Pemberdayaan kaum dhuafa melalui program Laboratorium Skill (Lab.Skill) di Yayasan Bina Insan Mandiri Depok

(1)

PEMBERDAYAAN KAUM DHUAFA MELALUI PROGRAM LABORATORIUM SKILL (LAB. SKILL) DI YAYASAN BINA INSAN

MANDIRI DEPOK

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)

Oleh

Mustofa

104054102121

PROGRAM STUDI KESEJAHTERAAN SOSIAL FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA


(2)

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau

merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 14 Februari 2010

Mustofa

NIM. 104054102121


(3)

PEMBERDAYAAN KAUM DHUAFA MELALUI PROGRAM LABORATORIUM SKILL (LAB. SKILL) DI YAYASAN BINA INSAN

MANDIRI DEPOK

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial Islam (S.Kom.I)

Oleh Mustofa 104054102121

Pembimbing

Drs. Helmi Rustandi, M.Ag NIP 19601208 198803 2 005

PROGRAM STUDI KESEJAHTERAAN SOSIAL FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA


(4)

PENGESAHAN PANITIA UJIAN

Skripsi berjudul Pemberdayaan Kaum Dhuafa Melalui Program Laboratorium Skill (Lab Skill) di Yayasan Bina Insan Mandiri Depok telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada 4 Maret 2010. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Komunikasi Islam pada Program Studi Konsentrasi Kesejahteraan Sosial.

Jakarta, 4 Maret 2010

Sidang Munaqasyah

Ketua Merangkap Anggota Sekretaris Merangkap Anggota

Drs. Wahidin Saputra, MA DR. Moh. Ali Wafa, M. Ag NIP 19700903 199603 1 001 NIP 150 321 584

Anggota

Penguji I Penguji II

Dra. Mahmudah F. ZA, M. Pd Wati Nilamsari, M. Si NIP 19640212 199703 2 001 NIP 19710520 199903 2 002

Pembimbing

Drs. Helmi Rustandi, M. Ag NIP 19601208 198803 2 005


(5)

ABSTRAK

Mustofa: Pemberdayaan Kaum Dhuafa Melalui Program lab Skill di Yayasan Bina Insan Mandiri Depok

Dalam rangka upaya penguatan kaum dhuafa agar tebentuknya capacity building bagi mereka, sehingga kaum dhuafa mempunyai kemampuan dalam kehidupannya, Yayasan Bina Insan Mandiri Depok hadir dan concern terhadap masalah tersebut khususnya kemiskinan yang berakar pada kurangnya pendidkan dan pelatihan bagi masyarakat, yang menyebabkan mereka selalu berada di posisi terendah dalam sebuah roda kehidupan, dengan diberikannya pendidikan dan pelatihan ditengah mahal dan sulitnya seseorang untuk mengembangkan kapasitasnya diharapkan kaum dhuafa menjadi semakin kuat..

Lewat program laboratorium skill yaitu tempat pendidikan dan pelatihan bagi kaum dhuafa seperti; anak jalanan, pengamen, pemulung, pengasong dll, di YABIM diharapkan meningkatnya SDM yang baik sebagai bekal kaum dhuafa kelak, dengan skill yang diperoleh dari laboratorium tersebut kaum dhuafa diharapkan menjadi mandiri dalam kehidupannya tidak lagi menjadi bagian dari masalah sosial yang membebani pemerintah dan masyarakat dan bahkan mereka mampu menjadi bagian dari agen atau unsur pembangunan bangsa.

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan pendekatan kualitatif agar mendapatkan hasil penelitian yang mendalam yakni dengan menggunakan teknik wawancara dan observasi. Sample purposif yang digunakan sebanyak 4 orang yaitu ketua yayasan, instruktur lab skill percetakan dan 2 peserta pelatihan lab skill percetakan.dengan alasan agar penelitian yang dilakukan sesuai dengan masalah yang ingin diketahui.

Hasil dalam penelitian ini menunjukan bahwa pelaksanaan pemberdayaan dilakukan secara bertahap. tahapan pemberdayaan yang tergambar pada pelaksanaan dari program lab skill percetakan yaitu: tahap persiapan dimana pihak Yabim mempersiapkan segala sesuatunya dalam memulai pelatihan keterampilan ini, tahap assesmen adalah tahap pengungkapan minat bakat pada peserta pelatihan, tahap perencanaaan adalah tahap yang dipersiapkan sebelum kegiatan pelatihan dilakukan, tahap formulasi aksi adalah penentuan program berupa keterampilan percetakan, tahap pelaksanaan program adalah tahap kegiatan yang dimulai dari perekrutan hingga penyaluran peserta, tahap evaluasi berfungsi untuk mengukur perkembangan program percetakan ini, dan tahap terminasi adalah tahap pemutusan secara formal bertujuan agar peserta pelatihan mandiri dan menerapkan keterampilan yang telah dipelajari sebagai bekal hidup mereka.


(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena dengan rahmat dan kasih sayangnyalah penulis akhirnya bisa menyelesaikan skripsi ini dan shalawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada baginda Rasulullah Muhammad SAW, begitu juga kepada keluarga, sahabat dan tabi’it- tabi’innya

Dalam penyusunan skripsi ini tentu tidak terlepas dari bimbingan, masukan serta motivasi dari banyak pihak, oleh karena itu melalui kata pengantar ini penulis mengucapkan terima kasih dan memberikan apresiasi setingi-tingginya atas segala bantuan baik moril maupun materil serta masukan ide yang membangun bagi penulis. Untuk itu dengan kerendahan hati, penulis haturkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Ayahanda H. Hasan yang tidak mengenal lelah mendidik penulis sampai saat ini serta bekerja keras memberikan apa yang dapat ia berikan kepada penulis. Kepada ibunda Hj. Eni Suhaeni yang dengan ketabahan hati, mencurahkan perhatian, serta kasih sayangnya yang tulus, menjaga dan memberikan ketentraman kepada penulis hingga saat ini, segala doa-doanya yang terus mengalir tiada henti untuk penulis. Atas semua yang telah diberikan semoga Allah SWT membalas segala kebaikannya, kemudian semoga penulis bisa memberikan yang terbaik untuk mereka.

2. Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Prof. DR. Komarudin Hidayat, MA, Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi DR. Arief Subhan, M.Ag, para dosen di Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, dosen pada Jurusan Kesejahteraan Sosial yang telah mentransformasikan nilai,


(7)

pengetahuan serta keterampilan kepada penulis. Terimaksih atas semua yang telah diberikan semoga mendapatkan balasan kebaikan.

3. Dosen Pembimbing bapak Drs, Helmi Rustandi, M.Ag yang telah memberikan ruang, waktu serta selalu bersabar selama membimbing penulis dalam menyusun skripsi ini, terima kasih atas masukan, saran serta motivasinya.

4. Yayasan Bina Insan Mandiri Depok, kepada bapak Nurrohim, bapak Mustami’in, bapak Abdul Basit terima kasih sudah mempersilahkan untuk melakukan penelitian di YABIM

5. Guru-guruku di Pon-Pest Asy-syahadatain Nurul Huda Munjul Cirebon, khususnya para Kyai & Nyai, kepada kyai Hasan Ma’mun dan nyai Maimunah serta keluarga, terimakasih atas segala ilmunya.

6. Keluargaku tercinta di Cirebon, Kakek, Nenek, Paman, Bibi, sepupu, Kakak- kakaku; Ce Elis, ce Iyan, kang Mas & kang Acenk, Keponakan-keponakanku; Satria, Aisah Intan & Nok Ninis…Kalian adalah inspirasiku.. 7. Seseorang yang selalu menemani dalam keseharianku meskipun dia jauh

disana dan selalu mendoakan untuk keberhasilanku semoga selalu dikuatkan dalam menjalani kehidupan ini, terima kasih atas semua yang telah kau berikan.

8. Om Ajiz Moslem dan Planet 13 yang selalu memberikan bimbingan kepada penulis dalam menjalankan kehidupan ini, segala kebaikanmu tidak akan pernah aku lupakan.

9. Teman-temanku di jurusan Kesos, Ersyad, Imam al-Bantani, Magfirah, Anita, dkk yang slalu menemani dalam penulisan skripsi ini. khususnya


(8)

angkatan 2004 “ Izul, Dedy, Jawa, Apip, Item, Hafiz, Ipuy, Wahit, B’jah, Idung, Fahrudin, Sam, Putri, Winda, Ade, Ziar, Emy, Fitrah, Nana, Nadya, Sarti, Dhea terima kasih atas semua kebersamaannya.

10.Teman-temanku di asrama IKBAL Ciputat yang selalu bersama dalam melewati perjuangan kehidupan untuk mengejar sebuah arti keberhasilan, Qply, Abiq, Dimmy, chiwank, ucup, Tofik, iming, yudi, ade, Ali kwadrat, Rosyid, Pian, Sukur, Ubay, Alifah, pipit, Tomo terima kasih atas kebersamaannya Dan kepada Anggota Ikbal lainnya Lukman, roni dll yang tidak bisa disebutkan satu persatu, kemudian buat teman-teman di Sosiologi Agama; Iwes, Ariel, Ade, ghoziel, Eros yang terkadang nongkrong bareng.

Sebagai kata akhir, penulis hanya beharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembaca pada umumnya, segala kebaikan hanya milik Allah dan segala kehilafan hanyalah milik penulis, sekian dan terima kasih.

Jakarta 14 Februari 2010


(9)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ……….. i

KATA PENGANTAR ………... ii

DAFTAR ISI ………. v

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ……… 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ……… 7

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ……… 9

D. Metodologi Penelitian ………. 10

E. Sistematika Penulisan ………. 16

BAB II KERANGKA TEORI A. Pemberdayaan Masyarakat ………. 18

1. Pengertian Pemberdayan Masyarakat ………. 18

2. Strategi Pemberdayan Masyarakat ………. 22

3. Tahapan Pemberdayaan Masyarakat ………. 23

B. Pengertian Dhu’afa, Fakir dan Miskin ……….. 26

C. Pengertian Laboratorium Skill ……….. 33

BAB III GAMBARAN UMUM YAYASAN BINA INSAN MANDIRI DEPOK A. Sejarah Berdirinya Yayasan Bina Insan Mandiri Depok …. 36 B. Visi dan Misi ……… 39

C. Identitas Yayasan ………. 39

D. Sarana dan Prasarana ……….. 40

E. Struktur Organisasi ……….. 42

F. Pembiayaan Operasional ……… 43

G. Program dan Kegiatan ……… 43


(10)

A. Analisis Program Pemberdayaan Pada Lab skill Percetakan 46

1. Tahap Persiapan ……….. 50

2. Tahap Assesmen ………. 54

3. Tahap Perencanan ……….. 55

4. Tahap Formulasi Aksi ……… 56

5. Tahap Pelaksanaan Program ……… 56

6. Tahap Evaluasi ……….. 60

7. Tahap Terminasi ……… 67

B. Faktor Pendukung dan Penghambat dalam Program Lab Skill Percetakan ………. 68

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ………. 70

B. Saran ……… 72

DAFTAR PUSTAKA ……….. 74 LAMPIRAN


(11)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Kemiskinan merupakan masalah yang ada sudah sejak lama dan hampir bisa dikatakan akan tetap menjadi “kenyataan abadi” dalam kehidupan. Kemiskinan sendiri terjadi sebagai dampak pembangunan. Masyarakat miskin umumnya lemah dalam kemampuan berusaha dan terbatas aksesnya kepada kegiatan ekonomi, sehingga tetinggal jauh dari masyarakat yang mempunyai potensi lebih tinggi.

Kemiskinan secara umum sebagaimana kita ketahui adalah sebuah kondisi dimana masyarakat tidak bisa memenuhi kebutuhan dasar untuk kelangsungan hidupnya Parsudi Suparlan dalam bukunya menjelaskan bahwa “secara singkat kemiskinan dapat didefinisikan sebagai suatu standar tingkat hidup yang rendah, yaitu adanya suatu tingkat kekurangan materi pada sejumlah atau segolongan orang dibandingkan dengan standar kehidupan yang umum berlaku dalam masyarakat yang bersangkutan. Standar kehidupan yang rendah ini secara langsung tampak pengaruhnya terhadap tingkat keadaan kesehatan, kehidupan moral, dan rasa harga diri dari mereka yang tergolong sebagai orang miskin.”1

Kemiskinan terjadi disebabkan oleh banyak faktor dan begitu kompleks sekali dalam mengklasifikasikannya. Meskipun menurut Badan Pusat Statistika jumlah kemiskinan di tahun 2009 menurun dengan data BPS pada awal Juli mengumumkan, hasil survei pada Maret 2009 yang

1

Parsudi Suparlan, Kemiskinan di Perkotaan, (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 1995), Cet. ke-3, h. 1


(12)

menunjukkan jumlah orang miskin di Indonesia menjadi sebanyak 32,53 juta jiwa atau 14,15 % dari total jumlah penduduk Indonesia. Data itu menunjukkan penduduk miskin berkurang 2,43 juta jiwa dibandingkan dengan hasil survei pada maret 2008 yang mencapai 34,96 juta jiwa atau 15,42 % dari total populasi.

Menurut Deputi Statistik Sosial BPS, Arizal Manaf, dalam survei ini angka jumlah orang miskin tersebut diperoleh berdasarkan garis kemiskinan atau jumlah pengeluaran sebesar Rp 200.262 per orang per bulan. Penghitungan Rp 200.262 ribu tersebut dirinci terdiri dari Rp147,339 untuk makan per bulan dan Rp 52.923 untuk pengeluaran non makanan, seperti tempat tinggal dan pakaian per bulan.2

Meskipun data BPS menyatakan bahwa jumlah kemiskinan bekurang di tahun 2009 tetapi pada kenyataannya masih banyak sekali masyarakat yang merasakan berat dan susahnya menjalani kehidupan, terlihat di jalanan-jalanan kota besar anak-anak di usia sekolah mencari penghasilan karena kondisi sulit keluarganya, selain itu dengan ditandai susahnya usia kerja untuk mendapatkan pekerjaan, tercatat peningkatan jumlah pengangurann di Indonesia tahun 2009 menurut Analisis Divisi Vibiz Research unit dari Vibiz Consulting melihat adanya potensi peningkatan pengangguran tersebut maka akan membuat pengangguran meningkat menembus level 10 juta pada tahun 2009.

Berdasarkan data BPS jumlah pengangguran di Indonesia mencapai 9,4 juta orang. Dimana komposisinya berdasarkan pendidikan adalah:

2

Data Jumlah Kemiskinan Tahun 2009 Versi BPS Artikel diakses Pada 27 September 2009 dari http://www.waspada.co.id


(13)

Dibawah Sekolah Dasar sebanyak 547 ribu, Sekolah Dasar sebanyak 2,1 Juta, SMP dan sederajat 1,973 juta, SMA dan sederajat 3,81 juta, Diploma dan sederajat 362 ribu dan Universitas dan sederajat sebanyak 600 ribu jiwa.3

Tabel 1

Jumlah penganguran berdasarkan tingkat pendidikan tahun 2009

No Tingkat

Pendidikan Jumlah Pengangguran

1 < SD 547 ribu

2 SD 2,1 juta

3 SMP dan Sederajat 1,973 juta 4 SMA dan sederajat 3, 81 juta

5 Diploma 362 ribu

6 S1 600 ribu

7 Jumlah 9, 4 juta

Sumber: BPS

Terjadinya ketimpangan seperti ini karena pendekatan penanggulangan kemiskinan masih terpaku pada pendekatan pertumbuhan ekonomi sehingga terjadi distorsi pembangunan yaitu pembangunan ekonomi tidak sejalan dengan pembangunan sosial.

Kondisi SDM yang lemah dikarenakan kondisi pendidikan yang rendah menambah lengkap penderitaan orang miskin untuk selalu berada pada kondisi marginal/ terasing dari aktifitas ekonomi yang menyebabkan banyak dari mereka putus asa dan bertahan pada kondisi miskin karena keterbatasaan mereka.

Krisis moneter di Indonesia pada tahun 1997 sampai saat ini telah mempengaruhi kehidupan perekonomian masyarakat yaitu rendahnya penghasilan sehingga tidak cukup untuk menunjang kehidupan keluarga yang berakibat kepada kebutuhan dasar yang tidak terpenuhi. Masalah kemiskinan

3


(14)

di Indonesia saat ini dirasakan sangat mendasar untuk ditangani salah satu ciri umumnya adalah kondisi masyarakat yang miskin tidak memilki sarana dan prasarana, perumaham, dan pemukiman yang tidak memadai, kualitas lingkungan yang kumuh dan tidak layak huni.

Masalah kemiskinan adalah tangung jawab bersama bukan hanya pemerintah saja sebagai stakeholder tetapi juga masyarakat pada umumnya sangat berpengaruh dalam penanggulangani masalah kemiskinan, karena masyarakat justru yang paling dekat dengan kemiskinan bahkan mungkin sebagai pelaku dari kemiskinan itu sendiri.

Bappenas (2002) telah menetapkan dua strategi utama penanggulangan kemiskinan, yaitu: Pertama meningkatkan pendapatan melalui peningkatan produktivitas, dimana masyarakat miskin memiliki kemampuan pengelolaan, memperoleh peluang dan perlindungan untuk memperoleh hasil yang lebih baik dalam berbagai kegiatan ekonomi, sosial budaya maupun politik. Kedua mengurangi pengeluaran melalui pengurangan beban kebutuhan dasar seperti akses ke pendidikan, kesehatan dan infrastruktur yang mempermudah dan mendukung kegiatan sosial ekonomi. Kedua strategi tersebut dijabarkan dalam pilar langkah kebijakan sebagai berikut:

Dalam rangka upaya peningkatan kemampuan/capacity building maka strategi yang dipilih adalah peningkatan kemampuan dasar masyarakat miskin untuk meningkatkan pendapatan melalui langkah perbaikan kesehatan dan pendidikan, peningkatan keterampilan usaha, permodalan, prasarana, teknologi, serta informasi pasar.


(15)

Dalam rangka upaya perlindungan sosial/social protection maka strategi yang dipilih adalah memberikan perlindungan dan rasa aman bagi masyarakat miskin, utamanya kelompok masyarakat yang paling miskin yaitu fakir miskin, orang jompo, anak terlantar, cacat dan kelompok masyarakat miskin yang disebabkan oleh bencana alam, dampak negatif, krisis ekonomi dan konflik sosial yang diarahkan melalui kemampuan kelompok masyarakat dalam menyisihkan sebagian dari penghasilan melalui mekanisme tabungan kelompok.

Dalam rangka upaya pemberdayaan masyarakat/community empowerment, maka strategi yang dipilih adalah peningkatan kualitas sumberdaya manusia, pemantapan organisasi dan kelembagaan sosial, politik, ekonomi, dan budaya sehingga mampu mengakses dan berpartisipasi dalam pengambilan kebijakan dan perencanaan publik.4

Dalam menangani masalah kemiskinan perlu adanya pendekatan yang bersifat jangka panjang sehingga penanganannya tidak bersifat karitatif/sementara, pendekatan Pemberdayaan Masyarakat dalam disiplin ilmu kesesjahteraan sosial memang salah satu alternatif dalam menanggulangi masalah kemiskinan karena pendekatannya menjadikan masyarakat lebih mandiri.

Pemberdayaan menurut Edi Soeharto menunjuk pada kemampuan orang, khususnya kelompok rentan dan lemah sehingga mereka memilki kekuatan atau kemampuan dalam memenuhi kebutuhan dasarnya sehingga mereka memiliki kebebasan, dalam arti bukan saja bebas mengemukakan

4

Penangulangan Kemiskinan, artikel di akses pada 28 September 2009 dari www.google.com


(16)

pendapat, melainkan bebas dari kelaparan, bebas dari kebodohan, bebas dari kesakitan, menjangkau sumber-sumber produktif yang memungkinkan mereka dapat meningkatkan pendapatannya dan memperoleh barang-barang dan jasa-jasa yang mereka perlukan, dan berpartisipasi dalam proses pembangunan dan keputusan-keputusan yang mempengaruhi mereka.5

Program Pemberdayaan Masyarakat sangat bermanfaat untuk diterapkan dalam menangani masalah-masalah sosial khususnya masalah kemiskinan yang kian hari kian memprihatinkan. Program pemberdayaan saat ini sudah banyak diterapkan di lembaga-lembaga baik pemerintah maupun non pemerintah, baik itu dipanti-panti, atau yayasan-yayasan seperti program pemberdayaan yang diterapkan oleh Yayasan Bina Insan Mandiri Depok lewat PKBM (Pusat kegiatan belajar masyarakat) Yayasan Bina Insan Mandiri Depok memberikan program pemberdayaan masyarakat lewat program keterampilan yang diberi nama Lab Skill (Laboratorium Skill). dengan pelatihan dan keterampilan yang diberikan kepada kaum dhuafa yang mencakup didalamnya anak jalanan, pengamen, pemulung, pengemis dan lain-lain yang berada disekitar terminal Depok mulai dari keterampilan otomotif, percetakan, pengolahan limbah dan banyak lagi yang kesemuanya itu diharapkan agar kaum Dhu’afa atau kaum yang kurang beruntung mempunyai keterampilan sehigga dapat diterapkan dalam dunia kerja yang bertujuan untuk meningkatkan penghasilan hidupnya sebagai cita-cita kesejahteraan pada diri mereka.

5

Edi Suharto, Membangun Masyarakat, Memberdayakan Rakyat, (Bandung: Rafika Aditama, 2005), h. 59-60


(17)

Yayasan Bina Insan Mandiri Depok adalah lembaga yang concern terhadap masalah sosial khususnya kemiskinan yang berakar pada kurangnya pendidikan dan pelatihan bagi masyarakat miskin, Mereka diberikan pendidikan dan pelatihan ditengah mahal dan sulitnya seseorang terlebih orang miskin untuk mengenyam pendidikan dan pelatihan di negeri ini. Kehadiran Yayasan Bina Insan Mandiri Depok memberikan secercah harapan baru untuk masa depan kaum dhu’afa

Secara administratif Yayasan Bina Insan Mandiri Depok berdiri pada tahun 2004. Bapak Nurrohim dan Purwandiono yang menggagas dan mendirikan lembaga ini karena melihat kondisi lingkungannya yang memprihatinkan, para pengasong, pengamen, pemulung, anak-anak para pedagang kecil yang kurang mampu serta yatim piatu adalah bagian dari lingkungannya, dari latar belakang tersebut berdirilah Yayasan Bina Insan Mandiri Depok dengan tujuan pendidikan dan pelatihan bagi mereka.

Dari gambaran di atas maka penulis tertarik sekali untuk meneliti bagaimana pelaksanaan pemberdayaan melalui program keterampilan Laboratorium Skill di Yayasan Bina Insan Mandiri Depok, dengan demikian penulis memilih judul : “ Pemberdayaan Kaum Dhu’afa Melalui Program Lab. Skill di Yayasan Bina Insan Mandiri Depok”

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah 1. Batasan Masalah

Yayasan Bina Insan Mandiri Depok lewat PKBM (Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat) menyelenggarakan beberapa program yang berkaitan


(18)

dengan pendidikan dan pelatihan diantaranya yaitu menyelenggarakan pendidikan kesetaraan Paket A, B, C, PAUD serta kursus dan pelatihan bagi masyarakat Dhua’fa, termasuk diadalamnya Program Laboratorium Skil. Program lab skill adalah program keterampilan yang bertujuan memberdayakan kaum dhu’afa. Program tersebut diantaranya keterampilan komputer, kursus menjahit, service handphone, penggemukan hewan ternak, pengobatan dan budi daya jamur, percetakan dll. Karena banyaknya program keterampilan yang ada pada program lab. skill dan itu bersifat mitra atau kerjasama dengan institusi lain maka penelitian ini berfokus pada bagaimana pelaksanaan program pemberdayaan yang dilakukan oleh Yayasan Bina Insan Mandiri Depok melalui program Lab. skill percetakan alasannya adalah karena program percetakan adalah program yang satu-satunya sudah milik sendiri dari Yayasan Bina Insan Mandiri Depok oleh karena itu sangat efektif untuk diteliti.

2. Rumusan Masalah

Setelah memahami latar belakang dan batasan masalah penelitian, agar uraian dalam bab-bab selanjutnya tidak meluas secara tidak menentu, maka rumusan masalah yang akan penulis jabarkan adalah sebagai berikut:

1) Bagaimana pelaksanaan pemberdayaan kaum dhuafa melalui program lab. skill keterampilan percetakan?

2) Apakah faktor pendukung dan penghambat dalam pelaksanaan pemberdayaan melalui lab. skill keterampilan percetakan ?


(19)

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.Tujuan penelitian

Berdasarkan pokok permasalahan yang telah peneliti rumuskan di atas maka tujuan dari penelitian ini adalah:

1) Untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan pemberberdayaan kaum dhu’afa melalui lab. skill keterampilan percetakan.

2) Untuk mengetahui faktor pendukung dan penghambat pemberdayaan kaum dhu’afa melalui program lab. skill keterampilan percetakan. 2.Manfaat Penelitian

a. Manfaat Akademik

1) Menambah khasanah akademik berupa dokumen teknis pada ranah ilmu kesejahteraan sosial khususnya masalah kemiskinan melalui pemberdayaan masyarakat.

2) Mengenal lebih jauh Yayasan Bina Insan Mandiri Depok sebagai salah satu yayasan yang ikut serta dalam penanggulangan masalah sosial.

3) Sebagai prasyarat akhir untuk mendapat gelar sarjana starta satu (S1) b. Manfaat Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pembaca dan juga sebagai bahan pembelajaran untuk menambah pengetahuan. khususnya bagi praktisi yang bergelut pada penaggulangan masalah sosial.


(20)

D. Metodologi Penelitian 1.Metode Penelitian

Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah menggunakan metode penelitian kualitatif. Dimana menurut Bodgan dan Taylor, metodologi kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan prilaku yang dapat diamati. Penelitian ini diarahkan pada latar dari individu tersebut secara utuh.6

Sedangkan menurut Nawawi pendekatan kualitatif dapat diartikan sebagai rangkaian kegiatan atau proses menjaring informasi, dari kondisi sewajarnya dalam kehidupan suatu objek, dihubungkan dengan pemecahan suatu masalah, baik dari sudut pandang teoritis maupun praktis. Penelitian kualitatif dimulai dengan mengumpulkan informasi-informasi dalam situasi sewajarnya, untuk dirumuskan menjadi suatu generalisasi yang dapat diterima oleh akal sehat manusia.7

Oleh karena itu, pendekatan penelitian ini dipilih oleh penulis berdasarkan tujuan penelitian yang ingin mendapatkan gambaran proses dari pelaksanaan program pemberdayaan kaum dhu’afa melalui program lab skill keterampilan percetakan di Yayasan Bina Insan Mandiri Depok.

Untuk mendapatkan hasil dari penelitian ini, penulis mendapatkan data yang diperlukan melalui temuan data di lapangan dengan mencari data-data yang ada yaitu penulis mengumpulkan data-data-data-data yang berkaitan dengan masalah yang dibahas.

6

Lexy J Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1999), h. 3

7

Nawawi Hadari, Instrumen Penelitian Bidang Sosial, (Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 1992), h. 209


(21)

Selain itu, penulis melakukan penelitian dengan menguraikan fakta-fakta yang terjadi secara alamiah dengan menggambarkannya secara kesemua kegiatan yang dilakukan melalui pendekatan lapangan, dimana usaha pengumpulan data dan informasi secara intensif disertai analisa dan pengujian kembali atas semua yang telah dikumpulkan, penulis akan mendapatkan data-data pemberdayaan kaum dhua’fa yang dilakukan oleh Yayasan Bina Insan Mandiri Depok.

Dengan memilih metode ini, peneliti mengharapkan dapat memperoleh data yang lengkap dan akurat.

2.Jenis Penelitian

Dilihat dari jenis penelitiannya, penulisan ini bersifat deskriptif, karena data yang ditampilkan berupa kata-kata, gambar, dan bukan angka-angka. Dengan demikian laporan penelitian akan diberi kutipan-kutipan data untuk memberikan gambaran penyajian laporan tersebut. Data tersebut bisa bersumber dari hasil wawancara, catatan lapangan, memo dan dokumentasi lainnya.8

3.Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukana di Yayasan Bina Insan Mandiri Depok terhitung sejak bulan September sampai Maret 2009.

4.Teknik pemilihan informan

Berkenaan dengan tujuan penelitian, maka pemilihan informan menentukan informasi kunci (key information) tertentu yang sarat informasi sesuai dengan fokus penelitian.

8

Burhan Bungin, Analisis Data Penelitian Kualitatif, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2003), Cet. Ke-2 h. 39


(22)

Untuk memiih sample lebih tepat dilakukan dengan sengaja (purposive sampling) yaitu peneliti memilih dan menentukan orang-orang atau pegawai yang menjadi informan untuk di wawancarai.

Untuk itu peneliti menggambarkan dengan tabel sebagai berikut: Tabel 2

Kerangka dan Jumlah Informan

Informasi yang dicari Informan Jumlah

a. Tahapan Pemberdayaan pada lab. skill percetakan

b. Faktor pendukung dan penghambat

1.Ketua Yayasan 2.Penanggung jawab

program 3. Instruktur

3 orang

Manfaat dan hasil dari keterampilan percetakan

Peserta pelatihan 2 orang

5.Sumber Data

Sumber data terdiri dari dua jenis yaitu:

a. Data primer adalah data utama yang terdiri dari kata-kata dan tindakan. Data primer yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari hasil wawancara dengan responden di lapangan serta hasil observasi pada subjek penelitian.

b. Data skunder adalah data tambahan yang berasal dari dokumen tertulis. Data yang digunakan adalah buku, majalah ilmiah, arsip serta dokumen milik Yayasan Bina Insan Mandiri Depok.

6.Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data-data yang diperlukan, maka penulis menggunakan jenis penelitian lapangan/ Field Research dimana peneliti datang langsung ke Yayasan Bina Insan Mandiri Depok.


(23)

Dalam penelitian lapangan ini, peneliti juga menggunakan beberapa teknik pengumpulan data yang berkaitan dengan pembahasan diantaranya sebagai berikut:

a. Observasi

Observasi yaitu pengamatan dan pencatatan yang sistematis terhadap gejala-gejala yang diteliti.9 dalam hal ini penulis melakukan penelitian dengan cara mengamati langsung terhadap segala sesuatu yang terkait dengan masalah Pemberdayaan Kaum Dhu’afa Melalui Program Lab. Skill Percetakan di Yayasan Bina Insan Mandiri Depok.

b. Wawancara

Wawancara atau interview yaitu tanya jawab lisan antara dua orang/ lebih secara langsung.10 Dalam penelitian ini dilakukan komunikasi langsung dengan nara sumber yaitu ketua yayasan, penanggung jawab program Lab. skill, instruktur pelatihan dan peserta pelatihan, pada tahap ini peneliti menggunakan wawancara berstruktur dan terbuka, dimana ada komunikasi langsung antara responden dengan peneliti, peneliti memberikan pedoman wawancara yang kemudian diajukan kepada responden untuk dijawab, intinya agar peneliti dapat berkomunikasi dengan baik dan peran informan yang melakukan pelatihan keterampilan yang menjadi subjek peneliti dapat menyampaikan informasi dengan terang dan akurat.

9

Husaini Usman dan Purnomo Setiadi Akbar, Metodologi Penelitian Sosial, (Jakarta: PT. Bumi Aksara , 2003), h. 53

10


(24)

c. Dokumentasi

Dokumentasi adalah data-data yang tertulis yang mengandung keterangan dan penjelasan serta pemikiran tentang fenomena yang masih aktual.11 Dalam penelitian ini dokumentasi diperoleh dari dokumentasi yang berkaitan dengan skripsi ini.

7.Teknik Analisis Data

Dalam menganalisis data, peneliti menggunakan metode deskriptif analisis, yaitu suatu teknik analisis data dimana peneliti membaca, mempelajari, memahami, dan merumuskan semua data yag diperoleh, kemudian membuat analisa-analisa komprehensif sesuai dengan rumusan masalah dan tujuan penelitian.12

8.Keabsahan Data

Dalam penelitian kualitaitif sering kali dinyatakan tidak ilmiah sehingga kurang bisa dipertanggungjawabkan dari berbagai segi. Dengan alasan itulah dalam penelitian kualitatif perlu dilaksanakan pemeriksaan keabsahan data sebagai usaha untuk meningkatkan derajat keperacayaan data.

Pemeriksaan keabsahan data terdiri dari berbagai kriteria:

1) kepercayaan (creadibility). Dalam penerapan kriteria ini ada beberapa tahapan yang peneliti lakukan yaitu:

a. Perpanjangan keikutsertaan, dimana peneliti tingal dilapangan sampai kejenuhan penelitian data tercapai dan dapat menghasilkan data yang maksimal sesuai kenyataan dilapangan. Dalam penelitian ini peneliti mengadakan perpanjangan keikutsertaan dilapangan.

11

Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, h.24

12


(25)

b. Ketekunan atau keajegan

Ketekunan atau keajegan pengamatan berarti mencari secara konsisten interpretasi dengan berbagai cara dalam kaitan dengan proses analisis yang konstan atau tentatif. Dalam penelitian ini peneliti melakukan secara cermat, teliti dan hati-hati secara berkesinambungan dalam menggali data- data mengenai pemberdayaan melalui program lab. skill. c. Trianggulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang

memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data yang sudah ada. d. Pemeriksaan sejawat melalui diskusi, dilakukan dengan cara

mengekspos hasil sementara atau hasil akhir yang diperoleh dalam bentuk diskusi dengan rekan-rekan sejawat. Dalam penelitian ini peneliti mengadakan diskusi dengan teman, dosen pengajar yang memiliki pengetahuan tentang konteks yang diteliti.

9.Teknik Penulisan

Penulisan skripsi ini berpedoman pada standar penulisan skripsi pada buku: “Pedoman Penulisan Karya Ilmiah Skripsi, Tesis, dan Disertasi” yang diterbitkan oleh UIN Jakarta Press tahun 2007.

10. Tinjauan Pustaka

Untuk membandingkan maka peneliti memaparkan beberapa skripsi yaitu skripsi yang berjudul Pemberdayaan Masyarakat Melalui Pelatihan Keterampilan Teknisi Handphone di Institut Kemandirian Dompet Dhuafa yang disusun oleh Amelia. Skripsi ini berisi mengenai pemberdayaan masyarakat melalui keterampilan teknisi handphone. Upaya yang dilakukan


(26)

oleh Institut Kemandirian Dompet Dhuafa melalui teknisi hanphone menjadikan peserta pelatihan memiliki keahlian khusus dibidang perbaikan handphone, bermanfaat sekali untuk kemandirian peserta setelah mengikuti pelatihan tersebut, berdasarkan hasil observasi penulis skripsi ini, banyak peserta bisa mengembangkan keahliannya kemudian membuka usaha konter dan service handphone, dari profesi baru tersebut dapat meningkatkan kehidupan ekonomi peserta pelatihan menjadi lebih baik.

E. Sistematika Penulisan

Untuk mempermudah pembahasan skripsi ini, secara sistematis penulisanya di bagi ke dalam lima bab yang terdiri dari sub-sub bab. Adapun sistematika penulisannya adalah sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini membahas latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metodologi penelitian dan sistematika penulisan.

BAB II LANDASAN TEORI

Dalam bab ini, dikemukakan teori-terori yang melandasi dan mendukung penelitian. Yang meliputi Pengertian, strategi, dan tujuan Pemberdayaan Masyarakat, pengertian dhu’afa, fakir dan miskin dan pengertian laboratorium skill.

BAB III GAMBARAN UMUM LEMBAGA

Bab ini membahas profil dari Yayasan Bina Insan Mandiri Depok yang meliputi: sejarah singkat berdirinya visi, misi, motto dan


(27)

tujuanya, identitas yayasan, sarana dan prasarana, struktur organisasi, pembiayaan operasional dan kerjasama.

BAB IV ANALISIS DAN TEMUAN LAPANGAN

Bab ini membahas tentang hasil analisis pelaksanaan program lab skill keterampilan percetakan di Yayasan Bina Insan Mandiri Depok serta faktor pendukung dan penghambat dari program tersebut. BAB V PENUTUP

Bab terakhir ini, memberikan kesimpulan terhadap hasil penelitian yang dikemukakan pada bab-bab sebelumnya, guna menghasilkan masukan ataupun saran membangun terhadap program yayasan.


(28)

18

BAB II

KERANGKA TEORI A. Pemberdayaan Masyarakat

1. Pengertian Pemberdayaan Masyarakat

Pemberdayaan menurut kamus lengkap bahasa Indonesia adalah proses, cara, serta perbuatan memberdayakan.13

Secara konseptual, pemberdayaan atau pemberkuasaan (empowerment), berasal dari kata “power” (kekuasaan atau keberdayaan). Karenanya ide utama pemberdayaan bersentuhan dengan konsep mengenai kekuasaan. Kekuasaan seringkali dikaitkan dengan kemampuan kita untuk membuat orang lain melakukan apa yang kita inginkan terlepas dari keinginan dan minat mereka. Ilmu sosial tradisional menekankan bahwa kekuasaan berkaitan dengan pengaruh dan kontrol. Kekuasaan senantiasa hadir dalam konteks relasi sosial, karena itu kekuasaan dan hubungan kekuasaan dapat berubah, dengan pemahan kekuasaan seperti ini, pemberdayaan sebagai sebuah proses perubahan kemudian memiliki konsep yang bermakna.14

Menurut Gunawan Sumodiningrat pemberdayaan adalah upaya untuk membangun daya yang dimilki dhu’afa dengan mendorong, memberikan motivasi, dan meningkatkan kesadaran tentang potensi yang dimiliki mereka, serta berupaya untuk mengembangkannya.15

13

Artmanda. W, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia (Jombang: Frista)

14

Edi Suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat, (Bandung: Rafika Aditama, 2005), h. 58

15

Gunawan Sumodiningrat, Pembangunan Daerah dan Pengembangan Masyrakat, (Jakarta: Bina Rena Pariwarna, 1997), h. 165


(29)

Selaras dengan pengertian di atas Shardlow melihat bahwa berbagai pengetian yang ada mengenai pemberdayaan pada intinya membahas bagaimana individu, kelompok ataupun komunitas berusaha mengontrol kehidupan mereka sendiri dan mengusahakan untuk membentuk masa depan sesuai dengan keinginan mereka. Dalam kesimpulannya Shardlow menggambarkan bahwa pemberdayaan sebagai suatu gagasan tidaklah jauh berbeda dengan gagasan Blesek yang dikenal dibidang pendidikan ilmu kesejahteraan sosial dengan nama self Determination, yang dikenal sebagai salah satu prinsip dasar dalam bidang pekerjaan sosial dan kesejahteraan sosial. Prinsip ini pada intinya mendorong klien untuk menentukan sendiri apa yang harus ia lakukan dalam kaitan dengan upaya mengatasi permasalahan yang ia hadapi sehingga klien mempunyai kesadaran dan kekuasaan penuh dalam membentuk hari depannya.16

Selanjutnya Kartasasmita dalam buku isu-isu tematik pembangunan sosial yang ditulis oleh Sulistiari (2004) mengatakan, bahwa memberdayakan masyarakat berarti meningkatkan kemampuan masyarakat dengan cara mengembangkan dan mendinamisasi potensi-potensi masyarakat dalam rangka meningkatkan harkat dan martabat seluruh lapisan masyarakat, dengan kata lain menjadikan masyarakat mampu dan mandiri dengan menciptakan iklim yang memungkinkan potensi masyarakat berkembang. Pemberdayaan bukan hanya meliputi penguatan anggota individu dan anggota masyarakat tetapi juga

16

Isbandi Rukminto Adi, Pemberdayaan, Pengembangan Masyarakat dan Intervensi Komunitas, (Jakarta: FEUI Press, 2003) h. 54


(30)

pranatanya menanamkan nilai budaya seperti kerja keras, hemat, keterbukaan dan tanggung jawab adalah bagian pokok dari upaya pemberdayaan.17

Menurut Ife pemberdayaan memuat dua pengertian kunci, yakni kekuasaan dan kelompok lemah, kekuasaan di sini diartikan bukan hanya menyangkut kekuasaan politik dalam arti sempit, melainkan kekuasaan atau penguasaan klien atas:

1) Pilihan-pilihan personal dan kesempatan-kesempatan hidup yaitu kemampuan dalam membuat keputusan-keputusan mengenai gaya hidup, tempat tinggal dan pekerjaan.

2) Pendefinisian kebutuhan yaitu kemampuan menentukan kebutuhan selaras dengan aspirasi dan keinginannya.

3) Ide atau gagasan yaitu kemampuan untuk mengekspresikan dan menyumbangkan gagasan dalam suatu forum atau diskusi secara bebas tanpa tekanan.

4) Lembaga-lembaga yaitu kemampuan menjangkau, menggunakan dan mempengaruhi pranata-pranata masyarakat, seperti lembaga kesejahteraan sosial, pendidikan dan kesehatan.

5) Sumber-sumber yaitu kemampuan memobilisasi sumber-sumber formal, informal dan kemasyarakatan.

6) Aktivitas ekonomi yaitu kemampuan memanfaatkan dan mengelola mekanisme produksi, distribusi, dan pertukaran barang serta jasa.

17

Sulistiari, Isu-Isu Tematik Pembangunan Sosial: Konsepsi dan Strategi, (Jakarta: Balai Latihan dan Pengembangan Sosial Dep. Sos. RI, 2004), h. 29


(31)

7) Reproduksi yaitu kemampuan dalam kaitannya dengan proses kelahiran, perawatan fisik, perawatan anak, pendidikan dan sosialisasi. Pemberdayaan Masyarakat sering dipahami sebagai perwujudan dari pengembangan masyarakat yang lahir dari tradisi pendidikan massa (mass education) dan berbasis pada bidang pekerjaan sosial, serta memiliki kemiripan cakupan dengan pendidikan luar sekolah, namun pengembangan masyarakat berkembang menjadi disiplin llmu mandiri.18

Menurut Suhartini pemberdayaan biasanya menggunakan strategi bottom up. Artinya, masyarakat sejak awal dilibatkan dalam proses perencanaan sampai pada pelaksanaan, dengan demikian disamping menjadi objek, masyarakat juga menjadi subjek dan pelaku pembangunan yang merupakan bagian dari proses peerubahan sosial.19

Menurut Edi Suharto pemberdayaan betujuan untuk:

1) Meningkatkan kekuasaan orang-orang yang lemah atau tidak beruntung.

2) Sebuah proses dengan mana orang menjadi cukup kuat untuk berpartisipasi dalam berbagai pengontrolan atas dan mempengaruhi terhadap kejadian-kejadian serta lembaga-lembaga yang mempengaruhi kehidupannya.

3) Menunjuk pada usaha pengalokasian kembali kekuasaan melalui pengubahan struktur sosial.

18

Edi Suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat, (Bandung: Rafika Aditama, 2005), h. 59

19

Rr. Suhartini, Model-Model Pemberdayaan Masyarakat, (Yogyakarta: PT LKiS Pelangi Aksara, 2005), Cet. Ke- 1, h. 133.


(32)

4) Suatu cara dengan mana rakyat, organisasi, dan komunitas diarahkan agar mampu menguasai/ berkuasa atas kehidupannya.20

Dari berbagai pengertian yang ada, maka penulis menarik kesimpulan bahwa pemberdayaan masyarakat adalah upaya yang dilakukan untuk membuat masyarakat semakin berdaya dengan melibatkan masyarakat sebagai subjek sehingga mereka mempunyai Power/Kekuatan dengan cara mengembangkan skill/potensi yang dimilkinya, yang dapat dikembangkan dalam pelatihan- pelatihan agar mempunyai modal untuk hidup mandiri.

2. Strategi Pemberdayaan Masyarakat

Strategi menurut kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan sebagai ilmu/seni menggunakan sumber daya untuk melaksanakan strategi kebijksanaan tertentu.21 Jika dikaitkan dengan pemberdayaan masyarakat maka strategi adalah bagaimana menggunakan ilmu pengetahuan dan sumber daya sehingga dapat mengaplikasikanya dilapangan.

Dalam konteks pekerjaan sosial, pemberdayaan dapat dilakukan melalui tiga aras atau matra pemberdayaan (empowrment setting):

1) Aras Mikro. Pemberdayaan dilakukan terhadap klien secara individu melalui bimbingan, konseling, stress management, crisis intervention. Tujuan utamanya adalah membimbing atau melatih klien dalam menjalankan tugas-tugas kehidupannya. Model ini sering disebut sebagai pendekatan yang berpusat pada tugas (task centered approach).

20

Edi Suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat, h. 59

21

Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonsia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1998), h. 964


(33)

2) Aras Mezzo. Pemberdayaan dilakukan terhadap sekelompok klien. Pemberdayaan dilakukan dengan menggunakan kelompok sebagai media intervensi. Pendidikan dan pelatihan, dinamika kelompok, biasanya digunakan sebagai strategi dalam meningkatkan kesadaran, pengetahuan, keterampilan dan sikap-sikap klien agar memiliki kemampuan memecahkan permasalahan yang dihadapinya.

3) Aras Makro. Pendekatan ini disebut juga sebagai Strategi Sistem Belajar (large-system strategy), karena sasaran perubahan diarahkan pada sistem lingkungan yang lebih luas. Perumusan kebijakan, perencanaan sosial, kampanye, aksi sosial, lobbying, pengorganisasian masyarakat, manajemen konflik, adalah beberapa strategi dalam pendekatan ini. Strategi Sistem Besar memandang klien sebagai orang yang memiliki kompetensi untuk memahami situasi-situasi mereka sendiri, dan untuk memilih serta menentukan strategi yang tepat untuk bertindak.22

3. Tahapan Pemberdayaan Masyarakat

Ada beberapa tahapan dalam proses pemberdayaan masyarakat diantaranya adalah:

1) Tahap Persiapan. Tahap ini meliputi persiapan petugas (community worker) dengan tujuan supaya ada kesamaan persepsi antar anggota agen perubah (agent of change) mengenai pendekatan apa yang dipilih dalam melakukan pengemangan masyarakat.

22


(34)

2) Assesmen. Pada tahap ini dilakukan identifikasi terhadap masalah dan sumber daya yang dimiliki klien/masyarakat assesmen ini dapat juga dilakukan dengan menggunakan penilaian SWOT, strength/kekuatan, weaknes/ kelemahan, opportunity/kesempatan dan threat/tantangan. 3) Tahapan Perancanaan Program. Pada tahap ini agen perubah mencoba

melibatkan masyarakat untuk memahami masalah yang mereka hadapi dan berusaha mencari solusi terhadap masaslah tersebut.

4) Tahap Formulasi Aksi. Dalam tahap ini agen perubah membantu kelompok masyarakat untuk menentukan program dan kegiatan yang akan mereka lakukan untuk mengatasi permasalahan yang ada. Formulasi rencana aksi dirumuskan oleh petugas dengan masyarakat. 5) Tahap Pelaksanaan program/Kegiatan. Pada tahap ini agen perubah

membantu kelompok masyarakat dalam melaksanakan program yang telah direncanakan.

6) Tahap Evaluasi. Pada tahap ini agen perubah bersama peserta dari kelompok masyarakat melakukan pengawasan terhadap program-program yang dilaksanakan dan mengawasinya.

7) Tahap terminasi. Pada tahap ini dilakukan pemutusan hubungan kerja secara resmi antara pekerja sosial dengan masyarakat. Tahap terminasi pada program pemberdayaan dilakukan di akhir kegiatan berupa focus group discussion sebagai program evaluasi terhadap seluruh kegiatan.23

23

Isbandi Rukminto Adi, Pemberdayaan, Pengembangan Masyarakat dan Intervensi Komunitas, h. 244


(35)

Selaras dengan tahapan pemberdayaan diatas Suhartini membagi tahapan pemberdayaan kedalam enam tahapan yaitu:

1) Membantu masyarakat dalam menemukan masalahnya.

2) Melakukan analisis/ kajian terhadap permasalahan tersebut secara mandiri/ partisipatif. Kegiatan ini biasanya dilakukan dengan cara curah pendapat, membentuk kelompok-kelompok diskusi, dan mengadakan pertemuan warga secara periodik/ terus menerus.

3) Melakukan skala prioritas, dalam arti memilih dan memilih tiap masalah yang paling mendesak untuk diselesaikan.

4) Mencari cara penyelesaian masalah yang sedang dihadapi antara lain dengan pendekatan sosio-kultural yang ada dalam masyarakat.

5) Melaksanakan tindakan nyata untuk menyelesaikan masalah yang sedang dihadapi.

6) Mengevaluasi seluruh rangkaian dan proses pemberdayaan itu untuk dinilai sejauh mana keberhasilan dan kegagalannya.24

Lebih spesifik kepada pemberdayaan kaum dhu’afa menurut Asep Usman Ismail dikutip dari bukunya Isbandi menggambarkan 5 tahapan

utama; pertama, menghadirkan kembali pengalaman yang

memberdayakan dan pengalaman yang tidak memberdayakan. Kedua, Mendiskusikan alasan mengapa terjadi pemberdayaan dan pentidak berdayaan. Ketiga, mengidentifikasikan suatu masalah atau projek pemberdayaan. Keempat, mengidentifikasikan basis daya yang bermakna

24


(36)

bagi pemberdayaan. Kelima, mengembangkan rencana-rencana aksi pemberdayaan dan mengimplementasikannya.25

B. Pengertian Dhu’afa, Fakir dan Miskin 1.Pengertian Dhu’afa

Perkataan dhu’afa dalam kosa kata Al-Qur’an merupakan bentuk jamak dari kata dha’if. Kata ini berasal dari kata dhu’afa, yadh’ufu, dhu’fan atau dha’fan yang secara umum mengandung dua pengertian, lemah dan berlipat ganda. Tentu saja yang dimaksudkan dalam konteks pembahasan ini dhu’afa secara literal berarti orang-orang yang lemah. Menurut al-Ashfahani perkataan dhu’fu merupakan lawan dari quwwah yang berarti kuat. Kemudian menurut Imam Khalil, Pakar ilmu nahwu, istilah dhu’fu biasanya dimaksudkan untuk menunjukan lemah fisik, sedangkan dha’fu biasanya digunakan untuk menunjukan lemah akal.

Sejalan dengan penjelasan di atas, Al-Raghib al- Ashfahani di dalam kitab Mufradat Alfadah Al-Qur’an ketika menjelaskan makna dan maksud istilah dhi’af-an pada surat anisa ayat 9 sebagai berikut:

 !" #$%&'

()*+-./0 1#2&/34

/$ 5

6!" 78% 9

:;*< $% $

:; (=

>?+ ?&@ ABC

D

D

Artinya: “Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang sekiranya meninggalkan anak-anak yang lemah dibelakang mereka yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka, maka hendaklah mereka bertakwa kepada Allah daan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar”.

25

Asep Usman Ismail, dkk, Pengamalan Al-Qur’an Tentang Pemberdayaan Dhu’afa, (Jakarta: Dakwah Press, 2008), Cet. Ke-1, h. 10


(37)

Dari ayat di atas bahwa istilah dhi’af-an memiliki beberapa pengertian:

Pertama, dha’if al-jism yakni lemah secara fisik. Maksudnya, bahwa orang-orang beriman tidak boleh membiarkan anak-anak mereka memilki fisik, tubuh, atau badan yang lemah. Bagi orang Islam, makanan yang bergizi itu selain memenuhi gizi yang seimbang sebagaimana dirumuskan dalam prinsip empat sehat lima sempurna, tetapi juga harus memperhatikan syarat halalan thayyiba, yakni halal secara ilmu fikih dan berkualitas bagi kesehatan tubuh.26 Sejalan dengan ini Sajogyo menjelaskan seseorang belum dikatakan sejahtera jika belum mencukupi standar protein dan kalori tertentu, sedang menurut BPS kebutuhan minimum untuk hidup di ukur dengan pengeluaran untuk makanan setara 2.100 kalori per kapita per hari.27

Kedua, dha’if fi al-aqli yakni lemah secara intelektual. Sebenarnya setiap anak memiliki potensi kecerdasan yang hampir sama. Misalnya kelemahan intelektual anak-anak pada umumnya tidak terletak pada potensi anak itu sendiri, tetapi terletak pada kemampuan orang tua, guru dan orang dewasa disekitar kehidupan anak-anak dalam mengembangkan potensi kecerdasan mereka.

Ketiga, dha’if al-hali yakni lemah karena keadaan sosial ekonomi yang dihadapinya. Adapun yang dimaksud dengan kelemahan yang ketiga ini adalah sebagai berikut: (1) kelemahan itu tidak berkenaan dengan fisik, keterampilan hidup dan kecerdasan, tetapi berkenaan dengan kemampuan

26

Asep Usman Ismail, dkk. Pengamalan Al-Qur’an Tentang Pemberdayaan Kaum Dhu’afa, h. 19

27

Gunawan Sumodiningrat, Kemiskinan: Teori, Fakta dan Kebijakan, (Jakarta: IMPAC, 1999) h.10


(38)

untuk mndapat informasi dan peluang pengembangan diri. (2) Kelemahan itu berkenaan dengan kemiskinan dan masalah-masalah sosial. Anak-anak yatim dari lingkungan masyarakat fakir miskin yang cerdas dan memilki keinginan untuk maju termasuk salah satu contoh kelemahan bentuk ketiga. Seorang muslim selain diperintahkan agar senantiasa meningkatkan ketakwaan-nya kepada Allah, juga sangat ditekankan agar tidak membiarkan generasi yang lemah dilingkungan terdekatnya, terutama kaum dhu’afa seperti anak yatim, fakir miskin, anak jalanan, dan anak-anak terlantar, serta orang-orang dari keluarga yang termasuk penyandang masalah kesejahteraan sosial.

Dapat disimpulkan menurut al-Asfahani, pengertian dhu’afa yang berakar dari kata dha’afa membentuk kata dhu’afa dengan segala perubahannya di dalam Al-Qur’an mengandung pengertian: lemah secara fisik, lemah kedudukan, lemah ekonomi, lemah akal dan ilmu/ kurang pendidikan, lemah iman/ keyakinan, dan lemah jiwa.

Istilah dhu’afa ini antara lain ditemukan pada ayat Al-Qur’an, yang mengandung pengertian lemah fisik, baik karena belum cukup umur, lanjut usia maupun karena faktor kwalitas kesehatan.28

EF 7 G8  I#&/.B J= G8  KL&M &N J= G8  J=

O ?3" Q O :; #R+

ST &U 0!;

 V W

X

Y Z! @ .

K

G8 

[ (3\ N

]7!^&@ K

_

`. :#Ia

B UF.

AB4C

Artinya: Tiada dosa (lantaran tidak pergi berjihad) atas al-dhu’afa/ orang-orang yang lemah, orang-orang yang sakit dan atas orang-orang yang tidak memperoleh apa yang akan mereka nafkahkan, apabila mereka berlaku

28

Asep Usman Ismail, dkk. Pengamalan Al-Qur’an Tentang Pemberdayaan Kaum Dhu’afa, h. 18-19


(39)

ikhlas kepada Allah dan Rasul-Nya. tidak ada jalan sedikitpun untuk menyalahkan orang-orang yang berbuat baik. dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang, (Q.S. al-Taubah : 91).

2.Pengertian Fakir dan Miskin

Berkenaan dengan fenomena kemiskinan, Al-Qur’an menyebut istilah miskin dalam bentuk tunggal sebanyak 11 kali dan menyebutnya dalam bentuk jamak, masakin, debanyak 12 kali. Jadi secara keseluruhan Al-Qur’an menyebut istilah miskin sebanyak 23 kali. Dilihat dari segi kebahasaannya istilah miskin berasal dari kata kerja sakana, yang akar hurufnya terdiri atas s-k-n. Perkataan sakana mengandung arti diam, tetap, jumud dan statis. al-Ashfahani mendefinisikan miskin adalah seorang yang tidak memiliki apapun.

Istilah miskin menggambarkan akibat dari keadaan diri seseorang atau sekelompok orang yang lemah. Ketika seseorang itu tidak berhasil mengembangkan potensi dirinya secara optimal, yakni potensi kecerdasaan, mental dan keterampilan, maka keadaan itu akan berakibat langsung pada kemiskinan, yakni ketidakmampuan mendapatkan, memilki dan mengakses sumber-sumber rizki sehingga ia tidak memiliki sesuatu apapun untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Orang miskin memiliki tenaga untuk bekerja, tetapi ia tidak melatih dan membiasakan dirinya untuk menjadi pekerja yang terampil. Orang miskin juga memiliki potensi untuk mengembangkan dirinya tetapi tidak berhasil menjadi pekerja yang ulet. Mereka memilih pola hidup sakana yang berarti diam, jumud dan statis


(40)

tidak mengembangkan skill atau keterampilan dan keahlian dalam hidupnya karena malas. Akibatnya miskin.29

Namun menurut Gunawan Sumodiningrat dalam bukunya kemiskinan teori, fakta dan bijakan, penyebab kemiskinan tidak hanya disebabkan karena seseorang diam, apatis, malas dan tidak mengembangkan skillnya yang di istilahkan dengan kemiskinan Kultural/Culture of poverty, Akan tetapi juga seseorang menjadi miskin karena lebih bersifat hambatan kelembagaan atau strukturnyna memang bisa menghambat seseorang untuk meraih kesempatan-kesempatannya sehingga masyarakat tidak dapat ikut menggunakan sumber-sumber pendapatan yang sebenarnya tersedia bagi mereka.30 Menurut Tadjuddin Noer Effendi “ kemiskinan ini meliputi kekurangan fasilitas pemukiman yang sehat, kekurangan pendidikan, kekurangan komunikasi dengan dunia sekitarnya, kekurangan perlindungan dari hukum dan pemerintah.31

Selanjutnya Sajogyo menggunakan satuan kilogram beras ekuivalen untuk menentukan kriteria batas garis kemiskinan penduduk.

1.Sangat Miskin

Penduduk yang termasuk dalam kelompok ini adalah mereka yang mempunyai penghasilan di bawah setara dengan 240 kg beras ekuivalen setiap orang dalam setahun untuk penduduk yang hidup di perdesaan, dan mereka yang berpenghasilan setara dengan 360 kg beras untuk penduduk yang tinggal di perkotaan.

29

Ibid, h. 20

30

Gunawan Sumodiningrat, Kemiskinan: Teori, Fakta dan Kebijakan, h.16

31

Tadjuddin Noer Effendi, Sumber Daya Manusia, Peluang kerja, dan kemiskinan, (Yogyakarta: Tiara Wacana, 1993), h. 203


(41)

2.Miskin

Penduduk yang temasuk dalam kelompok ini adalah mereka yang mempunyai penghasilan setara dengan 240 kg beras sampai 320 kg beras per tahun untuk penduduk yang tinggal di desa, dan mereka yang berpenghasilan setara dengan 360 kg beras sampai 480 kg beras per tahun untuk penduduk yang tinggal di kota.

3.Hampir Cukup

Penduduk yang termasuk dalam kelompok ini adalah mereka yang mempunyai penghasilan setara 320 kg beras sampai 480 kg beras per tahun untuk penduduk yang tinggal di desa, dan mereka yang mempunyai penghasilan setara 480 kg beras sampai 720 kg beras per tahun untuk penduduk yang tinggal di kota.

4.Cukup

Penduduk yang termasuk dalam kelompok ini adalah mereka yang mempunyai penghasilan setara dengan lebih dari 480 kg beras setiap orang selama setahun di daerah perdesaan, dan mereka yang mempunyai penghasilan setara 720 kg beras setiap orang selama setahun untuk daerah perkotaan.32

.

Sementara itu, istilah fakir di dalam bahasa Indonesia berasal dari kosa kata bahasa Arab faqir dalam bentuk tunggal dan fuqara’ dalam bentuk jamak yang secara kebahasaan, menurut Al-Raghib al-Ashfahani, memilik empat pengertian. Pertama, perkataan faqir berarti orang yang membutuhkan Allah. Kebutuhan ini merupakan eksistensial yang berkenaan

32


(42)

dengan eksistensi manusia, yakni bahwa setiap manusia secara universal membutuhkan Allah sebagaimana dinyatakan di dalam ayat yang berikut:

)b ? cd2 +

ef f(

g iW Z

e ;:#

G8j!; k

_ /l

mLn  ? N&

A4!C

“Wahai seluruh manusia kalian fuqara’ yakni membutuhkan Allah, sedangkan Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji”. (Q.S. Fathir: 15).

Kedua, perkataan faqir berarti membutuhkan. Dalam pengertian bahwa setiap orang membutuhkan makanan dan minuman serta kebutuhan fisik-biologis lainnya untuk menjaga kelangsungan hidupnya. Ketiga, perkataan faqir berarti tidak memilki, tidak mengakses, dan tidak mendapatkan sembilan bahan pokok (sembako) untuk memenuhi kebutuhan hidup setiap hari sehingga ia menjadi faqir, yakni membutuhkan pertolongan dan bantuan dari yang memilki kemampuan. Keempat perkataan faqir berarti faqr al-nafs, yakni jiwa yang tidak memiliki, tidak mengakses, dan tidak mendapatkan siraman rohani untuk pengayaan batin.33

Para ulama fiqih sepeti Imam Hanafi berpendapat bahwa fakir adalah orang yang tidak memilki penghasilan tetap dan tidak ada yang memenuhi kebutuhannya sehari-hari. Sementara itu Imam Syafi’i berpendapat bahwa fakir adalah orang yang tidak dapat mencukupi kebutuhan dasar. Sementara itu, orang miskin adalah orang yang memiliki pekerjaan tetap tetapi penghasilannya tidak dapat memenuhi kebutuhannya sehari- hari.34

33

Asep Usman Ismail, dkk. Pengamalan Al-Qur’an Tentang Pemberdayaan Kaum Dhu’afa, h. 20-21

34

Hasan Shadili, (ed), Fakir dalam Ensiklopedi Indonesia Edisi Khusus, Jilid 7, (Jakarta: PT Ichtiar Baru Van Hoeve, 2001), h. 3977


(43)

Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa istilah fakir dan miskin pada dasarnya sama yakni seseorang yang tidak dapat memenuhi kebutuhan dasar hidupnya karena keterbatasan mereka. Namun antara fakir dan miskin ada derajat yang membedakannya yakni istilah fakir lebih rendah derajatnya dari istilah miskin.

C. Pengertian Laboratorium Skill

Laboratorium adalah tempat belajar mengajar melalui metode praktikum yang dapat menghasilkan pengalaman belajar dimana siswa berinteraksi dengan berbagai alat dan bahan untuk mengobservasi gejala-gejala yang dapat diamati secara langsung dan membuktikan sendiri sesuatu yang dipelajari.35 Sedangkan skill adalah kata serapan dalam bahasa Inggris yang berarti: keterampilan, kemampuan dan pengetahuan yang memampukan seseorang untuk melakukan suatu pekerjaan.36Skill juga bisa diartikan sebagai keterampilan/how-to atau cara untuk melakukan sesuatu, landasan dari skill adalah pengalaman dan pembelajaran secara praktek lapangan. Skill memiliki karakter bisa ditransfer dari individu ke individu lainnya melalui proses pembelajaran bertahap. Praktek dan pengulangan merupakan dua kunci utama bagi seseorang untuk menguasai skill yang baru.37Jadi laboratorium skill dapat diartikan sebagai tempat belajar mengajar melalui metode praktikum yang dilakukan melalui proses pembelajaran bertahap guna meningkatkan

35

Artikel di akses pada 10 november 2009 dari http://smileboys.blogspot.com/2008/05/pengertian-laboratorium.html

36

J.S Badudu, Kamus; Kata-Kata Serapan Asing dalam B. Indonesia (Jakarta: Kompas, 2005), h. 322

37


(44)

keterampilan, kemampuan dan pengetahuan pada diri seseorang sehingga mampu melakukan suatu pekerjaan untuk bekal hidupnya.

Di era perdagangan bebas seseorang dianjurkan untuk memiliki kecakapan hidup/life skill sehingga dapat bersaing dengan yang lain. Secara umum ada dua macam life skill, yaitu general life skill dan specific life skill. General life skill dibagi menjadi dua yaitu personal life skill/kecakapan personal dan social skill/kecakapan sosial. Kecakapan personal itu sendiri terdiri dari self awarness skill kecakapan mengenal diri dan thinking skill/ kecakapan berpikir. Spesific life skill juga dibagi menjadi dua yaitu academic skill kecakapan akademik dan vocational skill kecakapan vokasional/kejuruan. Kecakapan mengenal diri meliputi kesadaran sebagai makhluk Tuhan, kesadaran akan eksistensi diri, dan kesadaran akan potensi diri. Kecakapan berpikir meliputi kecakapan menggali informasi, mengolah informasi, mengambil keputusan dan kecakapan memecahkan masalah. Kecakapan sosial meliputi kecakapan komunikasi lisan, komunikasi tulisan, dan kecakapan bekerjasama. Kecakapan akademik meliputi kecakapan mengidentifikasi variabel, menghubungkan variabel, merumuskan hipotesis dan kecakapan melaksanakan penelitian. Kecakapan vokasional/kejuruan terkait dengan bidang pekerjaan tertentu (Depdiknas, 2003:8)38

Menurut Jecques Delor mengatakan bahwa pada dasarnya program life skills ini berpegang pada empat pilar pembelajaran yaitu sebagai berikut:

1. Learning to know (belajar untuk memperoleh pengetahuan). 2. Learning to do (belajar untuk dapat berbuat/bekerja).

38

Ginna Santosa, S.Pd, “Pengembangan Aspek Skill dan Entrepreneurship dalam Pembelajaran Sejarah di Sekolah,” Program Pascasarjana UNDIP Semarang

,

3 Juni 2009.


(45)

3. Learning to be (belajar untuk menjadi orang yang berguna).

4. Learning to live together (belajar untuk dapat hidup bersama dengan orang lain).39

39

Artikel di akses pada 10 November 2009 dariAndreas04 oleh Andreas Viklund. Blog pada WordPress.com.


(46)

BAB III

GAMBARAN UMUM YAYASAN BINA INSAN MANDIRI DEPOK

A.Sejarah Berdirinya Yayasan Bina Insan Mandiri Depok

Berawal dari keprihatinan terhadap nasib anak bangsa yang mengalami kemiskinan dan kebodohan, generasi bangsa tersebut berada dalam persimpangan jalan. Kondisi ekonomi yang terpuruk menambah deretan permasalahan yang mereka hadapi, kemiskinan, kebodohan yang bermuara pada kriminalitas dan penyakit sosial lainnya.

Wujud dari keprihatinan Yayasan Bina Insan Mandiri yaitu dengan menyelenggarakan pendidikan Gratis, mulai dari Pendidikan Usia dini (PAUD), SD Persamaan, SMP, dan SMU, penyelanggaraan Lab Skill bagi masyarakat kurang mampu.40

Pada awalnya bapak Nurrohim dan rekan-rekannya secara suka rela melakukan pembinaan dan memberikan pendidikan informal bagi anak jalanan, ia merupakan motor penggerak kegiatan tersebut, baginya pendidikan adalah hal yang sangat penting sehingga dia merasa terpanggil untuk membantu anak jalanan yang tidak sekolah agar memperoleh pendidikan. Nurrohim prihatin dengan kondisi anak-anak bangsa dimana masih banyak anak bangsa yang tidak dapat bersekolah. Karena kemiskinan, banyak anak yang putus sekolah bahkan tidak pernah sekolah, jangankan memikirkan pendidikan, memikirkan makan saja sulit.

Bagi Nurrohim, bergaul dengan kaum dhuafa terminal merupakan hal yang biasa dalam hidupnya. Predikat lulusan pesantren yang disandangnya

40

Brosur Penerimaan Siswa Baru Yayasan Bina Insan Mandiri Depok Tahun 2008/2009


(47)

tidak membuatnya jauh dari kehidupan jalanan sehingga dia tahu betul bagaimana kehidupan di jalanan. Hal itulah yang mendorongnya untuk mengajak taman-temannya yang berstatus mahasiswa untuk melakukan pembinaan dan memberikan pendidikan informal bagi anak jalanan.

Kegiatan tersebut dimulai pada tahun 2001 dengan memanfaatkan sebuah masjid di terminal Depok yang kondisinya pada saat itu masih memprihatinkan. Dan kini, berkat kesungguhan dan keikhlasan, Nurrohim dan rekan-rekannya telah mendirikan Yayasan yang tidak hanya diperuntukkan bagi anak jalanan saja, tetapi juga untuk anak-anak miskin yang tidak memiliki biaya.

Yayasan Bina Insan Mandiri yang terkenal dengan nama Sekolah Master/Masjid Terminal karena Nurrohim dan rekan-rekannya pada tahun 2004 melakukan kegiatan di masjid. Keadaaan Bina Insan Mandiri di kalangan masyarakat sangat dibutuhkan untuk melakukan kewajiban memberi pencerahan terhadap anak jalanan yang berasal dari latar belakang yang berbeda.41

Wujud dari keprihatinan Yayasan Bina Insan Mandiri yaitu dengan menyelenggarakan pendidikan Gratis mulai dari Pendidikan Usia dini (PAUD), SD Persamaan, SMP, dan SMU bagi masyarakat kurang mampu. Program tersebut terlaksana berkat kerjasama dengan USZ Mitra BAZNAS (Badan Amil Zakat Nasional) Bina Insan Mandiri, Diknas, CSR/Corporate Social Respon cibility bidang keagamaan, PT. Adikarya dan PT. Bakrie Telkom serta donatur perorangan.

41


(48)

Selain menggarap bidang pendidikan Yabim dan USZ mitra BAZNAS Bina Insan Mandiri juga memberikan pelayanan sosial berupa dakwah sosial, kesehatan dan pemberdayaan ekonomi sehingga konsep Islam yang kamil dapat terealisasaikan dalam kehidupan sehari-hari.42

YABIM dan USZ mitra BAZNAS Bina Insan Mandiri concern dengan pembinaan kaum dhu’afa yang terdiri dari pengamen, pengasong, anak jalanan, pemulung, serta kaum dhu’afa yang memiliki potensi untuk hidup layak dan akidah yang cukup. Kehadiran Yayasan Bina Insan Mandiri di terminal Depok sangatlah membantu dalam mencerdaskan anak bangsa dan merealisasikan harapan-harapannya. Paling tidak dengan adanya PKBM dan Yayasan Bina Insan Mandiri (Pusat Kegitan Belajar Masyarakat) dan pembelajaran secara Gratis dapat memberikan solusi dari permasalahan masyarakat yang menjadi beban pemerintah. Sehingga tidak ada alasan bagi masyarakat marginal untuk tidak dapat mengenyam pendidikan, tidak ada lagi seorang anak bunuh diri karena tunggakan SPP, tidak ada lagi orang tua yang terbebani dengan mahalnya biaya pendidikan, tidak ada lagi si sakit yang menangis bertambah deritanya lantaran tidak memiliki uang untuk berobat.

Tantangan Bina Insan Mandiri ialah mampu membentuk masyarakat yang mandiri, kreatif dan berakhlak mulia sehingga dapat meningkatkan taraf hidup masyarakat.

Dukungan moril dan materil yang besar dari masyarakat yang peduli terhadap Bina Insan Mandiri adalah salah satu kekuatan Yayasan Bina Insan Mandiri, sehingga sampai saat ini pendidikan dan pelatihan dapat dinikmati

42

Brosur Penerimaan Siswa Baru Yayasan Bina Insan Mandiri Depok Tahun 2008/2009


(49)

oleh masyarakat dhu’afa43

.

B.Visi dan Misi

Visi: Cerdas, mandiri, kreatif dan berakhlak mulia Misi:

1) Menghadirkan pendidikan gratis yang berkualitas 2) Mengembangkan kemandirian melalui Lab skill

3) Pembinaan mental dan spiritual yang berkesinambungan. C.Identitas Yayasan

1. Nama Yayasan : Yayasan Bina Insan Mandiri yaitu yayasan yang independen yang bergerak di bidang pendidikan, sosial, dakwah dan ekonomi kerakyatan.

2. Alamat : Jl. Margonda No. 58 Terminal Terpadu Depok 3. Tujuan Pelayanan

Tujuan Umum : Meningkatkan kecerdasan bangsa menuju masyarakat yang mandiri dan berbudi pekerti.

Tujuan Khusus :

1) Menyiapkan masyarakat yang mandiri.

2)Menyiapkan insan yang handal melalui keterampilan tepat guna dan berhasil.

4.Sasaran pelayanan :

1)Para pemuda potensial yang memiliki keinginan untuk belajar

2)Masyarakat dengan ekonomi menengah kebawah

43


(50)

yang belum tersentuh dan sadar akan pentingnya pendidikan baik formal maupun non formal

3)Para kaum dhu’afa yang mengalami kesulitan dalam mendapatkan pelayanan kesehatan yang baik, kegiatan ekonomi yang memadai serta kebutuhan sosial yang menyangkut hajat hidup umat isam.44 D.Sarana dan Prasarana

Tabel 3

Sarana dan Prasarana

No. Jenis Jumlah Keterangan

1. Ruang kelas 10 Baik

2. Ruang guru 2 Baik

3. Perpustakaan 1 Baik

4. Ruang TU 1 Baik

5. Ruang Lab-Skill 1 Baik

6. Lapangan futsal 1 Baik

7. Asrama laki-laki 1 Baik

8. Asrama perempuan 1 Baik

9. WC 3 Baik

10. Masjid 1 Baik

11. komputer 8 Baik

12. Ruang Kesehatan 1 Baik

Sumber: Yayasan Bina Insan Mandiri Depok Tabel 4

Data Relawan dan Pengurus Yayasan Bina Insan Mandiri

No Nama Lengkap L

/ P

Tempat dan Tempat

Lahir Alamat Pendidikan Jurusan

1 Agus Salim

L Tegal, 09 Jan 1985 Cibubur Jakarta Timur

UNINDRA T. Informatika

2

Ahmad

Syarifudin L Jakarta, 25 Jun 1989

Jl. Margonda Raya

No. 58 Depok SMU IPS

3 Ais Rahim L Gorontalo, 22 Des 1988

Jl. Margonda Raya

No. 58 Depok UI Sastra Jawa

4

Angga Roman

W L Jember, 15 Agust 1974

Jl. Kenanga II No.

120 Pancoran Mas S1 Interlive Sastra Inggris

44


(51)

Depok

5 D. Sofyansyah

L Jakarta, 31 Des 1979

Jl. Salak Raya No. 200 Sukamajaya Depok

AL-QUDWAH Tarbiyah

6 Dede Hermawan L Bandung, 30 Jan 1984

Jl. Raya Lenteng

Agung No.25 Jakarta S1 IISIP B. Inggris

7

Diana Nur

Farida P Depok, 06 Sept 1990

Jl. A.R Hakim No.15

Kemiri Muka Depok PTJ Inggris Bisnis

8 Dicky Nugraha L Jakarta, 22 Feb 1980

Jl. Cimanuk VII No.2

Depok II SMU IPS

9

Drs.Poerwandri

yono L Jakarta, 24 Juli 1987 Depok IKIP Jakarta Teknik

10 Eka L Depok, 29 Nov 1988 Depok SMA IPA

11 Ekwanto TP L Depok, 07 Okt 1984

JL. Janger 2 No.125 Depok II

S1 UNINDRA

Pendidikan IPS

12 Emi Maya P Bojonegoro, 05 Feb 1984

Gg. H.Fatimah No.36

Depok STIAMI Administrasi

13

Firman Rizki Hidayat

L Jakarta, 04 Sept 1990

Jl. Rawa Sari No.13 Cipayung Pancoran

Mas Depok SMA IPS

14 Fitriah P Depok, 26 Juni 1989

Jl. Margonda Raya

No. 58 Depok UIN Jakarta Dakwah

15 Hendra Pujianto L Jakarta, 11 Sept 1986

Jl. Margonda Raya No. 58 Depok

TRIANAND

RA Ekonomi

16

Ilhamsyah D ,S.Ked

L Jakarta, 03 April 1972

Jl. Tole Iskandar Gg Attaqwa No.45 BTN

Depok S1 UI Kedokteran

17 Ismail L Jakarta, 14 Maret 1986

Jl. Margonda Raya No. 58 Depok

TRIANAND

RA Ekonomi

18 Komarudin L Sukabumi, 11 Apil 1986

Jl. Margonda Raya No. 58 Depok

AL-QUDWAH Tarbiyah

19 Lianti

P Bogor, 29 Agust 1985

Gg Munjar Kp Kelapa Citayam Bojong Gede Bogor

AL-QUDWAH Tarbiyah

20 M Anshori

L Depok, 18 Feb 1988

Gg Swadaya Rt 01/07 No 46 Kemiri

Muka Beji Depok UI Hukum

21

M Ayatulloh

Komeni L Bengkulu, 16 Juni 1989

Jl. Margonda Raya

No. 58 Depok UI Sastra Jawa

22 Ma’rifah

P Depok, 11 Maret 1977 Gg. Swadaya Beji Depok

Univ. Mutiara

Islam PGTK

23 Masfufah P Depok, 30 Jan 1983 Depok MA IPS

24

Muh Natsir /

Ghifar L Dompu, 16 Juli 1987

Jl. Margonda Raya

No. 58 Depok SMA IPS

25

Muhammad

Ramdhani L Purwakarta, 02 Nov 1971

Jl. Margonda Raya

No. 58 Depok D3 STIM Akuntansi

26

Mustamiin,S.Psi

L Depok, 19 Okt 1980 Gg. Swadaya Beji Depok

S1 UIN Jakarta

Psikologi Pendidikan

27 Nova Dwi N P Jakarta, 30 Nov 1983

Jl Situ Gede No.1

Cibubur JakTim UNJ PAUD

28 Nur Laela P Jakarta, 08 Sept 1988

JL. Raya Sawangan Pancoran Mas Depok

AL-QUDWAH Tarbiyah


(52)

E. Stuktur Organisasi

Pelindung : Yayasan Bina Insan Mandiri

Pembina Tekhnis : Dinas Pendidikan / Penilik PLS Diknas

Penasehat : Drs. Poerwandriyono

Ketua : Nurrohim, Amd

Sekretaris : Toni

Bendahara : Ahmad Khairuddin Jufri

Koordinator Pendidikan : Ilham Koordinator Dakwah : Qomarudin Koordinator Sosial : Ahmad Syarifudin Koordinator Kesehatan : Irsan A. Md Koordinator Lab Skill : Mustami’n Koordinator TK : Ma’rifah Koordinator SD : Sofyansyah Koordinator SMP : Tommy Al-Qodiri

Koordinator SMU : Ekwanto45

F. Pembiayaan Operasional

Dana operasional dalam menjalankan roda Yayasan Bina Insan Mandiri di dapat dari hasil kerjasama dan bantuan dari CSR perusahaan, badan amil zakat, para donator dll.46

45

Brosur Proposal Pendidkan gratis, (School for People) Bina Insan Mandiri 2009

46

Wawancara Pribadi dengan Bapak Nurrohim tanggal 28 Okt 2009

DONATUR Kas PKBM

Pengembangan SDM

Sarana & Prasarana

Kurikulum


(53)

G.Program dan Kegiatan

1. Paud (Pendidikan Usia Dini)

Pendidikan usia Dini merupakan wadah yang strategis dalam pembinaan anak yang berumur 0 sampai 5 tahun. Teori psikologi perkembangan menerangkan bahwa pendidikan yang ditanamkan pada usia dini akan mempengaruhi kepribadian anak pada usia selanjutnya, kesalahan mendidik anak pada usia dini menyebabkan timbulnya benih kepribadian yang negatif.

Kehadiran PAUD di terminal Depok yang dikelola oleh YABIM bertujuan untuk membantu para orang tua murid yang memiliki keterbatasan ekonomi dan pengetahuan cara mendidik anak sehingga kesadaran untuk menanamkan nilai-nilai akhlakul karimah dapat terealisasikan dengan baik. Walhasil anak akan tumbuh dan berkembang sebagaimana dicita-citakan oleh orang tuannya. Sampai saat ini jumlah seluruh PAUD ada 120 santri 2. Sekolah Dasar Persamaan Paket A

Kondisi perekonomian yang belum membaik menyebabkan masih banyaknya orang tua yang mengalami kesulitan untuk menyekolahkan tidak terkecuali untuk menyekolahkan anaknya ke sekolah dasar (SD). Banyaknya anak–anak jalanan yang berusia Sekolah Dasar berada disekitar trotoar dan lampu merah

Adalah salah satu akibat dari mahalnya biaya sekolah dasar dan dengan keterbatasan yang ada YABIM berusaha memberikan fasilitas kepada mereka untuk belajar dalam program Sekolah Dasar sampai saat ini program tersebut mendapatkan respon yang positif dari masyarakat lemah.


(54)

Program Sekolah Dasar ini memiliki siswa berjumlah 138 siswa dan siswi. 3. Kejar Paket B Setara SMP dan SLTP Terbuka

SLTP diselenggarakan oleh YABIM sebagai tindak lanjut dari jenjang dasar bertujuan memberikan bekal pengetehuan serta keterampilan bagi siswa SLTP sehingga pola pikir siswa menjadi positif dan siap menyongsong masa depan dengan bekal keterampilan yang ia miliki. Jumlah seluruh siswa yang mengikuti program SLTP sebanyak 348 siswa yang terdiri dari anak jalanan, pengamen, pengasong dan masyarakat yang tidak mampu.

4. Kejar Paket C Setara SMU

Kejar paket C merupakan suatu program yang dirancang untuk meninggkatkan pola pikir dan kualitas bagi para siswa yang kebingungan ketika harus memilih antara dunia usaha ditengah keterbatasan yang ada. Program ini juga mempersiapkan para siswa didik untuk menempuh jenjang perguruan tinggi sesuai minat dan kemampuan mereka khusus dalam segi akademis. Jumlah seluruh siswa sampai saat ini mencapai 289 siswa.

5. Lab. Skill

Program ini dimaksudkan agar para siswa memilki semangat/spirit dalam menjalani kehidupan, memilki jiwa kreatif, sikap positif, jujur dan inovatif. Harapan dari pelatihan ini agar para siswa memilki jiwa enterpreneur sejati yang mampu menciptakan lapangan pekerjaan, mampu melihat, menggali dan mengembangkan potensi daerahnya.47

47

Brosur Proposal Pendidkan gratis, (School for People) Bina Insan Mandiri


(55)

Program lab skill adalah sebuah tempat/laboratorium dimana siswa YABIM bisa meningkatkan keahlian/keterampilannya sehingga mereka dapat bersaing dalam mendapatkan sebuah pekerjaan dan tidak lagi hidup di jalan program ini diperuntukan masyarakat dhuafa/marginal yang ada di sekitar terminal Depok, program ini mempunyai banyak macam dan jenisnya, sebagai sebuah pilihan bagi mereka untuk menyalurkan minat dan bakat mereka, diantara macam dan jenisnya adalah keterampilan menjahit, komputer, pengolahan limbah, pengobatan budi daya jamur, percetakan, dll. Sasaran programnya sangat strategis yakni kaum dhuafa yang sadar dan membutuhkan mereka yang ingin mengembangkan skillnya.

Program lab skill yang ada di YABIM Depok begitu efektif dan begitu besar manfaat yang dirasakan oleh peserta yang mengikutinya karena banyak dari mereka kini menjadi mandiri dan bisa memanfatkan keterampilan yang telah di miliki mereka sehingga mereka menjadi mandiri

Program lab skill yang begitu banyak macam dan jenisnya menggunakan mekanisme mitra dengan LPK/ lembaga pendidikan khusus yang ada di Depok, jadi YABIM bekerja sama dengan lembaga tersebut untuk mengirimkan siswa-siswa YABIM untuk bisa diberdayakan dengan program keterampilan sesuai pilihan mereka, ada juga yang sudah mempunyai tempat sendiri yaitu lab skill percetakan.48

48


(56)

BAB IV

ANALISIS DAN TEMUAN LAPANGAN

A. Analisis Program Pemberdayaan Pada Lab. Skill Percetakan

Hidup di kota besar sarat dengan berbagai tantangan, tantangan utama adalah bagaimana dapat bersaing dengan sesama insan untuk terus dapat memperoleh pendapatan sebagai kebutuhan hidup. Apalagi hidup di era globalsasi, persaingan hidup semakin ketat dan kentara. life skill atau kecakapan hidup/ keterampilan hidup seharusnya ada pada diri kaum dhuafa/ kaum lemah

Kaum dhuafa adalah mereka yang lemah secara ekonomi, sosial, politik, hukum, pendidikan, kebudayaan bahkan agama yang selayaknya mereka memang perlu untuk diberdayakan sehingga mereka keluar dari lingkaran keterpurukan dan menjadi manusia yang mempunyai SDM untuk masa depan kelak.

Pemberdayaan masyarakat merupakan upaya yang disengaja untuk memfasilitasi masyarakat lokal dalam merencanakan, memutuskan dan mengelola sumberdaya lokal yang dimiliki melalui collective action dan networking sehingga pada akhirnya mereka memiliki kemampuan dan kemandirian secara ekonomi, ekologi, dan sosial.49 Pengertian ini sejalan dengan upaya yang dilakukan oleh YABIM Depok, dalam melakukan usaha memandirikan rakyat untuk menanggulangi masalah sosial dan keterpinggiran sosial khususnya masalah kemiskinan yang ada disekitar terminal Depok, mereka terpinggirkan dari dunia formal sehingga terpaksa masuk dalam

49

Makalah Subejo dan Supriyanto, Metodologi Pendekatan Pemberdayaan Masyarakat


(1)

peserta pelatihan, karena pihak YABIM sudah memikirkan betul prospek dari bisnis percetakan tersebut.

e.Tahap Pelaksanaan Program adalah tahap kegiatan yang ada pada program lab skill percetakan dimana tahapan ini dimulai dari proses rekrutmen peserta kemudian pemberian materi dan penyaluran.

f. Tahap Evalusi adalah tahap untuk mengukur sejauh mana kegagalan dan keberhasilan program lab skill percetakan, sebagai alat ukur untuk perbaikan program kedepan.

g.Tahap Terminasi adalah tahap pemutusan hubungan secara formal dengan peserta program lab skill percetakan, dengan tujuan agar peserta pelatihan menjadi mandiri dan bisa mengembangkan dan mengamalkan ilmu yang telah dipelajari dari YABIM.

2 . Faktor Pendukung dan penghambat a.Faktor Pendukung

(1) Sudah lengkapnya fasilitas yang menunjang dalam pelatihan keterampilan percetakan.

(2) SDM dari instruktur yang ada sudah cukup baik.

(3) Adanya antusias dari siswa, hal ini ditandai dengan peran aktif peserta dalam mengikuti keterampilan percetakan.

(4) Adanya kerjasama dengan sektor-sektor usaha sebagai wadah penyaluran peserta pelatihan

b.Faktor Penghambat

(1) Minimnya dana/ terbatasnya dana untuk membeli bahan-bahan percetakan.


(2)

(2) Berbedanya permasalahan peserta yang sangat kompleks sehingga mempengaruhi proses pelatihan.

(3) Kurang nyamannya kondisi ruangan yang ramai karena masih berdekatan dengan tempat kelas siswa-siswa Paket, sehingga proses pelatihan keterampilan sedikit terganggu dengan kebisingan.

(4) Kurangnya sosialisai dari pemerintah Depok bahwa di YABIM sudah mempunyai banyak SDM yang siap pakai khususnya dibidang keahlian percetakan.

B. Saran

Demi memajukan proses pelayanan dan pemberdayaan kaum dhuafa yang dilakukan oleh Yayasan Bina Insan Mandiri Depok, tanpa mengurangi rasa hormat atas jerih payah yang dialakukan oleh YABIM, peneliti memberikan saran diantaranya:

1. Demi terciptanya proses pelatihan yang profesional maka harus diberikan kompetensi yang baik agar pelatihan kedepan terlaksana dengan kerangka yang lebih profesional.

2. Menambah kembali program-program lab skill lainnya yang berlokasi di YABIM sendiri agar masyarakat sekitar terminal Depok khususnya yang dhuafa lebih mudah untuk ikut serta program pelatihan tersebut.

3. Megaktifkan program-program lab skill seperti lab skill komputer dan menjahit yang saat ini belum aktif padahal sudah ada peralatannya.

4. Menambah buku-buku perpustakan yang berkaitan dengan motivasi dan kewirausahaan agar siswa YABIM termotivasi setelah membaca buku-buku tersebut.


(3)

5. Memperbaiki kinerja para pegawai YABIM yang lebih profesional, agar kedepan pelayanan YABIM menjadi berkualitas, sehinga pendekatan yang dicita-citakan dapat terealisasi yaitu mewujukan masyarakan yang sejahtera.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Adi, Isbandi Rukminto. Pemberdayaan, Pengembangan Masyarakat dan Intervensi Komunitas, Jakarta: FEUI Press, 2003.

Badudu, J.S. Kamus Kata-Kata Serapan Asing dalam B. Indonesia. Jakarta: Kompas, 2005.

Bungin, Burhan. Analisis Data Penelitian Kualitatif. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2003.

Brosur Penerimaan Siswa Baru, Yayasan Bina Insan Mandiri Depok. Copy Right 2008

- - - - -. Proposal Pendidkan gratis, (School for People), Yayasan Bina Insan Mandiri Copy Right 2009.

Depdikbud. Kamus Besar Bahasa Indonsia. Jakarta: Balai Pustaka, 1998. Efendi, Tadjuddin Noer. Sumber Daya Manusia, Peluang kerja, dan kemiskinan. Yogyakarta: Tiara Wacana, 1993.

Hadari, Nawawi. Instrumen Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 1992.

Ismail, Asep Usman. dkk Pengamalan Al-Qur’an Tentang Pemberdayaan Dhu’afa. Jakarta: Dakwah Press, 2008.

Moleong, Lexy, J. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1999.

Santosa, Ginna. Pengembangan Aspek Skill dan Entrepreneurship dalam Pembelajaran Sejarah di Sekolah. Semarang: Program Pascasarjana UNDIP, 2009.

Shadili, Hasan (ed), Fakir dalam Ensiklopedi Indonesia Edisi Khusus, Jilid 7. Jakarta: PT Ichtiar Baru Van Hoeve, 2001.

Suhartini, Rr. Model-Model Pemberdayaan Masyarakat. Yogyakarta: PT LKiS Pelangi Aksara, 2005.

Suharto, Edi. Membangun Masyarakat, Memberdayakan Rakyat. Bandung: Rafika Aditama, 2005.

Sulistiari. Isu-Isu Tematik Pembangunan Sosial: Konsepsi dan Strategi. Jakarta: Balai Latihan dan Pengembangan Sosial Dep. Sos. RI, 2004.


(5)

Sumodiningrat, Gunawan. Dkk. Teori, Fakta dan Kebijakan. Jakarta: IMPAC, 1999.

- - - - -. Pembangunan Daerah dan Pengembangan Masyraka., Jakarta: Bina Rena Pariwarna, 1997.

Suparlan, Parsudi. Kemiskinan di Perkotaan. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 1995.

Usman, Husaini dan Setiadi Akbar, Purnomo. Metodologi Penelitian Sosial. Jakarta: PT. Bumi Aksara , 2003.

W, Artamanda. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Jombang: Frista.

Artikel Internet

Andreas04 oleh Andreas Viklund. Blog pada WordPress.com. Artikel di akses pada 10 Nopember 2009

Data Jumlah Kemiskinan Tahun 2009 Versi BPS Artikel diakses Pada 27 September 2009 dari http://www.waspada.co.id

Http://diglib.petra.ac.id. Artikel di akses pada 10 Nopember 2009.

Http://Smileboys.Blogspot.Com/2008/05/Pengertian-Laboratorium.Html Artikel di akses pada 10 Nopember 2009.

Penangulangan Kemiskinan, artikel di akses pada 28 September 2009 dari www.google.com

Pengertian Kemiskinan, Artikel diakses pada 27 September 2009 dari


(6)