1. Data Responden
Berdasarkan data responden Lampiran 8 dan 9, frekuensi terbesar dari data penghasilan orang tua pada kelas bina lingkungan terdapat pada rentang Rp.
500.000 - Rp. 999.999 serta Rp. 1.000.000 - Rp. 1.999.999 pada ayah dan tidak berpenghasilan pada ibu, sedangkan pada kelas bina lingkungan terdapat pada
rentang Rp. 2.000.000 - Rp. 4.999.999 pada ayah dan ibu. Frekuensi terkecil dari data penghasilan orang tua pada kelas bina lingkungan terdapat pada rentang lebih
dari Rp. 20.000.000 pada ayah dan ibu. Pada kelas non bina lingkungan, frekuensi terkecil terdapat pada rentang Rp. 500.000 - Rp. 999.999, serta lebih dari Rp.
20.000.000 pada ayah dan kurang dari Rp. 500.000, Rp. 500.000 - Rp. 999.999, Rp. 1.000.000 - Rp. 1.999.999, lebih dari Rp. 20.000.000 pada ibu. Hasil tersebut
menunjukkan bahwa siswa pada kelas non bina lingkungan memiliki orang tua dengan pengasilan lebih tinggi dibandingkan dengan kelas bina lingkungan.
Frekuensi penghasilan orang tua dapat dilihat pada Tabel 9.
Tabel 9 Frekuensi Penghasilan Orang Tua
Penghasilan Bina Lingkungan
Non Bina Lingkungan Ayah
Ibu Ayah
Ibu
Tidak Berpenghasilan 5
21 1
10 Kurang dari Rp. 500.000
1 1
1 1
Rp. 500.000 - Rp. 999.999 9
3 1
Rp. 1.000.000 - Rp. 1.999.999 9
2 3
1 Rp. 2.000.000 - Rp. 4.999.999
4 2
15 11
Rp. 5.000.000 - Rp. 20.000.000 2
1 10
5 Lebih dari Rp. 20.000.000
1
Sumber Humas SMA Negeri 2 Bandar Lampung, 25 April 2017.
Kemampuan ekonomi merupakan faktor yang berpengaruh dalam proses pembelajaran.
2
Siswa yang sedang belajar selain harus terpenuhi kebutuhan pokoknya, misal makan, pakaian, perlindingan kesehatan dan lain-lain juga
membutuhkan fasilitas belajar seperti ruang belajar, meja kursi, penerangan, alat tulis-menulis, buku-buku dan lain-lain. Fasilitas belajar itu hanya terpenuhi jika
keluarga mempunyai cukup uang. Jika kemampuan ekonomi yang rendah, kebutuhan pokok siswa kurang
terpenuhi, akibatnya kesehatan siswa terganggu. Bahkan mungkin siswa harus bekerja mencari nafkah untuk membantu orang tuanya sehingga siswa memiliki
waktu belajar sedikit. Hal tersebut mempengaruhi siswa dalam mempelajari materi dan pemahaman konsep pada materi yang dipelajari.
Frekuensi terbesar dari data tingkat pendidikan orang tua pada kelas bina lingkungan terdapat pada tingkat SMAsederajat, sedangkan pada kelas non bina
lingkungan terdapat pada tingkat S1. Frekuensi terkecil dari data tingkat pendidikan orang tua pada kelas bina lingkungan terdapat pada tingkat D4 dan S3
pada ayah serta S2 pada ibu. Pada kelas non bina lingkungan, frekuensi terkecil terdapat pada tingkat SDsederajat pada ayah serta D4 dan S3 pada ibu. Hasil
tersebut menunjukkan bahwa siswa pada kelas non bina lingkungan memiliki orang tua dengan tingkat pendidikan lebih tinggi dibandingan dengan kelas bina
lingkungan. Frekuensi tingkat pendidikan orang tua dapat dilihat pada Tabel 10.
2
Slameto, Proses Belajar Mengajar dalam Sistem Kredit Semester Jakarta: Bumi Aksara, 1991, h. 63.