas. Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa jumlah kantor bank adalah banyaknya jumlah kantor bank-bank umum yang menerima simpanan berupa tabungan dan agar masyarakat lebih mudah dalam menggunakan jasa perbankan terutama dalam hal menabung. Maka lembaga perbankan harus memperluas jaringan kantor cabangnya agar dapat menjangkau seluruh lapisan masyarakat, misalnya dengan pembukaan kantor-kantor cabang dan kantor-kantor cabang pembantu. Dengan semakin banyaknya jumlah kantor bank-bank umum yang didirikan, maka sangat berpengaruh dalam upaya penyerapan dana masyarakat pada lembaga keuangan bank.

Jumlah kantor bank berkaitan dengan kemuduan fasilitas yang ditawarkan pada masyarakat. Upaya ini ditunjang dengan adanya peningkatan teknologi dalam pelayanan terhadap masyarakat untuk menabung. Hal ini tentunya juga ditunjang dengan produk-produk perbankan yang memanjakan para nasabah. Selain itu untuk menarik minat masyarakat pada bank perlu juga dikembangkan jaringan kantor cabang dan cabang pembantu yang cukup luas dan dapat dijangkau oleh seluruh lapisan masyarakat.

Yang dimaksud dengan jenis kantor bank dapat dilihat dari luasnya kegiatan jasa-jasa bank yang ditawarkan dalam suatu cabang bank. Luasnya kegiatan ini besar kecilnya kegiatan cabang bank tersebut


(72)

tergantung dari wilayah operasionalnya. Banyak sedikitnya kantor bank sangat mempengaruhi besar kecilnya tingkat operasional suatu bank. (Kasmir,2004 :45)

2.2.6.1 Jenis-Jenis Kantor Bank

Adapun jenis kantor bankyang dimaksud adalah sebagai berikut:

a) Kantor Pusat

Merupakan kantor semua kegiatan perencanaan sampai kepada pengawasan terdapat dikantor ini. Setiap bank memiliki satu kantor pusat dan kantor pusat tidak melakukan kegiatan operasional sebagaimana kantor bank lainnya., akan tetapi mengendalikan jalannya kebijakasanaan kantor pusat terhadap cabang-cabangnya. Dapat diartikan pula bahwa kegiatan kantor pusat tidak melayani jasa bank kepada masyarakat umum.

b) Kantor Cabang Penuh

Merupakan salah satu cabang yang berada dibawah kantor cabang penuh dimana kegiatan jasa bank yang paling lengkap. Dengan kata lain, semua kegiatan perbankan ada dikantor cabang penuh dan biasanya kantor cabang penuh membawahi kantor cabang pembantu.

c) Kantor Cabang Pembantu

Merupakan kantor cabang yang berada dibawah kantor cabang penuh dimana kegiatan jasa yang dilayani hanya sebagian saja. Perubahan status dari cabang pembantu ke cabang penuh dimungkinkan apabila memang cabang tersebut sudah memenuhi kriteria sebagai cabang penuh dari kantor pusat.


(73)

d) Kantor Kas

Merupakan kantor bank yang paling kecil dimana kegiatannya hanya meliputi teller atau kasir saja. Dengan kata lain, kantor kas hanya melakukan sebagian kecil dari kegiatan perbankan dan berada dibawah cabang pembantu atau cabang penuh. Bahkan sekarang ini banyak kantor kas yang dilayani dengan mobil dan sering disebut dengan kas keliling. (Kasmir,2004 : 45)

2.2.6.2 Hubungan Antara Jumlah Kantor Bank Dengan Jumlah Tabungan Masyarakat

Jumlah kantor bank sangat berkaitan dengan kemudahan fasilitas yang ditawarkan bank pada masyarakat sehingga menarik minat masyarakat untuk menabung. Maka bank harus melebarkan jaringan kantor cabang pembantu yang dapat menjangkau seluruh lapisan masyarakat. Hal ini akan memudahkan masyarakat untuk menabung atau menggunakan jasa perbankan lainnya. Yang semula enggan karena keterbatasan jarak dan waktu, dengan adanya kantor bank didekat lokasi tempat tinggal akan lebih memudahkan memenuhi kebutuhannya. Jumlah kantor bank meliputi kantor pusat, kantor cabang, kantor cabang pembantu, kantor cabang unit dan kantor kas.


(74)

2.2.7. Pengertian Suku Bunga Indonesia (SBI)

Suku bunga merupakan salah satu variabel dalam perekonomian yang senantiasa diamati secara cermat karena dampaknya yang luas. Ia mempengaruhi secara langsung kehidupan masyarakat keseharian dan mempunyai dampakpenting terhadap kesehatan perekonomian. Jadi, suku bunga adalah harga dari meminjam uang untuk menggunakan daya belinya.(Puspopranoto,2004 : 70)

Menurut Karl dan Fair (2001:635) suku bunga adalah pembayaran bunga tahunan dari suatu pinjaman, dalam bentuk persentase dari pinjaman yang diperoleh dari jumlah bunga yang diterima tiap tahun dibagi dengan jumlah pinjaman.

Suku bunga adalah harga yang dibebankan oleh unit ekonomi yang mengalami surplus (unit surplus) pada unit ekonomi yang mengalami defisit (unit deficit) atas pinjaman yang diberikan dari tabungannya. Suku bunga adalah harga yang dibayar peminjam (debitur) kepada pihak yang meminjamkan (kreditur) untuk pemakaian sumber dana seluruh interval waktu tertentu.(Fabozzi,dkk,2003 : 204)

Tingkat bunga adalah harga dari penggunaan uang atau dana untuk jangka waktu tertentu atau biasanya juga dipandang sebagai sewa atas penggunaan uang untuk jangka waktu tertentu. Pengertian tingkat bunga sebagai harga biasanya juga dinyatakan sebagai harga yang harus dibayar apabila terjadi pertukaran antara satu rupiah sekarang dan satu rupiah di


(75)

masa yang akan datang dengan demikian tingkat suku bunga berkaitan sekali dengan kurun waktu didalam kegiatan ekonomi sehari-hari.(Kasmir, 2003 : 39)

Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa suku bunga adalah tingkat balas jasa yang diperolehkan oleh masyarakat atas sejumlah dana atau pinjaman yang telah diterima selama jangka waktu tertentu yang dinyatakan dalam persentase (%)

2.2.7.1.Teori Suku Bunga

A. Teori Suku Bunga Klasik

Menurut kaum klasik, suku bunga menentukan besarnya tabungan maupun investasi yang akan dilakukan dalam perekonomian yang menyebabkan tabungan yang tercipta pada penggunaan tenaga kerja penuh akan selalu sama yang dilakukan oleh pengusaha. beranjak dari teori ekonomi mikro, teori klasik mengatakan bahwa tingkat bunga merupakan nilai balas jasa dari modal. Dalam teori klasik, stok barang modal dicampuradukkan dengan uang dan keduanya dianggap mempunyai hubungan subtitusif. Semakin langka modal, semakin tinggi suku bunga. Sebaliknya, semakin banyak modal semakin rendah

tingkat suku bunga (Nasution dalam Badriah Sappewali,2001).

Investasi juga merupakan fungsi dari suku buga. Makin tinggi suku bunga, keinginan masyarakat untuk melakukan investasi juga semakin


(1)

masyarakat banyak pilihan untuk berinvestasi dalam bentuk beli emas, beli rumah dan sebagainya.

Tingkat Suku Bunga tidak berpengaruh nyata (tidak signifikan) terhadap Jumlah Tabungan Masyarakat. Dan dugaan bahwa tingkat suku bunga merupakan variable yang paling dominan tidak benar. Hal ini disebabkan karena apa bila suku bunga semakin tinggi maka keuntungan masyarakat dalam berinvestasi investasi akan semakin tinggi namun sekarang hal itu juga kembali kepada mayarakat ingin menabung atau tidak karena saat ini masyarakat yang menabung adalah dari kalangan menengah kebawah sedangkan bagi kalangan menengah keatas mereka mempunyai banyak pilihan investasi lain seperti berinvestasi dalam bentuk saham, deposito, dan emas. Yang lebih menguntungkan dari berinvestasi tabungan.


(2)

 

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis yang telah diuraikan pada bab IV, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Setelah dilakukan uji statistik untuk mengetahui pengaruh secara simultan antara variabel bebas Pendapatan Perkapita (X1), Jumlah Penduduk (X2), Tingkat Inflasi (X3) , Jumlah Kantor Bank (X4) dan Tingkat Suku Bunga (X5) terhadap variabel terikatnya Jumlah Tabungan Masyarakat (Y) yang berati bahwa secara keseluruhan faktor-faktor variabel bebas berpengaruh secara simultan dan nyata terhadap Jumlah Tabungan Masyarakat. Hal ini sesuai dengan peneliti sebelumnya yang dilakukan oleh citra pada tahun 2008.

2. Pengujian secara parsial atau individu Pendapatan Perkapita (X1) terhadap Jumlah Tabungan Masyarakat (Y) berpengaruh secara nyata terhadap Jumlah Tabungan Masyarakat (Y). Hal ini sesuai dengan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Syafri pada tahun 2009. 3. Pengujian secara parsial atau individu Jumlah Penduduk (X2)

terhadap Jumlah Tabungan Masyarakat (Y) berpengaruh secara nyata positif terhadap Jumlah Tabungan Masyarakat (Y). Hal ini sesuai


(3)

2008.

4. Pengujian secara parsial atau individu Tingkat Inflasi (X3) terhadap Jumlah Tabungan Masyarakat (Y) tidak berpengaruh secara nyata negatif terhadap Jumlah Tabungan Masyarakat (Y).hal ini sesuai dengan penelitian yang sebelumnya yang dilakukan oleh Citra pada tahun 2008

5. Pengujian secara parsial atau individu Jumlah Kantor Bank (X4) terhadap Jumlah Tabungan masyarakat (Y) tidak berpengaruh secara nyata negative terhadap Jumlah Tabungan masyarakat (Y).hal ini tidak sesuai dengan penelitian terdahulu baik yang dilakukan Citra 2008 maupun Syafri 2009 karena mungkin pada saat itu produk-produk bank masih sedikit sehingga seseorang kebank hanya untuk menabung.

6. Pengujian secara parsial atau individu Tingkat Suku Bunga (X5) terhadap Jumlah Tabungan Masyarakat (Y) tidak berpengaruh secara nyata terhadap Jumlah Tabungan Masyarakat (Y).hal ini sesuai dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Tri Wahyu Rejekiningsig dan Banatul Hayati pada tahun 2004

5.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan diatas, maka berikut ini diketahui beberapa saran sebagai bahan pertimbangan sebagai berikut :


(4)

 

113 

2. Pemerintah dan Bank Indonesia selaku otoritas moneter dapat memberikan kebijakan yang tepat untuk mengatasi pertumbuhan tingkat inflasi supaya daya beli dan minat menabung masyarakat semakin tinggi atau banyak.kebijakan tersebut seperti operasi pasar, mengatur jumlah uang yang beredar.


(5)

Nasional “Veteran” Jawa Timur.

________, 2001, Ekonomi Moneter, Edisi Ketiga, Cetakan Kesebelas, Penerbit BPFE UGM, Yogyakarta.

Febrianty, Citra Mulia, 2008, Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Jumlah Tabungan asyarakat di Bank Umum di Surabaya, Skripsi Jurusan Ilmu Ekonomi Study Pembangunan FE-UPN “Veteran” Jawa Timur, Surabaya. Gujarati, Damodar, 1999, Ekonometrika Dasar, Edisi Pertama, Cetakan ke 6,

Terjemahan oleh Sumarno Zein, Penerbit Erlangga, Jakarta.

Hayati, Banatul dan Rejekiningsih, Tri Rahayu, 2009, Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tabungan Daerah Di Kota Semarang, Dinamika Pembangunan, vol 1 no. 1/Juli 2004 : 59-74.

Irawan, Kakung Ronny, 2005, Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penghimpunan Dana Tabungan Pada Bank Umum Pemerintah Di Surabaya, Skripsi Fakultas Ekonomi “UPN VETERAN”, Surabaya.

Kasmir, 2003, Dasar-Dasar Perbankan, Edisi Pertama, Cetakan Kedua, Penerbit PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.

________, 2004, Bank dan Lembaga Keuangan Lain, Penerbit PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Mankiw, N, Gregory, 2003, Pengantar Ekonomi, Edisi Kedua, JIlid 2, Penerbit Erlangga, Jakarta.

Nopirin, 1992, Ekonomi Moneter, Edisi Keempat, Cetakan Ketujuh, Buku 1, Penerbit BPFE UGM, Yogyakarta.

Pratama, David Lazarus, 2006, Analisis Beberapa Faktor Yang Mempengaruhi Dana Tabungan Masyarakat Pada Bank Umum Di Surabaya, Skripsi Fakultas Ekonomi, “UPN VETERAN’’, Surabaya.

Puspopranoto, Sawaldjo, 2004, Keuangan Perbankan dan Pasar Keuangan Konsep, Teori dan Realita, Penerbit LP4ES, Jakarta.

Rahmawati, Kartika, 2008, Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Jumlah Tabungan Masyarakat pada Bank Umum di Surabaya, Skripsi Jurusan Ilmu Ekonomi Study Pembangunan FE-UPN “Veteran” Jawa Timur, Surabaya.


(6)

Sudrajat, MSW, 1998, Mengenal Ekonometrika Pemula, Cetakan ke 2, Penerbit CV. Amico, Bandung.

Sukirno, 2002, Pengantar Teori Makroekonomi, Edisi Kedua, Penerbit PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.

_______, 2005, Makroekonomi Modern (Perkembangan Pemikiran Dari Klasik Hingga Keynesian Baru), Edisi Pertama, Penerbit PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Syafri, 2009, Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tabungan Masyarakat Pada Bank Umum.

www.yahoo!answer diakses tanggal 24 April 2012, jam 13.09 www.undip.ac.id diakses tanggal 27 April 2010, jam 07.00