Definisi dan Sifat Merkuri Jenis Merkuri

sebagai antiseptik atau disinfektan, fungisida, pestisida, cat tembok, krim – krim pencerah kulit, hingga beberapa obat-obatan tradisional EPA, 2013. c. Merkuri Organik Senyawa merkuri organik yang paling sering ditemukan di lingkungan adalah metilmerkuri MeHg. Metilmerkuri merupakan senyawa merkuri organik yang palig berbahaya karena bersifat toksik akumulatif, tidak mudah terurai, dan tidak menembus membran. Penyerapan metilmerkuri yang tinggi terdapat pada sel darah merah, usus, plasenta, hingga otak. Hal ini dapat mempengaruhi susunan saraf pusat. Senyawa merkuri organik berupa metilmerkuri dapat terbentuk saat merkuri bergabung dengan karbon EPA, 2013.

2.1.3 Ambang Batas Merkuri

Menurut standar yang ditetapkan oleh Badan Standardisasi Nasional Indonesia yang dipublikasikan dalam SNI 7387:2009 tentang Batas Maksimum Cemaran Logam Berat dalam Pangan Tahun 2009, menyebutkan bahwa batas maksimum cemaran merkuri Hg dalam ikan dan produk perikanan seperti yang disajikan dalam tabel berikut SNI, 2009 : Tabel 2.1.3.1 Batas Maksimum SNI Cemaran Merkuri Hg pada Ikan No Kategori Pangan Kategori Pangan Batas Maksimum 09.0 Ikan dan hasil olahannya 0,5 mgkg Ikan Predator cucut, tuna, marlin, dll 1,0 mgkg Kekerangan bivalve Moluska dan Teripang 1,0 mgkg Udang dan krustasea lainnya 1,0 mgkg Hal yang sama juga disebutkan dalam Codex Alimentarius Guideline dan The European Community yang menetapkan batas kandungan merkuri khususnya metilmerkuri sebesar 0,5 mgkg pada ikan non-predator dan 1 mgkg pada ikan predator UNEP WHO, 2008.

2.1.4 Sumber dan Kegunaan Merkuri

Merkuri yang terdapat di lingkungan berasal dari berbagai sumber, diantaranya yang berasal dari proses yang menggunakan merkuri atau proses pengolahan limbah, emisi merkuri yang berasal dari penggunaan mineral dalam industri seperti batu bara, produksi energi yang menggunakan bahan bakar fosil, pertambangan emas serta logam lainnya dan merkuri yang berasal dari alam seperti aktivitas vulkanik, perubahan iklim, kebakaran hutan, dll Nordic Council, 2002. Tambang emas skala kecil merupakan sektor terbesar yang bergantung pada penggunaan merkuri. Menurut estimasi Mercury Watch oleh UNEP 2012, penggunaan merkuri dalam tambang emas skala kecil atau artisanal and small-scale gold mining ASGM mencapai 1400 ton pada tahun 2011 dan akan bertambah seiring dengan meningkatnya harga emas. Industri VCM merupakan industri terbesar kedua pengguna merkuri. Industri yang memproduksi polyvinyl chloride PVC yang umumnya digunakan pada plastik ini menggunakan merkuri sebagai katalis dalam proses produksinya UNEP, 2013. Merkuri, di dalam kehidupan sehari-hari banyak dimanfaatkan di berbagai bidang. Seperti merkuri elemental yang umumnya digunakan di dalam thermometer, barometer, lampu, baterai, amalgamasi dalam dunia kedokteran gigi, penyulingan, dan berbagai proses industri lainnya. Sedangkan merkuri inorganic umumnya dimanfaatkan sebagai campuran bahan baku cat, krim pencerah kulit, sabun, disinfektan, maupun perstisida EPA, 2013.

2.1.5 Merkuri pada Ikan

Merkuri di lingkungan terdiri dari berbagai bentuk kimia yang berbeda. Selain merkuri elemental, merkuri dapat diklasifikasikan sebagai merkuri inorganik dan merkuri organik. Merkuri diklasifikasikan sebagai merkuri organik ketika ia berikatan dengan senyawa kimia yang sebagian besar terdiri dari karbon. Merkuri di lingkungan dapat berubah sesuai dengan proses dari berbagai senyawa kimia yang bervariasi. Contoh dari merkuri organik adalah metilmerkuri dengan rumus kimia CH 3 Hg + yang disebabkan oleh aktivitas mikrobakteri, metilmerkuri umumnya ditemukan dalam lingkungan perairan. Metilmerkuri merupakan salah satu bentuk merkuri yang utama pada ikan. Bentuk kimia dari metilmerkuri membuatnya dapat dengan cepat menyebar dan terikat dalam protein dari biota air, termasuk protein dari jaringan otot ikan. Menurut Yamashita et al 2005 dalam berbagai spesies tuna kandungan dari total merkuri dalam bentuk metilmerkuri mencapai 70 hingga 77 persen HealthCanada, 2007. Menurut Sorensen 1991 dalam Suseno 2011, proses akumulasi logam pada ikan diawali dengan proses pengambilan uptake melalui insang dan kemudian diserap ke dalam seluruh jaringan tubuh yang kemudian tersimpan di dalamnya. Berbagai faktor yang mempengaruhi proses uptake merkuri dan jumlah akumulasinya antara lain kecepatan metabolism, ukuran, jenis, alkalinitas, pH, suhu, tingkat kontaminasi, sumber, serta tingkat kehidupan organisme itu sendiri. Menurut Heath 1987, masuknya merkuri ke dalam jaringan tubuh ikan terjadi ketika merkuri diangkut oleh darah dan berikatan dengan protein hemoglobin dalam sel darah merah ikan Suseno, 2011.