Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi ketidakpatuhan wajib pajak orang pribadi : studi kasus pada kpp pratama kebayoran lama

(1)

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

KETIDAKPATUHAN WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI

(Studi Kasus Pada KPP Pratama Kebayoran Lama)

Oleh :

Paisal Amir Zaini

106082002658

JURUSAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA


(2)

SURAT PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama Mahasiswa : Paisal Amir Zaini

NIM : 106082002658

Jurusan : Akuntansi

Dengan ini menyatakan skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri yang merupakan hasil penelitian, pengolahan, dan analisis saya sendiri serta bukan merupakan plagiat maupun saduran dari hasil karya atau penelitian orang lain. Apabila terbukti skripsi ini merupakan plagiat maka skripsi ini dianggap gugur dan harus melakukan penelitian ulang untuk menyusun skripsi baru dan kelulusan serta gelarnya dibatalkan.

Demikian pernyataan ini dibuat dengan segala akibat yang timbul di kemudian hari menjadi tanggungjawab saya,

Jakarta, 6 September 2010


(3)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Data Pribadi

Nama : Paisal Amir Zaini Jenis Kelamin : Laki-laki

Tempat Tanggal Lahir : Bogor, 26 November 1987

Agama : Islam

Orang Tua: 1. Ayah : H. Zaini 2. Ibu : Hj. Raimah

Anak ke dari : 5 dari 5 bersaudara

Alamat : Jl. Pipa Gas No. 34 RT 003 / RW 006 Limo-Depok Kode Pos. 16515

Telepon : (021) 7546070 / 08567310414 e-mail : isal_az@hotmail.com

az_isal@yahoo.com Pendidikan Formal

1993 – 1994 : TK Islam Pratiwi 1994 – 2000 : SDN Limo 02

2000 – 2003 : SLTP PGRI 12 Jakarta 2003 – 2006 : SMAN 97 Jakarta

2006 – 2010 : Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Jurusan Akuntansi

Pendidikan Non Formal

2005 : Primagama

2009 : JIMS Language Course 2009 – 2010 : Brevet Pajak A & B Patra

Pengalaman Organisasi

2002 – 2003 : Ketua Osis SLTP PGRI 12 JAKARTA 2007 – 2008 : Panitia PROPESA BEM Jurusan Akuntansi


(4)

2009 : Koordinator Divisi Acara FUSHION (Turnamen Futsal- antar SMA/Sederajat se-Jakarta Selatan)

2008 – 2009 : Ketua Dekan Cup BEM Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Pengalaman Magang

2010 : Magang bagian Account Representative, Penagihan, Pelayanan, dan Pengelolaan Data dan Informasi


(5)

THE ANALYSIS OF FACTORS WHICH INFLUENCE INDIVIDUAL TAXPAYER NONCOMPLIANCE

(Case Study of KPP Pratama Kebayoran Lama)

By: Paisal Amir Zaini

ABSTRACT

The purpose of this research is to determine whether factors that affect individual taxpayer noncompliance. The factors are: (1) attitude, (2) subjective norms, (3) moral obligations, (4) perceived behavioral control, (5) intention, and (6) ethics. Unit analysis of this research is an individual taxpayer who is registered in KPP Pratama Kebayoran Lama. This research uses primary data with convenience sampling method in sampling. The analytical method used in this study is factor analysis.

The survey results revealed that the six variables are reduced to five variables proposed that spread in the two factors. Ethics variable excluded from the study model because it does not meet the criteria for MSA > 0,5. Results of factor analysis showed two factors that this spread are all factors that affect an individual taxpayer noncompliance. The first factor consists of moral obligations, perceived behavioral control and intention; and the second factor consists of attitudes and subjective norms.

Keywords: Attitudes, subjective norms, moral obligations, perceived behavioral control, intention, and ethics.


(6)

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KETIDAKPATUHAN WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI

(Studi Kasus Pada KPP Pratama Kebayoran Lama)

Oleh: Paisal Amir Zaini

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor apakah yang mempengaruhi ketidakpatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi. Faktor yang dimaksud adalah: (1) sikap, (2) norma subyektif, (3) kewajiban moral, (4) kontrol keperilakuan yang dipersepsikan, (5) niat, dan (6) etika. Unit análisis penelitian ini adalah wajib pajak orang pribadi yang terdaftar di KPP Pratama Kebayoran Lama. Penelitian ini menggunakan data primer dengan metode convenience sampling dalam penentuan sampel. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis faktor.

Dari hasil penelitian diketahui bahwa dari 6 variabel yang diajukan direduksi 5 variabel yang tersebar dalam 2 faktor. Variabel Etika dikeluarkan dari model penelitian karena tidak memenuhi kriteria MSA > 0,5. Hasil analisis faktor menunjukkan 2 faktor yang tersebar ini merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi ketidakpatuhan wajib pajak orang pribadi. Faktor pertama terdiri dari kewajiban moral, kontrol keperilakuan yang dipersepsikan, dan niat; dan faktor kedua terdiri dari sikap dan norma subyektif.

Kata Kunci: Sikap, norma subyektif, kewajiban moral, kontrol keperilakuan yang dipersepsikan, niat, dan etika.


(7)

KATA PENGANTAR

Bismillahirahmanirrahim..

Alhamdulillahirabbil ‘Alamin, dengan segala kerendahan hati, puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta Salam semoga tercurah kepada baginda Rasulullah SAW, keluarga dan para sahabat beliau yang telah menjadi jalan bagi umatnya dalam menempuh keselamatan dan kebahagiaan dengan ilmu pengetahuan yang benar.

Penulis menyadari bahwa muatan skripsi ini masih jauh dari sempurna, baik penyusunan, penulisan maupun isinya. Hal tersebut dikarenakan keterbatasan pengetahuan, pengalaman, dan kemampuan yang penulis miliki. Meskipun demikian, penulis telah berusaha semaksimal mungkin untuk menyelesaikan skripsi ini dengan baik dan benar. Penulis menyadari bahwa keberhasilan yang diperolah adalah berkat bantuan dan dukungan dari semua pihak. Oleh karena itu penulis ingin mengucapkan banyak terima kasih kepada:

1. Ayahanda H. Zaini dan Ibunda Hj. Raimah serta kakak-kakakku yang penulis sangat cintai. Terima kasih atas cinta dan kasih sayang, doa, dorongan, semangat, pengorbanan, perhatian dan dukungan yang kalian berikan kepadaku. Semoga karyaku ini bisa membanggakan kalian.

2. Bapak Prof. Dr. H. Abdul Hamid, M.Si selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Bapak Afif Sulfa, SE.,Ak.,M.Si., selaku Ketua Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidatullah Jakarta. 4. Ibu Yessi Fitri, SE.,Ak.,M.Si Sekretaris Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi


(8)

5. Bapak Dr. Yahya Hamja.,MM selaku dosen pembimbing I, yang telah bersedia meluangkan waktunya dalam memberikan bimbingan kepada penulis selama proses penyusunan skripsi ini.

6. Ibu Rini, SE.,Ak.,M.Siselaku dosen pembimbing II, yang begitu sabar dalam memberikan penjelasan, bimbingan, pengarahan dan dorongannya kepada penulis dalam menyelesaikan penyusunan skripsi ini.

7. Bapak Prof, Azzam Jassin MBA, Bapak Afif Sulfa SE.,Ak.,M.Si, dan Ibu Reskino SE.,Ak.,M.Si selaku penguji komprehensif. Terima kasih telah memberikan ilmu kepada penulis.

8. Bapak Prof. Azzam Jassin MBA dan Ibu Fitri Damayanti SE.,M.Si selaku dosen penguji skripsi. Terima kasih.

9. Seluruh dosen yang berada di Fakultas Ekonomi dan Bisnis khususnya dosen jurusan akuntansi yang memiliki peran yang sangat besar bagi saya dalam proses perkuliahan.

10. Seluruh staf dan karyawan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan bantuannya kepada penulis.

11. Teman-teman akun D-Best terima kasih atas doa, dukungan, perhatian dan persahabatan kalian dari semester 1 sampai sekarang. Kita harus tetap main futsal ya.

12. Anneu Dwi Muliani terima kasih atas doa, semangat, perhatian, bantuan dan waktunya sehingga selsainya skripsi ini.

13. Teman-teman: Fery, Izul, Fuad, Ranggi, Zaky, Anneu, Ita, Anis, Ayu, Anggi, Dini, Acied, Indah, Tofan, Achi, Menes dan teman-teman seperjuangan kompre lainnya, terima kasih atas doa dan semangatnya dari belajar bareng sampai ujian kompre selsai.


(9)

14. Sahabat-sahabat BEM-J dan BEM-F terima kasih atas doa, dukungan dan pengalaman yang akan selalu berkesan dan takkan pernah terlupakan.

15. Juga kepada pihak-pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu penulis secara langsung maupun tidak langsung dalam menyelesaikan skripsi ini. Terima kasih atas segala bantuannya.

Semoga Allah SWT memberikan balasan atas semua kebaikan kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam masa perkuliahan dan proses penyelesaian skripsi ini. Wassalam.

Jakarta, Agustus 2010 Penulis


(10)

DAFTAR ISI

LEMBAR SAMPUL DALAM ... i

LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI ... ii

LEMBAR PENGESAHAAN UJIAN KOMPREHENSIF ... iii

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI ... iv

SURAT PERNYATAAN ... v

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... vi

ABSTRACT ... viii

ABSTRAK ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xiii

DAFTAR TABEL ... xvi

DAFTAR GAMBAR ... xvii

DAFTAR LAMPIRAN ... xviii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian ... 1

B. Perumusan Masalah ... 8

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 9

1. Tujuan Penelitian ... 9

2. Manfaat Penelitian ... 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Dasar-dasar Perpajakan ... 10

1. Pengertian Pajak ... 10

2. Fungsi Pajak ... 12

3. Jenis Pajak ... 13

4. Syarat Pemungutan Pajak ... 14


(11)

6. Tarif Pajak ... 19

7. Pengertian Wajib Pajak (WP) ... 19

B. Theory of Planned Behavior (TPB) ... 21

1. Sikap ... 22

2. Norma Subyektif ... 23

3. Kontrol Keperilakuan yang Dipersepsikan ... 24

4. Niat Berperilaku ... 25

5. Ketidakpatuhan Pajak ... 25

C. Kewajiban Moral ... 27

D. Etika ... 28

E. Tinjauan Penelitian Terdahulu ... 30

F. Kerangka Pemikiran ... 32

G. Hipotesis ... 33

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian ... 34

B. Metode Penentuan Sampel ... 34

1. Populasi ... 34

2. Sampel ... 34

C. Metode Pengumpulan Data ... 35

1. Pengumpulan Data Primer ... 35

2. Pengumpulan Data Sekunder ... 36

D. Metode Analisis Data ... 36

1. Uji Kualitas Data ... 36

2. Analisis Faktor ... 37

E. Operasional Variabel Penelitian ... 40

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Objek Penelitian ... 45


(12)

2. Visi, Misi, dan Nilai Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama . 45

3. Struktur Organisasi ... 46

4. Fungsi dan Tugas ... 47

5. Cakupan Wilayah Kerja ... 47

6. Karakteristik dan Jumlah Wajib Pajak ... 49

7. Pelayanan ... 49

8. Penegakan Hukum ... 50

9. Kesiapan Sumber Daya Manusia ... 50

B. Statistik Deskriptif Responden ... 51

C. Analisis Data ... 53

1. Uji Kualitas Data ... 53

2. Uji Analisis Faktor ... 55

D. Pembahasan dan Interpretasi ... 65

BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI A. Kesimpulan ... 69

B. Implikasi ... 70

C. Keterbatasan ... 71

D. Saran ... 72

DAFTAR PUSTAKA ... 73 LAMPIRAN


(13)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Tinjauan Penelitian Terdahulu ... 30

Tabel 3.1 Bobot dan Kategori Skala Likert ... 35

Tabel 3.3. Operasional Variabel Penelitian ... 43

Tabel 4.1 Jumlah Wajib Pajak KPP Pratama Jakarta Kebayoran lama ... 49

Tabel 4.2 Komposisi Sumberdaya Manusia KPP Pratama- Kebayoran Lama ... 51

Tabel 4.3 Data Statistik Responden ... 52

Tabel 4.4 Hasil Pengujian Validitas dan Reliabilitas ... 54

Tabel 4.5 KMO and Bartlett's Test ... 58

Tabel 4.6 Anti-image Matrices ... 58

Tabel 4.7 KMO and Bartlett's Test ... 59

Tabel 4.8 Anti-image Matrices ... 60

Tabel 4.9 Communalities ... 61

Tabel 4.10 Total Variance Explained ... 62

Tabel 4.11 Component Matrixa ... 63


(14)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Theory of Planned Behavior ... 22

Gambar 2.2 Theory of Planned Behavior dan Kewajiban Moral ... 28

Gambar 2.3 Theory of Planned Behavior dan Etika ... 29

Gambar 2.4 Kerangka Pemikiran ... 33


(15)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Kuisioner Penelitian ... 77

Lampiran 2. Skor Jawaban Penelitian ... 82

Lampiran 3. Hasil Uji Validitas dan Reliabiitas ... 88

Lampiran 4. Output SPSS Anlisis Faktor . ... 94


(16)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Penerimaan negara bersumber dari sektor migas (minyak dan gas bumi) dan non-migas, serta penerimaan lain yang bersumber dari luar negeri. Penerimaan dari sektor migas sangat besar, tetapi proporsi penerimaan migas terus menurun. Sedangkan tugas-tugas, fungsi-fungsi, dan aktivitas-aktivitas kenegaraan semakin bertambah kompleks dan banyak. Hal inilah yang mendorong pemerintah untuk menggalakkan sumber penerimaan lainnya, khususnya penerimaan yang bersumber dari dalam negeri, yaitu pajak. Dengan tersedianya penerimaan pajak dalam APBN (Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara) membuat tugas-tugas pemerintahan dan pembangunan dapat berjalan baik sesuai dengan rencana dan program yang dilakukan oleh setiap unit pemerintahan (departemen, kementerian, badan dan lembaga negara lainnya) setiap tahun (Pandiangan, 2008:69).

Dana dari penerimaan pajak sebagai sumber utama APBN dialokasikan untuk mendanai berbagai sendi kehidupan bangsa, seperti sektor pertanian, perdagangan, industri, kesehatan, dan pendidikan. Dapat dilihat bahwa sektor pajak sangat berperan dalam memenuhi kebutuhan pembangunan suatu Negara. Oleh karena itu, pajak harus dikelola dengan baik agar tujuan dari pajak itu sendiri dapat tercapai (Resmi, 2007:14).


(17)

Dalam upaya meningkatkan penerimaan negara sektor pajak, maka kebijakan perpajakan lebih diarahkan kepada upaya meningkatkan penerimaan khususnya melalui berbagai program Intensifikasi dan Ekstensifikasi pajak. Dalam Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak No. SE-06/Pj.9/2001 Tentang Pelaksanaan Intensifikasi dan Ekstensifikasi Pajak. Intensifikasi pajak adalah kegiatan optimalisasi penggalian penerimaan pajak terhadap objek serta subjek pajak yang telah tercatat atau terdaftar dalam administrasi Direktorat Jendral Pajak. Intensifikasi pajak dilaksanakan dengan berorientasi pada peningkatan kepatuhan dan kesadaran wajib pajak, misalnya dengan cara pengadaan penyuluhan langsung pada masyarakat. Sedangkan Ekstensifikasi Pajak adalah kegiatan yang berkaitan dengan penambahan jumlah wajib pajak terdaftar dan perluasan objek pajak dalam administrasi Direktorat Jenderal Pajak.

Kebijakan pemerintah yang lain dalam meningkatkan penerimaan dalam negeri dari sektor pajak yaitu melalui perubahan sistem pemungutan pajak dari official assessment system menjadi self assessment system pada tahun 1983. Self assessment system memberikan kepercayaan kepada wajib pajak untuk menghitung, memperhitungkan sendiri pajak yang terutang dan melunasinya, serta melaporkannya sesuai peraturan perpajakan. Self assessment system ini diharapkan dapat meningkatkan kepatuhan wajib pajak, yang ditandai dengan pelaksanaan kewajiban perpajakannya oleh wajib pajak secara sukarela dan sesuai dengan Ketentuan Undang-Undang dan Peraturan


(18)

sangat penting dan sebagai penentu didalam menopang pembiayaan pembangunan melalui pajak (Hutagaol, 2005:24).

Dalam sistem pelaporan pajak, dapat dikatakan unsur yang paling utama adalah untuk mendapatkan dan menjaga kepatuhan wajib pajak. Dengan kata lain, dalam sistem tersebut wajib pajak seperti pemeran utama, dan dinas pajak adalah pendukung atau orang yang bekerja di balik layar, sedangkan sistemnya adalah skenario yang menentukan jalan ceritanya. Bagaimanapun juga, gerakan aktif dan kerjasama para wajib pajak adalah hal yang paling penting, dan tidaklah berlebihan bila dikatakan bahwa misi dinas pajak adalah untuk memberikan dukungan kepada para wajib pajak (Toshiyuki Fushimi:2001).

Perubahan yang dilakukan Direktorat Jenderal Pajak dalam rangka meningkatkan pelayanan kepada wajib pajak dan untuk meningkatkan kepatuhan wajib pajak adalah dengan diterapkannya e-system (e-Registrasi, e-SPT dan e-Filing) sejak tahun pajak 2005. Namun demikian sebaik-baik sistem perpajakan dibuat, se-modern apapun administrasi pajak disajikan, pada akhirnya kembali kepada manusia yang melaksanakan sistem dan modernisasi administrasi itu sendiri. Untuk itu, tidak hanya pegawai pajak semata yang harus berperan, namun juga sangat diharapkan peran serta wajib pajak (Arniati, 2009).

Damayanti (2004) meyebutkan bahwa penerapan self assessment system akan efektif apabila kondisi kepatuhan sukarela (voluntary compliance) pada masyarakat telah terbentuk. Pada kenyataannya dalam pelaksanaan masih


(19)

terdapat banyak kendala yang harus dihadapi oleh fiskus untuk meningkatkan penerimaan pajak. Salah satu kendalanya adalah masih rendahnya kesadaran masyarakat dalam memenuhi kewajiban perpajakannya. Penyebab lainnya adalah karena persepsi masyarakat yang negatif, pajak dianggap membebani dan memaksa, belum dianggap sebagai bentuk pengabdian, dukungan atau partisipasi masyarakat dalam pembangunan. Salah satu upaya untuk memperbaiki image tersebut adalah persepsi yang baik atau positif dari wajib pajak terhadap self assessment system yang diterapkan dalam sistem perpajakan nasional. Selain itu, kepatuhan wajib pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakannya juga dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain faktor pengalaman, faktor intelegensi, faktor kepribadian, faktor motivasi, faktor kecemasan, dan faktor pengharapan (Harvey dan Smith, 1977 dalam Prasetio dkk., 2006:5).

Peran dan partisipasi seluruh masyarakat tanpa memandang dari golongan manapun sangatlah dibutuhkan demi kelancaran reformasi perpajakan. Titik berat dalam keberhasilan reformasi perpajakan ini adalah menumbuhkan tingkat kesadaran masyarakat sebagai wajib pajak untuk melakukan perwujudan dari pengabdian dan peran serta wajib pajak untuk secara langsung dan bersama-sama melaksanakan kewajiban perpajakannya, bertanggung jawab atas kewajiban pelaksanaan pajak sebagai pencerminan kewajiban serta melaksanakan kegotongroyongan nasional melalui sistem menghitung, memperhitungkan, membayar, dan melaporkan sendiri pajak


(20)

Tidak dipungkiri bahwa masih ada perusahaan ataupun orang pribadi yang menganggap pajak sebagai biaya yang dapat merugikan ataupun mengurangkan pendapatan. Data yang penulis peroleh dari Kantor Pelayanan Pajak Pratama Kebayoran Lama tempat penulis melakukan penelitian diketahui bahwa terjadi peningkatan kecenderungan ketidakpatuhan pajak yakni jumlah wajib pajak yang terlambat melakukan pembayaran PPh Masa Pasal 25 Orang Pribadi Tahun Pajak 2007 berjumlah 2.494 orang, Tahun Pajak 2008 berjumlah 2.615 orang, dan Tahun Pajak 2009 berjumlah 3.816 orang. Kecenderungan ketidakpatuhan pajak tersebut jelas merupakan persoalan serius bagi pemerintah, khususnya Direkotrat Jenderal Pajak. Ketidakpatuhan Wajib Pajak jelas akan berdampak terhadap penerimaan negara dari sektor pajak negara yang berkurang, sehingga secara otomatis juga berdampak pada masalah APBN. Hal ini mengingat cukup besarnya kontribusi penerimaan pajak dalam APBN, sehingga jika target-target penerimaan pajak tidak terealisasi, akan menyulitkan dalam menyusun APBN. Masalah tersebut akhirnya akan menjadi kendala yang besar dalam proses pembangunan bangsa (Adji Rukmana, 2007).

Salman (2009) melakukan penelitian mengenai kepatuhan wajib pajak. Variabel yang digunakan adalah sikap dan moral wajib pajak terhadap kepatuhan wajib pajak. Hasil dari penelitiannya menunjukkan bahwa moral wajib pajak tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak, sedangkan sikap wajib pajak berpengaruh secara signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak.


(21)

Penelitian Strivedi, Shehata dan Mestelman (2005), menguji Theory of

Planned Behaviour untuk menjelaskan kepatuhan pajak dengan

menambahkan variabel etika. Penelitian ini melakukan dua cara yaitu melalui eksperimen dan dengan mengajukan kuesioner yang berupa hypotetical situation compliance. Eksperimen dan hypotetical situation compliance, merupakan upaya mendeteksi kepatuhan pajak, melalui eksperimen dilihat dari kemungkinan wajib pajak melaporkan pajaknya dengan tepat dengan dimanipulasi oleh kemungkinan diperiksa dan tidak diperiksa yang menyebabkan akan diberikan sanksi jika diperiksa sehingga akan berdampak pada berkurangnya penghasilan wajib pajak. Sedangkan melalui kuesioner wajib pajak menyatakan kepatuhannya dengan diberikan pertanyaan mengenai kepatuhan dalam beberapa hal yaitu kepatuhan dilihat dari kemungkinan diperiksa dan tidak diperiksa, kepatuhan dilihat dari respon terhadap kasus dan kepatuhan dilihat dari pelaporan yang telah dilakukan pada tahun-tahun sebelumnya dan pada tahun sekarang.

Selanjutnya Arniati (2009) meneliti mengenai peran Theory of Planed Behavior dan etika terhadap ketaatan pajak. Hasil penelitian menunjukkan hanya variabel norma subyektif dan pengawasan prilaku yang diterima yang terbukti mempengaruhi niat kepatuhan pajak dari dimensi niat untuk patuh. Sedangkan dari dimensi niat untuk melaporkan pendapatan dengan benar hanya variabel norma subyektif yang terbukti mempengaruhi niat kepatuhan pajak. Pengujian faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan berupa niat


(22)

kontrol perilaku yang dapat membuktikan model prediksi untuk kepatuhan pada saat terdapat kemungkinan diperiksa. Pengujian analisis path untuk menguji hubungan tidak langsung melalui niat terhadap kepatuhan ketika ada kemungkinan diperiksa, tidak membuktikan adanya hubungan faktor sikap, norma subyektif, kontrol perilaku, dan etika berpengaruh terhadap kepatuhan melalui variabel niat.

Tarjo (2009) meneliti mengenai faktor-faktor apakah yang mempengaruhi perilaku ketidakpatuhan wajib pajak orang pribadi yang berada di wilayah Bangkalan. Hasil penelitian menunjukkan: sikap tentang ketidakpatuhan pajak, norma subyektif, dan kewajiban moral berpengaruh signifikan terhadap niat berperilaku tidak patuh; kontrol keperilakuan yang dipersepsikan tidak berpengaruh signifikan baik terhadap niat berperilaku tidak patuh maupun terhadap ketidakpatuhan pajak, dan niat berperilaku tidak patuh berpengaruh signifikan terhadap ketidakpatuhan pajak.

Berdasarkan latar belakang dan temuan penelitian terdahulu yang dijelaskan di atas, maka penelitian ini dimaksudkan untuk mengembangkan konsep tentang kepatuhan pajak. Penelitan ini mengangkat tentang perilaku ketidakpatuhan khususnya pada Wajib Pajak Orang Pribadi yang terdaftar di KPP Pratama Kebayoran Lama. Berdasarkan hal tersebut penulis mencoba untuk menelitinya dalam bentuk skripsi dengan judul “Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Ketidakpatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi


(23)

Penelitian ini pada dasarnya merupakan replikasi dari penelitian Tarjo (2009) yang berjudul “Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Ketidakpatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi di Bangkalan”. Adapun yang membedakan penelitian ini dengan penelitian terebut adalah:

1. Variabel yang digunakan dalam penelitian sebelumnya adalah sikap, norma subyektif, kewajiban moral, kontrol keperilakuan yang dipersepsikan, niat berperilaku tidak patuh, dan ketidakpatuhan pajak, sedangkan pada penelitian ini mengembangkan penelitian tersebut dengan menambahkan satu variabel yaitu etika (Arniati, 2009).

2. Responden dan tempat penelitian sebelumnya adalah wajib pajak orang pribadi yang berada di Bangkalan, sedangkan penelitian ini adalah wajib pajak orang pribadi yang terdaftar di KPP Pratama Jakarta Kebayoran Lama.

3. Metode pengujian hipotesis penelitian sebelumnya menggunakan analisis Structural Equation Modeling (SEM) dengan alat bantu program AMOS versi 5. Sedangkan penelitian ini menggunakan metode analisis faktor dengan bantuan program SPSS versi 17.0.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan dari latar belakang penelitian di atas, maka masalah dalam penelitian ini adalah faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi ketidakpatuhan wajib pajak orang pribadi?


(24)

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah di atas, penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor apa yang mempengaruhi ketidakpatuhan wajib pajak orang pribadi.

2. Manfaat Penelitian

a. Bagi Peneliti

Menerapkan ilmu yang diperoleh peneliti semasa kuliah dan mengaplikasikannya sesuai dengan kondisi yang ada.

b. Bagi Instansi Terkait

Sebagai bahan informasi pelengkap atau masukan sekaligus pertimbangan bagi pihak-pihak berwenang yang berhubungan dengan penelitian ini dalam penetapan kebijakan pada pelaksanaan atau penggunaan suatu sistem pemungutan yang diterapkan.

c. Bagi Fakultas

Sebagai sarana untuk mengembangkan ilmu pengetahuan serta untuk mengevaluasi sejauh mana sistem pendidikan telah dijalankan sesuai dengan kebutuhan dan kondisi.

d. Bagi Peneliti Selanjutnya

Sebagai tambahan wawasa informasi, dan masukan untuk membantu memberikan gambaran yang lebih jelas bagi pihak lain atau para peneliti yang ingin melakukan penelitian mengenai perpajakan secara umum.


(25)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Dasar-dasar Perpajakan

1. Pengertian Pajak

Pajak merupakan pendapatan yang berguna bagi negara dalam membiayai pembangunan nasional. Oleh karena itu banyak pakar memberikan definisi atau batasan-batasan yang berbeda tetapi memiliki maksud yang sama.

a. Rochmat Soemitro

Pengertian pajak menurut Rochmat Soemitro (1995:5) dalam Siti Resmi (2005:1):

“Pajak adalah iuran rakyat kepada Kas Negara (peralihan kekayaan dari sektor partikulir ke sektor pemerintah) berdasarkan Undang-Undang (dapat dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa timbal balik (kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukkan dan digunakan untuk membiayai pengeluaran umum”.

b. Andriani

Pengertian pajak menurut Andriani dalam Waluyo dan Wirawan B.Ilyas (2003:4):

“Pajak adalah iuran kepada negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang oleh yang wajib membayarnya menurut peraturan-peraturan dengan tidak mendapat prestasi kembali, yang langsung dapat ditunjuk, dan yang gunanya adalah untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran umum berhubung dengan tugas negara untuk menyelenggarakan pemerintahan”.


(26)

c. Pasal 1 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007, menyatakan bahwa:

“Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat”.

Dari berbagai definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa pajak memiliki unsur pokok sebagai berikut:

a. Iuran/pungutan, yang berhak memungut pajak adalah negara, iuran tersebut berupa uang bukan barang.

b. Pajak dipungut berdasarkan Undang-Undang, pajak dipungut berdasarkan atau dengan ketentuan Undang-Undang serta aturan pelaksanaaannya.

c. Pajak dapat dipaksakan, pemerintah berhak melakukan paksaan tehadap masyarakat untuk melakukan pembayaran pajak.

d. Tidak menerima jasa timbal (kontraprestasi), tanpa jasa timbal (kontraprestasi) dari negara yang secara langsung dapat ditunjuk. Dalam pembayaran pajak tidak dapat ditunjukkan adanya kontraprestasi individual oleh pemerintah.

e. Untuk membiayai pengeluaran umun pemerintah, untuk membiayai pengeluaran rumah tangga negara, yakni pengeluaran-pengeluaranyang bermanfaat bagi masyarakat luas.


(27)

2. Fungsi Pajak

Menurut Erly Suandy (2005:14) terdapat dua fungsi pajak, yaitu fungsi budgetair (keuangan negara) dan fungsi regulerend (mengatur). a. Fungsi Budgetair (Keuangan Negara)

Fungsi budgetair merupakan fungsi utama pajak dan fungsi fiskal yaitu suatu fungsi dimana pajak dipergunakan sebagai alat untuk memasukkan dana secara optimal ke kas negara berdasarkan Undang-Undang perepajakan yang berlaku, pajak untuk keperluan negara berdasarkan Undang-Undang. Faktor yang turut mempengaruhi optimalisasi pemasukan dana ke kas negara adalah:

1) Filsafat Negara.

2) Kejelasan Undang-Undang dan Peraturan Perpajakan. 3) Tingkat Pendidikan Penduduk/Wajib Pajak.

4) Kualitas dan kuantitas petugas pajak setempat.

5) Strategi yang diterapkan organisasi yang mengadministrasikan pajak di Indonesia.

b. Fungsi Regulerend (Mengatur)

Fungsi regulerend atau fungsi mengatur dan sebagainya juga fungsi pajak dipergunakan oleh pemerintah sebagai alat untuk mencapai tujuan tertentu. Disebut sebagai fungsi tambahan karena fungsi ini hanya sebagai pelengkap dari fungsi utama pajak. Untuk mencapai tujuan tersebut maka pajak dipakai sebagai alat kebijakan. Pajak digunakan


(28)

sebagai alat untuk mencapai tujuan tertentu dapat dilihat dalam contoh sebagai berikut:

1) Pemberian insentif pajak (misalnya tax holiday, penyusutan dipercepat) dalam rangka meningkatkan investasi baik investasi dalam negeri maupun investasi luar negeri.

2) Pengenaan pajak ekspor untuk produk-produk tertentu dalam rangka memenuhi kebutuhan dalam negeri.

3) Pengenaan bea masuk dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah untuk produk-produk impor tertentu dalam rangka melindungi produk-produk dalam negeri.

3. Jenis Pajak

Terdapat berbagai jenis pajak yang dapat digolongkan menjadi tiga, yaitu penggolongan menurut golongannya, menurut sifatnya, dan menurut lembaga pemungutnya (Mardiasmo, 2009).

a. Menurut golongannya, jenis pajak terdiri:

1) Pajak langsung, adalah pajak yang harus dipikul atau ditanggung sendiri oleh wajib pajak dan tidak dapat dilimpahkan atau dibebankan kepada orang lain atau pihak lain.

2) Pajak tidak langsung, adalah pajak yang akhirnya dapat dibebankan atau dilimpahkan kepada oarang lain atau pihak ketiga.


(29)

b. Menurut sifatnya, jenis pajak terdiri dari:

1) Pajak subjektif, adalah pajak yang pengenaannya memperhatikan pada keadaan pribadi wajib pajak atau pengenaan pajak yang memperhatikan pada subjeknya.

2) Pajak objektif, adalah pajak yang pengenaannya memperhatikan pada objeknya baik berupa benda, keadaan, perbuatan peristiwa yang mengakibatkan timbulnya kewajiban membayar pajak, tanpa memperhatikan keadaan pribadi subjek pajak (wajib pajak) maupun tempat tinggal.

c. Menurut lembaga pemungutannya, jenis pajak terdiri dari:

1) Pajak Negara atau Pajak Pusat, adalah pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat dan digunakan untuk membiayai rumah tangga negara pada umumnya.

2) Pajak Daerah, adalah pajak yang dipungut oleh Pemerintah Daerah baik Daerah Tingkat I maupun Daerah Tingkat II dan digunakan untuk membiayai rumah tangga masing-masing.

4. Syarat Pemungutan Pajak

Tidaklah mudah untuk membebankan pajak pada masyarakat. Bila terlalu tinggi, masyarakat akan enggan membayar pajak. Namun bila terlalu rendah, maka pembangunan tidak akan berjalan karena dana yang kurang. Agar tidak menimbulkan berbagai masalah, maka pemungutan pajak harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:


(30)

a. Pemungutan Pajak Harus Adil

Seperti halnya produk hukum pajak pun mempunyai tujuan untuk menciptakan keadilan dalam hal pemungutan pajak. Adil dalam perundang-undangan maupun adil dalam pelaksanaannya.

b. Pengaturan Pajak Harus Berdasarkan UU

Sesuai dengan Pasal 23 UUD 1945 yang berbunyi: "Pajak dan pungutan yang bersifat untuk keperluan negara diatur dengan Undang-Undang”. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penyusunan Undang-Undang tentang pajak, yaitu:

1) Pemungutan pajak yang dilakukan oleh negara yang berdasarkan Undang-Undang tersebut harus dijamin kelancarannya.

2) Jaminan hukum bagi para wajib pajak untuk tidak diperlakukan secara umum.

3) Jaminan hukum akan terjaganya kerasahiaan bagi para wajib pajak. c. Pungutan Pajak Tidak Mengganggu Perekonomian

Pemungutan pajak harus diusahakan sedemikian rupa agar tidak mengganggu kondisi perekonomian, baik kegiatan produksi, perdagangan, maupun jasa. Pemungutan pajak jangan sampai merugikan kepentingan masyarakat dan menghambat lajunya usaha masyarakat pemasok pajak, terutama masyarakat kecil dan menengah. d. Pemungutan Pajak Harus Efisien

Biaya-biaya yang dikeluarkan dalam rangka pemungutan pajak harus diperhitungkan. Jangan sampai pajak yang diterima lebih rendah


(31)

daripada biaya pengurusan pajak tersebut. Oleh karena itu, sistem pemungutan pajak harus sederhana dan mudah untuk dilaksanakan. Dengan demikian, wajib pajak tidak akan mengalami kesulitan dalam pembayaran pajak baik dari segi penghitungan maupun dari segi waktu. e. Sistem Pemungutan Pajak Harus Sederhana

Bagaimana pajak dipungut akan sangat menentukan keberhasilan dalam pungutan pajak. Sistem yang sederhana akan memudahkan wajib pajak dalam menghitung beban pajak yang harus dibiayai sehingga akan memberikan dapat positif bagi para wajib pajak untuk meningkatkan kesadaran dalam pembayaran pajak. Sebaliknya, jika sistem pemungutan pajak rumit, orang akan semakin enggan membayar pajak.

5. Tata Cara Pemungutan Pajak

a. Stelsel Pajak

Pemungutan pajak dapat dilakukan dengan tiga stelsel, yaitu, stelsel nyata, stelsel anggapan, dan stelsel campuran (Waluyo, 2007).

1) Stelsel nyata (riil), stelsel ini menyatakan bahwa pengenaan banyak didasarkan objek yang sesungguhnya terjadi (untuk Pajak Penghasilan maka objeknya adalah Pajak Penghasilan). Oleh karena itu, pemungutan pajaknya baru dapat dilakukan pada akhir tahun pajak, yaitu setelah semua penghasilan yang sesungguhnya dalam suatu tahun pajak diketahui.


(32)

3) Stelsel campuran, stelsel ini menyatakan bahwa pengenaan pajak didasarkan pada kombinasi antara stelsel nyata dan stelsel anggapan. b. Asas Pemungutan Pajak

Terdapat tiga asas yang digunakan untuk memungut pajak dalam Pajak Penghasilan yaitu asas domisili, asas sumber, dan asas kebangsaan (Resmi: 2005).

1) Asas domisili (asas tempat tinggal)

Negara berhak mengenakan pajak atas seluruh penghasilan wajib pajak yang bertempat tinggal diwilayahnya, baik penghasilan yang berasal dari dalam maupun dari luar negeri.

2) Asas sumber

Negara berhak mengenakan pajak atas penghasilan yang bersumber di wilayahnya tanpa memperhatikan tempat tinggal wajib pajak. 3) Asas kebangsaan

Pengenaan pajk dihubungkan dengan kebangsaan suatu negara. Misalnya pajak bangsa Asing di Indonesia dikenakan pada orang yang berkebangsaan Indonesia yang bertempat tinggal di Indonesia. Asas ini berlaku bagi Wajib Pajak Luar Negeri.

c. Sistem Pemungutan Pajak

Dalam pemungutan pajak dikenal beberapa sistem yaitu, official assesment system, self assesment system, dan withholding system (Mardiasmo, 2009).


(33)

1) Official Assessment System

Official Assessment System adalah suatu sistem pemungutan pajak yang memberikan wewenang kepada pemerintah (fiskus) untuk menentukan besarnya pajak yang terutang oleh wajib pajak. Ciri-cirinya adalah wewenang untuk menentukan besarnya pajak terutang ada pada fiskus, wajib pajak bersifat pasif, dan utang pajak timbul setelah dikeluarkanya Surat Ketetapan Pajak (SKP) oleh fiskus. 2) Self Assessment System

Self Assessment System adalah suatu sistem pemungutan pajak yang memberikan wewenang kepada wajib pajak untuk menentukan sendiri besarnya pajak yang terutang. Ciri-cirinya adalah wewenang untuk menentukan besarnya pajak terutang ada pada wajib pajak sendiri, wajib pajak aktif (mulai dari menghitung, menyetor, dan melaporkan sendiri pajak yang terutang), dan fiskus tidak ikut campur dan hanya mengawasi.

3) Witholding System

Witholding system adalah suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada pihak ketiga (bukan Fiskus dan bukan wajib pajak) untuk menentukan besarnya pajak yang terutang oleh wajib pajak. Cirinya wewenang menentukan besarnya pajak yang terutang da pada pihak ketiga, pihak selain fiskus dan wajib pajak.


(34)

6. Tarif Pajak

Pajak dipungut berdasarkan tarif. Tarif pajak merupakan ukuran atau standar pemungutan pajak. Menurut Mardiasmo (2005:9) ada empat macam tarif pajak, yaitu tarif proporsional, tarif tetap, tarif progresif, dan tarif degresif.

a. Tarif Proporsional

Tarif berupa persentase yang tetap terhadap berapapun jumlah yang dikenakan pajak, sehingga besarnya pajak yang terutang proporsional terhadap besarnya nilai yang dikenai pajak.

b. Tarif Tetap

Tarif berupa jumlah yang tetap (sama) terhadap berapapun jumlah yang dikenai pajak, sehingga besarnya pajak yang terutang tetap.

c. Tarif Progresif

Persentase tarif yang digunakan semakin besar bila jumlah yang dikenai pajak semakin besar.

d. Tarif Degresif

Persentase tarif yang digunakan semakin kecil bila jumlah dikenai pajak semakin besar.

7. Pengertian Wajib Pajak (WP)

Menurut pasal 1 Undang-Undang No. 16 tahun 2000, pengertian wajib pajak adalah orang pribadi atau badan yang menurut ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan ditentukan untuk melakukan kewajiban perpajakan, termasuk pemungutan pajak atau pemotongan pajak


(35)

(Suandy, 2007:109). Kewajiban perpajakan Wajib Pajak badan maupun perseorangan sesuai dengan Undang-undang KUP antara lain adalah: a. Wajib mendaftarkan diri kepada KPP terdekat untuk mendapatkan

NPWP.

b. Wajib mengisi dan menyampaikan SPT dengan benar, lengkap dan jelas.

c. Wajib membayar atau menyetor pajak yang terutang melalui kantor pos atau Bank persepsi yang ditunjuk.

Wajib Pajak (WP) adalah Orang Pribadi atau Badan yang menurut ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan ditentukan untuk melakukan kewajiban perpajakan, termasuk pemungut pajak atau pemotong pajak tertentu (Suandy, 2007:109).

Badan adalah sekumpulan orang atau modal yang merupakan kesatuan baik yang melakukan usaha maupun yang tidak melakukan usaha yang meliputi perseroan terbatas, perseroan komanditer, perseroan lainnya, Badan Umum Milik Negara atau Badan Usaha Milik Daerah dengan nama dan dalam bentuk apapun, firma, kongsi, koperasi, dana pensiun, persekutuan, perkumpulan, yayasan, organisasi massa, organisasi sosial politik, atau organisasi lainnya, lembaga dan bentuk badan lainnya termasuk kontrak investasi kolektif dan bentuk usaha tetap (Resmi, 2007:21).


(36)

B. Theory of Planned Behavior (TPB)

Ada beberapa teori perilaku yang telah digunakan untuk meramalkan tentang keterlibatan, keikutsertaan, kontribusi, pencapaian, ogranisasional kewarganegaraan, inovasi, serta konsep-konsep lain tentang perilaku individu. Theory of Planned Behavior (TPB) merupakan salah satu model psikologi sosial yang paling sering digunakan untuk meramalkan perilaku, dan Theory of Planned Behavior (TPB) dirancang untuk meramalkan dan menjelaskan tingkah laku manusia dalam konteks yang spesifik. Theory of Planned Behavior (TPB) merupakan prediksi perilaku yang baik karena diseimbangkan oleh niat untuk melaksanakan perilaku.

Theory of Planned Behavior (TPB) merupakan niat individu untuk melaksanakan perilaku tertentu. Niat diasumsikan untuk menangkap faktor motivasi yang mempengaruhi perilaku, yang mengindikasikan seberapa kuat keinginan orang untuk mencoba, atau seberapa besar usaha yang dilakukan dalam rangka melaksanakan suatu perilaku. Pada umumnya semakin kuat niat untuk melakukan sesuatu, maka semakin memungkinkan untuk pencapaian perilaku (Ajzen, 1991).

Ajzen (1991) pada Gambar 2.1 tentang Theory of Planned Behavior (TPB) mendalilkan bahwa ada tiga faktor penentu niat yang berdiri sendiri. Pertama adalah sikap arah prilaku yang mengacu pada persetujuan bahwa seseorang telah dinilai baik atau tidak baik, atau penilaian perilaku yang dipermasalahkan. Faktor yang kedua adalah faktor sosial berupa norma subyektif, yang mengacu pada tekanan sosial yang diterima untuk


(37)

melaksanakan atau untuk tidak melaksanakan perilaku tertentu. Faktor penentu niat yang ketiga adalah pengawasan prilaku yang dapat diterima yang mengacu pada kesukaran dan kemudahan yang dirasakan dalam melaksanakan perilaku dan diasumsikan terhadap pencerminan pengalaman masa lalu seperti halangan dan rintangan yang sudah di antisipasi.

Sumber: Icek Ajzen

Gambar 2.1

Theory of Planned Behavior

Ketiga faktor tersebut menurut Ajzen (1991) dikatakan mempunyai kontribusi secara mandiri terhadap niat dan perilaku, karena faktor tersebut diharapkan memberikan pengaruh perilaku yang berbeda pada situasi yang berbeda.

1. Sikap

Sikap dalam Ajzen (2005:3) didefinisikan sebagai sebuah disposisi atau kecenderungan untuk menanggapi hal-hal yang bersifat evaluatif,

Atitude toward the

behavior

Subjective norm

Perceived behavioral

control


(38)

disenangi atau tidak disenangi terhadap objek, orang, institusi, atau peristiwa.

”Attitude is a dispotion to respond favorably or unfavorably to an object, person, institution, or event”

Karaktristik paling utama yang membedakan sikap dengan variabel lain adalah bahwa sikap bersifat evaluatif dan cenderung afektif (Fishbein dan Ajzen, 1975). Afek merupakan bagian dari sikap yang paling penting, dimana afek mengacu pada perasaan dan penilaian seseorang akan objek, orang, permasalahan atau peristiwa tertentu (Fishbein dan Ajzen,1975). Ajzen (2005) menambahkan, sikap terhadap tingkah laku ditentukan oleh keyakinan (belief) akan akibat dari tingkah laku yang dilakukan. Keyakin ini disebut sebagai behavioral belief. Setiap behavioral belief menghubungkan tingkah laku dengan konsekuensi tertentu dari munculnya tingkah laku tersebut, atau kepada beberapa atribut lain seperti kerugian yang mungkin muncul ketika melakukan tingkah laku tersebut.

2. Norma Subyektif

Fishbein dan Ajzen (2005:118) mendefinisikan norma subyektif sebagai persepsi seseorang akan tekanan sosial untuk menunjukkan atau tidak menunjukkan tingkah laku pertimbangan tertentu.

”...the person’s perception of social pressure to perform or not perform the behavior under consideration”

Norma juga diasumsikan sebagai fungsi dari keyakinan (belief), tetapi keyakinan dalam bentuk yang berbeda. Yaitu keyakinan seseorang bahwa individu atau kelompok tertentu setuju atau tidak menyetujui,


(39)

terlibat atau tidak terlibat bila dirinya menampilkan atau memunculkan tingkah laku tertentu. Individu dan kelompok diatas disebut juga referent. Referent adalah orang atau kelompok sosial yang berpengaruh bagi individu, baik itu orang, pasangan (suami/istri), teman dekat, rekan kerja, atau yang lain tergantung pada tingkah laku yang terlibat (significant others). Keyakinan yang mendasari norma subyektif ini disebut dengan istilah normatif belief.

Norma subyektif tidak hanya ditentukan oleh adanya referent, tetapi juga apakah subyek perlu, harus atau dilarang melakukan perilaku yang akan dimunculkan dan seberapa jauh ia akan mengikuti pendapat referent tersebut. Hal tersebut disebut dengan motivation to comply.

3. Kontrol Keperilakuan yang Dipersepsikan

Ajzen (2005:118) mendefinisikan kontrol keperilakuan yang dipersepsikan sebagai perasaan self efficiency atau kesanggupan seseorang untuk menunjukkan tingkah laku yang diinginkan.

”the sense of self efficiency or ability to perform the behavior of interest” Kontrol keperilakuan yang dipersepsikan juga dianggap sebagai fungsi dari keyakinan (belief), yaitu keyakinan individu akan ada atau tidaknya faktor yang mendukung atau menghalangi akan munculnya tingkah laku (control belief). Keyakinan-keyakinan ini dapat diakibatkan oleh pengalaman masa lalu dengan tingkah laku, tetapi dapat juga dipengaruhi oleh informasi yang tidak langsung akan tingkah laku tersebut


(40)

yang dipeeroleh dengan mengobservasi pengalaman orang yang dikenal atau teman.

Kontrol keperilakuan yang dipersepsikan dibentuk oleh dua komponen. Pertama, keyakinan individu tentang kehadiran kontrol yang berfungsi sebagai pendukung atau penghambat individu dalam bertingkah laku (control belief). Serta persepsi individu terhadap seberapa kuat kontrol tersebut untuk mempengaruhi dirinya dalam bertingkah laku (perceived power).

4. Niat

Menurut Fishbein dan Ajzen (1975:288) yang dimaksud dengan niat (intensi) adalah kemungkinan seseorang bahwa ia akan menampilkan suatu tingkah laku.

”A behavioral intention, therefore refers to a person subjective probability that he will perform some behavior”

Niat berperilaku merupakan variabel perantara dalam membentuk perilaku (Ajzen, 1991). Hal ini berarti pada umumnya manusia bertindak sesuai dengan niat. Niat ini ditentukan oleh sejauh mana individu memiliki sikap positif pada perilaku tertentu, dan sejauh mana jika dia memilih untuk melakukan perilaku tertentu itu dia mendapat dukungan dari orang lain yang berpengaruh dalam kehidupannya.

5. Ketidakpatuhan Pajak

Menurut Simon James et al yang dikutip oleh Gunadi (2005), pengertian kepatuhan pajak (tax compliance) adalah wajib pajak mempunyai kesediaan untuk memenuhi kewajiban pajaknya sesuai dengan


(41)

aturan yang berlaku tanpa perlu diadakannya pemeriksaan, investigasi seksama, peringatan, atau pun ancaman dan penerapan sanksi baik hukum maupun administrasi.

Dalam Practice Note tentang Compliance Measurement yang diterbitkan oleh Organization for Economic and Coorporation Development-OECD (2004) dalam Wahyu Santoso (2008), kepatuhan dibagi menjadi dua kategori, yaitu: (1) kepatuhan administratif (administrative compliance); dan (2) kepatuhan teknis (technical compliance). Kepatuhan administratif mencakup kepatuhan pelaporan dan kepatuhan prosedural. Sedangkan kepatuhan teknis mencakup kepatuhan dalam penghitungan jumlah pajak yang akan dibayar oleh wajib pajak.

Organization for Economic and Coorporation Development-OECD (2004) dalam Wahyu Santoso (2008) juga mendefinisikan ketidakpatuhan pajak sebagai risiko yang dihadapi oleh satu administrasi pajak berupa pajak yang tidak dapat ditarik dari wajib pajak karena wajib pajak tersebut tidak mematuhi ketentuan perpajakan sehingga ada pajak terutang yang tidak dibayar.

Isu kepatuhan pajak dan hal-hal yang menyebabkan ketidakpatuhan pajak serta upaya untuk meningkatkan kepatuhan menjadi agenda penting di berbagai Negara. Isu kepatuhan menjadi penting karena ketidakpatuhan secara bersama menimbulkan upaya penghindaran pajak, baik dengan fraud dan illegal yang disebut tax evasion, maupun penghindaran pajak


(42)

Pada akhirnya tax evasion dan tax avoidance mempunyai akibat yang sama, yaitu berkurangnya penyetoran pajak ke kas Negara. Ketika sistem perpajakan suatu Negara telah maju, pendekatan reformasi diletakkan pada peningkatan dalam kepatuhan dan administrasi perpajakan. Peningkatan kepatuhan sangat penting dalam reformasi perpajakan, dan mungkin lebih penting daripada perubahan struktural dalam sistem perpajakan (Perry dan Whalley, 2000 dalam Sitanggang, 2009).

C. Kewajiban Moral

Kewajiban moral merupakan norma individu yang dipunyai oleh seseorang, namun kemungkinan tidak dimiliki oleh orang lain. Norma individu ini tidak secara eksplisit termasuk dalam model Theory of Planned Behavior (TPB). Blanthorne (2000), Kaplan, Newbery & Reckers (1997), Hanno & Violette (1996) telah membuktikan secara empiris, bahwa kewajiban moral berpengaruh secara negatif signifikan terhadap niat ketidakpatuhan pajak.

Gambar 2.2 di bawah ini menggambarkan model Theory of Planned Behavior (TPB) dan juga variabel kewajiban moral berdasarkan dari penelitian yang dilakukan oleh Tarjo (2009).


(43)

Moral obligation

Sumber: Tarjo (2009)

Gambar 2.2

Theory of Planned Behavior dan Kewajiban Moral

D. Etika

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1995) etika berarti nilai mengenai benar dan salah yang dianut suatu golongan atau masyarakat. Maryani dan Ludigdo (2001) dalam Alim, dkk (2007) mendefinisikan etika sebagai seperangkat aturan atau norma atau pedoman yang mengatur manusia, baik yang harus dilakukan maupun yang harus ditinggalkan yang dianut oleh sekelompok atau segolongan manusia atau masyarakat atau profesi.

Teori etika menurut Chompoux (2003) dalam Arniati (2009) terdiri dari 4 teori utama, yaitu utilitarianisme, kebenaran (rights), keadilan (justice), dan

Atitude toward the

behavior

Subjective norm

Perceived behavioral control


(44)

benar, adil, terhormat dan patut dipuji. Sedangkan perilaku tidak beretika adalah pertimbangan perilaku untuk menjadi, salah, tidak adil, memalukan, atau kurang memenuhi syarat sebagai suatu kewajiban. Pertimbangan perilaku beretika atau tidak beretika berdasarkan pada prinsip, aturan atau petunjuk yang berasal dari teori etika yang spesifik, ciri karakter, atau nilai sosial.

Ajzen (1991) dalam Arniati (2009) menyatakan bahwa Theory of Planned Behavior (TPB) terbuka untuk memasukkan tambahan variabel prediktor, jika ingin meningkatkan prediksi niat atau perilaku setelah variabel asli diperhitungkan. Sehingga menurut Arniati (2009) etika nampaknya menjadi pilihan alami sebagai tambahan prediktor yang mempengaruhi perilaku secara langsung dan melalui niat. Model ini terlihat pada gambar 2.3 dibawah ini.

Sumber: Arniati (2009)

Gambar 2.3 Subjective

norm

Perceived behavioral control

Intention Behavior

Atitude toward the

behavior


(45)

E. Tinjauan Penelitian Terdahulu

Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian sebelumnya yang dijelaskan pada Tabel 2.1 berikut ini.

Tabel 2.1

Tinjauan Penelitian Terdahulu

No Peneliti Judul Penelitian Variabel Metode

Penelitian Temuan

1. Tarjo

(2009) Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Ketidakpatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi di Bangkalan

1.Sikap (X1) 2.Norma Subyektif (X2) 4.Kewajiban Moral (X3)

5.Kontrol Keperilakuan yang

dipersepsikan (X4) 6.Niat Berperilaku Tidak Patuh (Y1) 7.Ketidakpatuhan Pajak (Y2)

Structural Equation Modelling

(SEM) dengan alat bantu

program AMOS versi 5

-Sikap tentang

ketidakpatuhan pajak berpengaruh signifikan terhadap

niat berperilaku

tidak patuh.

-Norma Subyektif berpengaruh signifikan terhadap

niat berperilaku

tidak patuh.

-Kewajiban moral berpengaruh signifikan terhadap

niat berperilaku

tidak patuh. -Kontrol

keperilakuan yang dipersepsikan tidak berpengaruh signifikan terhadap

niat berperilaku

tidak patuh. -Kontrol

keperilakuan yang dipersepsikan tidak berpengaruh signifikan terhadap ketidakpatuhan pajak.

-Niat berperilaku

tidak patuh

berpengaruh terhadap ketidakpatuhan pajak.


(46)

Tabel 2.1 (Lanjutan)

No Peneliti Judul Penelitian Variabel Metode

Penelitian Temuan

2. Arniati

(2009)

Peran Theory of Planed Behavior

dan Etika Terhadap Ketaatan Pajak

1.Sikap terhadap Perilaku (X1) 2.Norma Subyektif (X2) 3.Kontrol Perilaku yang diterima (X3)

4.Etika (X4) 5.Niat (Y1) 6.Kepatuhan Pajak (Y2)

Metode Regresi Berganda

-Norma subyektif

dan pengawasan

prilaku yang

diterima

mempengaruhi niat

kepatuhan pajak

dari dimensi niat untuk patuh.

-Faktor sikap,

norma subyektif,

kontrol perilaku,

dan etika tidak

berpengaruh terhadap kepatuhan

melalui variabel

niat.

3. Salman

(2009)

Pengaruh Sikap dan Moral Wajib Pajak terhadap Kepatuhan Wajib Pajak pada Industri Perbankan di Surabaya

1.Sikap (X1) 2.Moral (X2) 3.Kepatuhan Wajib pajak (Y1)

Partial Least Square (PLS) dengan software SmartPLS

Moral Wajib Pajak tidak berpengaruh

secara signifikan

terhadap kepatuhan

Wajib Pajak.

Sedangkan Sikap

Wajib Pajak

berpengaruh secara signifikan terhadap

kepatuhan Wajib

Pajak.

4. Strivedi

Shehata dan Mestelman (2005)

Attitudes, Incentives, And Tax Compliance

1.Attitude (X1) 2.Subjective Norms (X2)

3.Perceived Behavioural Control (X3) 4.Ethics (X4) 5.Intention (Y1) 6.Behaviour (Y2)

Eksperimen dan Kuisioner (hypothetical situation compliance)

-Sikap, norma

subyektif, kontrol

perilaku dianggap

dan etika niat

berpengaruh terhadap kepatuhan

pajak, sedangkan

niat kontrol,

perilaku dianggap dan perilaku etika berpengaruh terhadap kepatuhan pajak


(47)

Tabel 2.1 (Lanjutan)

No Peneliti Judul Penelitian Variabel Metode

Penelitian Temuan

-ranking dari situasi di mana mereka paling sedikit mungkin

menghindari pajak atas penghasilan. bahwa perilaku dianggap variabel kontrol seperti laporan pihak ketiga, denda dan tarif audit tidak sebagai statistik signifikan sebagai faktor psikologis seperti etika

Sumber: Diolah dari Berbagai Referensi

F. KerangkaPemikiran

Gambar 2.4 di bawah ini menunjukkan kerangka pemikiran mengenai sikap (SKP), norma subyektif (NRM), kewajiban moral (KWJ), kontrol keperilakuan yang dipersepsikan (KTR), niat (NIA), dan etika (ETK).


(48)

Gambar 2.4 Kerangka Pemikiran

G. Hipotesis

Diduga faktor sikap (SKP), norma subyektif (NRM), kewajiban moral (KWJ), kontrol keperilakuan yang dipersepsikan (KTR), niat (NIA), dan etika (ETK) merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi ketidakpatuhan wajib pajak orang pribadi.

Faktor SKP

Faktor NRM

Faktor KWJ

Faktor KTR

Faktor NIA

Faktor ETK Faktor-faktor

Yang Mempengaruhi Ketidakpatuhan

Waji Pajak Orang Pribadi

Analisis Faktor

Faktor Ke-I

Faktor Ke-II

Faktor Ke-III


(49)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Ruang Lingkup Penelitian

Dalam penelitian ini penulis memilih Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Jakarta Kebayoran baru yang beralamat di Jl. Ciledug Raya No. 65 Jakarta Selatan sebagai tempat melakukan penelitian. Penelitian ini dimaksudkan untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi ketidakpatuhan wajib pajak orang pribadi.

B. Metode Penentuan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Populasi dalam penelitian ini adalah jumlah wajib pajak orang pribadi yang terdaftar di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Jakarta Kebayoran Baru.

2. Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut (Sugiyono, 2008:73). Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah convenience sampling yaitu


(50)

responden dimana unit sampel yang ditarik mudah dihubungi, tidak menyusahkan, mudah untuk mengukur, dan bersifat kooperatif (Abdul Hamid, 2007:30).

C. Metode Pengumpulan Data

1. Pengumpulan Data Primer

Data primer merupakan data penelitian yang diperoleh secara langsung dari sumber asli (tidak melalui media perantara). Data primer dapat berupa opini subjek (orang) secara individual atau kelompok, hasil observasi terhadap suatu benda (fisik), kejadian atau kegiatan, dan hasil pengujian (Indriantoro dan Supomo, 2002:146-155).

Jenis skala yang digunakan untuk menjawab bagian pertanyaan penelitian adalah skala likert yaitu metode yang digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang suatu fenomena sosial (Indriantoro dan Supomo, 2002:104). Skala likert yang digunakan untuk menjawab pertanyaan penelitian memiliki lima kategori sebagaimana disajikan dalam tabel 3.1 dibawah in:

Tabel 3.1

Bobot dan Kategori Skala Likert

No. Jenis Jawaban Bobot

1. SS = Sangat Setuju 5

2. S = Setuju 4

3. R = Ragu-ragu 3

4. TS = Tidak Setuju 2

5. STS = Sangat Tidak Setuju 1


(51)

2. Pengumpulan Data Sekunder

Data sekunder adalah teknik pengumpulan data secara tidak langsung tentang obyek penelitian yang dilakukan dengan cara studi pustaka dari berbagai buku, majalah, literatur, Peraturan Perundang-undangan, dan sebagainya.

D. Metode Analisis Data

1. Uji Kualitas Data

a. Uji Validitas Data

Suatu alat ukur (kuisioner) dikatakan valid jika pernyataan pada kuisioner mampu mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuisioner tersebut secara cermat. Pengujian validitas ini menggunakan Pearson Correlation, yaitu dengan cara menghitung korelasi antara skor masing-masing butir pernyataan dengan total skor. Jika korelasi antara skor masing-masing butir pernyataan dengan total skor mempunyai tingkat signifikansi di bawah 0,05, maka butir pernyataan tersebut dinyatakan valid dan sebaliknya (Ghozali, 2006).

b. Uji Reliabilitas Data

Instrument dikatakan reliabel apabila terdapat kesamaan data dalam waktu yang berbeda. Suatu kuisioner dikatakan reliabel atau handal jika jawaban seseorang terhadap pernyataan adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu. Uji reliabilitas digunakan untuk mengukur bahwa


(52)

menghasilkan hasil yang konsisten meskipun diuji berkali-kali. Jika hasil dari Cronbach’s Alpha diatas 0,60, maka data tersebut mempunyai keandalan yang tinggi (Ghozali, 2006)..

2. Analisis Faktor

Teknik analisis yang digunakan peneliti adalah analisis faktor. Metode analisis faktor pertama kali digunakan oleh Charles Spearmen untuk memecahkan masalah psikologi dalam tulisannya di American Journal of Psychology pada tahun 1904, mengenai penetapan dan pengukuran intelektual. Analisis faktor pada prinsipnya digunakan untuk mereduksi data. Mereduksi data merupakan proses untuk meringkas faktor menjadi lebih sedikit dan menamakannya sebagai faktor.

Menurut Ety Rochaety, dkk, (2007:184) analisis faktor merupakan sebuah analisis yang mencari hubungan interdependensi antar variabel, sehingga mampu mengidentifikasi dimensi-dimensi atau faktor-faktor yang menyusunnya. Tujuan terpenting dari analisis faktor adalah menjelaskan hubungan diantara banyak variabel dalam bentuk beberapa faktor.

Sedangkan menurut Bilson Simamora (2005:106) analisis faktor dapat digunalan untuk mengidentifikasi struktur hubungan antar variabel ataupun antar responden, mencari dimensi-dimensi lain yang mewakili variabel-variabel, mencari korelasi antar responden, selain itu juga digunakan untuk mengurangi data. Faktor-faktor tersebut merupakan


(53)

besaran acak yang tidak dapat diamati secara langsung. Model analisis faktor dinyatakan dengan rumus sebagai berikut:

Xi = Aij + Ai2F2 + AiF3 ……….. + AimFm + ViUi Dimana:

Xi : Variabel standar yang ke-i

Aij : Koefisien multiple regresi standar dari variable ke-I pada common factor j

F : Common factor

Vi : Koefisien regresi berganda standar dari variable ke-i pada faktor unik-i

Ui : Faktor unik variabel-i M : Banyaknya common factor

Faktor unik berkorelasi satu dengan yang lain dan dengan common faktor. Common faktor dapat dinyatakan sebagai kombinasi dari variabel yang diteliti.

Dengan persamaan:

Fi = Wi1X1 + Wi2X2 + Wi3X3 + ………… + WikXk Dimana:

Fi : Faktor ke-I yang diestimasi Wi : Bobot atau koefisien Core Factor Xk : Banyaknya variabel X pada faktor ke-k Proses Analisis Faktor


(54)

b. Menguji variabel-variabel dengan menggunakan metode Barlett test of Sphericiti serta Measure of Sampling Adequancy (MSA).

1) Lihat angka Bartletts Test dan Measure of Sampling Adequancy (MSA).

2) Lihat anti-image correlation untuk melihat variabel mana yang bernilai < 0,5.

3) Jika masih ada variabel yang bernilai < 0,5 maka harus mengeluarkan variabel tersebut, kemudian pengujian diulangi kembali sampai tidak ada variabel bernilai < 0,5.

c. Melakukan faktoring dari variabel-variabel yang telah lolos pada uji variabel. Setelah sejumlah variabel terpilih, maka dilakukan ekstraksi variabel hingga menjadi satu atau beberapa faktor.

d. Malakukan proses factor rotation atau rotasi terhadap faktor yang terbentuk. Tujuan rotasi untuk memperjelas variabel yang masuk ke dalam faktor tertentu.

e. Interpretasi atau faktor yang telah terbentuk yang dianggap bisa mewakili variabel-variabel anggota tersebut.

f. Validasi atas hasil faktor untuk mengetahui apakah faktor yang terbentuk telah valid.

Uji KMO dan Bartlett Test, memiliki beberapa hal yaitu angka KMO haruslah berada diatas 0,5 dan signifikan hadrus berada dibawah 0,05 sedangkan pada uji MSA angkanya haruslah berada pada 0 sampai 1 dengan kriteria:


(55)

1) MSA = 1, variabel dapat prediksi tanpa kesalahan oleh variabel yang lain.

2) MSA > 0,5, variabel masih bisa diprediksi dan bisa dianalisis lebih lanjut.

3) MSA < 0,5, variabel tidak bisa diperdiksi dan tidak bisa dianalisis lebih lanjut, atau dikeluarkan dari variabel lainnya.

E. Operasional Variabel Penelitian

Pada bagian ini akan diuraikan definisi dari masing-masing faktor yang digunakan berikut dengan operasional dan cara pengukurannya. Penjelasan dari masing-masing variabel yang digunakan dalam penelitian ini antara lain: 1. Sikap

Sikap tentang ketidakpatuhan pajak dalam penelitian ini dimaksudkan sebagai aspek perasaan yang dimiliki oleh Wajib Pajak Orang Pribadi yang ditentukan secara langsung oleh keyakinan yang dimiliki oleh Wajib Pajak Orang Pribadi tentang perilaku ketidakpatuhan pajak. Pengkuran variabel ini mereplikasi penelitian Tarjo (2009), yaitu: keinginan membayar pajak lebih kecil dari yang seharusnya, perasaan pemanfaatan pajak yang tidak transparan, perasaan dirugikan oleh sistem perpajakan, dan biaya suap kepada petugas pajak lebih kecil dibandingkan dengan pajak yang bisa dihemat. Dan mencoba menambahkan dari Arniati (2009) yaitu: sulitnya peraturan perpajakan, frekuensi perubahan


(56)

2. Norma Subyektif

Norma subyektif yang dimaksud dalam penelitian ini adalah norma subyektif terhadap ketidakpatuhan pajak, yaitu kekuatan pengaruh pandangan orang-orang di sekitar Wajib Pajak Orang Pribadi terhadap perilaku ketidakpatuhan pajak Wajib Pajak Orang Pribadi. Seseorang dapat terpengaruh atau tidak terpengaruh, sangat tergantung dari kekuatan kepribadian orang yang bersangkutan dalam menghadapi orang lain. Indikator norma subyektif yang digunakan dalam penelitian ini adalah teman, anggota keluarga, pasangan dan petugas pajak. Dan menambahkan dari Arniati (2009) konsultan pajak, pimpinan, dan rekan kerja.

3. Kewajiban Moral

Kewajiban moral yang dimaksud dalam penelitian ini adalah norma individu yang dipunyai oleh Wajib Pajak Orang Pribadi yang satu, namun kemungkinan tidak dimiliki oleh Wajib Pajak Orang Pribadi yang lain. Pengukuran kewajiban moral yang digunakan dalam penelitian ini mereplikasi penelitian Tarjo (2009), yaitu: melanggar etika, perasaan bersalah, prinsip hidup, dan melanggar prosedur sebagai wajib pajak.

4. Kontrol Keperilakuan yang Dipersepsikan

Kontrol keperilakuan yang dipersepsikan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah sejumlah kontrol yang diyakini Wajib Pajak Orang Pribadi yang akan menghambat mereka dalam menampilkan perilaku ketidakpatuhan pajak. Pengukuran kontrol keperilakuan yang dipersepsikan yang digunakan dalam penelitian ini mereplikasi penelitian


(57)

Tarjo (2009), yaitu: kemungkinan diperiksa petugas pajak, kemungkinan dikenai sanksi (sanksi administrasi dan sanksi pidana), dan kemungkinan pelaporan pihak ketiga.

5. Niat

Niat berperilaku tidak patuh yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kecenderungan atau keputusan Wajib Pajak Orang Pribadi untuk melakukan perilaku ketidakpatuhan pajak. Dalam mengukur variabel laten niat untuk berperilaku tidak patuh, responden akan dimintai pendapatnya tentang 2 pernyataan yang mewakili 2 variabel niat, yaitu: kecenderungan dan keputusan untuk tidak patuh terhadap ketentuan perpajakan. Dan juga menambahkan dari penelitian Arniati (2009) yaitu: berniat untuk melaporkan pendapatan dengan benar dan niat untuk menyajikan laporan dengan benar.

6. Etika

Etika yang dimaksudkan dalam penelitian ini cenderung pada etika sebagai utilitarianisme, karena tindakan yang kita lakukan akan memberikan manfaat yang lebih baik dibandingkan tindakan lainnya, tapi bukan tidak mungkin etika untuk kepatuhan pajak ini akan menuju kepada etika berdasarkan keadilan, karena wajib pajak yang merasa sudah mendapatkan manfaat dari pembayaran pajaknya dan diterapkannya Undang-Undang Perpajakan yang adil, akan mendorong wajib pajak untuk patuh dalam membayar dan melaporkan pajaknya. Oleh karena itu


(58)

menambahkan berdasarkan Maryani dan Ludigdo (2001) dalam Alim, dkk (2007) yaitu: imbalan yang diterima, organisasi tempat bekerja, lingkungan keluarga, dan emotional quotient wajib pajak.

Tabel 3.2

Operasional Variabel Penelitian

Variabel Indikator Skala

Sikap

(Tarjo, 2009)

1. Keinginan membayar pajak lebih kecil dari seharusnya

2. Perasaan pemanfaatan pajak yang tidak transparan

3. Perasaan dirugikan oleh sistem perpajakan

4. Biaya suap kepada petugas pajak yang lebih kecil dibandingkan pajak yang bisa dihemat

5. Sulitnya peraturan perpajakan 6. Frekuensi perubahan peraturan 7. Besar dan banyaknya jenis tarif

pajak

Likert

Norma Subyektif (Tarjo, 2009)

1. Pengaruh teman 2. Pengaruh keluarga 3. Pengaruh pasangan 4. Pengaruh petugas pajak 5. Konsultan pajak 6. Pimpinan 7. Rekan kerja

Likert

Kewajiban Moral (Tarjo, 2009)

1. Melanggar etika 2. Perasaan bersalah 3. Prinsip hidup 4. Melanggar prosedur

Likert Analisis

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Ketidakpatuhan Wajib Pajak Orang

Pribadi

Kontrol

Keperilakuan yang Dipersepsikan (Tarjo, 2009)

1. Kemungkinan diperiksa petugas pajak

2. Kemungkinan dikenai sanksi administrasi

3. Kemungkinan dikenai sanksi pidana 4. Kemungkinan pelaporan oleh

pihak ketiga

Likert


(59)

Tabel 3.2 (Lanjutan)

Variabel Indikator Skala

Niat

(Tarjo, 2009)

1. Kecenderungan pribadi untuk melakukan ketidakpatuhan pajak

2. Keputusan pribadi untuk melakukan ketidakpatuhan pajak

3. Berniat melaporkan pendapatan dengan benar

4. Berniat menyajikan laporan dengan Benar

Likert Analisis

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Ketidakpatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi

Etika

(Arniati, 2009)

1. Memberikan manfaat 2. Adil

3. Imbalan yang diterima wajib pajak 4. Organisasional wajib pajak

5. Lingkungan keluarga wajib pajak 6. Emotional quotient wajib pajak

Likert


(60)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Objek Penelitian

1. Sejarah Singkat Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Kebayoran

Lama

Kantor Pelayanan Pajak Pratama (KPP) Jakarta Kebayoran Lama dibentuk sesuai Peraturan Menteri Keuangan RI Nomor: PMK- 132/PMK.01/2006 tanggal 22 Desember 2006 tentang Organisasi dan Tata Kerja Instansi Vertikal Direktorat Jenderal Pajak. Sebagai KPP modern, struktur organisasi mengalami perubahan sesuai fungsi yang menggabungkan fungsi pelayanan KPP, fungsi pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan (KPPBB) dan fungsi pemeriksaan Kantor Pemeriksaan Pajak (Karikpa) ke dalam satu atap pelayanan KPP Pratama.

2. Visi, Misi, dan Nilai Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama

a. Visi

Menjadi institusi pemerintah yang menyelenggarakan sistem administrasi perpajakan modern yang efektif, efisien, dan dipercaya masyarakat dengan integritas dan profesionalisme yang tinggi.

b. Misi

Menghimpun penerimaan pajak negara berdasarkan Undang-Undang Perpajakan yang mampu mewujudkan kemandirian pembiayaan


(61)

Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) melalui sistem administrasi perpajakan yang efektif dan efisien.

c. Nilai

1) Integritas yaitu menjalankan tugas dan pekerjaan dengan selalu memegang teguh kode etik dan prinsip-prinsip moral, yang diterjemahkan dengan bertindak jujur, konsisten, dan menepati janji. 2) Profesionalisme yaitu memiliki kompetensi dibidang profesi dan

menjalankan tugas dan pekerjaan sesuai dengan kompetensi, kewenangan, serta norma-norma profesi, etika, dan sosial

3) Inovasi yaitu memiliki Pemikiran yang bersifat terobosan dan atau alternatif pemecahan masalah yang kreatif, dengan memperhatikan aturan dan norma yang berlaku.

4) Teamwork yaitu memiliki kemampuan untuk bekerjasama dengan orang, pihak lain, serta membangun network untuk menunjang tugas dan pekerjaan.

3. Struktur Organisasi

Kepala Kant or

Pelayanan Pengaw asa

n dan Konsult asi

Ekst ensifikasi Pem eriksaan Penagihan Subbag

Um um

PDI

Fungsional Pem eriksaan


(62)

4. Fungsi dan Tugas

a. Pelayanan

Layanan NPWP dan PKP, layanan administrasi dokumen dan berkas perpajakan, penerimaan SPT dan Surat-surat wajib pajak, penerbitan produk hukum perpajakan, penyuluhan dan konsultasi tekhnis penyuluhan perpajakan, bimbingan wajib pajak/help desk, layanan PBB dan BPHTB, pengurangan PBB.

b. Intensifikasi & Ekstensifikasi

Pengawasan kepatuhan (soft enforcement: profiling, mapping, benchmarking wajib pajak), analisis kinerja wajib pajak, penerbitan syarat himbauan, case management, pendataan subjek dan objek pajak, pemutakhiran basis data, appraisal objek PBB.

c. Hard Enforcement

Restitusi, administrasi dan pelaksanaan pemeriksaan, administrasi piutang pajak, penagihan paksa, sita, lelang.

d. Pendukung

Urusan rumah tangga kantor, keuangan, SPM, data penerimaan MPN, administrasi pengolahan data wajib pajak, dukungan tekhnis komputer, aplikasi sistem.

5. Cakupan Wilayah Kerja

KPP Kebayoran Lama melayani wajib pajak yang berdomisili di wilayah Kecamatan Kebayoran Lama dan Kecamatan Pesanggrahan, yang terdiri atas sebelas (11) kelurahan, yaitu:


(63)

a. Kecamatan Kebayoran Lama terdiri atas: 1) Kel Pondok Pinang

2) Kel Kebayoran Lama Selatan 3) Kel Kebayoran Lama Utara 4) Kel Cipulir

5) Kel Grogol Selatan 6) Kel Grogol Utara

b. Kecamatan Pesanggrahan terdiri atas: 1) Kel Bintaro

2) Kel Pesanggrahan 3) Kel Ulujami

4) Kel Petukangan Selatan 5) Kel Petukangan Utara

Wilayah layanan tersebut dibagi menjadi 4 (empat) seksi pengawasan dan konsultasi (Seksi Waskon) dengan merujuk kepada batas jalan, batas alam dan blok Pajak Bumi dan Bangunan (PBB).

Untuk melakukan pengawasan dan memberikan bimbingan kepada Wajib Pajak (WP) di wilayah tersebut, telah ditugaskan 20 (dua puluh) orang pegawai Account Representative (AR). Para AR di Seksi Waskon bertanggungjawab untuk memberikan layanan perpajakan atas seluruh jenis pajak termasuk layanan PBB dan layanan Bea Pengalihan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) secara langsung, edukasi, asistensi serta


(64)

6. Karakteristik dan Jumlah Wajib Pajak

Wilayah KPP Kebayoran Lama meliputi pula permukiman masyarakat menengah keatas seperti perumahan Pondok Indah, Permata Hijau, Kebayoran dan Senayan, dengan potensi orang pribadi yang sangat besar untuk dilakukan penggalian penerimaan pajaknya. Untuk wajib pajak badan, jenis usaha yang dominan adalah usaha perdagangan di ikuti sektor jasa. Industri pengolahan atau pabrikasi hanya 5% dari keseluruhan sektor usaha. Dengan potensi wilayah dan Wajib Pajak Orang Pribadi (WPOP) yang lebih besar maka KPP Kebayoran Lama memiliki banyak kesempatan untuk dapat melakukan ekstensifikasi namun disisi lain jumlah WPOP yang sangat besar juga dapat mempengaruhi beban administrasi dan pelayanan bagi KPP Kebayoran Lama.

Tabel 4.1

Jumlah Wajib Pajak KPP Pratama Jakarta Kebayoran lama

7. Pelayanan

Selain mengemban Visi dan Misi Direktorat Jenderal Pajak, KPP Kebayoran Lama memiliki tujuan untuk bisa terus meningkatkan kesadaran para wajib pajak akan kewajibannya melalui peningkatan

Jenis WP 2005 2006 2007 2008 2009

WP Badan

Terdaftar 9.736 10.535 11.362 11.857 12.694

Efektif 9.711 10.323 11.231 11.803 12.640

WP Orang Pribadi

Terdaftar 24.017 26.955 28.597 40.560 78.686

Efektif 23.995 26.822 28.325 40.295 77.331


(65)

pelayanan kepada wajib pajak. Upaya KPP Kebayoran Lama tidak cukup hanya dengan meminta kepada wajib pajak agar mematuhi ketentuan perpajakan saja, tetapi KPP Kebayoran Lama juga berkewajiban untuk dapat selalu memberikan informasi dan edukasi kepada wajib pajak, serta selalu meyakinkan bahwa tindakan memenuhi kewajiban perpajakan dapat dilakukan semudah dan sesederhana mungkin.

8. Penegakan Hukum

Untuk menjaga moral dan menegakkan asas keadilan bagi wajib pajak yang patuh maka terhadap wajib pajak yang tidak patuh akan dilakukan tindakan lebih berupa dilakukannya pemeriksaan khusus dan penagihan aktif. Ketidakpatuhan wajib pajak tersebut bukan saja karena unsur kesengajaan namun juga karena kekurangpahaman atas ketentuan perpajakan dari kelalaian untuk melakukan suatu kewajiban. Untuk itu, tindakan pemeriksaan dan penagihan aktif selalu memprioritaskan resiko tertinggi sesuai analisis resiko yang dibuat oleh AR. Sebelum dilakukan tindakan pemeriksaan khusus, AR akan mengirimkan surat himbauan, surat tegoran dan panggilan konseling kepada wajib pajak.

9. Kesiapan Sumber Daya Manusia

Sebagai kantor pelayanan pajak modern yang menerapkan prinsip good governance dalam memberikan pelayanan kepada Wajib Pajak, maka setiap pegawai KPP Kebayoran Lama telah dibekali pengetahuan perpajakan serta standar perilaku yang secara jelas mengatur tentang


(66)

pengetahuan pegawai dilakukan dengan melakukan pembelajaran bersama secara rutin dan diskusi terbuka atas kasus permasalahan wajib pajak sehingga dicapai solusi terbaik. KPP Kebayoran Lama akan selalu meningkatkan kemampuan pegawai sampai pada tingkat reputasi yang baik dalam hal kecakapan teknis, efisien dan efektif dalam hal kecepatan pelayanan, tepat dan memberikan keputusan yang adil. Setiap pegawai KPP Kebayoran Lama telah menyadari bahwa setiap tindakan, sikap dan keputusan yang dibuat kepada wajib pajak dalam rangka pelaksanaan tugasnya akan mempunyai pengaruh langsung terhadap kepercayaan Wajib Pajak kepada Direktorat Jenderal Pajak (DJP).

Tabel 4.2

Komposisi Sumber Daya Manusia KPP Pratama Kebayoran Lama Tingkat Pendidikan

No Golongan

SD SMP SMA DI DII DIII DIV S1 S2 S3 Jumlah

1 I 1 1

2 II 2 8 4 15 4 33

3 III 21 1 9 32 5 7 75

4 IV 1 2 1 4

Sumber: KPP Pratama Jakarta Kebayoran Lama

B. Statistik Deskriptif Responden

Berdasarkan data yang berhasil dikumpulkan dalam penelitian ini yaitu dengan cara membagikan kuesioner yang berjumlah 120 buah kepada wajib pajak berdasarkan data Wajib Pajak Orang Pribadi yang terdaftar di KPP Pratama Kebayoran Lama. Karakteristik responden disajikan dalam tabel 4.3 berikut ini:


(67)

Tabel 4.3

Data Statistik Responden

Jenis Kategori Keterangan Jumlah

Responden Persentase

1. Jenis Kelamin a. Laki-laki b. Perempuan

78 orang 42 orang

65 % 35 % 2. Usia a. < 20 tahun

b. 20 - 30 tahun c. 31 - 40 tahun d. 41 - 50 tahun e. > 50 tahun

- 60 orang 36 orang 18 orang 6 orang - 50 % 30 % 15 % 5 % 3. Pendidikan a. SMA/Sederajat

b. D3 c. S1 d. S2 e. S3

f. Lainnya (D1)

24 orang 18 orang 63 orang 12 orang - 3 orang 20 % 15 % 52,5 % 10 % - 2,5 % 4. Status a. Belum Menikah

b. Menikah

57 orang 63 orang

47,5 % 52,5 % Sumber: Hasil Pengolahan SPSS

Berdasarkan tabel 4.3 di atas dapat dilihat bahwa responden laki-laki lebih dominan dalam pengisian kuesioner yaitu berjumlah 78 orang sedangkan responden perempuan berjumlah 42 orang. Selanjutnya berdasarkan tabel tersebut usia responden tidak ada yang berumur di bawah 20 tahun, usia responden yang berumur 20-30 tahun lebih banyak yaitu berjumlah 60 orang, kemudian diikuti responden yang berumur 31-40 tahun berjumlah 36 orang, dan responden yang berumur 41-50 tahun berjumlah 18 orang, kemudian usia di atas dari 50 tahun berjumlah 6 orang.

Pada tabel 4.3 di atas juga dapat dilihat bahwa jumlah responden berdasarkan jenjang pendidikan terakhir tersebar pada pendidikan tingkat


(1)

Pearson Correlation .387** 1 .535** .309** .774**

Sig. (2-tailed) .000 .000 .001 .000

ni2

N 120 120 120 120 120

Pearson Correlation .282** .535** 1 .378** .730**

Sig. (2-tailed) .002 .000 .000 .000

ni3

N 120 120 120 120 120

Pearson Correlation .367** .309** .378** 1 .710**

Sig. (2-tailed) .000 .001 .000 .000

ni4

N 120 120 120 120 120

Pearson Correlation .701** .774** .730** .710** 1

Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000

Tni

N 120 120 120 120 120

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha

Cronbach's Alpha Based on

Standardized

Items N of Items


(2)

6.

Etika (X

6

)

Correlations

e1 e2 e3 e4 e5 e6 Te

Pearson Correlation 1 .724** .011 .073 .057 .054 .695**

Sig. (2-tailed) .000 .908 .425 .538 .560 .000

e1

N 120 120 120 120 120 120 120

Pearson Correlation .724** 1 .137 .080 .049 .062 .698**

Sig. (2-tailed) .000 .135 .387 .597 .500 .000

e2

N 120 120 120 120 120 120 120

Pearson Correlation .011 .137 1 .180* .226* .290** .407**

Sig. (2-tailed) .908 .135 .050 .013 .001 .000

e3

N 120 120 120 120 120 120 120

Pearson Correlation .073 .080 .180* 1 .473** .506** .528**

Sig. (2-tailed) .425 .387 .050 .000 .000 .000

e4

N 120 120 120 120 120 120 120

Pearson Correlation .057 .049 .226* .473** 1 .894** .620**

Sig. (2-tailed) .538 .597 .013 .000 .000 .000

e5

N 120 120 120 120 120 120 120

Pearson Correlation .054 .062 .290** .506** .894** 1 .643**

Sig. (2-tailed) .560 .500 .001 .000 .000 .000

e6

N 120 120 120 120 120 120 120

Pearson Correlation .695** .698** .407** .528** .620** .643** 1

Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000 .000

Te

N 120 120 120 120 120 120 120

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). *. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

Reliability Statistics


(3)

Output SPSS Analisis Faktor 6 Variabel

KMO and Bartlett's Test

Kaiser-Meyer-Olkin Measure of Sampling Adequacy. .637 Approx. Chi-Square 198.045

df 15

Bartlett's Test of Sphericity

Sig. .000

Anti-image Matrices

SKP NRM KWJ KTR NIA ETK

SKP .385 -.018 .252 .225 .000 -.090

NRM -.018 .714 .039 -.004 .004 -.346

KWJ .252 .039 .506 -.006 -.087 -.029

KTR .225 -.004 -.006 .558 -.142 -.147

NIA .000 .004 -.087 -.142 .859 .069

Anti-image Covariance

ETK -.090 -.346 -.029 -.147 .069 .680

SKP .623a -.035 .572 .486 .000 -.175

NRM -.035 .568a .065 -.006 .005 -.496

KWJ .572 .065 .695a -.011 -.133 -.050

KTR .486 -.006 -.011 .673a -.204 -.239

NIA .000 .005 -.133 -.204 .809a .090

Anti-image Correlation

ETK -.175 -.496 -.050 -.239 .090 .482a


(4)

Output SPSS Analisis Faktor 5 Variabel (Etika dikeluarkan dari analisis)

KMO and Bartlett's Test

Kaiser-Meyer-Olkin Measure of Sampling Adequacy. .682 Approx. Chi-Square 153.697

df 10

Bartlett's Test of Sphericity

Sig. .000

Anti-image Matrices

SKP NRM KWJ KTR NIA

SKP .397 -.087 .257 .225 .009

NRM -.087 .948 .032 -.111 .052

KWJ .257 .032 .507 -.013 -.085

KTR .225 -.111 -.013 .592 -.135

Anti-image Covariance

NIA .009 .052 -.085 -.135 .867

SKP .631a -.143 .573 .465 .015

NRM -.143 .548a .047 -.148 .057

KWJ .573 .047 .695a -.024 -.129

KTR .465 -.148 -.024 .711a -.189

Anti-image Correlation

NIA .015 .057 -.129 -.189 .833a


(5)

Communalities

Initial Extraction

SKP 1.000 .781

NRM 1.000 .966

KWJ 1.000 .680

KTR 1.000 .678

NIA 1.000 .298

Extraction Method: Principal Component Analysis.

Total Variance Explained

Initial Eigenvalues Extraction Sums of Squared Loadings Rotation Sums of Squared Loadings Compo

nent Total % of Variance Cumulative % Total % of Variance Cumulative % Total % of Variance Cumulative %

1 2.400 47.997 47.997 2.400 47.997 47.997 2.362 47.247 47.247

2 1.004 20.078 68.075 1.004 20.078 68.075 1.041 20.829 68.075

3 .810 16.198 84.274

4 .526 10.514 94.788

5 .261 5.212 100.000


(6)

Component Matrixa

Component

1 2

SKP -.884 .000

NRM -.224 .957

KWJ .824 -.043

KTR .771 .289

NIA .544 .047

Extraction Method: Principal Component Analysis. a. 2 components extracted.

Rotated Component Matrixa

Component

1 2

SKP -.872 .144

NRM -.064 .981

KWJ .805 -.177

KTR .808 .159

NIA .544 -.043

Extraction Method: Principal Component Analysis.

Rotation Method: Varimax with Kaiser Normalization.

a. Rotation converged in 3 iterations.


Dokumen yang terkait

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU KETIDAKPATUHAN PAJAK WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI YANG TERDAFTAR PADA KPP PRATAMA JEMBER

0 5 19

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANGMEMPENGARUHI PERILAKU KETIDAKPATUHAN PAJAK WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI YANG TERDAFTAR PADA KPP PRATAMA JEMBER

0 13 19

Faktor-faktor yang mempengaruhi kemauan wajib pajak dalam penyampaian surat pemberitahuan (SPT) tahunan wajib pajak badan (Studi kasus pada KPP Pratama Kebayoran Lama)

2 11 202

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi (Studi Kasus Pada KPP Pratama Surakarta)

0 2 6

Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi di KPP Pratama Surakarta

0 4 7

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KETIDAKPATUHAN WAJIB PAJAK YANG TERDAFTAR PADA KPP PRATAMA SUKOHARJO Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ketidakpatuhan Wajib Pajak yang Terdaftar Pada KPP Pratama Sukoharjo.

0 2 16

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KETIDAKPATUHAN WAJIB PAJAK YANG TERDAFTAR PADA KPP Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ketidakpatuhan Wajib Pajak yang Terdaftar Pada KPP Pratama Sukoharjo.

0 2 18

PENDAHULUAN Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ketidakpatuhan Wajib Pajak yang Terdaftar Pada KPP Pratama Sukoharjo.

0 2 11

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENERIMAAN PAJAK PENGHASILAN Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penerimaan Pajak Penghasilan Wajib Pajak Orang Pribadi (Studi Kasus Pada KPP Pratama Surakarta).

0 2 14

PENDAHULUAN Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penerimaan Pajak Penghasilan Wajib Pajak Orang Pribadi (Studi Kasus Pada KPP Pratama Surakarta).

0 2 6