sebuah Negara dalam rangka menyelenggarakan kesejahteraan rakyat dan menjalankan kepentingan
umum yang bersifat kenegaraan http:www.anneahira.com
.
2.7. Pendekatan Semiotika Ferdinand de Saussure
Semiotika adalah suatu ilmu atau proses yang berhubungan dengan tanda. Kata “semiotika” itu sendiri berasal dari bahasa Yunani, semeion yang berarti
“tanda” Sudjiman dan Van Zoest dalam Sobur,2006:16atau seme, yang berarti “penafsir tanda” Cobley dan Janz,1994:4. Semiotika berakar dari studi klasik
dan skolastik atas seni logika, retorika, dan poetika Kurniawan,2001:49. Tanda pada masa itu masih bermakna sesuatu hal yang menunjuk pada adanya hal lain.
Kajian semiotik hingga kini dibedakan atas dua jenis yaitu semiotika komunikasi dan semiotika signifikasi. Yang dimaksud dengan semiotika
komunikasi dalam hal ini adalah menekankan pada teori produksi tanda yang salah satu diantaranya ada 6enam factor dalam komunikasi yaitu; pengirim,
pnerima kode hal yang dibicarakan Sobur,2004:15. Sedangkan yang dimaksud dengan semiotika signifikasi adalah semiotika yang mempelajari relasi elemen-
elemen tanda d dalam suatu sistem, berdsarkan aturan main dan konveksi. Teori linguistik yang diterbitkan oleh Saussure berhasil menyerang
pemahaman “historis” terhadap bahasa yang dikembangkan pada abad 19. Pandangan abad ke 19 memulai studi bahasa dengan fokus kepada perilaku
linguistic nyata
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
ucapan manusia, parole. Saussure menggunakan pendekatan anti-historis yang melihat bahasa sebagai sistem yang utuh dan harmonis secara internal langue. Ia
mengusulkan teori bahasa yang disebut “strukturalisme” untuk menggantikkan pendektan “historis” dari para pendahulunya.
Bahasa dimata Saussure tak ubahnya sebuah karya musik. Untuk memahami sebuah simponi, kita harus memperhatikkan keutuhan karya musik
secara keseluruhan dan bukan kepada permainan individual dari setiap pemain musik. Untuk memahami bahasa, kita harus melihatnya secara “sinkronis”,
sebagai sebuah jaringan hubungan antara bunyi dan makna. Saussure mendefinisikan tanda linguistic sebagi entitas dua sisidyad,
yaitu: 1.
Penanda Signifier Penanda adalah aspek material dari sebuah tanda,sebagaimana kita
menangkap bunyi saat orang berbicara. Bunyi ini muncul dari getaran pita suara yang tentunya bersifat material. Wilayah perhatian Saussure hanya
meliputi tanda linguistik. Dalam hal ini dia mengikuti tradisi teorisasi tanda- tanda konvensional.
2. Petanda Signified
Sisi kedua dari tanda yaitu sisi yang diwakili secara material oleh penanda tersebut yaitu konsep aspek mental dari bahasa
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
Sign
Signifier signified external reality of meaning Physical existence
mental concept of the sign
Signifier adalah kesatuan dari suatu bentuk penanda dengan sebuah idea
tau signified petanda. Dengan kata lain, penanda adalah bunyi yang bermakna atau coretan yang bermakna. Jadi, penanda adalah aspek material dari bahasa: apa
yang dikatakan atau apa yang didengar dan apa yang ditulis atau dibaca. Jadi, meskipun antara penanda dan petanda tampak sebagai entitas yang
terpisah-pisah namun keduanya hanya ada sebagai komponen tanda. Tandalah yang merupakan fakta dasar dari bahasa. Maka itu, setiap upaya untuk
memaparkan teori Saussure mengenai bahasa pertama-tama harus membucarakan pandngan Saussure mengenai hakikat tanda tersebut. Menurut Saussure, setiap
tanda kebahasaan pada dasarnya menyatukan sebuah konsep dan suatu citra suarasound image, bukan menyatakan sesuatu dengan sebuah nama.
Saussure juga meletakkan Langue bahasa dan parole tuturan, ujaran sebagai dua pendekatan linguistik yang pada gilirannya nanti dapat menunjang
pikiran khususnya dalam teori wacana. Jika langue mempunyai objek studi sistem atau tanda atau kode, maka parole adalah living speech, yaitu bahasa yang hidup
atau bahasa sebagaiamana terlihat dalam penggunaannya. Menurut Saussure, tidak mungkin ada langue tanpa parole; yang memungkinkan hal tersebut adanya
langue sebelum parole kali ini terterima, adalah karena di satu pihak bahasa mode
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
tidak datang dari “massa yang berbicara”, melainkan dari kelompok pengambil keputusan yang dengan sadar mengembangkan kode, dan di lain pihak abstraksi
yang menyatu pada setiap langue di konkretkan disini dalam bentuk bahasa tertulis: mode pakaian
tertulis adalah langue pada tataran komunikasi pakaian, dan parole pada tataran komunikasi dengan kata-kata.
2.8. Makna dan Pemaknaan