6. Komplikasi
Komplikasi CKD mempengaruhi sebagian besar sistem organ. Kondisi umum lainnya yang mempengaruhi CKD adalah usia lanjut elderly, seperti
infeksi dan gangguan fisiologis. Selain itu, CKD dikaitkan dengan peningkatan risiko dari efek samping obat, pemberian radiocontrast intravaskular, operasi dan
prosedur invasif lainnya. Secara keseluruhan komplikasi CKD berhubungan
dengan morbiditas, kematian dan biaya yang lebih tinggi KDIGO, 2013.
Pemeriksaan rutin atau deteksi dini diperlukan pada kelompok yang berisiko tinggi, misalnya orang dengan diabetes, hipertensi, penyakit kardiovaskular,
penyakit saluran struktural ginjal. Orang yang memiliki riwayat keluarga gagal ginjal, riwayat keturunan penyakit ginjal, usia lanjut, pasien yang menerima obat
nefrotoksik potensial atau yang memiliki hematuria atau proteinuria dapat segera dilakukan karena merupakan indikasi awal kerusakan ginjal KDIGO, 2013.
Faktor yang terkait dengan perkembangan CKD dan dengan peningkatan risiko kardiovaskular sebagian besar saling berhubungan satu dengan yang lain,
sehingga target terapi dari faktor-faktor risiko tersebut diharapkan dapat mengurangi risiko CVD Cardiovascular Disease pada pasien CKD. Terapi yang
dilakukan diharapkan juga dapat mengurangi perkembangan CKD menjadi stadium akhir penyakit ginjal atau End-Stage Renal Disease ESRD. Terdapat
bukti kuat bahwa penghambatan dari Renin-Angiotensin-Aldosterone System RAAS merupakan strategi efektif untuk menurunkan tekanan darah atau Blood
Pressure BP dan dapat mengurangi risiko penyakit ginjal, serta risiko
kardiovaskular terhadap albuminuria KDIGO, 2013.
7. Penatalaksanaan Terapi
Laporan ketujuh dari Joint National Committee JNC 7 mengeluarkan serangkaian indikasi yang menarik lihat tabel 5 untuk pengobatan hipertensi,
yang juga harus diikuti dalam terapi pasien CKD. Modifikasi gaya hidup dan diet harus selalu ditegakkan di pasien CKD dengan hipertensi. Pembatasan natrium
dapat menghasilkan penurunan BP substansial dan terutama melibatkan mengurangi asupan garam asin dalam makanan olahan. Saat ini tidak ada cukup
bukti untuk mendukung tujuan SBP 130 mmHg di CKD dengan rasio protein kreatinin urin 0,22. Pada pasien dengan CKD dan proteinuria 1 ghari,
direkomendasikan target SBP adalah 120-130 mmHg.
Tabel 5. Indikasi Pengobatan Hipertensi Berdasarkan JNC 7
Indikasi Pengobatan Penyakit ginjal kronis
ACEI, ARB Diabetes melitus
ACEI, ARB, BB, CCB Gagal jantung
ACEI, ARB, BB, ARA, tiazid Risiko tinggi CAD Coronary Artery Disease
ACEI, tiazid, BB, CCB Post-MI Myocardial infarction
ACEI, BB, ARA Pencegahan primer stroke
ARB losartan, LIFE Trial Pencegahan sekunder stroke
ACEI
Singkatan: ACEI, angiotensin converting enzyme inhibitor; ARB, angiotensin receptor blocker; BB, beta blocker; CCB, calcium channel blocker
; ARA, antagonist receptor aldosterone epleronone, spironolactone. Pemilihan CCB nondihidropiridin lebih disukai pada pasien CKD dengan proteinuria.
Tabel 6. Terapi hipertensi pada pasien penyakit ginjal kronis Target Terapi
BP 13080 mmHg CKD tanpa proteinuria
BP 120-129 75-79 mmHg CKD dengan proteinuria Terapi Lini-pertama
GFR 20 mL menit 1,73 m
2
ACEI atau ARB Kebanyakan pasien CKD dengan HTN membutuhkan
2 atau lebih obat antihipertensi.
Terapi Lini Kedua dan Ketiga GFR
≥40 mL menit 1,73 m
2
Tambahkan tiazid danatau CCB, jika terapi anti- RAAS adalah lini pertama.
GFR 40 mL menit 1,73 m
2
Tambahkan agen loop diuretik, misalnya, bumetanid atau furosemid dosis dua kali sehari atau torsemid
dosis sekali sehari danatau CCB, jika agen anti- RAAS dimulai sebagai terapi lini pertama.
Terapi Lini Keempat HR 80 bpm
Beta blocker atau alphabeta blocker HR
≤80 bpm Pertimbangkan menambahkan ARA spironolakton
atau eplerenon, jika proteinuria.
Situasi klinis yang spesifik
Diabetes ACEI atau ARB untuk diabetes tipe 1 atau ARB
ACEI untuk diabetes tipe 2 CAD Coronary artery disease
Beta blocker, CCB, alphabeta blocker, misalnya, labetalol
BPH Benign Prostatic Hyperplasia Alpha-1 blocker, misalnya, prazosin, terazosin,
doxazosin Resistensi thiazide HTN
amilorid atau ARA Aldosteronisme primer
ARA Hipotensi ortostatik
Target 2-min, SBP 120 mmHg
Tahap 2 Hipertensi tidak terkontrol
SBP 150 mmHg DBP 90 mmHg
Cohen Townsend, 2011
Tabel 7. Dosis Terapi Hipertensi pada Penyakit Ginjal Kronis No Golongan
Obat Dosis
mghari Frekuensi
per hari Durasi Rute
Keterangan 1
ACEI Captopril 12,5 2x1
Tiap 12
jam p.o -
Lisinopril 2,5- 40 mg
1x1 Tiap 24
jam p.o
2,5- 5 mg jika ClCr 30 mLmin max
40mg hari; 5- 10mg jika ClCr 30-
80 mLmin max 40mg.
Ramipril 1,25 mg
1x1 Tiap 24
jam p.o -
2 ARB
Candesartan 4 mg
1x1 Tiap 24
jam p.o Dosis
ditingkatkan bila diperlukan
max. 32mg Irbesartan
150 mg 1x1
Tiap 24 jam
Ditingkatkan hingga
300mg per hari jika ditoleransi Pada
pasien hemodialisis atau usia 75 th
dosis 75mg per hari
3
Agonis sentral
alfa-2 Klonidin 0,15
mg 2x1 Tiap
12 jam
p.o -
4
Diuretik Loop
diuretik Furosemid
20-80 mg 2x1
Tiap 12 jam
i.v Mungkin diperlukan
dosis tinggi max 1,5g per hari.
Diuretik Tiazid
Hidroklorotiazid HCT
12,5-50mg 1x1 Tiap 24
jam p.o Hindari
jika kreatinin
30mLmin tidak efektif
5 CCB
Nondihidr opiridin
Diltiazem 60-360mg 3x1
Tiap 8
jam p.o
Elderly 2x sehari Dihidropiri
din Amlodipin 5-10mg 1x1
Tiap 24
jam p.o -
Nifedipin 5 mg
3x1 Tiap 8
jam p.o -
6
Β-blocker Bisoprolol 2,5-10mg
1x1 Tiap
24 jam
p.o -
7 Aldosteron
Reseptor Blocker
Spironolakton 25-50mg 1-2x
Monitor plasma
kalium, risiko tinggi terjadi hiperkalemia
BNF, 2007
E. Landasan Teori