Derajat Pelulusan Air, Ketebalan Solum, dan Kebatuan Permukaan

26 porositas sebesar 0,13 dari 23,98 menjadi 23,85 , namun mengalami peningkatan kembali sebesar 30,09 dari 23,85 menjadi 53,94 pada tahun 2012 – 2013. Peningkatan porositas pada tahun 2013 terjadi pada wilayah dengan topografi bergelombang sebesar 30,09 , topografi berombak 24,28 dan topografi datar 21,32 . Hal ini disebabkan oleh adanya revegetasi tanaman tahunan seperti tanaman Mente dan Jati di lahan tegalan pada topografi bergelombang sehingga akar-akar tanaman tersebut mampu meningkatkan porositas tanah dan menurunkan tingkat kepadatan tanah. Kondisi tersebut dapat memperbaiki lahan yang semula kritis menjadi tidak kritis. Menurut Hairiah dkk, 2003, tanaman tahunan memberikan pengaruh positif terhadap kesuburan tanah, antara lain melalui: a peningkatan masukan bahan organik; b mengurangi kehilangan bahan organik tanah dan hara melalui perannya dalam mengurangi erosi, limpasan permukaan dan pencucian; c perbaikan kehidupan biota; d memperbaiki sifat fisik tanah seperti perbaikan struktur tanah, dan kemampuan menyimpan air.

5.4.2 Derajat Pelulusan Air, Ketebalan Solum, dan Kebatuan Permukaan

Derajat pelulusan air dinyatakan bermasalah jika kecepatan 0,7 cmjam, ; 8,0 cmjam. Hasil pengamatan derajat pelulusan air seperti pada Gambar 5.7. Gambar 5.7 Grafik Derajat Pelulusan Air Tahun 2011 – 2013 3,85 3,37 4,99 7,4 4,88 4,31 1,16 3,11 1,74 2 4 6 8 Datar Berombak Bergelombang DERAJAT PELULUSAN AIR cmjam Tahun 2011 Tahun 2012 Tahun 2013 Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. 27 Berdasarkan hasil pengamatan derajat pelulusan air permeabilitas pada wilayah dengan topografi datar pada tahun 2011 – 2012 mengalami peningkatan permeabilitas sebesar 47,97 dari 3,85 cmjam menjadi 7,4 cmjam, dan pada tahun 2012 – 2013 mengalami penurunan hingga 84,32 dari 7,4 cmjam menjadi 1,16 cmjam tergolong agak lambat permeabilitasnya. Pada topografi berombak di tahun 2011 – 2012 mengalami peningkatan sebesar 30,94 dari 3,37 cmjam menjadi 4,88 cmjam, dan di tahun 2012 – 2013 mengalami penurunan sebesar 36,27 dari 4,88 cmjam menjadi 3,11 cmjam tergolong sedang permeabilitasnya. Pada topografi bergelombang mengalami penurunan di tahun 2011 – 2012 sebesar 13,62 dari 4,99 cmjam menjadi 4,31 cmjam, daan di tahun 2012 – 2013 mengalami penurunan sebesar 59,63 dari 4,99 cmjam menjadi 1, 74 cmjam. Kondisi permeabilitas pada tahun 2013 tergolong agak lambat. Pada tahun 2013 wilayah dengan topografi datar, berombak, dan bergelombang mengalami penurunan permeabilitas. Hal ini disebabkan oleh adanya proses dispersi dengan pecahnya agregat-agregat tanah yang mengakibatkan partikel-partikel tanah yang halus menyumbat pori-pori tanah sehingga memperkecil memperlambat air masuk ke dalam tanah. Tejadinya proses dispersi disebabkan oleh kemantapan agregat tanah yang rendah pada masing-masing wilayah. Pada topografi datar menunjukan presentasi penurunan lebih tinggi 84,32 dibandingkan topografi berombak 36,27 dan bergelombang 59,63 . Topografi datar memungkinkan terjadinya erosi adalah kecil sehingga tanah-tanah yang terdispersi lebih banyak menyumbat pori-pori tanah dan akan terjadi pemadatan tanah. Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. 28 Permeabilitas derajat pelulusan air dipengaruhi oleh struktur, tekstur, porositas, viskositas cairan, gravitas, serta berat isi dan berat jenis tanah. Tanah dengan permeabilitas tinggi dapat menaikan laju infiltrasi sehingga menurunkan laju air di permukaan run-off. Permeabilitas di Kecamatan Manding termaksuk kategori tidak kritis. Upaya meningkatkan permeabilitas tanah dapat dilakukan dengan sistem agroforestri pada topografi datar dan penanaman sesuai kontur tanaman lorong pada topografi berombak dan bergelombang. Permeabilitas tanah yang rendah akan menyebabkan infiltrasi menjadi rendah sehingga partikel air yang seharusnya dapat tersimpan ke dalam tanah lebih banyak mengalami run-off aliran permukaan. Aliran permukaan dapat mengikis partikel tanah sehingga semakin lama tanah akan mudah tererosi dan menjadi dangkal. Hasil pengamatan ketebalan solum seperti pada Gambar 5.8. Gambar 5.8 Grafik Ketebalan Solum Tahun 2011 – 2013 Berdasarkan hasil pengamatan ketebalan solum di wilayah dengan topografi datar di tahun 2011 – 2012 menunjukan penurunan ketebalan solum sebesar 14,28 dari 61,25 cm menjadi 52,5 cm, dan di tahun 2012 – 2013 tidak mengalami perubahan. Pada wilayah dengan topografi berombak mengalami 61,25 59 52,5 52,5 48 52,5 52,5 44 40 10 20 30 40 50 60 70 Datar Berombak Bergelombang KETEBALAN SOLUM cm Tahun 2011 Tahun 2012 Tahun 2013 Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. 29 penurunan ketebalan solum di tahun 2011 – 2012 sebesar 18,64 dari 59 cm menjadi 48 cm, dan di tahun 2012 – 2013 mengalami penurunan sebesar 8,33 dari 48 cm menjadi 44 cm. Sedangkan pada wilayah dengan topografi bergelombak ketebalan solum tetap stabil di tahun 2011 - 2012 namun mengalami penurunan sebesar 23,08 di tahun 2013 dari 52,5 menjadi 40 cm. Penurunan ketebalan solum pada wilayah dengan topografi datar pada tahun 2011 disebabkan oleh pengolahan tanah yang tidak sesuai dengan kelestarian lingkungan. Pada topografi berombak dan bergelombang disebabkan oleh adanya erosi massa yang terjadi di beberapa lokasi di Kecamatan Manding, dan jumlah vegetasi penutup tanah yang tidak banyak sehingga tanah menjadi rentan terhadap gangguan seperti erosi, pencucian leaching, atau limpasan permukaan run-off. Dengan ketebalan solum berkisar antara 40 – 62 cm hal ini menyatakan ketebalan solum di Kecamatan Manding tidak melebihi ambang kritis. Terjadinya penurunan ketebalan solum setiap tahunnya merupakan indikasi peningkatan kekritisan pada wilayah tersebut. Jika tidak ada penangganan lebih lanjut tanah di wilayah tersebut bisa menjadi semakin kritis. Pada wilayah Kecamatan Manding yang didominasi oleh batuan berbahan induk kapur, erosi yang terjadi terus-menerus dapat menyebabkan hilangnya lapisan tanah atas sehingga mengurangi ketebalan solum dan dapat mengangkut batuan-batuan kecil hingga sedang di permukaan. Selain itu batuan tersebut mudah lapuk dan mudah terdispersi oleh tekanan air hujan. Hasil pengamatan kebatuan permukaan seperti pada Gambar 5.9 sebagai berikut. Gambar 5.9 Grafik Kebatuan Permukaan Tahun 2011 – 2013 33,75 40,6 45 20 34 42,5 7,5 30 15 10 20 30 40 50 Datar Berombak Bergelombang KEBATUAN PERMUKAAN Tahun 2011 Tahun 2012 Tahun 2013 Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. 30 Berdasarkan hasil pengamatan jumlah batuan di permukaan pada wilayah dengan topografi datar mengalami penurunan sebesar 13,75 di tahun 2011 – 2012 dari 33,75 menjadi 20 sedangkan di tahun 2012 – 2013 mengalami penurunan sebesar 12,5 dari 20 menjadi 7,5 . Pada topografi berombak di tahun 2011 – 2012 mengalami penurunan sebesar 6,6 dari 40.6 menjadi 34 , dan di tahun 2012 – 2013 penurunan sebesar 4 dari 34 menjadi 30 . Sedangkan pada topografi bergelombang mengalami penurunan di tahun 2011 – 2012 sebesar 2,5 dari 45 menjadi 42,5 , dan di tahun 2012 – 2013 sebesar 27,5 dari 42,5 menjadi 15 . Batuan di permukaan merupakan batuan yang besarnya 2mm. Berkurangnya jumlah batuan di permukaan pada masing-masing wilayah disebabkan oleh proses pengangkutan yang disebabkan adanya limpasan permukaan run-off dan erosi. Sehingga ketika musim hujan dengan curah yang cukup tinggi tanah dan batuan di permukaan akan mudah terdispersi dan terangkut tererosi. Kebatuan di pemukaan Kecamatan Manding tidak menunjukan kekritisan pada wilayah tersebut. Berdasarkan uraian di atas pada tahun 2011 – 2013 perkembangan wilayah dengan topografi datar, topografi berombak, dan topografi bergelombang mengalami perbaikan kondisi lahan. Perbaikan kondisi lahan tersebut dapat dilihat dari parameter yang diamati seperti kebatuan permukaan, berat isi, porositas total, yang menunjukan perubahan ke arah perbaikan. Hal ini disebabkan oleh sudah dilakukannya revegetasi dengan penanaman tanaman pada lahan terbuka dan terdapat tindakan konservasi pada masing-masing wilayah. Parameter lainnya seperti ketebalan solum dan derajat pelulusan air permeabilitas mengalami peningkatan kekritisan yang bila mana tidak segera ditanggani maka akan berpotensi semakin kritis. Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. 31

5.5 Arahan Perbaikan Lahan Kritis di Kecamatan Manding