Anak dalam Hukum Positif
Adapun hak anak sebagaimana diatur didalam UU Kesejahteraan anak diatur dari Pasal 2 sampai dengan Pasal 8, yang meliputi :
1. Anak berhak atas kesejahteraan, perawatan, asuhan, dan bimbingan
berdasarkan kasih sayang baik dalam keluarganya maupun di dalam asuhan khusus untuk tumbuh dan berkembang dengan wajar.
2. Anak berhak atas pelayanan untuk mengembangkan kemampuan dan
kehidupan sosialnya, sesuai dengan negara yang baik dan berguna. 3.
Anak berhak atas pemeliharaan dan perlindungan, baik semasa dalam kandungan maupun sesudah dilahirkan.
4. Anak berhak atas perlindungan terhadap lingkungan hidup yang dapat
membahayakan atau menghambat pertumbuhan dan perkembangannya secara wajar.
5. Dalam keadaan yang membahayakan, anaklah yang pertama berhak
mendapat pertolongan, bantuan dan perlindungan. 6.
Anak yang tidak mempunyai orang tua berhak memperoleh asuhan oleh negara atau orang atau badan hukum
7. Anak yang tidak mampu berhak memperoleh bantuan agar dalam
lingkungan keluarganya dapat tumbuh dan berkembang dengan wajar. 8.
Anak yang mengalami masalah kelakuan diberi pelayanan dan asuhan yang bertujuan menolongnya guna mengatasi hambatan yang terjadi dalam
masa pertumbuhannya dan perkembangannya. 9.
Anak cacat berhak memperoleh pelayanan khusus untuk mencapai tingkat pertumbuhan dan perkembangannya sejauh batas kemampuan dan
kesanggupan anak yang bersangkutan.
10. Bantuan dan pelayanan yang bertujuan mewujudkan kesejahteraan anak
menjadi hak setiap anak tanpa membedakan jenis kelamin, agama, pendirian politik sosial.
Mengenai kedudukan anak, Burgelijk Wetboek Kitab Undang-Undang Hukum Perdata memiliki pengaturan yang lebih rinci. KUH Perdata membagi
kedudukan anak menjadi : 1.
Anak sah
echte kinderen
, adalah anak-anak yang tumbuh dan dilahirkan sepanjang perkawinan ayah ibunya
101
2. Anak tidak sah atau anak luar kawin atau anak alami
onwettige, onechte, natuurlijkw kinderen
, dibedakan menjadi 3 bagian : a.
Anak luar kawin yang bukan hasil perselingkuhan
overspelig
atau sumbang
bloedschennis
. b.
Anak zinah
overspellige kinderen
dan sumbang
bloed schennige kinderen
. c.
Anak adopsi yaitu anak yang diangkat oleh suami istri sebagai anak mereka yangdianggapsebagai anak yang dilahirkan dari perkawinan
suami istri
102
. Kesimpulan bahwa penetapan batas umur anak adalah relatif
tergantung pada kepentingannya, untuk mengenal secara pasti faktor- faktor yang menjadi penyebab terjadinya tanggung jawab anak dalam hal-
hal berikut
103
:
101
R.Soetodjo Prawirohamidjojo dan Marthalena Pohan,
Hukum Orang dan Kelua rga,
Surabaya : Airlangga University Press,1991, h. 164.
102
R.Soetodjo Prawirohamidjojo,
Pluralisme dalam Perundang-Undangan Perka winan di Indonesia
, Surabaya: Airlangga University Press, 1988, h. 112.
103
Maulana hasan Wadong,
Advokasi dan Hukum perlindungan Anak
, Jakarta: Gramedia Wirasarana Indonesia, 2000, hal. 26.
1. Kewenangan bertanggung jawab kepada anak
2. Kemampuan untuk melakukan peristiwa hukum
3. Pelayanan ukuran terhadap anak yang melakukan pidana
4. Pengelompokkan proses pemeliharaan
5. Pembinaan efektif.
Maka dengan bertitik tolak kepada aspek tersebut ternyata hukum positif Indonesia tidak mengatur adanya unifikasi hukum yang baku dan berlaku
universal untuk menentukan kriteria batasan umur bagi seorang anak
104
. Pasal 1 Undang-undang Nomor 35 tahun 2014 Tentang Perlindungan
Anak yang di maksud dengan anak adalah seseorang yang belum berusia 18 delapan belas tahun, termasuk anak yang masih dalam kandungan.