12 penggunaan lahan sesuai dengan kemampuannya, tindakan konservasi tanah
dan air, penyiapan tanah dalam keadaan olah yang baik, penggunaan sistem pergiliran tanaman yang baik, menyediakan unsur hara yang cukup dan
seimbang. Menurut Arsyad 2000, konservasi tanah untuk menanggulangi lahan kritis
diartikan sebagai penempatan setiap bidang tanah pada cara penggunaan yang sesuai dengan kemampuan tanah tersebut dan memperlakukannya sesuai
dengan syarat-syarat yang diperlukan agar tidak terjadi kerusakan tanah. Usaha konservasi tanah terdiri dari 3 metode fisik-mekanik, kimiawi, dan
biologis vegetatif.
a. Metode Fisik-Mekanik
Metode mekanis konservasi tanah berfungsi sebagai memperlambat aliran permukaan, menampung dan menyalurkan aliran permukaan dengan kekuatan
yang tidak merusak, memperbesar penyerapan air ke dalam tanah dan memperbaiki aerasi tanah, penyediaan air bagi tumbuhan.
Beberapa metode konservasi mekanik adalah sebagai berikut: 1 pengolahan tanah tillage, 2
pengolahan tanah menurut kontur contur cultivation, 3 guludan, 4 teras, 5 dam penghambat chek dam, 6 waduk, rorak, tanggul, dan 6 perbaikan
drainase dan irigasi Arsyad, 2012.
b. Metode Kimiawi
Metode kimiawi merupakan usaha konservasi tanah menggunakan bahan kimia atau secara kimiawi, baik bahan kimia sintesis atau alami. Senyawa
organik tertentu dapat memperbaiki dan meningkatkan stabilitas agregat tanah, akan tetapi senyawa organik tersebut masih terlalu mahal untuk dipergunakan
secara luas. Metode kimiawi ini jarang digunakan dalam usaha konservasi tanah Arsyad, 2000.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
13
c. Metode Biologis Vegetatif
Metode vegetatif merupakan usaha konservasi tanah dengan melakukan penanaman dengan berbagai jenis tanaman. Metode vegetatif yang digunakan
dalam konservasi tanah meliputi; penanaman majemuk multiple cropping, pergiliran tanaman crop rotation, tumpang sari intercropping, mulsa dan lain-
lain. Aplikasi metode vegetatif yang dapat digunakan yaitu sistem pertanaman lorong, sistem pertanaman strip pagar, tanaman penutup tanah, mulsa,
pengelompokan tanaman dalam bentang alam, penyesuaian jenis tanaman berdasarkan wilayah Sutardjo, 2011.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
14
III. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN
3.1 Letak Kecamatan Manding
Kabupaten Sumenep yang berada di ujung timur Pulau Madura terletak antara 113
° 32’ 54” - 116° 16’ 48” Bujur Timur dan 4° 55’ - 7° 24’ Lintang Selatan. Secara geografis berada pada ketinggian antara 250
– 450 m dpl. Kecamatan Manding merupakan salah satu kecamatan yang terdapat di
Kabupaten Sumenep, Pulau Madura, Jawa Timur. Kecamatan ini memiliki luas 68,88 km
2
, terdiri dari 11 desa. Batas-batas wilayah meliputi: sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Batu Putih, sebelah Selatan berbatasan dengan
Kecamatan Kota Sumenep, sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Gapura, dan sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Rubaru.
3.2 Kondisi Fisiografis Kecamatan Manding
Kondisi fisiografis di Kecamatan Manding meliputi bentuk topografinya, tingkat kekritisan lahan, jenis tanah, jenis vegetasi dan tindakan konservasi.
Berdasarkan kondisi topografinya Kecamatan Manding merupakan daerah datar, berombak, dan bergelombang dengan bahan induk tanah adalah kapur. Jenis
tanah didominasi oleh Alfisol. Kemiringan lereng berkisar antara 1 – 12 .
Wilayah pada topografi datar dengan kelerengan 3 meliputi Desa Kasengan, Desa Manding Daya, Desa Manding Laok, dan Desa Manding Timur
Lampiran Gambar 1. Wilayah pada topografi berombak dengan kelerengan 3 – 8 meliputi Desa Gading, Desa Jaba’an, Desa Giring, Desa Tenonan, dan
Desa Gunung Kembar Lampiran Gambar 2. Sedangkan wilayah dengan kelerengan 8
– 15 topografi bergelombang meliputi Desa Lanjuk dan Desa Lalangon Lampiran Gambar 3.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.