PENGARUH STRUCTURAL ASSURANCE DAN TRUST TERHADAP BERIKLAN DI E-COMMERCE JAWA POS SURABAYA.

(1)

Usulan Penelitian

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Jurusan Manajemen

Diajukan oleh :

0212010315 / FE / EM

Rifqi Mizanuddin

KEPADA

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”

JAWA TIMUR


(2)

Yang Diajukan

0212010315 / FE / EM

Rifqi Mizanuddin

Telah disetujui untuk diseminarkan

Pembimbing Utama

Drs. Ec.Eko Purwanto,MSi Tanggal : ………..

Mengetahui

Ketua Jurusan Manajemen

NIP. 030 191 295 Drs. Ec. Gendut Sukarno, MS


(3)

Yang Diajukan

0212010315 / FE / EM

Rifqi Mizanuddin

Telah Diseminarkan Dan Disetujui untuk Menyusun Skripsi Oleh

Pembimbing Utama

Drs. Ec.Eko Purwanto,MSi Tanggal : ………..

Mengetahui

Ketua Program Studi Jurusan Manajemen

NIP. 030 191 295


(4)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Jurusan Manajemen

Diajukan oleh :

0212010315 / FE / EM

RIFQI MIZANUDDIN

KEPADA

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”

JAWA TIMUR


(5)

SKRIPSI

Diajukan oleh :

0212010315 / FE / EM

RIFQI MIZANUDDIN

KEPADA

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”

JAWA TIMUR


(6)

Yang diajukan

0212010315 / FE / EM

Rifqi Mizanuddin

Disetujui untuk mengikuti Ujian Lisan oleh

Pembimbing Utama

Drs. Ec.Eko Purwanto,MSi Tanggal : ………..

Mengetahui

Wakil Dekan I Fakultas Ekonomi

Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur

NIP. 030 194 437


(7)

Dengan memanjatkan puji syukur kepada Allah SWT, atas rahmat dan berkat-Nya yang diberikan kepada penyusun sehingga skripsi yang berjudul

Pengar uh Structural Assurance Dan Trust Ter hadap Ber iklan Di e-commerce J awa Pos Sur abaya”.

Penyusunan skripsi ini ditujukan untuk memenuhi syarat penyelesaian Studi Pendidikan Strata Satu, Fakultas Ekonomi jurusan Manajemen, Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

Pada kesempatan ini peneliti ingin menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberi bimbingan, petunjuk serta bantuan baik spirituil maupun materiil, khususnya kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Ir. Teguh Sudarto, MP selaku Rektor Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

2. Bapak Dr. Dhani Ichsanudin Nur. SE, MM, selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

3. Bapak Drs. Ec. Gendut Sukarno, MS. Selaku Ketua Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

4. Bapak Drs. Ec. Eko Purwanto, MSi selaku Dosen Pembimbing Utama yang telah memberikan bimbingan skripsi sehingga peneliti bisa merampungkan tugas skripsinya


(8)

6. Kepada kedua orang tuaku dan Kakakku tercinta yang telah memberikan dukungan baik moril ataupun material.

7. Berbagai pihak yang turut membantu dan menyediakan waktunya demi terselesainya skripsi ini yang tidak dapat penyusun sebutkan satu persatu.

Peneliti menyadari sepenuhnya bahwa apa yang telah disusun dalam skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis sangat berharap saran dan kritik membangun dari pembaca dan pihak lain.

Akhir kata, Peneliti berharap agar skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.

Wassalamualaikum Wr. Wb.

Salam hormat,

Surabaya, 11 Juni 2010


(9)

iii

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR GAMBAR ... vii

DAFTAR LAMPIRAN ... viii

ABSTRAKSI ... ix

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 7

1.3 Tujuan Penelitian ... 7

1.4 Manfaat Penelitian ... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hasil-Hasil Penelitian Terdahulu ... 9

2.2 Landasan Teori ... 11

2.2.1. Pengertian Pemasaran ... 11

2.2.2. Pengertian Marketing Mix ... 11

2.3 Perilaku Konsumen... 13

2.3.1. Pengertian Perilaku Konsumen ... 12

2.3.1.1. Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen ... 13

2.4. Electronic Commerce ... 15

2.4.1 Berdasarkan Jenis Transaksi e-commerce dibagi Menjadi dua ... 17

2.4.1.1. Pokok-pokok Permasalahan e-commerce... 17

2.4.1.2. Sistem Aplikasi e-commerce ... 20

2.5. Trust di e-commerce ... 21

2.6. Structural Assurance ... 22 2.7. Pengaruh Structural Assurance Terhadap Beriklan


(10)

iv

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Definisi Operasional ... 29

3.1.1 Definisi Operasional Variabel ... 29

3.2 Teknik Pengambilan Sampel ... 32

3.3 Jenis Data ... 33

3.4 Sumber Data ... 33

3.5 Teknik Pengumpulan Data ... 33

3.6 Teknik Analisis dan Pengujian Hipotesis ... 34

3.6.1. Teknik Analisis ... 34

3.7. Asumsi Model [Structural Equation Modelling] ... 35

3.7.1. Pengujian Hipotesis dan Hubungan Kausal ... 37

3.7.2. Pengujian Model dengan Two Step Approach ... 37

3.7.3. Evaluasi Model... 39

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Deskripsi Obyek Penelitian ... 43

4.1.1. Gambaran Umum Perusahaan ... 43

4.2. Deskripsi Hasil Penelitian ... 45

4.2.1. Penyebaran Kuesioner ... 45

4.2.2. Keadaan Responden ... 45

4.3. Analisis Dan Pengujian Hipotesis ... 46

4.3.1. Uji Outlier ... 46

4.3.2. Uji Reliabilitas ... 48

4.3.3. Uji Validitas ... 49

4.3.4. Uji Construct Reliability dan Variance Extracted ... 49


(11)

v

4.5 Pembahasan Hasil Penelitian ... 56 4.5.1. Pengaruh Structural Assurance Terhadap Beriklan di

e- commerce ... 56 4.5.2. Pengaruh Trust Terhadap e-commerce ... 58

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan ... 61 5.2. Saran ... 61

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(12)

vi

Tabel 4.2. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia ... 46

Tabel 4.3. Hasil Uji Outlier ... 47

Tabel 4.4. Uji Reliabilitas ... 48

Tabel 4.5. Uji Validitas ... 49

Tabel 4.6 Uji Construct reliability dan Variance Extracted ... 50

Tabel 4.7. Uji Normalitas ... 51

Tabel 4.8. Uji Confirmatory Structural Assurance ... 51

Tabel 4.9. Uji Confirmatory Trust ... 52

Tabel 4.10. Uji Confirmatory Beriklan E-Commerce ... 52

Tabel 4.11. Evaluasi Kriteria Goodness of Fit Indices ... 53

Tabel 4.12. Evaluasi Kriteria Goodness of Fit Indices Modifikasi ... 54

Tabel 4.13. Uji Hipotesis ... 55

Tabel 4.14. Analisis Structural Assurance ... 56


(13)

vii

Gambar 4.1. Model Pengukuran dan Struktural Structural assurance

Dan Trust: One Step Approach-Base Model ... 53 Gambar 4.2. Model Pengukuran dan Struktural Structural assurance


(14)

viii Lampiran 2 : Hasil Rekap Jawaban Responden Lampiran 3 : Hasil Uji Outlier

Lampiran 4 : Hasil Uji Validitas, Reliabilitas dan Normalitas Lampiran 5 : Hasil Uji Structural Equation Modelling


(15)

vi

Oleh :

Rifqi Mizanuddin

Penelitian ini bertujuan untuk mencari bukti empiris mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi kepercayaan (trust) pengguna internet terhadap sistem

electronic commerce. Ketidakpastian yang melekat di electronic commerce

membuat para peneliti berargumen bahwa membangun kepercayaan (trust) dan memperkecil risiko menjadi faktor paling penting dalam bertransaksi di electronic commerce (Pavlov, 2003, Gefen et al. 2003, Jarvenpaa dan Tractinsky, 1999, McKnight, 2002). Kepercayaan (trust) menjadi katalisator bagi transaksi penjual dan pembeli yang membuat konsumen memiliki harapan besar untuk puas terhadap hubungan tukar-menukar tersebut. Kepercayaan (trust) terhadap

electronic vendor menentukan putusan konsumen untuk melakukan hubungan penyedia bisnis e-commerce. Dharma,(2006:5).tujuan dalam penelitian ini untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh structural assurance yang berorientasi pada (B2C) terhadap beriklan di e-commerce Jawa Pos Surabaya. Dan untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh trust yang berorientasi pada (B2C) terhadap beriklan di e-commerce Jawa Pos Surabaya.

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh konsumen yang melakukan transaksi beriklan di e-commerce Jawa Pos. Jumlah sampel yang diambil sebanyak 100 responden dengan menggunakan analisis Structural Equation Modelling.

Berdasarkan dari hasil penelitian yang telah dilakukan bahwa a).Faktor

Structural assurance berpengaruh positif terhadap Faktor Beriklan e-commerce, tidak dapat diterima . b)Faktor Trust berpengaruh positif terhadap Faktor Beriklan e-commerce, dapat diterima.


(16)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Internet merupakan sarana elektronik yang dapat dipergunakan untuk berbagai aktivitas seperti komunikasi, riset, transaksi bisnis dan lainnya. Sejak diperkenalkan pada tahun 1969 di Amerika Serikat, internet mengalami perkembangan yang luar biasa. Apalagi dengan diperkenalkannya teknologi

World Wide Web (WWW), semakin menambah sempurnanya teknologi tersebut (McLeod dan Schell, 2004:64). Teknologi internet menghubungkan ribuan jaringan komputer individual dan organisasi di seluruh dunia. Setidaknya ada enam alasan mengapa teknologi internet begitu populer. Keenam alasan tersebut adalah internet memiliki konektivitas dan jangkauan yang luas; dapat mengurangi biaya komunikasi; biaya transaksi yang lebih rendah; dapat mengurangi biaya

agency; interaktif, fleksibel, dan mudah; serta memiliki kemampuan untuk mendistribusikan pengetahuan secara cepat (Laudon dan Laudon, 2000:300).

Penggunaan internet untuk aktivitas transaksi bisnis dikenal dengan istilah

Electronic Commerce (e-commerce) (McLeod dan Schell, 2004:49). Menurut Indrajit (2001:2), karakteristik e-commerce terdiri atas terjadinya transaksi antara dua belah pihak; adanya pertukaran barang, jasa, atau informasi; dan internet

sebagai medium utama dalam proses transaksi. Dalam praktiknya, transaksi e-commercedapat terjadi antara organisasi bisnis dengan sesama organisasi bisnis

(B2B) dan antara organisasi bisnis dengan konsumen (B2C) (Laudon dan Laudon, 2000:307; Indrajit, 2001:1;Corbitt et al., 2003; McLeod dan Schell, 2004:50).


(17)

Pengguna internet di Indonesia yang resmi tercatat berlangganan pada tahun 2003 sebanyak 739.571, yang terbagi dalam kategori personal/perseorangan sebanyak 591.045 dan korporasi sebanyak 148.526 (CIC, 2004). Jumlah tersebut belum termasuk pengguna yang memanfaatkan jasa internet cafe, warnet, dan fasilitas internet instan seperti Terlkomnet Instan, Mobile-8, atau StarOne. menurut catatan WDR research, pertumbuhan pengguna internet di Indonesia mencapai 05% per tahun dan merupakan pertumbuhan paling tinggi di antara negara-negara di Asia setelah China (Boerhanoeddin, 2003).

Kondisi tersebut dapat dijadikan pemicu untuk menumbuhkan e-commerce di Indonesia. Dengan semakin banyaknya pengguna internet,

diharapkan dapat mempengaruhi perilaku masyarakat dalam melakukan pembelian barang/jasa, yaitu dari pembelian secara konvensional ke e-commerce. Sebagaimana hasil penelitian Liao dan Cheung (2001) bahwa pengguna internet di Singapura, semakin banyak mempergunakan internet maka ia semakin senang melakukan pembelian melalui e-shop (toko maya). Fenomena ini diharapkan dapat menjadi daya tarik bagi pengusaha, khususnya di Indonesia, untuk mulai mengembangkan inovasi bisnis melalui e-commerce.

Penelitian ini bertujuan untuk mencari bukti empiris mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi kepercayaan (trust) pengguna internet terhadap sistem

electronic commerce. Ketidakpastian yang melekat di electronic commerce

membuat para peneliti berargumen bahwa membangun kepercayaan (trust) dan memperkecil risiko menjadi faktor paling penting dalam bertransaksi di electronic commerce (Pavlov, 2003, Gefen et al. 2003, Jarvenpaa dan Tractinsky, 1999,


(18)

McKnight, 2002). Kepercayaan (trust) menjadi katalisator bagi transaksi penjual dan pembeli yang membuat konsumen memiliki harapan besar untuk puas terhadap hubungantukar-menukar tersebut. Kepercayaan (trust) terhadap

electronic vendor menentukan putusan konsumen untuk melakukan hubungan penyedia bisnis e-commerce. Dharma,(2006:5).

Kekurang-percayaan terhadap web vendor akan menghalangi konsumen menggunakan produk web vendor (Bhattacherjee, 2002) mendefinisikan kepercayaan (trust) di e-commerce system sebagai kesediaan konsumen untuk bergantung pada penjual dan melakukan tindakan walaupun penjual dapat dengan mudah merugikan konsumen. Gefen et al. (2003) memperoleh bukti empiris bahwa structural assurance berpengaruh terhadap timbulnya trust terhadap sistem e-commerce. Structural assurance mengacu pada penilaian adanya mekanisme keamanan jaringan sistem electronic commerce yang memadai. Keyakinan terhadap struktur muncul karena pengguna yakin bahwa teknologi sistem e-commerce memberikan perlindungan sehingga konsumen yakin bahwa transaksi melalui internet dapat berjalan aman (McKnight et al., 2002). Jarvenpaa dan Tractinsky (1999) meneliti bahwa perceived reputation suatu situs belanja suatu situs belanja berpengaruh terhadap trust di e-commerce. Trust terhadap penjual bergantung pada keahlian, kemampuan untuk menyenangkan dan kesamaan penjual dengan konsumen. Dalam konteks internet, website menggantikan penjual (Lohse dan Spiller, 1998). Reputasi menjadi faktor penting yang memberi konstribusi bagi kepercayaan konsumen terhadap organisasi penjualan.


(19)

Obyek penelitian ini adalah e-commerce Jawa Pos yang mengacu pada (B2C) Bussiness to Consumer, dari sebuah koran yang hampir mati, Jawa Pos sekarang menjadi grup media terbesar di Indonesia. Memiliki total lebih dari 150 koran, tabloid, majalah, dan televisi. Tersebar di seluruh penjuru Indonesia, dari Aceh hingga Papua. Jawa Pos lahir pada 1 Juli 1949. Pendirinya adalah The Chung Shen, dengan Gho Cheng Hok sebagai pemimpin redaksi pertama. Kantor pertama Jawa Pos terletak di China Town Surabaya, Jalan Kembang Jepun pada 1982, kondisi Jawa Pos sangatlah mengkhawatirkan. Oplah harian hanya sekitar 6.000 eksemplar.

Jumlah ini akan terus bertambah pada tahun-tahun berikutnya.

Dalam konsep bisnis retail, pelayanan menjadi fokus dan cenderung diarahkan untuk kemudahan transaksi bisnis. Electronic commerce merupakan penggunaan jaringan komputer untuk melakukan pembelian dan penjualan barang, jasa dan informasi secara elektronis. E-commerce berhubungan dengan penjualan, periklanan, pemesanan produk yang semuanya dikerjakan melalui internet. Di Jawa Pos sendiri program e-commerce yang mengacu pada (B2C) Bussiness to Consumer yaitu konsumen akhir yang akan mengkonsumsi barang atau jasa yang dibeli atau dijual.Dharma,(2006). Jawa pos mengembangkan (B2C) Business to Consumer yaitu terbuka untuk umum, di mana informasi disebarkan secara umum kemudian service yang dilakukan bersifat umum, sehingga mekanismenya dapat digunakan oleh orang banyak, service yang diberikan berdasarkan permintaan, sering dilakukan sistem pendekatan client-server, di mana konsumen di pihak client menggunakan sistem minimal (berbasis web) dan penyedia barang


(20)

atau jasa (business procedure) berada di pihak server. suatu sistem e-commerce yang secure, oleh karena itulah dibutuhkan structural assurance atau keamanan jaringan electronic commerce seperti garansi, kontrak, ataupun prosedur lainnya ada dan berjalan dengan baik (McKnight et al. 2002, Shapiro, 1987). Berikut data konsumen yang bertransaksi (beriklan) dalam melakukan transaksi di e-commerce

Jawa Pos Surabaya antara tahun 2006 – 2008:

Tabel 1. Transaksi e-commerce (beriklan) di Jawa Pos pada Tahun 2006-2008

Tahun

Transaksi e-commerce

Periklanan Target Penjualan Penjualan

2006 1400 user 400 user 120 transaction

2007 1715 user 400 user 285 transaction

2008 1525 user 400 user 175 transaction

Sumber: PT. Jawa Pos, (2009).

Dari gambaran data diatas menunjukkan bahwa sangat sedikit sekali konsumen yang melakukan aktivitas transaksinya (beriklan) melalui e-commerce

di Jawa Pos sebab program e-commerce sendiri di Jawa Pos Surabaya masih baru berdiri jadi diperlukan pengenalan terlebih dahulu kepada konsumen, terlihat dari data di atas transaksi (B2C) selama kurun waktu 2006 sebesar 1400 pengiklan dengan transaksi penjualan sebesar120 transaksi, kemudian tahun 2007 pengiklan sebesar 1715 user dengan transaksi penjualan sekitar 285 transaksi dan tahun 2008 pengiklan sebesar 1525 user dengan transaksi penjualan sebesar 175 transaksi penjualan yang melakukan aktivitas e-commerce di Jawa Pos Surabaya, sangat jauh sekali dari harapan PT.Jawa Pos Surabaya

Data di atas menunjukkan bahwa transaksi (beriklan) melalui e-commerce

memiliki potensi resiko yang cukup tinggi. Tetapi mengapa transaksi e-commerce


(21)

yang diperoleh lebih besar daripada risikonya, hal ini bisa dikarenakan kurangnya kepercayaan konsumen (B2C) kepada vendor, sebab proses yang agak lama, kemudian diperlukan verifikasi data yang cukup lama, sehingga membuat konsumen enggan bertransaksi (beriklan) melalui e-commerce Jawa Pos yang mulai dibangun tahun 2004 hingga sekarang. Jawa Pos memberikan kepercayaan (trust) di e-commerce system sebagai kesediaan konsumen untuk bergantung pada penjual dan melakukan tindakan walaupun penjual dapat dengan mudah merugikan konsumen.

Menurut Tan dan Thoen (2000), dapat dieliminir dengan menjalin komunikasi yang baik antara dua pihak yang bertransaksi, di antaranya melalui penyajian informasi yang relevan. Penyajian informasi yang baik akan menghindari terjadinya information asymmetry yang seringkali dimanfaatkan pihak lain untuk melakukan kejahatan di internet (cybercrime).

Kurangnya rasa percaya menjadi alasan utama konsumen untuk tidak berhubungan dengan situs e-commerce (Keen dalam Pavlou, 2003). Ketidakpastian yang melekat di electronic commerce membuat para peneliti berargumen bahwa membangun kepercayaan (trust) dan memperkecil risiko menjadi faktor paling penting dalam bertransaksi di electronic commerce. Hanya pelanggan yang memiliki kepercayaan yang akan berani melakukan transaksi melalui media internet. Tanpa ada kepercayaan dari pelanggan, mustahil transaksi


(22)

. Dari uraian diatas, peneliti termotivasi untuk mengadakan penelitian

dengan judul ”Pengar uh Structural Assurance Dan Trust Ter hadap Ber iklan Di e-commerce J awa Pos Sur abaya”.

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dijelaskan diatas dalam penelitian ini adalah:

1. Apakah structural assurance yang berorientasi pada (B2C) berpengaruh terhadap beriklan di e-commerce Jawa Pos Surabaya?.

2. Apakah trust yang berorientasi pada (B2C) berpengaruh terhadap beriklan di e-commerce Jawa Pos Surabaya?.

1.3. Tujuan Penelitian

Dilihat dari perumusan masalah yang telah diuraikan diatas, adapun tujuan penelitian ini sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh structural assurance yang berorientasi pada (B2C) terhadap beriklan di e-commerce Jawa Pos Surabaya. 2. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh trust yang berorientasi pada

(B2C) terhadap beriklan di e-commerce Jawa Pos Surabaya.

1.4. Manfaat Penelitian

a. Menambah ilmu pengetahuan dan kepustakaan bagi mahasiswa khususnya tentang bagaimana bertransaksi di dalam internet melalui sistem e-commerce.


(23)

b. Dapat digunakan sebagai bahan masukan untuk memberikan informasi dan pertimbangan perusahaan dalam melakukan pemasaran yang efektif dan efisien.


(24)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tinjauan Hasil Penelitian Terdahulu

Adapun penelitian – penelitian terdahulu yang telah dilakukan diantaranya adalah penelitian yang dilakukan oleh Dharma, Fitri. (2006) dengan judul “Pengaruh structural assurance dan perceived reputation terhadap trust pengguna internet di sistem e – commerce”. Permasalahan yang diajukan dalam penelitian ini adalah .

1. Apakah structural assurance berpengaruh positif kepada kepercayaan (trust) terhadap sistem e-commerce?

2. Apakah perceived reputation website berpengaruh positif kepada kepercayaan (trust) terhadap sistem e-commerce?

• Alat analisis yang digunakan adalah dengan model pengujian regresi berganda dengan bantuan software SPSS versi 10. Analisis regresi pada dasarnya adalah studi mengenai ketergantungan variabel dependen (terikat) dengan satu atau lebih variabel independen (bebas) dengan tujuan mengestimasi atau memprediksi rata-rata populasi atau nilai rata-rata variabel dependen berdasarkan nilai variabel independen yang diketahui

• Hasil penelitian : Melalui temuan riset ini diharapkan memberikan konstribusi bagi entitas bisnis dot com dalam melakukan desain dan pengendalian bagi situs e-commerce yang dikelolanya. Penelitian ini menemukan bukti empiris bahwa structural assurance dan perceived reputation secara signifikan


(25)

berpengaruh terhadap trust pengguna internet Indonesia terhadap situs e-commerce.

Penelitian selanjutnya dilkukan oleh Jusuf, Eddy. (2004). Dengan judul “Perancangan Aplikasi e-business Berbasis Web Sebagai Sarana Penyampaian Informasi Distribusi Di PT.Citra Parahyangan Bandung”. Permasalahan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Apakah ada suatu media komunikasi yang memberikan informasi dengan cepat, akurat dan mudah antara distributor sebagai principal dengan sub-distributor sebagai customer?

2. Apakah jaringan informasi tentang produk dan layanan yang tersedia di PT.Citra Parahyangan sebagai principal dapat diterima dan diakses secara cepat oleh customer?

• Model yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode aplikasi World ide Web untuk mendukung promosi, pemasaran dan pengambilan keputusan di PT. Citra Parahyangan Bandung.

• Hasil penelitian Dengan adanya website di PT.Citra Parahyangan penyampaian informasi menjadi cepat, akurat dan mudah antara distributor dengan subdistributor karena di dalam website terdapat beberapa menu pilihan seperti menu produk minuman dan rokok akan terlihat informasi produk-produk apa saja yang terdapat di PT.Citra Parahyangan, sehingga informasi tentang poduk yang ditawarkan PT.Citra Parahyangan diterima oleh masyarakat luas.


(26)

2.2. Landasan Teori

2.2.1. Pengertian Pemasaran

Pemasaran merupakan salah satu dari kegiatan-kegiatan pokok yang dilakukan oleh para pengusaha dalam usahanya untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya untuk berkembang dan mendapatkan laba. Tidak akan ada suatu perusahaan yang dapat bertahan lama bila perusahaan tersebut tidak mampu menjual produk aatau jasa yang dihasilkannya. Pengertian pemasaran telah banyak diberikan para ahli di bidang pemasaran antara lain:

Menurut Nitisemito (1981:13) marketing adalah semua kegiatan yang bertujuan untuk memperlancar arus barang atau jasa dari produsen ke konsumen secara paling efisien dengan maksud untuk menciptakan permintaan yang efektif, Menurut Stanton pada buku Swastha dan Irawan (1983:5) pemasaran adalah suatu sistem keseluruhan dari kegiatan bisnis yang bertujuan untuk merencanakan, menentukan harga, mempromosikan, dan mendistribusikan barang dan jasa yang memuaskan kebutuhan baik kepada pembeli yang ada maupun pembeli potensial.

2.2.2. Pengertian Marketing Mix

Marketing mix merupakan variabel yang dipakai oleh perusahaan sebagai sarana untuk memenuhi atau melayani kebutuhan dan keinginan konsumen. E-commerce atau marketing berbeda dengan pemasaran tradisional, e-commerce atau e-marketing memungkinkan pertukaran relasional dan mencakup 4P+P2C2S3, Tjiptono, (2008: 700). Adalah sebagai berikut:


(27)

a. Produk, meliputi product assortment, configuration engine dan alat perencanaan serta layout dalam pengelolaannya perlu adanya perencanaan dan pengembangan produk atau jasa untuk dipasarkan, selain itu keputusan-keputusan yang perlu diambil menyangkut masalah pembelian merek, pembungkusan, warna dan bentuk produk lainnya. b. Harga, diantaranya dynamic pricing, forward auctions, reverse auctions

dalam kebijaksanaannya manajemen harus menentukan harga dasar dari produknya, kemudian menentukan kebijaksanaan

c. Promosi, mencakup online, ads, sponsored links, outbond email dan rekomendasi promosi ini dipakai untuk memberi tahu dan mempengaruhi pasar bagi produk perusahaan yang termasuk kegiatannya adalah periklanan.

d. Distribusi, adalah memilih perantara yang akan digunakan dalam saluran distribusi, serta mengembangkan sistem distribusi secara fisik, seperti FAQ, email response, community, site.

e. Personalisasi, di antaranya custumization, individualization, rules based system, dan collaborative.

f. Privacy, terutama menyangkut data-data pribadi pelanggan.

g. Customer service, misalnya FAQ, dan help desk, email response management

h. Community, contohnya adalah , chat rooms, user ratings dan reviews, registry.


(28)

i. Site, di antaranya home page, navigation dan search serta desain layout webpage.

j. Security, yakni keamanan bertransaksi k. Sales promotion, seperti e-coupon.

2.3. Perilaku Konsumen

2.3.1. Pengertian Perilaku Konsumen

Menurut Winardi (1991:41) pada buku Sumartono (2002:97) perilaku konsumen dapat dirumuskan sebagai perilaku yang ditunjukkan oleh orang-orang dalam hal merencanakan, membeli, dan mengunakan produk dan jasa sedemikian rupa sehingga hal tersebut memenuhi kebutuhan dan keinginan mereka. Sehingga dapat disimpulkan bahwa analisa peilaku konsumen tidak hanya mempelajari apa yang akan dibeli atau dikonsumsi konsumen, tetapi juga dimana, bagaimana konsumen dan dalam kondisi yang bagaimana barang dan jasa itu dibeli.

2.3.1. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi peilaku konsumen menurut Kotler dan Amstrong (1997:144), yaitu:

a. Faktor budaya

1) Budaya: kumpulan nilai-nilai dasar, persepsi, keinginan, dan tingkah laku yang dipelajari serang anggota masyarakat dari keluarga

2) Sub budaya: sekelompok orang yang mempunyai sistem nilai sama berdasarkan pengalaman hidup dan situasi.

3) Kelas sosial: definisi masyarakat yang relatif permanen dan teratur dengan para naggotanya menganut nilai-nilai, minat, dan tingkah laku


(29)

b. Faktor sosial

1) Kelompok acuan: kelompok acuan berfungsi sebagai titik perbandingan atau acuan langsung (tatap muka) atau tidak langsung dalam membentuk sikap atau tingkah laku seseorang.

2) Keluarga: adalah faktor yang mempengaruhi tingkah laku pembeli yang merupakan organisasi pembelian konsumen yang paling penting dalam masyarakat.

3) Peran dan status: peran terdiri dari aktifitas yang diharapkan dilakukan seseorang menurut orang-orang yang ada di sekitarnya. Sedangkan status mencerminkan penghargaan yang diberikan oleh masyarakat.

c. Faktor pribadi

1) Umur dan tahap daur hidup: orang mengubah barang dan jasa yang mereka beli semasa hidupnya, dipengaruhi oleh faktor umur.

2) Pendapatan: mempengaruhi barang dan jasa yang dibelinya. Seseorang yang mempunyai pendapatan yang bagus cenderung akan memilih produk dan jasa yang dapat menunjang penampilan mereka.

3) Situasi ekonomi: Pemasar produk yang peka terhadap pendapatan mengamati kecenderungan dalam pendapatan pribadi, tabungan, dan tingkat minat.

4) Gaya hidup: pola kehidupan seseorang diwujudkan dalam aktifitas, interest, dan opininya.

5) Kepribadian dan konsep diri: kepribadian adalah karakteristik psikologi unik dari seseorang yang menyebabkan respon yang relatif


(30)

konsisten dan bertahan lama terhadap lingkungan dan dirinya sendiri. Sedangkan konsep diri adalah apa yang dimiliki seseorang memberi kontribusi dan mencerminkan identitas mereka.

d. Faktor psikologi

1) Motivasi: adalah kebutuhan yang cukup menekan yang mengarahkan seseorang mencari cara untuk memuaskan kebutuhannya.

2) Persepsi: merupakan proses yang dilalui orang dalam memilih, mengorganisasikan, dan menginterpretasikan informasi guna membentuk gambaran yang berarti atau berguna.

3) Pengetahuan: merupakan perubahan dalam tingkah laku individual yang muncul dari pengalaman.

4) Keyakinan dan sikap: keyakinan adalah pemikiran deskriptif yang dimiliki seseorang mengenai sesuatu. Sikap adalah evaluasi, perasaan, dan kecenderungan dari seseorang terhadap siuatu obyek atau ide 2.4. Electr onic Commer ce

Electronic commerce didefinisikan beragam oleh para peneliti. Pada penelitian ini, penulis mengambil definisi electronic commerce yang dikemukakan oleh Urbaczewski et al. (2002) yakni penggunaan jaringan komputer untuk melakukan penjualan dan pembelian barang, jasa atau informasi secara elektronis dengan para suplier, konsumen atau kompetitor atau antar konsumen. Definisi ini membutuhkan dua persyaratan agar suatu perniagaan dapat disebut sebagai electronic commerce. Syarat pertama: perniagaan dilakukan secara online dan kedua, adanya pertukaran nilai (exchange value).


(31)

Perniagaan secara online mengindikasikan adanya penggunaan jaringan komputer yang menjadi dasar teknologi informasinya untuk mendukung akumulasi data, manipulasi atau komunikasi. Jaringan komputer yang digunakan dalam bertransaksi berupa jaringan terbuka seperti internet ataupun jaringan privat yang tertutup seperti intranet yang hanya dapat digunakan oleh kalangan tertentu yang diizinkan pengelola jaringan. Fokus penelitian ini adalah perniagaan secara elektronik pada jaringan internet. Pertukaran nilai (exchange value) yang dilakukan melalui e-commerce melibatkan hal yang berkaitan dengan barang, jasa, informasi, uang, waktu dan kenyamanan. Perusahaan manufaktur, distributor ataupun pedagang eceran dapat menjual produknya melalui internet. Bila produk berupa barang digital (misal: software atau musik) dapat juga dijual melalui internet. Demikian pula suatu bank dapat memberikan pelayanan kepada konsumennya untuk membayar tagihan atau memperbaiki data pribadinya dengan menggunakan jaringan internet.

Ada tiga elemen berbeda yang ditemui di e-commerce. Pertama, vendor yakni organisasi atau orang yang menjual barang atau jasa secara elektronik.Mereka disebut electronic vendor atau e-vendor. Kedua, konsumen yang menggunakan jasa elektronik untuk mencari informasi, memesan jasa atau membeli produk. Ketiga, teknologi berupa perangkat keras (komputer, internet, telepon seluler), perangkat lunak yang dapat digunakan untuk bertransaksi (Cowles et al. 2002). E-commerce berdasar pasarnya dapat dibagi menjadi dua kategori: business to business (B2B) e-commerce dan business to consumer (B2C) e-commerce. E-vendor yang bergerak di business to business (B2B)


(32)

e-commerce akan melakukan pertukaran bisnis antar organisasi bisnis di pasar online tersebut. Sedang pasar yang dituju e-vendor yang bergerak di business to consumer (B2C) e-commerce adalah konsumen akhir yang akan mengkonsumsi barang atau jasa yang dibeli. Riset ini akan memfokuskan trust yang ada di business to consumer (B2C) e-commerce

2.4.1. Berdasarkan Jenis Transaksinya e-Commerce dibagi 2:

1. Business to business e-commerce (B2B)

Transaksi perdagangan melalui internet yang dilakukan oleh dua atau lebih perusahan. Transaksi dagang tersebut sering disebut sebagai Enterprise Resources Planning (ERP) ataupun supply chain management.

2. Business to Consumer e-commerce (B2C)

Merupakan transaksi jual beli melalui internet antara penjual barang konsumsi dengan konsumen (end user).

2.4.1.1. Pokok-pokok Permasalahan E-commerce

Bidang-bidang yang membutuhkan kehadiran perjanjian internasional untuk melindungi internet sebagai media yang tidak mempunyai aturan, yaitu: a. Masalah Finansial

Bea Cukai dan Perpajakan Perpajakan di internet harus mengikuti prinsip-prinsip sebagai berikut:

1. Pajak harus tidak mengubah maupun menghalangi perdagangan.

2. Sistem pajak tersebut harus sederhana dan transparan (mudah dilaksanakan dan tidak merugikan pihak manapun).


(33)

3. Sistem tersebut harus dapat menyesuaikan dengan sistem pajak yang sekarang digunakan oleh negara-negara yang telah menjalankannya. b. Masalah Hukum

Uniform Commercial Code (UCC) untuk e-commerce UCC adalah sebuah dokumen hukum dagang yang penting. The National Conference of Commisioners of Uniform State of Law (NCCUSL) dan American Law Institute, para sponsor UCC telah berusaha menyesuaikan UCC pada cyberspace. Prinsip-prinsip berikut, jika memungkinkan, harus memberi pedoman pada pembuatan bagan peraturan-peraturan yang menentukan e-commerce global:

- Orang seharusnya bebas mengharapkan adanya hubungan kontrak di antara mereka.

- Peraturan-peraturan harus murni teknologi.

- Peraturan-peraturan yang sudah ada harus dimodifikasi untuk mendukung penggunaan teknologi elektronik.

- Proses-proses ini harus meliputi sektor perdagangan high-tech dan juga perusahaan-perusahaan yang belum online.

Dengan prinsip-prinsip yang dimaksud, harus dikembangkan ketetapan model tambahan dan harus menyeragamkan prinsip-prinsip dasar untuk menghapus rintangan yang bersifat administratif, mengatur dan untuk memudahkan e-commerce.


(34)

c. Masalah Akses Pasar

Sarana Telekomunikasi dan teknologi Informasi E-commerce global bergantung pada jaringan telekomunikasi yang modern, bersifat tidak berlapis dan global, juga bergantung pada penerapan komputer dan penerapan informasi yang dihubungkan dengan e-commerce. Masalah yang dihadapi konsumen:

1. Layanan telekomunikasi terlalu mahal.

2. Bandwidth terlalu terbatas dan layanannya tidak banyak tersedia dan tidak dapat dipercaya. Isi (Content) Ada empat bidang yang diprioritaskan, yaitu: 1. Peraturan mengenai isi

2. Quota isi asing 3. Peraturan periklanan

4. Peraturan untuk menghindari penipuan

Standar teknik Untuk menjamin pertumbuhan e-commerce global di internet, standar-standar diperlukan dalam penjaminan kemampuan yang dapat dipercaya, interoperabilitas, pengurangan pemakaian, dan skalabilitas pada bidang-bidang seperti:

1. Pembayaran elektronis 2. Keamanan

3. Prasarana layanan keamanan

4. Sistem manajemen copyright elektronis 5. Pengkonversian video dan data


(35)

2.4.1. 2. Sistem Aplikasi e-commerce

Murthy (2004) mengklasifikasikan sistem electronic commerce sebagai sistem informasi akuntansi yang real time dan berbasis internet online. Sistem Informasi akuntansi menurut Wilkinson et al. (2001) adalah kesatuan struktur pada suatu entitas bisnis yang menggunakan sumber daya fisik dan komponen lainnya untuk mengubah data ekonomi menjadi informasi akuntansi dengan tujuan memuaskan kebutuhan informasi bagi berbagai pengguna. Aplikasi web e-commerce beroperasi melibatkan dua sisi yakni sisi mesin server dan sisi client atau sering disebut server/client. Server bertugas menyediakan bermacam-macam jenis layanan misalnya adalah pengaksesan berkas, peripheral, database dan dihubungkan dengan berbagai client. Sedangkan client adalah sebuah terminal yang menggunakan layanan tersebut.

Sedangkan e-commerce pada dasarnya merupakan model transaksi jual-beli modern (sales oriented) yang mengimplikasikan inovasi teknologi seperti internet sebagai media transaksi. Dengan demikian selama tidak diperjanjikan lain, maka ketentuan umum tentang perikatan dan perjanjian jual-beli yang diatur dalam Buku III KUHPerdana berlaku sebagai dasar hukum aktifitas e-commerce di Indonesia. Jika dalam pelaksanaan transaksi e-commerce tersebut timbul sengketa, maka para pihak dapat mencari penyelesaiannya dalam ketentuan tersebut. Christine dan Vela,(2002).

Adapun instrumen indikator dari e-commerce adalah sebagai berikut: Dharma,Fitri.(2006).


(36)

1.Vendor adalah organisasi, perusahaan atau orang yang menjual barang atau jasa secara elektronik kepada konsumen.

2.Users adalah konsumen yang menggunakan jasa elektronik untuk mencari informasi, memesan jasa atau membeli produk.

3.Teknologi Perangkat Keras adalah perangkat lunak yang dapat digunakan untuk bertransaksi (Cowles et al. 2002) seperti : (komputer, internet, telepon seluler).

2.5. Trust Di E-Commerce

Mengadopsi istilah yang digunakan Jarvenpaa dan Tractinsky (1999) penulis mendefinisikan kepercayaan (trust) di sistem e-commerce sebagai kesediaan konsumen untuk bergantung pada penjual dan melakukan tindakan pembelian walaupun penjual dapat dengan mudah merugikan konsumen. Trust adalah suatu harapan bahwa pihak yang telah dipercaya tidak akan berlaku curang dengan mengambil keuntungan pribadi dalam situasi tertentu (Gefen et al. 2003). Trust merupakan keyakinan bahwa masing-masing pihak saling bergantung dan saling membutuhkan (Kumar et al. 1995). Trust berkaitan dengan keyakinan bahwa pihak yang dipercaya akan memenuhi komitmennya (Luhman, 1979 dan Rotter, 1971 dalam Gefen et al. 2003). Jarak jauh yang memisahkan konsumen dan situs belanja dan infrastruktur internet menghasilkan ketidakpastian dalam bertransaksi dengan e-vendor sehingga pelanggan memiliki risiko kehilangan uang dan privasinya (Pavlou, 2003). Ketidak-pastian sosial dan risiko dengan electronic vendor (e-vendor) menjadi tinggi karena perilaku e-vendor tidak dapat


(37)

dimonitor (Reichheld dan Schefter 2000 dalam Gefen et al. 2003).

Kurangnya rasa percaya menjadi alasan utama konsumen untuk tidak berhubungan dengan situs e-commerce (Keen dalam Pavlou, 2003). Ketidakpastian yang melekat di electronic commerce membuat para peneliti berargumen bahwa membangun kepercayaan (trust) dan memperkecil risiko menjadi faktor paling penting dalam bertransaksi di electronic commerce

Adapun instrumen indikator dari Trust di e-commerce adalah sebagai berikut:Friedman, B., P.H. Kahn, Jr., dan Howe, D.C. (2000).

1. Harapan tidak berlaku curang adalah harapan bahwa pihak yang telah dipercaya tidak akan berlaku curang dengan mengambil keuntungan pribadi dalam situasi tertentu.

2. Keyakinan saling membutuhkan dan ketergantungan adalah merupakan keyakinan bahwa masing-masing pihak saling bergantung dan saling membutuhkan (Kumar et al. 1995). Yang berkaitan dengan keyakinan bahwa pihak yang dipercaya akan memenuhi komitmennya.

3. Reputasi Perusahaan adalah keyakinan konsumen bahwa organisasi yang menjual barang atau jasa akan jujur dan peduli kepada konsumen mereka, mengenai kemampuan, integritas dan goodwill.

4. Komitmen dalam melaksanakan transaksi adalah baik penjual maupun pembeli sama-sama saling bertanggung jawab terhadap transaksi yang dijalankan.

2.6. Structural assurance


(38)

electronic commerce seperti garansi, kontrak, ataupun prosedur lainnya ada dan berjalan dengan baik (McKnight et al. 2002, Shapiro, 1987). Seseorang memiliki persepsi structural assurance yang tinggi yakin bahwa teknologi internet (misal: enkripsi data) memberikan perlindungan, sehingga seseorang yakin bahwa transaksi melalui internet dapat berjalan aman (McKnight et al., 2002). Enkripsi, perlindungan hukum dan technology safeguard menjaga konsumen agar tidak kehilangan uang dan privacy.Menurut Gefen et al. (2003), structural assurance dapat terbangun ke dalam situs e-commerce melalui kerja sama dengan pihak ketiga yang memiliki reputasi baik dalam masalah keamanan jaringan dan memberikan standar jaminan keamanan internet dengan web assurance seal seperti Verisign, TRUSTe, Good House Keepingdan CPA Web Trust.

Konsumen yang merasa aman terhadap lingkungan internet secara keseluruhan akan cenderung percaya terhadap website yang menyediakan pelayanan electronic commerce dibandingkan dengan orang yang merasa bahwa internet tidak aman karena tidak yakin adanya perlindungan yang memadai di situs e-commerce (Gefen et al., 2003, McKnight et al., 2002). Sehingga persepsi yang baik terhadap structural assurance akan menimbulkan trust terhadap situs e-commerce. Penelitian McKnight et al. (2002) dan Gefen et al. (2003) menemukan bukti empiris bahwa structural assurance akan menimbulkan trust pengguna internet terhadap system e-commerce.

Adapun instrumen indikator dari Trust di e-commerce adalah sebagai berikut:Dharma,Fitri. (2006).


(39)

1. Garansi adalah Merupakan suatu jaminan yang ditawarkan oleh perusahaan untuk pengembalian harga pembelian atau mengadakan perbaikan terhadap produk yang rusak setelah pembelian.

2. Kontrak adalah perjanjian atau kesepakatan antara kedua belah pihak (pembeli dan penjual) dalam melakukan transaksi jual beli produk.

3. Tingkat Keamanan adalah sekuritas yang diberikan oleh jasa penyedia layanan dalam melakukan transaksi jual beli.

2.7. Pengaruh Structural assurance Terhadap Beriklan di E-commerce.

Keamanan transaksi menuntu adanya autentikasi, integritas, otorisasi, konfidensialitas, dan reliabilitas pembayaran. Selain itu juga harus dijamin anonimitas pembayar, transaksi tidak dapat dilacak, konfidensialitas data pembayaran, non-repudiasi pesan pembayaran, dan kesegaran pesan pembayaran.

Para pelaku e-commerce dan ahli-ahli komputer berusaha mengkompromikan antara resiko keamanan data yang rendah pada transaksi off-line (resiko keamanan data yang tinggi pada transaksi on-off-line), rendahnya biaya komunikasi pada transaksi on-line (tingginya biaya komunikasi pada transaksi off-line), dan tingginya traceablity pada transaksi on-line (rendahnya traceability pada transaksi off-line) untuk memperoleh suatu sistem e-commerce yang secure, oleh karena itulah dibutuhkan structural assurance atau keamanan jaringan electronic commerce seperti garansi, kontrak, ataupun prosedur lainnya ada dan berjalan dengan baik (McKnight et al. 2002, Shapiro, 1987).

Konsumen yang merasa aman terhadap lingkungan internet secara keseluruhan akan cenderung percaya terhadap website yang menyediakan


(40)

pelayanan electronic commerce dibandingkan dengan orang yang merasa bahwa internet tidak aman karena tidak yakin adanya perlindungan yang memadai di situs e-commerce (Gefen et al., 2003, McKnight et al., 2002). Sehingga persepsi yang baik terhadap structural assurance akan menimbulkan trust terhadap situs e-commerce.

2.7.1. Pengaruh Trust Terhadap E-Commerce.

Di electronic commerce, toko-toko online berusaha untuk membangun persepsi mengenai reputasi mereka dengan berbagai cara, misal: mempublikasikan kesaksian konsumen ketika bertransaksi melalui website mereka atau dengan memiliki sertifikat atau lisensi mengenai keamanan dan kepercayaan dari pihak ketiga, contoh lisensi dari veri sign).

Perceived reputation memberikan keyakinan kepada pihak lain mengenai kemampuan, integritas dan goodwill. Keyakinan membantu untuk meningkatkan trust terutama ketika pihak-pihak tersebut belum pernah berinteraksi sebelumnya sehingga belum memiliki pengetahuan tentang masing-masing pihak. keyakinan konsumen bahwa organisasi yang menjual barang atau jasa akan jujur dan peduli kepada konsumen mereka (Donney dan Cannon 1997 dalam Jarvenpa dan Tractinsky, 1999). Reputasi baik inilah merupakan signal bahwa perusahaan di masa lalu berupaya dengan sabar untuk tidak bersikap oportunistik (Smith & Barclay, 1997). Penjual berusaha menghindarkan hal yang menyebabkan mereka memperoleh reputasi buruk sehingga dapat menciptakan trust kepada konsumen.

Kurangnya rasa percaya menjadi alasan utama konsumen untuk tidak berhubungan dengan situs e-commerce (Keen dalam Pavlou, 2003).


(41)

Ketidakpastian yang melekat di electronic commerce membuat para peneliti berargumen bahwa membangun kepercayaan (trust) dan memperkecil risiko menjadi faktor paling penting dalam bertransaksi di electronic commerce.


(42)

2.9. Hipotesis

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dijelaskan diatas dalam penelitian ini adalah:

1. Bahwa structural assurance berpengaruh positif terhadap beriklan di e-commerce Jawa Pos Surabaya.

2. Bahwa trust berpengaruh positif terhadap beriklan di e-commerce Jawa Pos Surabaya.


(43)

29

3.1. Definisi Operasional

3.1.1. Definisi Operasional Variabel

Untuk kemudahan dalam memahami penilitian ini serta menghindari kesalahan persepsi, maka perlu diuraikan definisi operasional variabel-variabel yang akan diteliti. Variabel-variabel tersebut adalah:

1. Beriklan E-commerce (Y).

Penggunaan jaringan komputer untuk melakukan penjualan dan pembelian dan panjualan barang, jasa atau informasi secara elektronis dengan para suplier, konsumen atau kompetitor atau antar konsumen. Adapun instrumen indikator dari e-commerce adalah sebagai berikut: Dharma,Fitri.(2006: 6). a. Vendor (Y1) adalah organisasi, perusahaan atau orang yang menjual

barang atau jasa secara elektronik kepada konsumen.

b. Users (Y2) adalah konsumen yang menggunakan jasa elektronik untuk mencari informasi, memesan jasa atau membeli produk.

c. Teknologi Perangkat Keras (Y3) adalah perangkat lunak yang dapat digunakan untuk bertransaksi (Cowles et al. 2002) seperti : (komputer, internet, telepon seluler).

2. Structural assurance (X1)

Adalah mengacu pada penilaian terhadap keamanan jaringan electronic commerce, memberikan perlindungan, sehingga seseorang yakin bahwa


(44)

transaksi melalui internet dapat berjalan aman, tidak berlaku curang dan tidak merasa kehilangan. Adapun instrumen indikator dari structural assurance adalah sebagai berikut: Dharma,Fitri.(2006).

a. Garansi (X1.1) adalah Merupakan suatu jaminan yang ditawarkan oleh perusahaan untuk pengembalian harga pembelian atau mengadakan perbaikan terhadap produk yang rusak setelah pembelian.

b. Kontrak (X1.2) adalah perjanjian atau kesepakatan antara kedua belah pihak (pembeli dan penjual) dalam melakukan transaksi jual beli produk. c. Tingkat Keamanan (X1.3) adalah sekuritas yang diberikan oleh jasa

penyedia layanan dalam melakukan transaksi jual beli. 3. Keper cayaan (trust) di sistem e-commer ce (X2)

Adalah Sebagai kesediaan konsumen untuk bergantung pada penjual dan melakukan tindakan pembelian walaupun penjual dapat dengan mudah merugikan konsumen. Trust adalah suatu harapan bahwa pihak yang telah dipercaya tidak akan berlaku curang dengan mengambil keuntungan pribadi dalam situasi tertentu (Gefen et al. 2003). Adapun instrumen indikator trust di sistem e-commerce adalah sebagai berikut: Dharma,Fitri.(2006).

a. Harapan tidak berlaku curang (X2.1

b. Keyakinan saling membutuhkan dan ketergantungan (X

) adalah harapan bahwa pihak yang telah dipercaya tidak akan berlaku curang dengan mengambil keuntungan pribadi dalam situasi tertentu.

2.2) adalah merupakan keyakinan bahwa masing-masing pihak saling bergantung dan saling membutuhkan (Kumar et al. 1995). Yang berkaitan dengan


(45)

keyakinan bahwa pihak yang dipercaya akan memenuhi komitmennya. c. Reputasi Perusahaan (X2.3) adalah keyakinan konsumen bahwa organisasi

yang menjual barang atau jasa akan jujur dan peduli kepada konsumen mereka, mengenai kemampuan, integritas dan goodwill.

d. Komitmen dalam melakukan transaksi (X2.4

Sangat tidak setuju Sangat Setuju

Keterangan :

1 = Sangat tidak setuju 2 = Tidak setuju 3 = Netral 4 = Setuju 5 = Sangat setuju

) adalah baik penjual maupun pembeli saling bertanggung jawab terhadap transaksi yang dijalankan. Skala pengukuran yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan skala interval dengan pembobotan skala likert (likert scale). skala likert adalah skala yang digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, persepsi seseorang tentang fenomena yang terjadi .

Dengan skala likert, maka variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi indikator variabel. Kemudian indikator tersebut dijadikan sebagai titik tolak untuk menyusun item-item instrumen yang dapat berupa pernyataan dan pertanyaan.


(46)

3.2. Teknik Pengambilan Sampel

a. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah konsumen yang melakukan aktivitas transaksi (beriklan) (B2C) e-commerce di Jawa Pos Surabaya.

b. Sampel

Sampel dalam penelitian ini menggunakan purposive sampling adalah teknik penarikan sampel non probabilitas yang menyeleksi responden-responden tersebut berdasarkan karakteristi-karakeristik. Ciri-ciri Responden tersebut

adalah 1). Konsumen yang pernah bertransaksi (beriklan) (B2C) di

e-commerce di Jawa Pos Surabaya minimal 2 kali transaksi, 2). Melakukan transaksi iklan di e-commerce Jawa Pos Surabaya.

Pedoman pengukuran sampel menurut Augusty (2002: 48):

1. 100-200 sampel untuk teknik maximum Likelihood Estimation.

2. Tergantung pada jumlah parameter yang diestimasi. Pedomannya adalah 5-10 kali jumlah parameter yang diestimasi.

3. Tergantung pada jumlah indikator yang digunakan dalam seluruh variabel laten. Jumlah sampel adalah jumlah indikator dikali 5-10. bila terdapat 20 indikator, besarnya sampel adalah 100-200.

Dalam penelitian ini terdapat 10 indikator maka jika dikalikan dengan 10 sama dengan 100 responden yang melakukan transaksi beriklan e-commerce di Jawa Pos.


(47)

3.3. Jenis Data

Untuk menganalisa data yang baik maka diperlukan data yang valid, supaya mengandung suatu kebenaran. Ada dua macam data yang dikumpulkan dari penelitian, yaitu:

a. Data Primer

Data yang dikumpulkan langsung dari lokasi penelitian, yaitu dengan menyebarkan daftar pertanyaan (kuesioner)

b. Data Sekunder

Data yang dikumpulkan dari pihak manajemen Jawa Pos berupa: sejarah perusahaan

3.4. Sumber Data

Sumber data diperoleh dari perusahaan yang dijadikan sebagai responden adalah Jawa Pos Surabaya.

3.5. Teknik Pengumpulan Data

a. Wawancara

Digunakan untuk mendapatkan bukti–bukti yang berkaitan atau keterangan yang lebih mendalam, khususnya berhubungan dengan beberapa hal yang belum jelas dari data yang ada, wawancara ini dilakukan kepada karyawan perusahaan.


(48)

b. Dokumentasi

Yaitu dengan mengumpulkan data, menggali data dokumen atau arsip-arsip aturan yang disepakati, misalnya keberadaan perusahaan dan struktur manajemen perusahaan.

c. Kuesioner

Yaitu dengan menyebarkan angket daftar pertanyaan kepada karyawan perusahaan, Tujuannya adalah mendapatkan tanggapan langsung atas pengaruh beberapa faktor terhadap kinerja karyawan.

3.6. Teknik Analisis dan Pengujian Hipotesis

3.6.1. Teknik Analisis

Model yang digunakan untuk menganalisis data dalam penelitian ini adalah Structural Equation Modelling [SEM]. Model pengukuran variabel

structural assurance, trust terhadap e-commerce menggunakan Confirmatory Factor Analysis. Penaksiran pengaruh masing-masing variabel bebas terhadap variabel terikatnya menggunakan koefisien jalur.

Persamaan Dimensi variabel structural assurance : X1 = λ1 structural assurance + er_1

X2 = λ2 structural assurance + er_2 X3 = λ3 structural assurance + er_3

Bila persamaaan di atas dinyatakan dalam sebuah pengukuran model untuk diuji unidimensionalitasnya melalui confirmatory factor analysis, maka model pengukuran dengan contoh variabel structural assurance akan nampak sebagai berikut:


(49)

Gambar 4.1 : Contoh Model Pengukuran variabel structural assurance

Keterangan :

X1.1 = pertanyaan tentang garansi X1.2 = pertanyaan tentang kontrak

X1.3 = pertanyaan tentang tingkat keamanan er_j = error term X1j

3.7. Asumsi Model [Structural EquationModelling]

a. Uji Normalitas Sebaran dan Linieritas

1) Normalitas dapat diuji dengan melihat gambar histogram data atau dapat diuji dengan metode-metode statistik.

2) Menggunakan Critical Ratio yang diperoleh dengan membagi koefisien sampel dengan standard errornya dan Skewness value yang biasanya disajikan dalam statistik deskriptif dimana nilai statistik untuk menguji normalitas itu disebut sebagai Z-value. Pada tingkat signifikansi 1%, jika nilai Z lebih besar dari nilai kritis, maka dapat diduga bahwa distribusi data adalah tidak normal.

3) Normal Probability Plot [SPSS 10.1].

4) Linieritas dengan mengamati scatterplots dari data yaitu dengan memilih pasangan data dan dilihat pola penyebarannya untuk menduga ada tidaknya linieritas.

Structural Assurance (X1)

X1.1 1 er_1

X1.2 1 er_2


(50)

b. Evaluasi atas Outlier

1) Mengamati nilai Z-score : ketentuanya diantara ± 3,0 non outlier.

2) Multivariate outlier diuji dengan kriteria jarak Mahalanobis pada tingkat p

< 0,001. Jarak diuji dengan Chi-Square x2 pada df sebesar jumlah variabel bebasnya. Ketentuan : bila Mahalanobis > dari nilai x2

Outlier adalah observasi atau data yang memiliki karakteristik unik yang terlihat sangat berbeda jauh dari observasi-observasi lainnya dan muncul dalam bentuk nilai ekstrim untuk sebuah variabel tunggal atau variabel kombinasi [Hair,1998].

 adalah multivariate

outlier.

c. Deteksi Multicollinierity dan Singularity

Dengan mengamati Determinant matriks covarians. Dengan ketentuan apabila

determinant sample matrix mendekati angka 0 [kecil], maka terjadi multikolinieritas dan singularitas

d. Uji Validitas dan Reliabilitas

Validitas menyangkut tingkat akurasi yang dicapai oleh sebuah indikator dalam menilai sesuatu atau akuratnya pengukuran atas apa yang seharusnya diukur. Sedangkan reliabilitas adalah ukuran mengenai konsistensi internal dari indikator-indikator sebuah konstruk yang menunjukkan derajad sampai dimana masing-masing-masing indikator itu mengindikasikan sebuah konstruk yang umum.

Karena indikator multidimensi, maka uji validitas dari setiap latent variabel/ construct aka diuji dengan melihat loading faktor dari hubungan antara setiap


(51)

obseverd variable dan latent variable. Sedangkan reliabilitas diuji dengan

construct reliability dan Variance-extracted. Construct reliability dan

Variance-extracted dihitung dengan rumus berikut :

Var iance Ex t r act ed = [Σ Standardize Loading] [Σ Standardize Loading] + Σ εj]

Sementara Σj dapat dihitung dengan formula εΨ j = 1 - [Standardize

Loading]

3.7.1. Pengujian Hipotesis dan Hubungan Kausal

Secara umum, nilai construct reliability yang dapat diterima adalah 0,7 dan variance extracted 0,5 [Hair et.al.,1998]. Standardize Loading dapat diperoleh dari output AMOS 4.01, dengan melihat nilai estimasi setiap construct standardize regression weigths terhadap setiap butir sebagai indikatornya.

Pengaruh langsung [koefisien jalur] diamati dari bobot regresi terstandar, dengan pengujian signifikansi pembanding nilai CR [Critical Ratio] atau p

[probability] yang sama dengan nilai t hitung. Apabila t hitung lebih besar daripada t table berarti signifikan.

3.7.2. Pengujian model dengan Two-Step Approach

Two-Step Approach to structural equation modelling [SEM] digunakan untuk menguji model yang diajukan pada gambar 3.7. Two-Step Approach

digunakan untuk mengatasi masalah sampel data yang kecil jika dibandingkan dengan jumlah butir instrumentasi yang digunakan dan keakuratan reliabilitas

[Σaai ding]

Const r uct Reliabilit y =


(52)

indikator-indikator terbaik dapat dicapai dalam two-step approach ini. Two-Step Approach bertujuan untuk menghindari interaksi antara model pengukuran dan model struktural pada One Step Approach [Hair et.al., 1998]. Yang dilakukan dalam dalam two step approach to SEM adalah: estimasi terhadap measurement model dan Estimasi terhadap structural model [Anderson dan Gerbing, 1988]. Cara yang dilakukan dalam menganalisis SEM dengan Two step approach adalah sebagai berikut:

a. Menjumlahkan skala butir-butir setiap konstrak menjadi sebuah indikator

summed-scale bagi setiap konstrak. Jika terdapat skala yang berbeda setiap indikator tersebut distandardisasi [Z-scores] dengan mean = 0, deviasi standar = 1, yang tujuannya adalah untuk mengeliminasi pengaruh-pengaruh skala yang berbeda-beda tersebut [Hair et.al.,1998].

b. Menetapkan error [ε] dan lambda [λ] terms, error terms dapat dihitung dengan rumus 0,1 kali dan lamda terms dengan rumus 0,95 kali [Anderson dan Gerbing,1988]. Perhitungan construct reliabilityΨ

Keterangan akan symbol-simbol di dalam S.E.M adalah sebagai berikut :

] telah dijelaskan pada bagian sebelumnya dan deviasi standar [σ] dapat dihitung dengan bantuan program aplikasi statistik SPSS. Setelah error [ε] dan lambda [λ]

terms diketahui, skor-skor tersebut dimasukkan sebagai parameter fix pada analisis model pengukuran SEM.

: faktor/construct/latent variable/unobserved variable yaitu sebuah variabel bentukan, yang dibentuk melalui indikator-indikator yang diamati dalam dunia nyata.


(53)

: variabel terukur/obseverd variable/indicators variables yaitu variabel yang datanya harus dicari melalui observasi, misalnya melalui instrumen-instrumen survei.

Garis dengan anak panah satu arah = garis yang menunjukkan hubungan yang dihipotesiskan antara dua variable dimana variable yang dituju anak panah merupakan variable dependen.

Garis dengan anak panah dua arah = garis yang menunjukkan hubungan yang tidak dihipotesiskan antara dua variable dimana kedua variabel berkorelasi.

3.7.3. Evaluasi Model

Hair et.al., 1998 menjelaskan bahwa pola “confirmatory” menunjukkan prosedur yang dirancang untuk mengevaluasi utilitas hipotesis-hipotesis dengan pengujian fit antara model teoritis dan data empiris. Jika model teoritis menggambarkan “good fit” dengan data, maka model dianggap sebagai yang diperkuat. Sebaliknya, suatu model teotitis tidak diperkuat jika teori tersebut mempunyai suatu “poor fit” dengan data. Amos dapat menguji apakah model

“good fit” atau “poor fit”. Jadi, “good fit” model yang diuji sangat penting dalam penggunaan structural equation modelling.

Pengujian terhadap model yang dikembangkan dengan berbagai kriteria

Goodness of Fit, yakni Chi-square, Probality, RMSEA, GFI, TLI, CFI, AGFI, CMIN/DF. Apabila model awal tidak good fit dengan data maka model dikembangkan dengan pendekatan two step approach to SEM.


(54)

Goodness of Fit Indices

GOODNESS OF FIT

INDEX KETERANGAN

CUT-OFF VALUE

X2 Menguji apakah covariance populasi yang destimasi sama dengan cova-riance sample [apakah model sesuai dengan data].

- Chi-square

Diharapkan Kecil, 1 s.d 5. atau paling baik diantara 1 dan 2.

Probability

Uji signifikansi terhadap perbedaan matriks covariace data dan matriks covariance yang diestimasi.

Minimum 0,1 atau 0,2, atau ≥ 0,05

RMSEA Mengkompensasi kelemahan Chi-Square pada

sample besar. ≤ 0,08

GFI

Menghitung proporsi tertimbang varians dalam matrtiks sample yang dijelaskan oleh matriks covariance populasi yang diestimasi [analog dengan R2

≥ 0,90 dalam regresi berganda].

AGFI GFI yang disesuaikan terhadap DF. ≥ 0,90 CMIND/DF Kesesuaian antara data dan model ≤ 2,00 TLI Pembandingan antara model yang diuji

terhadap baseline model. ≥ 0,95 CFI

Uji kelayakan model yang tidak sensitive terhadap besarnya sample dan kerumitan model.

≥ 0,94 Sumber

1. X² CHI SQUARE STATISTIK

: Hair et.al., [1998]

Alat uji paling fundamental untuk mengukur overall fit adalah likelihood ratio chi-square ini bersifat sangat sensitif terhadap besarnya sampel yang digunakan. Karenanya bila jumlah sampel cukup besar (lebih dari 200), statistik chi-square ini harus didampingi oleh alat uji lain. Model yang diuji akan dipandang baik atau memuaskan bila nilai chi-squarenya rendah. Semakin kecil nilai X² semakin baik model itu. Karena tujuan analisis adalah mengembangkan dan menguji sebuah model yang sesuai dengan data atau yang fit terhadap data, maka yang dibutuhkan justru sebuah nilai X² yang kecil dan signifikan.


(55)

X² bersifat sangat sensitif terhadap besarnya sampel yaitu terhadap sampel yang terlalu kecil maupun yang terlalu besar. Penggunaan Chi-Square hanya sesuai bila ukuran sampel antara 100-200. Bila ukuran luar tentang itu, uji signifikan akan menjadi kurang reliable. Oleh karena itu pengujian ini perlu dilengkapi dengan uji yang lain.

2. RMSEA-THE ROOT MEAN SQUARE ERROR Of APPROXIMATION

RMSEA adalah sebuah indeks yang dapat digunakan mengkompensasi chi-square statistik dalam sampel yang besar. Nilai RMSEA menunjukkan goodness-of-fit yang dapat diharapkan bila model diestimasi alam populasi. Nilai RMSEA yang lebih kecil atau sama dengan 0, 08 merupakan indeks untuk dapat diterimanya degress of freedom.

3. GFI – GOODNES of FIT INDEKS

GFI adalah analog dari R dalam regresi berganda. Indeks kesesuaian ini akan menghitung proporsi tertimbang dari varians dalam matriks kiovarians sampel yang dijelaskan oleh kovarians matriks populasi yang terestimasi. GFI adalah sebuah ukuran non- statistika yang mempunyai rentang nilai antara 0 (poor fit) sampai dengan 1,0 (perfect fit). Nilai yang tinggi dalam indeks ini menunjukkan sebuah “better fit”.

4. AGFI – ADJUST GOODNES of FIT INDEX

AGFI = GFI/df Tingkat penerimaan yang direkomendasikan adalah bila AGFI mempunyai niali yang sama dengan atau lebih besar dari 0.09. GFI maupun AGFI adalah kriteria yang memperhitungkan proporsi tertimbang dari varians alam sebuah matriks kovarians sampel. Nilai sebesar dapat diinterprestasikan


(56)

sebagai tingkatan yang baik (good overall model fit) sedangkan besaran nilai antara 0,09-0,95 menunjukkan tingkatan cukup (adequate fit).

5. CMIN/DF

Sebagai salah satu indikator untuk mengukur tingkat fitnya sebuah model. Dalam hal ini CMNI/DF tidak lain adalah statistik chi-square, X² dibagi Dfnya sehingga disebut X² relatif. Nilai X² relatif kurang dari 2,0 atau bahkan kurang dari 3,0 adalah indikasi dari acceptable fit antara model dan data. Nilai X² relatif yang tinggi menandakan adanya perbedaan yang signifikan antara matriks kovarians yang diobservasikan dan diestimasi.

6. TLI – TUCKER LEWIS INDEKS

TLI adalah sebuah model yang diuji terhadap sebuah baseline model. Nilai yang direkomendasikan sebagai acuan untuk diterimanya sebuah model adalah penerimaan ≥ 0,95 dan nilai yang mendekati 1 menunjukkan a very good fit.

7. CFI – COMPERATIF FIT INDEX

Besaran indeks ini adalah pada rentang nilai sebesar 0-1, dimana semakin mendekati 1, mendidentifikasikan tingkat fit yang paling tinggi ( avery good fit). Nilai yang direkomendasikan adalah CFI > 0.95. Keunggulan dari indeks ini besarnya tidak dipengaruhi oleh ukuran sampel karena itu sangat baik untuk mengukur tingkat penerimaan sebuah model. Indeks CFI adalah identik dengan


(57)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Deskripsi Obyek Penelitian

4.1.1. Gambaran Umum Perusahaan

Jawa Pos didirikan ole

Djawa Post

sebuah bioskop di di surat kabar, lama-lama ia tertarik untuk membuat surat kabar sendiri. Setelah sukses dengan Jawa Pos-nya selamanya mulus. Pada akhir tahun 1970-an, omzet Jawa Pos mengalami kemerosotan yang tajam. Tahun 1982, oplahnya hanya tinggal 6.800 eksemplar saja. Koran-korannya yang lain sudah lebih dulu pensiun. Ketika usianya menginjak 80 ta Pos. Dia merasa tidak mampu lagi mengurus perusahaannya, sementara tiga orang anaknya lebih memilih tinggal di

Pada ta manajemen baru, Eric mengangkat Biro Tempo di Surabaya untuk memimpin Jawa Pos. Eric Samola kemudian meninggal dunia pada ta Jawa Pos yang waktu itu hampir mati dengan oplah 6.000 eksemplar, dalam waktu 5 tahun menjadi surat kabar dengan oplah 300.000 eksemplar.


(58)

Lima tahun kemudian terbentukla salah satu jaringan surat kabar terbesar di Indonesia, dimana memiliki lebih dari 80 surat kabar, tabloid, dan majalah, serta 40 jaringan percetakan di Pada ta salah satu gedung pencakar langit di di semua wilayah di Indonesia. Tahun 2002, Jawa Pos Group membangun pabrik kertas koran yang kedua dengan kapasitas dua kali lebih besar dari pabrik yang pertama. Kini pabrik it koran 450 ton/hari. Lokasi pabrik ini di Kabupaten Gresik, hanya 45 menit bermobil dari Surabaya. Setelah sukses mengembangkan media cetak di seluruh Indonesia, pada ta di tahun 2003, Jawa Pos Group merambah bisnis baru Proyek pertama adalah 1 x 25 MW di Kab. Gresik, yakni dekat pabrik kertas. Proyek yang kedua 2 x 25 MW, didirikan di Kaltim, bekerjasama dengan perusahaan daerah setempat. Pada ta

Pada ta Ahmad Yani 88, Surabaya 60234 Jawa Timur-Indonesia


(59)

Phone. (031) 8283333 (Hunting), Fax. (031) 8285555 Jl. Ahmad Yani 88, Surabaya 60234 Jawa Timur - Indonesia Phone. (031) 8283333 (Hunting), Fax. (031) 8285555

4.2. Deskripsi Hasil Penelitian

4.2.1. Penyebaran Kuisioner

Kuisioner disebarkan untuk mendapatkan sampel dengan menggunakan teknik Purposive Sampling, yaitu teknik penarikan sampel non probabilitas terhadap konsumen yang beriklan (e-commerce) di jawa Pos, diolah dengan menggunakan structural equation modelling. Kuesioner ini di sebarkan melalui email pada bulan april 2010 sekitar 120 kuesioner dan yang kembali sekitar 102 kuesioner.

4.2.2. Keadaan Responden

Data mengenai keadaan responden dapat diketahui melalui jawaban responden dari pertanyaan–pertanyaan yang diajukan didalam pertanyaan umum kuisener yang telah diberikan. Dari jawaban–jawaban tersebut diketahui hal–hal seperti dibawah ini.

a. Jenis Kelamin

Dari 100 responden yang menjawab kuisioner yang telah diberikan dapat diketahui jenis kelamin dari responden yakni pada tabel dibawah ini.

Tabel 4.1 : Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

70 70.0 70.0 70.0

30 30.0 30.0 100.0

100 100.0 100.0

laki-laki perem puan Total Valid

Frequency Percent Valid Percent

Cumul ative Percent


(60)

b. Usia

Dari 100 responden yang menjawab kuisioner yang telah diberikan dapat diketahui usia para responden yakni pada tabel dibawah ini.

Tabel 4.2: Karakteristik Responden Berdasarkan Usia

17 17.0 17.0 17.0

40 40.0 40.0 57.0

27 27.0 27.0 84.0

16 16.0 16.0 100.0

100 100.0 100.0

21-30 31-40 41-50 >=51 Total Valid

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Sumber: Data Diolah

Berdasarkan data di atas bahwa mayoritas konsumen yang melakukan transaksi kebanyakan adalah konsumen yang berusia 31-40 tahun, usia tersebut menunjukkan bahwa pola aktivitas konsumen banyak melakukan kegiatan surfing di internet dan melakukan transaksi.

4.3. Analisis Dan Pengujian Hipotesis

4.3.1. Uji Outlier

Outlier adalah observasi atau data yang memiliki karakteristik unik yang terlihat sangat berbeda jauh dari observasi-observasi lainnya dan muncul dalam bentuk nilai ekstrim untuk sebuah variabel tunggal atau variabel kombinasi atau mutivariat (Hair, 1998). Evaluasi terhadap outlier multivariate (antar variabel) perlu dilakukan sebab walaupun data yang dianalisis menunjukkan tidak ada outliers pada tingkat univariate, tetapi observasi itu dapat menjadi outliers bila sudah saling dikombinasikan. Jarak antara Mahalanobis untuk tiap-tiap observasi dapat dihitung dan akan menunjukkan sebuah observasi dari rata-rata semua


(61)

variabel dalam sebuah ruang multidimensional (Hair.dkk, 1998; Tabachnick & Fidel, 1996). Uji terhadap outliers multivariate dilakukan dengan menggunakan jarak Mahalanobis pada tingkat p < 1%. Jarak Mahalanobis itu dievaluasi dengan

menggunakan χ² (chi kuadrat) pada derajat bebas sebesar jumlah variabel yang

digunakan dalam penelitian ini. Hasil uji outlier tampak pada tabel berikut: Tabel 4.3. Hasil Uji Outlier

Residuals St at ist ics( a)

Minim um Max im um Mean St d.

Dev iat ion N

Pr edict ed Value 12.264 89.314 50.500 16.763 100

St d. Predict ed Value - 2.281 2.315 0.000 1.000 100

St andar d Err or of

Pr edict ed Value 2.860 13.420 8.129 1.595 100

Adj ust ed Predict ed Value 9.353 88.853 50.575 17.076 100

Residual - 69.273 64.757 0.000 23.678 100

St d. Residual - 2.774 2.593 0.000 0.948 100

St ud. Residual - 2.898 2.761 - 0.001 1.003 100

Delet ed Residual - 75.590 73.422 - 0.075 26.511 100

St ud. Delet ed Residual - 3.028 2.871 - 0.002 1.014 100

Mahal. Dist ance 0.308 2 7 .5 9 7 9.900 4.390 100

Cook 's Dist ance 0.000 0.093 0.011 0.015 100

Cent er ed Lev er age Value 0.003 0.279 0.100 0.044 100

( a) Dependent Var iable : No. RESP

Sumber : Data Diolah

Deteksi terhadap multivariat outliers dilakukan dengan menggunakan kriteria Jarak Mahalanobis pada tingkat p < 0,001. Jarak Mahalanobis itu dievaluasi dengan menggunakan χ2 pada derajat bebas sebesar jumlah variabel yang digunakan dalam penelitian. Bila kasus yang mempunyai Jarak Mahalanobis lebih besar dari nilai chi-square pada tingkat signifikansi 0,001 maka terjadi

multivariate outliers. Nilai χ20.001dengan jumlah variabel 10 adalah sebesar 29,59. Hasil analisis Mahalanobis diperoleh nilai 27,597 yang kurang dari χ2 tabel 29,59 tersebut. Dengan demikian, tidak terjadi multivariate outliers.


(62)

4.3.2. Uji Reliabilitas

Seperti telah dijelaskan pada bab sebelumnya bahwa Cronbach’s Alpha ini digunakan untuk mengestimasi reliabiltas setiap skala (variabel atau observasi indikator). Sementara itu item to total correlation digunakan untuk memperbaiki ukuran-ukuran dan mengeliminasi butir-butir yang kehadirannya akan memperkecil koefisien Cronbach’s Alpha yang dihasilkan (Purwanto, 2002). Hasil selengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.4. Uji Reliabilitas

Penguj ian Reliabilit y Consist ency I nt er nal

Konst r ak I ndik ator I t em t o Tot al

Cor r elat ion

Koefisien Cronbach's Alpha St r uct ur al

Assur ance

X11 0.538

0.722

X12 0.484

X13 0.625

Tr ust

X21 0.602

0.776

X22 0.561

X23 0.670

X24 0.498

Ber ik lan e- com m er ce

Y1 0.692

0.783

Y2 0.545

Y3 0.641

: t e r e lim in a si

Sumber: Data Diolah

Proses eleminasi diperlakukan pada item to total correlation pada indikator yang nilainya < 0,5 [Purwanto,2003]. Terjadi eliminasi karena nilai item to total correlation indikator seluruhnya ada yang tidak ≥ 0,5. Indikator yang tereliminasi tidak disertakan dalam perhitungan cronbach's alpha. Perhitungan cronbach's dilakukan setelah proses eliminasi. Hasil pengujian reliabilitas konsistensi internal untuk setiap construct di atas menunjukkan hasil cukup baik dimana koefisien Cronbach’s Alpha yang diperoleh seluruhnya memenuhi rules of thumb yang disyaratkan yaitu ≥ 0,7 (Hair et.al.,1998; Sekaran,2003).


(63)

4.3.3. Uji Validitas

Validitas menyangkut tingkat akurasi yang dicapai oleh sebuah indikator dalam menilai sesuatu atau akuratnya pengukuran atas apa yang seharusnya diukur, karena indikator multidimensi, maka uji validitas dari setiap latent variable atau construct akan diuji dengan melihat loading factor dari hubungan antara setiap observed variable dan latent variable. Hasil analisis tampak pada tabel di bawah ini.

Tabel 4.5. Uji Validitas

St andar dize Fak t or Loading dan Constr uct dengan Confir m at or y Fact or Analy sis

Konst r ak I ndik ator Fak t or Loading

1 2 3 4

St r uct ur al Assur ance

X11 0.692

X12 0.522

X13 1.000

Tr ust

X21 1.452

X22 1.404

X23 1.414

X24 1.000

Ber ik lan e- com m er ce

Y1 1.000

Y2 0.777

Y3 0.974

Sumber: Data Diolah

Berdasarkan hasil confirmatory factor analysis terlihat bahwa factor loadings masing masing butir pertanyaan yang membentuk setiap construct

sebagian besar ≥ 0,5, sehingga butir-butir instrumentasi setiap konstruk tersebut dapat dikatakan validitasnya cukup baik.

4.3.4. Uji Construct Reliability dan Variance Extracted

Selain melakukan pengujian konsistensi internal Cronbach’s Alpha, perlu juga dilakukan pengujian construct reliability dan variance extracted. Kedua pengujian tersebut masih dalam koridor uji konsistensi internal yang akan memberikan peneliti kepercayaan diri yang lebih besar bahwa indikator-indikator


(64)

individual mengukur suatu pengukuran yang sama (Purwanto, 2002). Dan

variance extracted direkomendasikan pada tingkat 0,50. Hasil perhitungan

construct reliability dan variance extracted dapat dilihat dalam tabel 4.7. Tabel 4.6. Construct Reliability dan Variance Extracted

Const r uct Reliabilit y & Var iance Ex tr at ed

Konst r ak I ndik ator

St andar dize Fact or Loading

SFL

Kuadr at Error [εj]

Const r uct Reliabilit y

Var iance Ex t r at ed St r uct ur al

Assur ance

X11 0.692 0.479 0.521

0.797 0.584

X12 0.522 0.272 0.728

X13 1.000 1.000 0.000

Tr ust

X21 1.452 2.108 - 1.108

1.125 1.770

X22 1.404 1.971 - 0.971

X23 1.414 1.999 - 0.999

X24 1.000 1.000 0.000

Ber ik lan e- com m er ce

Y1 1.000 1.000 0.000

0.944 0.851

Y2 0.777 0.604 0.396

Y3 0.974 0.949 0.051

Ba t a s D a pa t

D it e r im a ≥ 0,7 ≥ 0,5

Sumber: Data Diolah

Hasil pengujian reliabilitas instrumen dengan construct reliability dan

variance extracted menunjukkan instrumen cukup reliabel, yang ditunjukkan dengan nilai construct reliability belum seluruhnya ≥ 0,7. Meskipun demiki an angka tersebut bukanlah sebuah ukuran “mati” artinya bila penelitian yang dilakukan bersifat exploratory, maka nilai di bawah 0,70 pun masih dapat diterima sepanjang disertai alasan–alasan empirik yang terlihat dalam proses eksplorasi. Dan variance extracted direkomendasikan pada tingkat 0,50.

4.3.5. Uji Normalitas

Uji normalitas sebaran dilakukan dengan Skewness Value dari data yang digunakan yang biasanya disajikan dalam statistik deskriptif. Nilai statistik untuk menguji normalitas itu disebut z-value. Bila nilai-z lebih besar dari nilai kritis maka dapat diduga bahwa distribusi data adalah tidak normal. Nilai kritis dapat ditentukan berdasarkan tingkat signifikansi 0,01 (1%) yaitu sebesar ± 2,58.


(65)

Hasilnya diperoleh nilai c.r. multivariat diantara ± 2,58 dan itu berarti asumsi normalitas terpenuhi dan data layak untuk digunakan dalam estimasi selanjutnya. Hasil analisis tampak pada tabel berikut:

Tabel 4.7. Uji Normalitas

Assessm ent of nor m alit y

Var iable m in m ax k ur t osis c.r .

X11 2 5 - 0.627 - 1.279

X12 3 5 - 0.510 - 1.042

X13 2 5 - 0.062 - 0.126

X21 2 5 0.037 0.076

X22 2 5 - 0.433 - 0.883

X23 2 5 - 0.260 - 0.530

X24 2 5 - 0.129 - 0.264

Y1 3 5 - 0.601 - 1.227

Y2 2 5 - 0.718 - 1.465

Y3 2 5 - 0.588 - 1.200

M u lt iv a ria t e 1.847 0 .5 9 6

Ba t a s N orm a l ± 2 ,5 8

Sumber: Data Diolah

4.3.6 Uji Confirmatory Analysis

Model yang digunakan untuk menganalisis data dalam penelitian ini adalah Structural Equation Modelling [SEM]. Model pengukuran variabel

structural assurance, trust terhadap e-commerce menggunakan Confirmatory Factor Analysis. Penaksiran pengaruh masing-masing variabel bebas terhadap variabel terikatnya menggunakan koefisien jalur.

Berdasarkan hasil penelitian di atas maka dapat diambil suatu kesimpulan adalah sebagai berikut:

Tabel 4.8. Structural Assurance

Regr ession

Weight s Ust d

Est im at e

St d

Est im at e S.E CR

Gar ansi < - -

St r uct ur al

assur ance 0.631 0.692 0.157 4.42

Kont r ak < - -

St r uct ur al

assur ance 0.566 0.522 1 5.67

Tingk at

Keam anan < - -

St r uct ur al

assur ance 0.861 1.000 0.124 4.222


(66)

Berdasarkan tabel di atas dengan demikian semua indikator yang digunakan merupakan indikator-indikator unidimensional yang memberi dimensi tunggal pada faktor yang di analisis

Tabel 4.9. Trust

Regr ession Weight s

Ust d Est im at e

St d Est im at e

S.E CR

Harapan tidak

berlaku curang < - - Tr ust 0.726 0.726 0.297 4.888

Keyakinanan saling membutuhkan dan

ketergantungan < - -

Tr ust

0.655 1.404

0.303 4.626

Reputasi Perusahaan < - - Tr ust 0.793 0.793 0.281 5.03

Komitmen dalam

melakukan transaksi < - - Tr ust 0.564 1.000 1 6.045

Sumber : data diolah

Berdasarkan tabel di atas dengan demikian semua indikator yang digunakan merupakan indikator-indikator unidimensional yang memberi dimensi tunggal pada faktor yang di analisis faktor trust.

Tabel 4.10. Beriklan e-commerce

Regr ession

Weight s Ust d St d S.E CR

Est im at e Est im at e

Vendor < - - Ber ik lan e- com m erce 0.894 1.000 0.234 5.425

Users < - - Ber ik lan e- com m erce 0.614 0.777 0.138 5.622

Tingk at

Keam anan < - - Ber ik lan e- com m erce 0.785 0.974 0.15 6.491

Sumber : data diolah

Berdasarkan tabel di atas dengan demikian semua indikator yang digunakan merupakan indikator-indikator unidimensional yang memberi dimensi tunggal pada faktor yang di analisis faktor beriklan e-commerce.

4.4. Structural Equation Modelling

4.4.1. Evaluasi Model One – Step Approach to SEM

Dalam model SEM, model pengukuran dan model struktural parameter-parameternya diestimasi secara bersama-sama. Cara ini agak mengalami kesulitan


(1)

4.5. Pembahasan Hasil Penelitian

4.5.1. Pengaruh Structural assurance Terhadap Beriklan di E-commerce.

Berdasarkan hasil penelitian di atas maka dapat diambil suatu kesimpulan adalah sebagai berikut:

Tabel 4.14. Analisis Structural Assurance

I ndik ator St r uct ur al Assur ance Mean Fak t or Loading

Koefisien / Probabilitas

X11

Garansi Merupakan suatu jaminan yang ditawarkan oleh perusahaan untuk pengembalian harga pembelian atau

mengadakan perbaikan terhadap produk yang rusak setelah pembelian

4.15 0.692 0.000

X12

Kontrak perjanjian atau kesepakatan antara kedua belah pihak (pembeli dan penjual) dalam melakukan transaksi jual beli produk

4.15 0.522 0.000

X13

Tin.Keamanan merupakan sekuritas yang diberikan oleh jasa penyedia layanan dalam melakukan transaksi jual beli

4.16 1.000 0.000

Sumber : Data diolah

Berdasarkan hasil di atas bahwa Structural assurance berpengaruh positif terhadap Beriklan e-commerce, tidak dapat diterima. Hal ini menunjukkan bahwa Para pelaku e-commerce dalam melakukan transaksi di e-commerce Jawa Pos mengapresiasi sekali dengan adanya kemudahan yang diberikan tanpa mereka harus berlama ke agen dalam melakukan iklan atau kegiatan lainnya namun dari


(2)

sisi structural assurancenya masih perlu diperhatikan kembali. Oleh karena itu transaksi di e-commerce Jawa Pos juga perlu di tingkatkan kembali.

Berdasarkan tabel di atas maka structural assurance dalam melakukan transaksi online e-commerce yang harus lebih diperhatikan adalah tingkat keamanan (X1.3

Berdasarkan pihak manajemen sendiri berusaha mengkompromikan antara resiko keamanan data yang rendah pada transaksi offline (resiko keamanan data ) ketika bertransaksi atau beriklan, seperti validasi users, enkripsi, authentification, sertifikasi pengamanan dari pihak ketiga yang memadai terhadap situs e-commerce di Jawa Pos, opportunistic behaviour didefinisikan sebagai pencarian akan kemungkinan seseorang termakan tipu muslihat ketika melakukan suatu transaksi. Opportunistic Behaviour Control berperan sebagai faktor penting yang mempengaruhi kepercayaan (Shergill dan Li 2005). Shergill dan Li (2005) mengkonsepkan regulatory control dan asymmetry information control sebagai indikator untuk mengukur opportunistic behaviour control. 1) Regulatory Control Ketika konsumen menggunakan online banking, mereka memperkirakan tingkat keepercayaan diri mereka atas mekanisme regulatory control di dunia virtual. Ada website yang palsu dan identitas online dapat dilupakan dengan mudah (Ba 2001). Karena perkembangan internet banking yang cepat menyebabkan timbulnya resiko yang sama dengan keuntungan yang didapatkan, regulatory control menampilkan fungsi identifikasi, pengukuran, pengawasan dan pengendalian resiko-resiko dari pengoperasian internet banking untuk memperkuat keamanan lingkungan saat melakukan aktivitas keuangan atau beriklan melalui e-commerce di Jawa Pos


(3)

yang tinggi pada transaksi online), rendahnya biaya komunikasi pada transaksi on-line (tingginya biaya komunikasi pada transaksi off-line), dan tingginya traceablity pada transaksi on-line (rendahnya traceability pada transaksi off-line) untuk memperoleh suatu sistem e-commerce yang secure, oleh karena itulah dibutuhkan structural assurance atau keamanan jaringan electronic commerce seperti garansi, kontrak, ataupun prosedur lainnya ada dan berjalan dengan baik. (McKnight et al. 2002, Shapiro, 1987).

4.5.2. Pengaruh Trust Terhadap E-Commerce.

Berdasarkan hasil penelitian di atas maka dapat diambil suatu kesimpulan adalah sebagai berikut:

Tabel 4.15. Analisis Trust

I ndik ator Tr ust Mean Fak t or

Loading Probabilitas

X21

Harapan tidak berlaku curang (X2.1) adalah harapan bahwa pihak yang telah dipercaya tidak akan berlaku curang dengan

mengambil keuntungan pribadi dalam situasi tertentu

4.18 0.726 0.000

X22

Keyakinanan saling membutuhkan dan ketergantungan (X2.2

3.96 )

adalah merupakan keyakinan bahwa masing-masing pihak saling bergantung dan saling membutuhkan (Kumar et al. 1995). Yang berkaitan dengan keyakinan bahwa pihak yang dipercaya akan memenuhi

komitmennya


(4)

X23

Reputasi Perusahaan (X2.3) adalah keyakinan konsumen bahwa organisasi yang menjual barang atau jasa akan jujur dan peduli kepada konsumen mereka, mengenai kemampuan, integritas dan goodwill

4.18 0.793 0.000

X24

Komitmen dalam melakukan transaksi (X2.4) adalah baik penjual maupun pembeli saling bertanggung jawab terhadap transaksi yang dijalankan

4.23 1.000 0.000

Sumber : data diolah

Berdasarkan hasil di atas bahwa trust berpengaruh positif terhadap Beriklan e-commerce, dapat diterima. Hal ini menunjukkan bahwa faktor kepercayaan dalam melakukan transaksi di e-commerce khususnya di Jawa Pos menjadi prioritas utama dalam menjaga hubungannya dengan users. Penelitian ini juga berusaha untuk memperoleh bukti empiris mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi kepercayaan (trust) pengguna internet di surabaya dan sangat mendukung sekali terhadap sistem e-commerce di Jawa Pos diharapkan memberikan konstribusi bagi entitas bisnis dot. com dalam melakukan desain dan pengendalian bagi situs e-commerceyang ndor maupun users dikelolanya.

Berdasarkan tabel di atas bahwa trust atau kepercayaan bagi pegguna adalah hal yang patut diutamakan khususnya harapan tidak berlaku curang (X2.1)

antara vendor dan pengguna dalam transaksi e-commerce di Jawa Pos, yang artinya bahwa harus ada komunikasi antara kedua belah pihak, shared value mencerminkan adanya keyakinan konsumen dan vendor terhadap nilai-nilai seperti ethics, security dan privacy yang didukung dengan tampilan muka situs


(5)

e-commerce yang dipersepsikan sebagai pihak yang bereputasi baik akan menimbulkan kepercayaan. Kesaksian konsumen tentang pengalaman bertransaksi di e-commerce Jawa Pos merupakan salah satu hal yang dilakukan situs e-commerceuntuk mempersepsikan dirinya memiliki reputasi baik.


(6)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Setelah melakukan penelitian, pengumpulan dan menganalisis terhadap data–data yang telah diperoleh dari responden, maka kesimpulan dan saran dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

Berdasarkan dari hasil penelitian yang telah didapatkan bahwa :

a. Faktor Structural assurance berpengaruh positif terhadap Faktor Beriklan e-commerce, tidak dapat diterima

b. Faktor Trust berpengaruh positif terhadap Faktor Beriklan e-commerce, dapat diterima.

5.2. Saran

Adapun saran yang dapat disampaikan oleh peneliti adalah :

1. Pihak manajemen khususnya Jawa Pos harus bisa membangun komunikasi yang baik maka pengguna dapat dengan mudah memperoleh informasi yang mereka inginkan yang berhubungan dengan e-commerce.

2. Infrastruktur legal atau hukum: perlu ada perangkat hukum untuk menangkal kejahatan digital, serta melindungi privasi, sekuriti data dan informasi serta transaksi digital perorangan, perusahaan dan lembaga pemerintah