Sanksi SANKSI NARKOTIKA BAGI ANAK DALAM ISLAM
Dengan danya hukuman ini, diharapkan akan timbul dalam diri pelaku suatu kesadaran bahwa ia menjauhi jarimah bukan Karena takut akan
hukuman, melainkan karena kesadaran diri dan kebencian nya terhadap jarimah serta dengan mengharapkan ridha kepada Allah SWT.
Dengan demikian hukuman itu dimaksudkan untuk memberikan rasa derita yang harus dialami oleh pelaku sebagai imbangan atas perbuatannya
dan sebagai sarana untuk menyucikan dirinya. Dengan demikian akan terwujud lah rasa keadilan yang dapat dirasakan oleh seluruh masyarakat.
Dari segi pelakasanaan hukumanannya, jarimah dalam syariat Islam terbagi kepada tiga bagian, yaitu jarimah hudud, jarimah qishash dan diat, dan jarimah
ta‟zir.bagi para pelaku yang terbukti melakukan jarimah-jarimah tersebut maka mereka akan mendapatkan hukumannya yang telah ditetapkan, dan bagi
yang tidak terbukti, ia akan di bebaskan. Apabila hukumannya berupa hudud atau ta‟zir maka pelaksanaannya dilakukan oleh ulil amri, dan apabila
hukumannya untuk jarimah qishash maka pelaksaannya dilakukan oleh korban atau walinya, jika syarat-syaratnya terpenuhi. Di bawah akan dijelaskan
pelaksanaan hukuman tersebut satu per satu. Dalam uraian yang lalu tealah dijelaskan tentang sebab-sebab
hapusnya pertanggungjawaban pidana, baik yang berkaitan dengan perbuatan maupun keadaan pelaku.Dalam kaitan dengan hapusnya hukuman karena
keadaan pelaku, hukuman tidak dijatuhkan karena kondisi psikis dari pelaku sedang terganggu, misalnya karena gila, dipaksa, mabuk, atau masih di bawah
umur.
Berbeda dengan hapusnya hukuman karena sebab-sebab tersebut maka yang dimaksud dengan gugurnya hukuman di sini adalah tidak dapat
dilaksanakannya hukuman-hukuman yang telah dijatuhkan atau diputuskan oleh hakim, berhubung tempat badan atau bagiannya untuk melaksanakan
hukuman sudah tidak ada lagi, atau waktu untuk melaksanakannya telah lewat. 1.
Jenis-jenis hukuman Hukuman dalam hukum pidana Islam dapat dibagi kepada beberapa
bagian, dengan meninjaunya dari beberapa segi. Dalam hal ini ada lima penggolongan
a. Ditinjau dari segi pertalian antara satu hukuman dengan hukuman
lainnya, hukuman dapat dibagi kepada empat bagian, yaitu sebagai berikut.
1 Hukuman pokok „Uqubah Ashliyah, yaitu hukuman yang
ditetapkan untuk jarimah yang bersangkutan sebagai hukuman yang asli, seperti hukuman qishash untuk jarimah pembunuhan,
hukuman dera seratus kali untuk jarimah zina, atau hukuman potong tangan untuk jarimah pencurian.
2 Hukuman pengganti „
Uqubah Badaliyah
, yaitu hukuman yang menggantikan hukuman pokok tidak dapat dilaksanakan karena
alasan yang sah, seperti hukuman diat denda sebagai pengganti hukuman qishash, atau hukuman ta‟zir sebagai pengganti hukuman
had atau hukuman qishash yang tidak bisa dilaksanakan. 3
Hukuman tambahan atau „Uqubah Taba‟iyah, yaitu hukuman yang mengikuti hukuman pokok tanpa memerlukan keputusan
secara tersendiri, seperti larangan menerima warisan bagi orang yang membunuh orang yang akan diwarisnya, sebagai tambahan
untuk hukuman qishash atau diat, atau hukuman pencabutan hak untuk menjadi saksi bagi orang yang melakukan jarimah khazab
menuduh orang lain berbuat zina, disamping hukuman pokoknya yaitu jilid atau dera 80 kali.
4 Hukuman pelengkap „
Uqubah Takmiliyah
yaitu hukuman yang mengikuti hukuman pokok dengan syarat harus ada keputusan
tersendiri dari hakim dan syarat inilah yang membedakannya dengan hukuman tambahan. Contohnya seperti mengalungkan
tangan pencuri yang telah dipotong dilehernya.
39
b. Ditinjau dari segi kekuasaan hakim dalam menentukan berat ringannya
hukuman maka hukuman dapat dibagi menjadi dua bagian. 1
Hukuman yang mempunyai satu batas, artinya tidak ada batas tertinggi atau batas terendah, seperti hukuman jilid dera sebagai
hukuman had delapan puluh kali atau seratus kali. Dalam hukuman jenis ini, hakim tidak berwenang untuk menambah atau
mengurangi hukuman tersebut, karena hukuman itu hanya satu macam saja.
2 Hukuman yang mempunyai dua batas, yaitu batas tertinggi dan
batas terendah. Dalam hal ini hakim diberi kewenangan dan kebebasan untuk memilih hukuman yang sesuai antara kedua batas
39
A. Djazuli,
Fiqh Jinayah
, Jakarta: Raja Grafindo Persada, cetakan I, 1996, h. 28-29.
tersebut, seperti hukuman penjara atau jilid pada jarimah-jarimah ta‟zir.
40
c. Ditinjau dari segi keharusan untuk memutuskan dengan hukuman
tersebut, hukuman dapat dibagi kepada dua bagian, yaitu sebagai berikut.
1 Hukuman yag sudah ditentukan „
Uqubah Muqaddarah
, yaitu hukuman-hukuman yang jenis dan kadarnya telah ditentukan oleh
syara‟ dan hakim berkewajiban untuk memutuskannya tanpa mengurangi, menambah, atau menggantinya dengan hukuman yang
lain . Hukuman ini disebut dengan hukuman keharusan „
Uqubah Lazimah
. Dinamakan demikian, karena ulil amri tidak berhak untuk menggugurkannya atau memaafkannya.
2 Hukuman yang belum ditentukan „
Uqubah Ghair Muqaddarah
, yaitu hukuman yang diserahkan kepada hakim untuk memilih
jenisnya dari sekumpulan hukuman-hukuman yang ditetapkan oleh syara‟ dan jumlahnya untuk kemudian disesuaikan dengan pelaku
dan perbuatannya. Hukuman ini disebut juga hukuman pilihan „
Uqubah Mukhayyarah
, karena hakim dibolehkan untuk memilih di antara hukuman-hukuman tersebut.
d. Ditinjau dari segi tempat dilakukannya hukuman maka hukuman dapat
dibagi kepada tiga bagian, yaitu sebagai berikut.
40
Ibid,
h. 30.
1 Hukuman badan „
Uqubah Badaniyah
, yaitu hukuman yang dikenakan atas badan manusia, seperti hukuman mati, jilid dera,
dan penjara. 2
Hukuman jiwa „
Uqubah Nafsiyah
, yaitu hukuman yang dikenakan atas jiwa manusia, bukan badannya, seperti ancaman,
peringatan, atau teguran. 3
Hukuman harta „
Uqubah Maliyah
, yaitu hukuman yang dikenakan terhadap harta seseorang, seperti diat, denda, dan
perampasan harta. e.
Ditinjau dari segi macamnya jarimah yang diancam hukuman, hukuman dapat dibagi kepada empat bagian, yaitu sebagai berikut.
1 Hukuman hudud, yaitu hukuman yang ditetapkan atas jaraimah-
jarimah hudud. 2
Hukuman qishash dan diat, yaitu hukuman yang ditetapkan atas jarimah-jarimah qishash dan diat.
3 Hukuman kifarat, yaitu hukuman yang ditetapkan untuk sebagian
jarimah qishash dan diat dan beberapa jarimah ta‟zir. 4
Hukuman ta‟zir, yaitu hukuman yang ditetapkan untuk jarimah- jarimah ta‟zir.
41
2. Gugurnya hukuman
a Meninggalnya pelaku,
b Hilangnya anggota badan yang akan diqishash,
c Tobatnya pelaku,
41
A. Hanafi,
Asas-asas Hukum Pidana Islam
, Jakarta: Bulan Bintang, cetakan IV, 1990, h. 255-256.
d Perdamaian shuluh,
e Pengampunan,
f Diwarisnya hak qishash, atau
g Kedaluarsa
42
3. Hapusnya hukuman
Berbeda dengan hapusnya hukuman karena sebab-sebab tersebut maka yang dimaksud dengan gugurnya hukuman disini tidak dapat dilaksanakannya
hukuman-hukuman yang telah dijatuhkan atau diputuskan oleh hakim. Dalam kaitan dengan hapusnya hukuman karena keadaan pelaku,
hukuman tidak dijatuhkan karena kondisi psikis dari pelaku sedang terganggu, misalnya karena gila, dipaksa, mabuk, atau masih dibawah umur.
43
Artinya:
Ibnu Umar berkata: Umar pernah berkhotbah di atas mimbar Rasulullah, ia berkata sesungguhnya Allah telah menetapkan keharaman
khamar yaitu dari lima jenis, perasan anggur, tamr minuman dari perasan kurma kering, biji gandum, tepung dan madu. Sedangkan khamar adalah
sesuatu yang dapat menghalangi akal sehat.Dan tiga perkara yang aku berharap Rasulullah memberikan penjelasan kepada kami sebelum Beliau
meninggal adalah hak waris seorang kakek, alkalalah dan pintu-pintu riba. HR. Bukhari Muslim
44
42
Ahmad Wardi,
Pengantar dan Asa s-asas Hukum Islam Fiqih Jinayah,
Jakarta: PT. Sinar Grafika, 2006 h.173-174.
43
Hanafi, ahmad, M.A. 1990.
Asas-asas Hukum Pidana Islam
. Jakarta: Bulan Bintang, 2001, h. 124.
44
Muhammad Fuad Abdul Baqi, Mutiara Hadis Shahih Bukhari Muslim, Jakarta: Ummul Qura, 2002, h. 1280.
Artinya: “
Diangkat pembebanan hukum dari tiga jenis manusia, orang yang tidur sampai ia bangun, anak kecil sampai ia baligh dan orang gila sampai ia
sembuh
”. HR. Bukhari, ra.
45