24 terlibat atau tidak terlibat bila dirinya menampilkan atau memunculkan
tingkah laku tertentu. Individu dan kelompok diatas disebut juga referent. Referent adalah orang atau kelompok sosial yang berpengaruh bagi
individu, baik itu orang, pasangan suamiistri, teman dekat, rekan kerja, atau yang lain tergantung pada tingkah laku yang terlibat significant
others. Keyakinan yang mendasari norma subyektif ini disebut dengan istilah normatif belief.
Norma subyektif tidak hanya ditentukan oleh adanya referent, tetapi juga apakah subyek perlu, harus atau dilarang melakukan perilaku yang
akan dimunculkan dan seberapa jauh ia akan mengikuti pendapat referent tersebut. Hal tersebut disebut dengan motivation to comply.
3. Kontrol Keperilakuan yang Dipersepsikan
Ajzen 2005:118 mendefinisikan kontrol keperilakuan yang dipersepsikan sebagai perasaan self efficiency atau kesanggupan seseorang
untuk menunjukkan tingkah laku yang diinginkan. ”the sense of self efficiency or ability to perform the behavior of interest”
Kontrol keperilakuan yang dipersepsikan juga dianggap sebagai fungsi dari keyakinan belief, yaitu keyakinan individu akan ada atau
tidaknya faktor yang mendukung atau menghalangi akan munculnya tingkah laku control belief. Keyakinan-keyakinan ini dapat diakibatkan
oleh pengalaman masa lalu dengan tingkah laku, tetapi dapat juga dipengaruhi oleh informasi yang tidak langsung akan tingkah laku tersebut
25 yang dipeeroleh dengan mengobservasi pengalaman orang yang dikenal
atau teman. Kontrol keperilakuan yang dipersepsikan dibentuk oleh dua
komponen. Pertama, keyakinan individu tentang kehadiran kontrol yang berfungsi sebagai pendukung atau penghambat individu dalam bertingkah
laku control belief. Serta persepsi individu terhadap seberapa kuat kontrol tersebut untuk mempengaruhi dirinya dalam bertingkah laku
perceived power.
4. Niat
Menurut Fishbein dan Ajzen 1975:288 yang dimaksud dengan niat intensi adalah kemungkinan seseorang bahwa ia akan menampilkan
suatu tingkah laku. ”A behavioral intention, therefore refers to a person subjective probability
that he will perform some behavior” Niat berperilaku merupakan variabel perantara dalam membentuk
perilaku Ajzen, 1991. Hal ini berarti pada umumnya manusia bertindak sesuai dengan niat. Niat ini ditentukan oleh sejauh mana individu memiliki
sikap positif pada perilaku tertentu, dan sejauh mana jika dia memilih untuk melakukan perilaku tertentu itu dia mendapat dukungan dari orang
lain yang berpengaruh dalam kehidupannya.
5. Ketidakpatuhan Pajak
Menurut Simon James et al yang dikutip oleh Gunadi 2005, pengertian kepatuhan pajak tax compliance adalah wajib pajak
mempunyai kesediaan untuk memenuhi kewajiban pajaknya sesuai dengan
26 aturan yang berlaku tanpa perlu diadakannya pemeriksaan, investigasi
seksama, peringatan, atau pun ancaman dan penerapan sanksi baik hukum maupun administrasi.
Dalam Practice Note tentang Compliance Measurement yang diterbitkan oleh Organization for Economic and Coorporation
Development-OECD 2004 dalam Wahyu Santoso 2008, kepatuhan dibagi menjadi dua kategori, yaitu: 1 kepatuhan administratif
administrative compliance; dan 2 kepatuhan teknis technical compliance. Kepatuhan administratif mencakup kepatuhan pelaporan dan
kepatuhan prosedural. Sedangkan kepatuhan teknis mencakup kepatuhan dalam penghitungan jumlah pajak yang akan dibayar oleh wajib pajak.
Organization for Economic and Coorporation Development-OECD 2004 dalam Wahyu Santoso 2008 juga mendefinisikan ketidakpatuhan
pajak sebagai risiko yang dihadapi oleh satu administrasi pajak berupa pajak yang tidak dapat ditarik dari wajib pajak karena wajib pajak tersebut
tidak mematuhi ketentuan perpajakan sehingga ada pajak terutang yang tidak dibayar.
Isu kepatuhan pajak dan hal-hal yang menyebabkan ketidakpatuhan pajak serta upaya untuk meningkatkan kepatuhan menjadi agenda penting
di berbagai Negara. Isu kepatuhan menjadi penting karena ketidakpatuhan secara bersama menimbulkan upaya penghindaran pajak, baik dengan
fraud dan illegal yang disebut tax evasion, maupun penghindaran pajak tidak dengan fraud dan dilakukan secara legal yang disebut tax avoidance.
27 Pada akhirnya tax evasion dan tax avoidance mempunyai akibat yang
sama, yaitu berkurangnya penyetoran pajak ke kas Negara. Ketika sistem perpajakan suatu Negara telah maju, pendekatan reformasi diletakkan pada
peningkatan dalam kepatuhan dan administrasi perpajakan. Peningkatan kepatuhan sangat penting dalam reformasi perpajakan, dan mungkin lebih
penting daripada perubahan struktural dalam sistem perpajakan Perry dan Whalley, 2000 dalam Sitanggang, 2009.
C. Kewajiban Moral
Kewajiban moral merupakan norma individu yang dipunyai oleh seseorang, namun kemungkinan tidak dimiliki oleh orang lain. Norma
individu ini tidak secara eksplisit termasuk dalam model Theory of Planned Behavior TPB. Blanthorne 2000, Kaplan, Newbery Reckers 1997,
Hanno Violette 1996 telah membuktikan secara empiris, bahwa kewajiban moral berpengaruh secara negatif signifikan terhadap niat
ketidakpatuhan pajak. Gambar 2.2 di bawah ini menggambarkan model Theory of Planned
Behavior TPB dan juga variabel kewajiban moral berdasarkan dari penelitian yang dilakukan oleh Tarjo 2009.
28 Moral
obligation Sumber: Tarjo 2009
Gambar 2.2 Theory of Planned Behavior dan Kewajiban Moral
D. Etika
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia 1995 etika berarti nilai mengenai benar dan salah yang dianut suatu golongan atau masyarakat.
Maryani dan Ludigdo 2001 dalam Alim, dkk 2007 mendefinisikan etika sebagai seperangkat aturan atau norma atau pedoman yang mengatur
manusia, baik yang harus dilakukan maupun yang harus ditinggalkan yang dianut oleh sekelompok atau segolongan manusia atau masyarakat atau
profesi. Teori etika menurut Chompoux 2003 dalam Arniati 2009 terdiri dari
4 teori utama, yaitu utilitarianisme, kebenaran rights, keadilan justice, dan egoisme. Perilaku beretika adalah pertimbangan perilaku untuk menjadi baik,
Atitude toward the
behavior Subjective
norm
Perceived behavioral
control Intention
Behavior
29 benar, adil, terhormat dan patut dipuji. Sedangkan perilaku tidak beretika
adalah pertimbangan perilaku untuk menjadi, salah, tidak adil, memalukan, atau kurang memenuhi syarat sebagai suatu kewajiban. Pertimbangan
perilaku beretika atau tidak beretika berdasarkan pada prinsip, aturan atau petunjuk yang berasal dari teori etika yang spesifik, ciri karakter, atau nilai
sosial. Ajzen 1991 dalam Arniati 2009 menyatakan bahwa Theory of
Planned Behavior TPB terbuka untuk memasukkan tambahan variabel prediktor, jika ingin meningkatkan prediksi niat atau perilaku setelah variabel
asli diperhitungkan. Sehingga menurut Arniati 2009 etika nampaknya menjadi pilihan alami sebagai tambahan prediktor yang mempengaruhi
perilaku secara langsung dan melalui niat. Model ini terlihat pada gambar 2.3 dibawah ini.
Sumber: Arniati 2009
Gambar 2.3 Theory of Planned Behavior dan Etika
Subjective norm
Perceived behavioral
control Intention
Behavior Atitude
toward the behavior
Ethics
30
E. Tinjauan Penelitian Terdahulu
Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian sebelumnya yang dijelaskan pada Tabel 2.1 berikut ini.
Tabel 2.1 Tinjauan Penelitian Terdahulu
No Peneliti
Judul Penelitian Variabel
Metode Penelitian
Temuan
1. Tarjo
2009 Analisis Faktor-
faktor yang Mempengaruhi
Perilaku Ketidakpatuhan
Wajib Pajak Orang Pribadi di
Bangkalan 1.Sikap X
1
2.Norma Subyektif X
2
4.Kewajiban Moral X
3
5.Kontrol Keperilakuan
yang dipersepsikan X
4
6.Niat Berperilaku Tidak Patuh Y
1
7.Ketidakpatuhan Pajak Y
2
Structural Equation
Modelling SEM
dengan alat bantu
program AMOS
versi 5 -Sikap
tentang ketidakpatuhan
pajak berpengaruh signifikan terhadap
niat berperilaku
tidak patuh. -Norma Subyektif
berpengaruh signifikan terhadap
niat
berperilaku tidak patuh.
-Kewajiban moral berpengaruh
signifikan terhadap niat
berperilaku tidak patuh.
-Kontrol keperilakuan yang
dipersepsikan tidak berpengaruh
signifikan terhadap niat
berperilaku tidak patuh.
-Kontrol keperilakuan yang
dipersepsikan tidak berpengaruh
signifikan terhadap ketidakpatuhan
pajak. -Niat
berperilaku tidak
patuh berpengaruh
terhadap ketidakpatuhan
pajak.
Bersambung pada halaman selanjutnya
31 Tabel 2.1 Lanjutan
No Peneliti
Judul Penelitian Variabel
Metode Penelitian
Temuan
2. Arniati
2009 Peran Theory of
Planed Behavior dan Etika
Terhadap Ketaatan Pajak
1.Sikap terhadap Perilaku X
1
2.Norma Subyektif X
2
3.Kontrol Perilaku yang diterima
X
3
4.Etika X
4
5.Niat Y
1
6.Kepatuhan Pajak Y
2
Metode Regresi
Berganda -Norma
subyektif dan
pengawasan prilaku
yang diterima
mempengaruhi niat kepatuhan
pajak dari dimensi niat
untuk patuh. -Faktor
sikap, norma
subyektif, kontrol
perilaku, dan
etika tidak
berpengaruh terhadap kepatuhan
melalui variabel
niat. 3.
Salman 2009
Pengaruh Sikap dan Moral Wajib
Pajak terhadap Kepatuhan Wajib
Pajak pada Industri
Perbankan di Surabaya
1.Sikap X
1
2.Moral X
2
3.Kepatuhan Wajib pajak Y
1
Partial Least Square PLS
dengan software
SmartPLS Moral Wajib Pajak
tidak berpengaruh secara
signifikan terhadap kepatuhan
Wajib Pajak.
Sedangkan Sikap
Wajib Pajak
berpengaruh secara signifikan terhadap
kepatuhan Wajib
Pajak. 4.
Strivedi Shehata dan
Mestelman 2005
Attitudes, Incentives, And
Tax Compliance 1.Attitude X
1
2.Subjective Norms X
2
3.Perceived Behavioural
Control X
3
4.Ethics X
4
5.Intention Y
1
6.Behaviour Y
2
Eksperimen dan
Kuisioner hypothetical
situation compliance
-Sikap, norma
subyektif, kontrol
perilaku dianggap dan
etika niat
berpengaruh terhadap kepatuhan
pajak, sedangkan
niat kontrol,
perilaku dianggap dan perilaku etika
berpengaruh terhadap kepatuhan
pajak
Bersambung pada halaman selanjutnya
32 Tabel 2.1 Lanjutan
No Peneliti
Judul Penelitian Variabel
Metode Penelitian
Temuan
-ranking dari situasi di mana mereka
paling sedikit mungkin
menghindari pajak atas penghasilan.
bahwa perilaku dianggap variabel
kontrol seperti laporan pihak
ketiga, denda dan tarif audit tidak
sebagai statistik signifikan sebagai
faktor psikologis seperti etika
Sumber: Diolah dari Berbagai Referensi
F. Kerangka Pemikiran
Gambar 2.4 di bawah ini menunjukkan kerangka pemikiran mengenai sikap SKP, norma subyektif NRM, kewajiban moral KWJ, kontrol
keperilakuan yang dipersepsikan KTR, niat NIA, dan etika ETK.
33
Gambar 2.4 Kerangka Pemikiran
G. Hipotesis
Diduga faktor sikap SKP, norma subyektif NRM, kewajiban moral KWJ, kontrol keperilakuan yang dipersepsikan KTR, niat NIA, dan etika
ETK merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi ketidakpatuhan wajib pajak orang pribadi.
Faktor SKP
Faktor NRM
Faktor KWJ
Faktor KTR
Faktor NIA
Faktor ETK Faktor-faktor
Yang Mempengaruhi
Ketidakpatuhan Waji Pajak
Orang Pribadi Analisis
Faktor Faktor Ke-I
Faktor Ke-II
Faktor Ke-III
Faktor Ke-n
34
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Dalam penelitian ini penulis memilih Kantor Pelayanan Pajak KPP Pratama Jakarta Kebayoran baru yang beralamat di Jl. Ciledug Raya No. 65
Jakarta Selatan sebagai tempat melakukan penelitian. Penelitian ini dimaksudkan untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi
ketidakpatuhan wajib pajak orang pribadi.
B. Metode Penentuan Sampel
1. Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan
oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Populasi dalam penelitian ini adalah jumlah wajib pajak orang pribadi
yang terdaftar di Kantor Pelayanan Pajak KPP Pratama Jakarta
Kebayoran Baru. 2.
Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut Sugiyono, 2008:73.
Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah convenience sampling yaitu
istilah umum yang mencakup variasi luasnya prosedur pemilihan
35 responden dimana unit sampel yang ditarik mudah dihubungi, tidak
menyusahkan, mudah untuk mengukur, dan bersifat kooperatif Abdul Hamid, 2007:30.
C. Metode Pengumpulan Data
1. Pengumpulan Data Primer