akuntansi dengan tujuan memuaskan kebutuhan informasi bagi berbagai pengguna.
Aplikasi web e-commerce beroperasi melibatkan dua sisi yakni sisi mesin server dan sisi client atau sering disebut serverclient. Server
bertugas menyediakan bermacam-macam jenis layanan misalnya adalah pengaksesan berkas, peripheral, database dan dihubungkan dengan
berbagai client. Sedangkan client adalah sebuah terminal yang menggunakan layanan tersebut. Sebuah terminal client melakukan
pemrosesan data di terminalnya sendiri dan hal itu menyebabkan spesifikasi dari server tidaklah harus memiliki performansi yang tinggi,
dan kapasitas penyimpanan data yang besar karena semua pemrosesan data yang merupakan permintaan dari client dilakukan di terminal client.
Jaringan komputer yang terdistribusi seperti LAN, WAN dan juga internet yang digunakan untuk e-commerce membutuhkan kontrol dan
keamanan yang lebih kompleks, sehingga akuntan terutama fungsi internal audit perlu untuk mengevaluasi lingkungan pengendalian yang
relevan dengan jaringan atau web servernya Wilkinson dalam Dharma, 2006 : 6.
2.2.3. Trust Di Electronic Commerce
Mengadopsi istilah yang digunakan Jarvenpaa dan Tractinsky dalam Dharma, 2006 : 6 penulis mendefinisikan trust Trust di sistem
e-commerce sebagai kesediaan konsumen untuk bergantung pada penjual
dan melakukan tindakan pembelian walaupun penjual dapat dengan mudah merugikan konsumen.
Trust adalah suatu harapan bahwa pihak yang telah dipercaya tidak akan berlaku curang dengan mengambil keuntungan pribadi dalam
situasi tertentu Gefen et al. 2003. Trust merupakan keyakinan bahwa masing-masing pihak saling bergantung dan saling membutuhkan. Trust
berkaitan dengan keyakinan bahwa pihak yang dipercaya akan memenuhi komitmennya.
Jarak jauh yang memisahkan konsumen dan situs belanja dan infrastruktur internet menghasilkan ketidakpastian dalam bertransaksi
dengan e-vendor sehingga pelanggan memiliki risiko kehilangan uang dan privasinya. Ketidak-pastian sosial dan risiko dengan electronic
vendor e-vendor menjadi tinggi karena perilaku e-vendor tidak dapat dimonitor. Kurangnya rasa percaya menjadi alasan utama konsumen
untuk tidak berhubungan dengan situs e-commerce Pavlou, dalam Dharma, 2006 : 7.
Ketidakpastian yang melekat di electronic commerce membuat para peneliti berargumen bahwa membangun trust Trust dan
memperkecil risiko menjadi faktor paling penting dalam bertransaksi di electronic commerce . Penelitian-penelitian sebelumnya dengan seting
luar negeri telah membuktikan bahwa trust terhadap situs e-commerce akan menimbulkan niatan untuk membeli.
E-dagang memberikan peluang kepada para pembisnis untuk mengetahui informasi bisnis baru dimana dianya beroperasi. Ini memberi
perkembanganyang sehat diantara pembisnis untuk membicarakansegala maslaah yang berkaitan dengannya dan system e-dagang juga
meningkatkan kecepatan dan ketepatan bisnis selanjutnya juga merendahkan cost transaksi.
2.2.4. Trust
Trust merupakan pondasi dari bisnis. Suatu transaksi bisnis antara dua pihak atau lebih akan terjadi apabila masing-masing saling
mempercayai. Trust trust ini tidak begitu saja dapat diakui oleh pihak lainmitra bisnis, melainkan harus dibangun mulai dari awal dan dapat
dibuktikan. Trust telah dipertimbangkan sebagai katalis dalam berbagai transaksi antara penjual dan pembeli agar kepuasan konsumen dapat
terwujud sesuai dengan yang diharapkan Rofiq, 2008:30 Menurut Yousafzai et al. dalam Rofiq 2008:30 setidaknya terdapat
enam definisi yang relevan dengan aplikasi e-commerce. Hasil identifikasi dari berbagai literature tersebut dapat dikemukakan sebagai berikut:
• Rotter 1967 mendefinisikan trust adalah keyakinan bahwa kata atau
janji seseorang dapat dipercaya dan seseorang akan memenuhi kewajibannya dalam sebuah hubungan pertukaran.
• Morgan dan Hunt 1994 mendefinisikan bahwa trust akan terjadi apabila
seseorang memiliki trust diri dalam sebuah pertukaran dengan mitra yang memiliki integritas dan dapat dipercaya.
• Mayer et al. 1995 mendefinisikan trust adalah kemauan seseorang
untuk peka terhadap tindakan orang lain berdasarkan pada harapan bahwa orang lain akan melakukan tindakan tertentu pada orang yang
mempercayainya, tanpa tergantung pada kemampuannya untuk mengawasi dan mengendalikannya.
• Rousseau et al. 1998 mendefinisikan trust adalah wilayah psikologis
yang merupakan perhatian untuk menerima apa adanya berdasarkan harapan terhadap perhatian atau perilaku yang baik dari orang lain.
• Gefen 2000 mendefinisikan trust adalah kemauan untuk membuat
dirinya peka pada tindakan yang diambil oleh orang yang dipercayainya berdasarkan pada rasa trust dan tanggung jawab.
• Ba dan Pavlou 2002 mendefinisikan trust adalah penilaian hubungan
seseorang dengan orang lain yang akan melakukan transaksi tertentu menurut harapan orang trustnya dalam suatu lingkungan yang penuh
ketidak-pastian.
Trust adalah suatu harapan bahwa pihak yang telah dipercaya tidak akan berlaku curang dengan mengambil keuntungan pribadi dalam situasi
tertentu Gefen dalam Dharma, 2006 : 6. Trust merupakan keyakinan bahwa masing-masing pihak saling bergantung dan saling membutuhkan.
Trust berkaitan dengan keyakinan bahwa pihak yang dipercaya akan memenuhi komitmennya Luhman, dalam Dharma, 2006 : 6.
Jarak jauh yang memisahkan konsumen dan situs belanja dan infrastruktur internet menghasilkan ketidakpastian dalam bertransaksi
dengan e-vendor sehingga pelanggan memiliki risiko kehilangan uang dan privasinya Pavlou, dalam Dharma, 2006 : 6. Ketidakpastian sosial dan
risiko dengan electronic vendor e-vendor menjadi tinggi karena perilaku e- vendor tidak dapat dimonitor. Kurangnya rasa percaya menjadi alasan
utama konsumen untuk tidak berhubungan dengan situs e-commerce Keen dalam dalam Dharma, 2006 : 6. Ketidakpastian yang melekat di electronic
commerce membuat para peneliti berargumen bahwa membangun trust trust dan memperkecil risiko menjadi faktor paling penting dalam
bertransaksi di electronic commerce Pavlov, dalam Dharma, 2006 : 6. Penelitian-penelitian sebelumnya dengan seting luar negeri telah
membuktikan bahwa trust terhadap situs e-commerce akan menimbulkan niatan untuk membeli.
Berdasarkan definisi di atas, maka dapat dinyatakan bahwa trust adalah trust pihak tertentu terhadap yang lain dalam melakukan hubungan
transaksi berdasarkan suatu keyakinan bahwa orang yang dipercayainya tersebut akan memenuhi segala kewajibannya secara baik sesuai yang
diharapkan. Menurut Kotler 2002 : 40 : “Satisfaction is a person’s feelings of
pleasure or disappointment resulting from comparing a product’s perceived
performance outcome in relation to his or her expectations ”. Kepuasan merupakan perasaan seseorang yang timbul dari perbedaan antara kinerja
hasil yang diterima konsumen dengan harapannya, maka konsumen kecewa. Jika kinerjanya sama dengan harapannya, maka konsumen akan
sangat puas. Menurut Band dalam Tjiptono 2002 : 80 yang menyatakan bahwa :
“Customer satisfaction is state in which customer needs, wants and expection trough the transaction cycle are not or exceeded resulting in
repurchasing and continuity loyalty”, yang berarti kepuasan konsumen itu adalah keseluruhan sikap konsumen setelah memperoleh dan menggunakan
barang atau layanan. Kepuasan baru bisa dirasakan setelah kita melakukan pembelian dan menikmati layanan yang diberikan. Kepuasan konsumen
dapat dilihat setelah terjadi pembelian ulang atau kesetiaan yang terus berlanjut.
Menurut Kotler 2002 : 37, berpendapat untuk menciptakan kepuasan konsumen, maka suatu perusahaan harus mampu untuk
memelihara customer delivered value yang merupakan selisih antara total customer cost. Total customer value adalah nilai-nilai yang berkaitan
dengan produk, pelayanan, dan citra yang diperoleh konsumen dari suatu produk. Total customer cost adalah biaya-biaya yang dikeluarkan dalam
rangka menikmati produk. Biaya tersebut baik berupa uang, waktu, tenaga, dan pikiran.
Membangun kepuasan adalah merupakan inti dari pencapaian profitabilitas dalam jangka panjang. Kepuasan konsumen pada dasarnya
adalah merupakan perbedaan antara harapan konsumen dengan unjuk kerja yang diterima konsumen.
Untuk mengevaluasi kepuasan terhadap produk jasa atau perusahaan tertentu konsumen umumnya mengacu pada beberapa faktor atau dimensi.
Kriteria yang sering digunakan dalam mengevaluasi jasa sebagai berikut : 1.
Bukti langsung tangible, meliputi fasilitas fisik, perlengkapan, pegawai, dan sarana komunikasi.
2. Keandalan reliability, yakni kemampuan memberikan pelayanan
yang dijanjikan dengan segera, akurat, dan memuaskan. 3.
Daya tanggap responsivences, yakni kemampuan kinerja karyawan dalam memberikan pelayanan untuk membantu para
pelanggan dan memberi pelayanan dengan tanggap. Parasuraman et.al dalam Tjiptono, 2003 : 26
2.2.5. Indikator Jaminan keamanan