1
Fajar Kusumah Solihin, 2013 Peningkatan Ecoliteracy Melalui Kegiatan Bertanam Pada Mata Pelajaran IPS Di Kelas IV empat SDN
Sindangsuka Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Kehidupan manusia dimuka bumi ini selalu berdampingan dengan lingkungan sebagaimana manusia memanfaatkan lingkungan sebagai tempat tinggalnya. Hal
tersebut dapat dilihat adanya pertumbuhan penduduk yang tidak terkendali, sebagai salah satu faktor berkurangnya ruang terbuka hijau yang diakibatkan perubahan
fungsi lahan tanpa memperhatikan kondisi lingkungan kedepannya. Kondisi ini tidak mengherankan karena pada dasarnya manusia dalam mempertahankan kehidupannya
selalu bergantung pada alam dan ini akan terjadi secara terus menerus seiring dengan meningkatnya kebutuhan dari hari ke hari.
Maka seharusnya manusia sebagai mahkluk sosial selalu bersikap peduli terhadap permasalahan-permasalahan yang terjadi di lingkungannya. Karena
lingkungan merupakan unsur yang sangat penting bagi kehidupan manusia, dimana lingkungan tersebut merupakan tempat menjalankan segala bentuk aktivitas. Ketika
tempat beraktivitas dilingkungannya gersang dengan sedikit tanaman-tanaman yang tumbuh dan dengan sampah-sampah yang berserakan, ini dapat menyebabkan ketidak
nyamanan dalam melakukan aktivitas. Keberadaan lingkungan yang kurang nyaman seperti yang digambarkan diatas
merupakan salah satu penyebab terjadinya kerusakan lingkungan yang lama kelamaan akan semakin memprihatinkan. Sehingga kualitas lingkungan hidup akan semakin
memburuk, seperti kondisi tanah menjadi tidak subur untuk ditanami pohon dan bahkan berdampak pada polusi udara yang bukan tidak mungkin akan terjadi
sehingga kualitas udara menjadi tidak layak untuk dihirup. Permasalahan yang terjadi pada aspek lingkungan tersebut menjadi isu yang
sangat memprihatinkan bagi kelangsungan hidup setiap makhluk hidup yang ada di
Fajar Kusumah Solihin, 2013 Peningkatan Ecoliteracy Melalui Kegiatan Bertanam Pada Mata Pelajaran IPS Di Kelas IV empat SDN
Sindangsuka Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
bumi. Hal ini disebabkan kurangnya kesadaraan manusia sebagai makhluk hidup dalam menjaga lingkungan sekaligus dalam melestarikan lingkungan.
Kerusakan lingkungan yang terjadi sekarang ini merupakan suatu bentuk ketidak pedulian mengenai dampak buruk yang akan terjadi dikemudian hari,
kerusakan tersebut diakibatkan perubahan zaman yang semakin maju pada berbagai sektor, misalnya melihat beberapa contoh disamping pertumbuhan penduduk,
pertumbuhan jumlah kendaraan bermotor yang hasil pembakarannya menyebabkan polusi udara, bahkan bukan hanya itu dengan banyak berdirinya pabrik-pabrik
semakin menambah banyak permasalahan yang melanda negeri tercinta ini. Pentingnya pelestarian lingkungan terkadang sering dilupakan oleh sebagian
manusia dan mengakibatkan kurang terpeliharanya lingkungan tersebut, jika keadaan ini terus dibiarkan dikhawatirkan keadaan tersebut akan semakin parah.
Pemahaman yang rendah akan pentingnya menjaga lingkungan sekitar dapat berakibat pada kerusakan lingkungan. Sebagaimana yang digambarkan oleh Capra
2002:11-12 bahwa: Seiring dengan berakhirnya abad ke 20, masalah lingkungan menjadi hal
yang utama. Kita dihadapkan pada serangkaian masalah-masalah global yang membahayakan biosfer dan kehidupan manusia dalam bentuk-bentuk yang
sangat mengejutkan yang dalam waktu dekat akan segera menjadi tak dapat dikembangkan lagi irreversible.
Oleh sebab itu manusia memberikan andil besar bagi kelangsungan kehidupan makhluk hidup di muka bumi ini, maka perlu adanya suatu tindakan untuk
mengembalikan keadaan alam menjadi lebih baik lagi. Bagi Brown Capra, 2002:13 “Sebuah masyarakat yang mampu mempertahankan kehidupan ialah yang mampu
memuaskan kebutuhan-kebutuhannya tanpa mengurangi prospek generasi-generasi masa depan”. Jelas bahwa yang dimaksud Brown jangan sampai terlalu
memanfaatkan kekayaan alam secara berlebihan hal ini dimaksudkan untuk melindungi kehidupan yang akan datang, selanjutnya yang ditawarkan Capra
2002:13 ….satu-satunya solusi yang berkelanjutan sustainable.
Fajar Kusumah Solihin, 2013 Peningkatan Ecoliteracy Melalui Kegiatan Bertanam Pada Mata Pelajaran IPS Di Kelas IV empat SDN
Sindangsuka Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
Senada dengan pernyataan Capra di atas, Elliott dan Davis 2009:67 menyatakan bahwa:
In practice, environmental education has tended to focus on „green‟ issues such as nature conservation and the promotion of human connections with the
natural environment. However, a reexamination of the Declaration suggests that its original intention does, in fact, align with the intentions of the newly
emerging „education for sustainability‟ – seen as replacing „environmental education‟. In effect, the recent change in terminology from Environmental
Education to Education for Sustainability. In effect, the recent change in
terminology from Environmental Education to Education for Sustainability EfS attempts to redress the perceived „greenness‟ of environmental
education and to focus more explicitly on the pedagogies of humans as agents of change.
Ketika di cermati yang memberikan andil besar dalam terjadinya kerusakan
alam ini yaitu manusia yang tidak memikirkan dampak dari tindakan yang dilakukannya, oleh Buchanan 2012:109 dikatakan bahwa: There are several
barriers to be surmounted if education for sustainability is to improve in order to meet the complex challenges presented by human impact on the planet.
” Di sinilah ada suatu pesan agar manusia sebagai makhluk hidup apa yang
diinginkan saat ini jangan sampai melupakan masa depan, hal ini jelas bahwa konsep berkelanjutan yang ditawarkan merupakan suatu bentuk pemahaman akan prilaku
yang di lakukan oleh setiap manusia sebagai agen perubahan yang sekarang jangan sampai merugikan orang lain di masa yang akan datang.
Ada sebuah pernyataan pada kegiatan yang diselenggarakan komisi dunia untuk pembangunan dan lingkungan WCED pada tahun 1984 di stocholm swedia,
dalam Koosbandiah Surtikanti 2009:3 bahwa: Manusia pada prinsipnya memiliki kemampuan untuk membuat
pembangunan berkelanjutan sehingga terjamin pemenuhan kebutuhan manusia untuk hari ini tanpa mengurangi hak generasi mendatang untuk
memenuhi kebutuhannya akan sumber daya alam. Sebagai contoh yang paling dekat yaitu lingkungan pendidikan seperti sekolah
kurang memperhatikan ruang terbuka hijau ini berdampak pada kualitas lingkungan
Fajar Kusumah Solihin, 2013 Peningkatan Ecoliteracy Melalui Kegiatan Bertanam Pada Mata Pelajaran IPS Di Kelas IV empat SDN
Sindangsuka Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
yang kurang sehat, padahal dengan kondisi lingkungan sekolah yang hijau dan nyaman dapat menunjang proses belajar mengajar.
Kesadaran yang kurang akan kebersihan lingkungan sekolah salah satu akibat penyebab kerusakan lingkungan yang berdampak pada pencemaran tanah yang dapat
mempengaruhi kualitas tanah yang subur. Sebuah pernyataan Oberlin
Stone,M. and Barlow, Z.
2005, yang membahas tentang lingkungan yang berkaitan dengan pendidikan yaitu sebagai berikut:
“All education is environmental education, writes Oberlin environmental sciences professor David Orr in his foreword. The ecological crisis is in
every way a crisis of education. Calling on a tradition that stretches from Plato to John Dewey, Orr insists on defining good education not simply as
mastery of subject matter but also as cultivation of values. Education, he writes, [has] to do with the timeless question of how we are to live.
Berikut adalah pernyataan yang senada dari Pollan
Stone,M and Barlow, Z.
2005 dengan pernyataan diatas yang menyangkut pada masalah pendidikan dengan pendidikan lingkungan. The ecological crisis is in part a crisis of education. This
highly original volume makes a critical contribution to rethinking how we teach our children about their place in nature.
” Kedua pernyataan diatas mengemukakan permasalahan yang sama mengenai
ruang lingkup pendidikan yang berhubungan dengan pendidikan lingkungan, oleh karena itu ada sebuah permasalahan yang komplek sehingga berujung pada
penanganan yang melibatkan kesadaran dari setiap orang, sekaligus menciptakan kepudulian sosial yang tanggap akan kondisi lingkungan setempat.
Dengan demikian harus ada jalan keluar yang dapat memberikan pengaruh yang besar bagi terciptanya suasana lingkungan yang nyaman, sehat, bersih dan
tentunya dapat menjadikan bumi ini lebih baik lagi, menurut Hart Buchanan 2012:109 yaitu :
Ultimately, prominence of sustainability issues will need the support of all, or at least the vast majority of, teachers and teacher educators; as Hart
2003 points out, teachers and teacher educators‟ thinking, values and
Fajar Kusumah Solihin, 2013 Peningkatan Ecoliteracy Melalui Kegiatan Bertanam Pada Mata Pelajaran IPS Di Kelas IV empat SDN
Sindangsuka Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
practices matter in the provision of sustainability education. As Hart 2003, p.
17 goes on to assert: „environment matters in the school curriculum‟. Dalam upaya ini tentunya peran pendidik mempunyai andil besar bagi
terciptanya lingkungan yang bersih dan sehat sekaligus bisa memberikan pemahaman bagi seluruh siswa agar pentingnya kesadaran lingkungan bahkan diharapkan dapat
membentuk kepribadian atau karakter yang baik dan nantinya tercerminkan pada setiap prilaku di kehidupan sehari-hari, dengan cara melibatkan peserta didik untuk
peran serta menjaga lingkungan sekolah yang sehat sehingga menciptakan suasana yang asri dan membuat nyaman bagi seluruh orang yang berada dilingkungan
sekolah. Kegiatan yang seperti ini diharapkan menjadikan suatu pembelajaran yang
menyenangkan untuk proses belajar peserta didik karena dapat langsung terlibat dalam pelestarian lingkungan setempat, hal ini bertujuan agar siswa lebih peduli
terhadap permasalahan yang terjadi apalagi lingkungan yang paling dekat dengan kondisi peserta didik, yang nantinya dapat berpengaruh terhadap sikap dan prilaku
yang selalu peduli terhadap kondisi-kondisi sosial yang dapat merugikan bagi orang banyak.
Peran siswa secara aktif menjaga lingkungan sekolah dapat memberikan dampak positif bagi terciptanya keadaan lingkungan yang bersih dan sehat. Oleh
karena itu kebiasaan yang baik seperti ini dapat memunculkan suatu kepedulian sosial yang tertanam disetiap prilaku peserta didik.
Sangat ironis ketika melihat dari banyaknya permasalahan yang muncul dan bahkan terus bermunculan tanpa ada tindakan langsung, meskipun ide-ide yang luar
biasa bermunculan dengan konsep yang menakjubkan bukan tidak mungkin solusi itu akan menjadi mustahil terlaksana dalam menangani permasalahan ini.
Peningkatan ecoliteracy dengan cara bertanam yang dilakukan oleh setiap siswa yang langsung praktik sebagai bentuk kepedulian akan kondisi lingkungan
sekitar sekaligus dapat meningkatkan kepedulian sosial yang berpengaruh terhadap
Fajar Kusumah Solihin, 2013 Peningkatan Ecoliteracy Melalui Kegiatan Bertanam Pada Mata Pelajaran IPS Di Kelas IV empat SDN
Sindangsuka Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
pembentukan karakter. Dengan kata lain guru mempunyai peranan penting dalam mengembangkan potensi yang dimiliki oleh setiap peserta didik oleh karena itu
kemampuan seorang guru harus benar-benar sebagai professional di bidangnya. Peranan yang diemban oleh seorang pendidik bukan perkara mudah dalam hal
menjalankannya, Seperti yang kita tahu kebanyakan pendidik pasti mengetahui kemampuan kognitif setiap peserta didik memungkinkan untuk berkembang sehingga
disinilah tuntutan untuk bisa melihat dan membuka mata kita sebagai seorang pendidik untuk berusaha keras memberikan yang terbaik bagi perkembangan setiap
anak didiknya. Sebenarnya kemampuan setiap individu itu tidak hanya dilihat dari aspek kognitifnya tetapi banyak yang perlu diperhatikan misalnya kemampuan sosial
anak ataupun psikomotor dengan tuntutan seperti itu guru pasti bisa asalkan kesungguhan untuk memperbaiki keadaan yang awalnya kurang maksimal menjadi
lebih baik menuju arah yang maksimal. Proses pembelajaran yang kurang maksimal yang dilakukan oleh guru
mencerminkan kompetensi yang masih harus terus diperbaiki. Oleh sebab itu guru seyogyanya harus bisa bercermin kepada anak didiknya agar mempunyai gambaran
apa yang menjadi kebutuhan setiap anak didik agar di setiap proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru bisa memfasilitasi kebutuhan setiap anak didiknya.
Pada hakekatnya pendidik dipersiapakan untuk bisa mengembangkan kreativitasnya dalam memfasilitasi setiap peserta didik untuk terus berusaha
mengembangkan potensinya. Hal tersebut berkaitan dengan peran seorang guru sebagai fasilitator dan motivator, dengan adanya peran guru tersebut dapat
memberikan dampak positif bagi perkembangan peserta didik. Melihat kenyataan di satuan pendidikan sekolah dasar berdasarkan observasi
yang dilakukan, kebanyakan pendidik sangat kurang dalam mengembangkan pemahaman akan kesadaran menjaga lingkungan setempat ecoliteracy dengan cara
berpartisipasi aktif dalam bertindak. Menurut Surata et al 2010 bahwa yang dimaksud dengan ekoliterasi yaitu :
Fajar Kusumah Solihin, 2013 Peningkatan Ecoliteracy Melalui Kegiatan Bertanam Pada Mata Pelajaran IPS Di Kelas IV empat SDN
Sindangsuka Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
Ekoliterasi ketahanan hayati EKH adalah literasi yang mengaplikasikan berbagai konsep ekologi untuk mempromosikan pemahaman yang mendalam,
refleksi kritis, kesadaran diri, keterampilan sosial dan berkomunikasi, dalam menganalisis, dan mengelola isu yang terkait dengan kesehatankehidupan
tanaman, kesehatankehidupan binatang, dan risiko yang terkait dengan lingkungan.
Berdasarkan pemaparan diatas maka secara umum ecoliteracy sebagai upaya untuk memberikan pemahaman tentang pentingnya alam sekitar bagi kelangsungan
hidup makhluk hidup. Oleh karena itu, kita sebagai manusia mempunyai peranan penting untuk bisa menjaga dan melestarikan alam ini, berkaitan dengan itu sebagai
peneliti mempunyai tujuan untuk meningkatkan ecoliteracy tersebut dengan cara melibatkan peserta didik untuk dapat memahami pentingnya kehidupan yang sehat
dengan cara bertanam berbagai macam pohon di lingkungan sekolah. Sehingga dari sinilah diharapkan peserta didik selalu bersikap dengan baik yang mencerminkan
karakter yang baik pula. Melihat dari ilmu pendidikan sosial IPS itu sendiri merupakan upaya
membantu individu merealisasikan potensinya secara maksimal untuk membentuk sikap karena proses pembelajaran pada mata pelajaran IPS tidak semata-mata harus
tercapainya kemampuan pemahaman peserta didik pada setiap materi melainkan sikap setiap individu peserta didik harus lebih diperhatikan supaya peserta didik
mempunyai dasar yang kuat untuk hidup bermasyarakat, oleh karena itu, pendidik perlu menyusun dan melaksanakan kegiatan belajar mengajar yang melibatkan pada
praktik langsung. Berdasarkan latar belakang diatas maka dalam penelitian yang saya
kembangkan yaitu lebih menitik beratkan pada “peningkatan ecolitercy melalui pembelajaran bertanam di lingkungan setempat sekolah pada anak usia sekolah
dasar”.
Fajar Kusumah Solihin, 2013 Peningkatan Ecoliteracy Melalui Kegiatan Bertanam Pada Mata Pelajaran IPS Di Kelas IV empat SDN
Sindangsuka Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
B. Identifikasi dan Perumusan Masalah