PENINGKATKAN ECOLITERACY MELALUI PEMBELAJARAN BERTANAM PADA MATA PELAJARAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL (IPS) DI KELAS IV SEKOLAH DASAR NEGERI SINDANGSUKA V KECAMATAN CIBATU KABUPATEN GARUT.
PENINGKATAN ECOLITERACY MELALUI PEMBELAJARAN BERTANAM PADA MATA PELAJARAN IPS KELAS IV DI SEKOLAH DASAR NEGERI
SINDANGSUKA V KECAMATAN CIBATU KABUPATEN GARUT
TESIS
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari syarat untuk Memperoleh Gelar Megister Pendidikan
Program Studi Pendidikan Dasar Konsentrasi Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)
Oleh
Fajar Kusumah Solihin 1009493
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DASAR
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
2013
(2)
PENINGKATAN ECOLITERACY MELALUI PEMBELAJARAN BERTANAM PADA MATA PELAJARAN IPS KELAS IV DI SEKOLAH DASAR NEGERI
SINDANGSUKA V KECAMATAN CIBATU KABUPATEN GARUT
Oleh
Fajar Kusumah Solihin S.Pd UPI Bandung, 2013
Sebuah tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister pendidikan (M.Pd)
pada Sekolah Pascasarjana
©Fajar Kusumah Solihin 2013 Universitas Pendidikan Indonesia
Agustus 2013
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
Tesis ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagian, dengan cetak ulang, difotocopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis
(3)
DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING :
Pembimbing I
Dr.Nana Supriatna, M.Ed NIP:196110141986011001
Pembimbing II
Prof. Dr.Sapriya, M.Ed NIP: 196308201988031001
Mengetahui
Ketua Program Studi Pendidikan Dasar
Dr.Hj. Erna Wulan Syaodih, M.Pd NIP:196510011998022001
(4)
PENINGKATKAN ECOLITERACY MELALUI PEMBELAJARAN BERTANAM PADA MATA PELAJARAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
(IPS) DI KELAS IV SEKOLAH DASAR NEGERI SINDANGSUKA V KECAMATAN CIBATU KABUPATEN GARUT.
Fajar Kusumah Solihin (1009493) Dosen Pembimbing: Dr. Nana Supriatna, M. Ed Prof. Dr. H. Sapriya, M. Ed
ABSTRAK
Penelitian didasarkan pada rendahnya kesadaran peserta didik terhadap lingkungan, seperti tidak terdapat tanaman-tanaman yang tumbuh disekitar lingkungan sekolah. Keadaan seperti ini menunjukan belum menculnya sikap peduli terhadap kondisi lingkungan.
Tujuan dari penelitian ini untuk peningkatan ecoliteracy melalui kegiatan bertanam. Dengan demikian perlu adanya perbaikan proses pembelajaran menggunakan metode penelitian tindakan kelas (PTK). Desain penelitian menggunakan model yang dikembangkan John Elliot dengan tahapan-tahapan seperti perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi.
Hasil penelitian berupa pemahaman ecoliteracy dan sikap ecoliterate mengalami peningkatan yang ditunjukkan oleh peserta didik. Dengan kata lain, hubungan antara hasil ecoliteracy dengan sikap ecoliterate pada siklus 1 interpetasi mencapai 0,44 berada pada tingkat sedang dilihat dari tabel pedoman interpretasi koefisiaen korelasi. Selanjutnya hubungan antara hasil ecoliteracy dengan sikap ecoliterate pada siklus 2 interpetasi mencapai 0,30 berada pada tingkat rendah dibandingkan hubungan pada siklus ke-1. Sedangkan di siklus ke-3 interpetasi mencapai 0,75 berada pada tingkat kuat dilihat dari tabel pedoman interpretasi koefisiaen korelasi. Dengan demikian, hubungan yang diharapkan dapat mempengaruhi sikap pada setiap peserta didik mulai terbentuk antara pemahaman yang dimilikinya dengan sikap yang ditunjukannya.
Para peneliti dan Pendidik sebaiknya memperhatikan cara pembelajaran dengan praktik langsung untuk membantu peserta didik dalam memperoleh pemahamannya melalui kegiatan langsung. Diharapkan pihak sekolah menyediakan fasilitas belajar di lingkungan sekolahnya untuk kegiatan pembelajaran selain di rungan kelas.
(5)
IMPROVEMENT OF ECOLITERACY THROUGH PLANTING LEARNING OF SOCIAL SCIENCE SUBJECT OF FOURTH GRADE STUDENTS IN SDN
SINDANGSUKA V, CIBATU-GARUT
Fajar Kusumah Solihin (1009493) Supervisors:
Dr. Nana Supriatna, M. Ed Prof. Dr. H. Sapriya, M. Ed
ABSTRACT
Students’ awareness which is low toward environment becomes the basic
problem of this study. For instance, there are no plants which grow around school environment. This situation shows that sensitivity toward environment situation is not yet.
The aim of this study is to ecoliteracy imp rovement through planting activity. It means that learning process should be fixed by using method of classroom action research. Research design used a model which is developed by John Elliot which consist of several steps, namely, planning, implementation, observation, and reflection.
The result of this study was there were improvements of students’ ecoliteracy
comprehension and students’ attitude of ecoliterate. In other words, the relation between the result of ecoliteracy and ecoliterate attitude to the interpretation in the first cycle was 0,44 which means were at medium level based on table of correlation coefficient guidance. Then, the relation between the result of ecoliteracy and
ecoliterate attitude to the interpretation in the second cycle was 0,30 which means were at low level, so it was lower than the relation of the first cycle. Meanwhile, the interpretation in the third cycle was 0,75, which means were at strong or high level based on table of correlation coefficient interpretation. Based on the result, the relation that was expected can give influence toward attitude of each student which was showed by their comprehension and their attitude.
The researchers and the educators should pay attention to learning by using direct practice to help students in acquiring their understanding through direct activity. Hopefully, staffs of school provide facilities in school environment to learning teaching activity beside in the classroom.
(6)
iv
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ... i
UCAPAN TERIMA KASIH ... ii
ABSTRAK ... iii
DAFTAR ISI ... iv
DAFTAR TABEL ... v
DAFTAR GAMBAR ... vi
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Penelitian ... 1
B. Identifikasi dan Perumusan Masalah ... 8
C. Tujuan Penelitian ... 8
D. Manfaat Penelitian ... 9
E. Struktur Organisasi Tesis ... 9
BAB II PENINGKATAN ECOLITERACY MELALUI PEMBELAJARAN BERTANAM PADA PESERTA DIDIK USIA SEKOLAH DASAR ... 11
A. Ecoliteracy ... 11
B. Pentingnya Ecoliteracy pada Mata Pelajaran IPS ... 16
C. Pendidikan Lingkungan pada Mata Pelajaran IPS ... 20
D. Pembelajaran Bertanam... 22
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 26
A. Desain Lokasi dan Subyek Penelitian ... 26
B. Desain Penelitian ... 26
C. Metode Penelitian ... 31
E. Instrumen Penelitian ... 32
F. Teknik Pengumpulan Data ... 35
G. Analisis Data ... 35
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 38
A. Hasil Penelitian ... 38
1. Siklus I ... 48
2. Siklus II ... 56
3. Siklus III ... 62
B. Pembahasan ... 68
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 76
A. Kesimpulan ... 76
B. Saran ... 77
DAFTAR PUSTAKA ... 78 LAMPIRAN
(7)
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Kisi-Kisi Instrumen Penelitian………....33 Tabel 4.1 hasil tes lisan peserta didik siklus 1………...53 Tabel 4.2 Hasil observasi dan wawancara peserta didik (Siswa)…………...54 Tabel 4.3 hasil tes lisan peserta didik siklus 2………59 Tabel 4.4 Hasil observasi dan wawancara peserta didik (Siswa)…………...60 Tabel 4.5 hasil tes lisan peserta didik siklus 3………64 Tabel 4.6 Hasil observasi dan wawancara peserta didik (Siswa)…………...65 Tabel 4.7 Korelasi Siklus I (Pengetaguan Dengan Sikap)………..72 Tabel 4.8 Korelasi Siklus II (Pengetaguan Dengan Sikap)……….73 Tabel 4.9 Korelasi Siklus III (Pengetaguan Dengan Sikap)………74
(8)
vi
DAFTAR GAMBAR
(9)
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Kehidupan manusia dimuka bumi ini selalu berdampingan dengan lingkungan sebagaimana manusia memanfaatkan lingkungan sebagai tempat tinggalnya. Hal tersebut dapat dilihat adanya pertumbuhan penduduk yang tidak terkendali, sebagai salah satu faktor berkurangnya ruang terbuka hijau yang diakibatkan perubahan fungsi lahan tanpa memperhatikan kondisi lingkungan kedepannya. Kondisi ini tidak mengherankan karena pada dasarnya manusia dalam mempertahankan kehidupannya selalu bergantung pada alam dan ini akan terjadi secara terus menerus seiring dengan meningkatnya kebutuhan dari hari ke hari.
Maka seharusnya manusia sebagai mahkluk sosial selalu bersikap peduli terhadap permasalahan-permasalahan yang terjadi di lingkungannya. Karena lingkungan merupakan unsur yang sangat penting bagi kehidupan manusia, dimana lingkungan tersebut merupakan tempat menjalankan segala bentuk aktivitas. Ketika tempat beraktivitas dilingkungannya gersang dengan sedikit tanaman-tanaman yang tumbuh dan dengan sampah-sampah yang berserakan, ini dapat menyebabkan ketidak nyamanan dalam melakukan aktivitas.
Keberadaan lingkungan yang kurang nyaman seperti yang digambarkan diatas merupakan salah satu penyebab terjadinya kerusakan lingkungan yang lama kelamaan akan semakin memprihatinkan. Sehingga kualitas lingkungan hidup akan semakin memburuk, seperti kondisi tanah menjadi tidak subur untuk ditanami pohon dan bahkan berdampak pada polusi udara yang bukan tidak mungkin akan terjadi sehingga kualitas udara menjadi tidak layak untuk dihirup.
Permasalahan yang terjadi pada aspek lingkungan tersebut menjadi isu yang sangat memprihatinkan bagi kelangsungan hidup setiap makhluk hidup yang ada di
(10)
bumi. Hal ini disebabkan kurangnya kesadaraan manusia sebagai makhluk hidup dalam menjaga lingkungan sekaligus dalam melestarikan lingkungan.
Kerusakan lingkungan yang terjadi sekarang ini merupakan suatu bentuk ketidak pedulian mengenai dampak buruk yang akan terjadi dikemudian hari, kerusakan tersebut diakibatkan perubahan zaman yang semakin maju pada berbagai sektor, misalnya melihat beberapa contoh disamping pertumbuhan penduduk, pertumbuhan jumlah kendaraan bermotor yang hasil pembakarannya menyebabkan polusi udara, bahkan bukan hanya itu dengan banyak berdirinya pabrik-pabrik semakin menambah banyak permasalahan yang melanda negeri tercinta ini.
Pentingnya pelestarian lingkungan terkadang sering dilupakan oleh sebagian manusia dan mengakibatkan kurang terpeliharanya lingkungan tersebut, jika keadaan ini terus dibiarkan dikhawatirkan keadaan tersebut akan semakin parah.
Pemahaman yang rendah akan pentingnya menjaga lingkungan sekitar dapat berakibat pada kerusakan lingkungan. Sebagaimana yang digambarkan oleh Capra (2002:11-12) bahwa:
Seiring dengan berakhirnya abad ke 20, masalah lingkungan menjadi hal yang utama. Kita dihadapkan pada serangkaian masalah-masalah global yang membahayakan biosfer dan kehidupan manusia dalam bentuk-bentuk yang sangat mengejutkan yang dalam waktu dekat akan segera menjadi tak dapat dikembangkan lagi (irreversible).
Oleh sebab itu manusia memberikan andil besar bagi kelangsungan kehidupan makhluk hidup di muka bumi ini, maka perlu adanya suatu tindakan untuk mengembalikan keadaan alam menjadi lebih baik lagi. Bagi Brown (Capra, 2002:13) “Sebuah masyarakat yang mampu mempertahankan kehidupan ialah yang mampu memuaskan kebutuhan-kebutuhannya tanpa mengurangi prospek generasi-generasi masa depan”. Jelas bahwa yang dimaksud Brown jangan sampai terlalu memanfaatkan kekayaan alam secara berlebihan hal ini dimaksudkan untuk melindungi kehidupan yang akan datang, selanjutnya yang ditawarkan Capra (2002:13) ….satu-satunya solusi yang berkelanjutan (sustainable).
(11)
3
Senada dengan pernyataan Capra di atas, Elliott dan Davis (2009:67) menyatakan bahwa:
In practice, environmental education has tended to focus on „green‟ issues such as nature conservation and the promotion of human connections with the natural environment. However, a reexamination of the Declaration suggests that its original intention does, in fact, align with the intentions of the newly
emerging „education for sustainability‟ – seen as replacing „environmental education‟. In effect, the recent change in terminology from Environmental Education to Education for Sustainability. In effect, the recent change in terminology from Environmental Education to Education for Sustainability
(EfS) attempts to redress the perceived „greenness‟ of environmental
education and to focus more explicitly on the pedagogies of humans as agents of change.
Ketika di cermati yang memberikan andil besar dalam terjadinya kerusakan alam ini yaitu manusia yang tidak memikirkan dampak dari tindakan yang dilakukannya, oleh Buchanan (2012:109) dikatakan bahwa: "There are several barriers to be surmounted if education for sustainability is to improve in order to meet the complex challenges presented by human impact on the planet.”
Di sinilah ada suatu pesan agar manusia sebagai makhluk hidup apa yang diinginkan saat ini jangan sampai melupakan masa depan, hal ini jelas bahwa konsep berkelanjutan yang ditawarkan merupakan suatu bentuk pemahaman akan prilaku yang di lakukan oleh setiap manusia sebagai agen perubahan yang sekarang jangan sampai merugikan orang lain di masa yang akan datang.
Ada sebuah pernyataan pada kegiatan yang diselenggarakan komisi dunia untuk pembangunan dan lingkungan (WCED) pada tahun 1984 di stocholm swedia, dalam Koosbandiah Surtikanti (2009:3) bahwa:
Manusia pada prinsipnya memiliki kemampuan untuk membuat pembangunan berkelanjutan sehingga terjamin pemenuhan kebutuhan manusia untuk hari ini tanpa mengurangi hak generasi mendatang untuk memenuhi kebutuhannya akan sumber daya alam.
Sebagai contoh yang paling dekat yaitu lingkungan pendidikan seperti sekolah kurang memperhatikan ruang terbuka hijau ini berdampak pada kualitas lingkungan
(12)
yang kurang sehat, padahal dengan kondisi lingkungan sekolah yang hijau dan nyaman dapat menunjang proses belajar mengajar.
Kesadaran yang kurang akan kebersihan lingkungan sekolah salah satu akibat penyebab kerusakan lingkungan yang berdampak pada pencemaran tanah yang dapat mempengaruhi kualitas tanah yang subur.
Sebuah pernyataan Oberlin (Stone,M. and Barlow, Z. 2005), yang membahas tentang lingkungan yang berkaitan dengan pendidikan yaitu sebagai berikut:
“All education is environmental education," writes Oberlin environmental sciences professor David Orr in his foreword. "The ecological crisis is in every way a crisis of education." Calling on a tradition that stretches from Plato to John Dewey, Orr insists on defining good education not simply as mastery of subject matter but also as cultivation of values. "Education," he writes, "[has] to do with the timeless question of how we are to live."
Berikut adalah pernyataan yang senada dari Pollan (Stone,M and Barlow, Z. 2005) dengan pernyataan diatas yang menyangkut pada masalah pendidikan dengan pendidikan lingkungan. "The ecological crisis is in part a crisis of education. This highly original volume makes a critical contribution to rethinking how we teach our children about their place in nature.”
Kedua pernyataan diatas mengemukakan permasalahan yang sama mengenai ruang lingkup pendidikan yang berhubungan dengan pendidikan lingkungan, oleh karena itu ada sebuah permasalahan yang komplek sehingga berujung pada penanganan yang melibatkan kesadaran dari setiap orang, sekaligus menciptakan kepudulian sosial yang tanggap akan kondisi lingkungan setempat.
Dengan demikian harus ada jalan keluar yang dapat memberikan pengaruh yang besar bagi terciptanya suasana lingkungan yang nyaman, sehat, bersih dan tentunya dapat menjadikan bumi ini lebih baik lagi, menurut Hart (Buchanan 2012:109) yaitu :
Ultimately, prominence of sustainability issues will need the support of all, or at least the vast majority of, teachers and teacher educators; as Hart (2003) points out, teachers and teacher educators‟ thinking, values and
(13)
5
practices matter in the provision of sustainability education.As Hart (2003, p.
17) goes on to assert: „environment matters in the school curriculum‟.
Dalam upaya ini tentunya peran pendidik mempunyai andil besar bagi terciptanya lingkungan yang bersih dan sehat sekaligus bisa memberikan pemahaman bagi seluruh siswa agar pentingnya kesadaran lingkungan bahkan diharapkan dapat membentuk kepribadian atau karakter yang baik dan nantinya tercerminkan pada setiap prilaku di kehidupan sehari-hari, dengan cara melibatkan peserta didik untuk peran serta menjaga lingkungan sekolah yang sehat sehingga menciptakan suasana yang asri dan membuat nyaman bagi seluruh orang yang berada dilingkungan sekolah.
Kegiatan yang seperti ini diharapkan menjadikan suatu pembelajaran yang menyenangkan untuk proses belajar peserta didik karena dapat langsung terlibat dalam pelestarian lingkungan setempat, hal ini bertujuan agar siswa lebih peduli terhadap permasalahan yang terjadi apalagi lingkungan yang paling dekat dengan kondisi peserta didik, yang nantinya dapat berpengaruh terhadap sikap dan prilaku yang selalu peduli terhadap kondisi-kondisi sosial yang dapat merugikan bagi orang banyak.
Peran siswa secara aktif menjaga lingkungan sekolah dapat memberikan dampak positif bagi terciptanya keadaan lingkungan yang bersih dan sehat. Oleh karena itu kebiasaan yang baik seperti ini dapat memunculkan suatu kepedulian sosial yang tertanam disetiap prilaku peserta didik.
Sangat ironis ketika melihat dari banyaknya permasalahan yang muncul dan bahkan terus bermunculan tanpa ada tindakan langsung, meskipun ide-ide yang luar biasa bermunculan dengan konsep yang menakjubkan bukan tidak mungkin solusi itu akan menjadi mustahil terlaksana dalam menangani permasalahan ini.
Peningkatan ecoliteracy dengan cara bertanam yang dilakukan oleh setiap siswa yang langsung praktik sebagai bentuk kepedulian akan kondisi lingkungan sekitar sekaligus dapat meningkatkan kepedulian sosial yang berpengaruh terhadap
(14)
pembentukan karakter. Dengan kata lain guru mempunyai peranan penting dalam mengembangkan potensi yang dimiliki oleh setiap peserta didik oleh karena itu kemampuan seorang guru harus benar-benar sebagai professional di bidangnya.
Peranan yang diemban oleh seorang pendidik bukan perkara mudah dalam hal menjalankannya, Seperti yang kita tahu kebanyakan pendidik pasti mengetahui kemampuan kognitif setiap peserta didik memungkinkan untuk berkembang sehingga disinilah tuntutan untuk bisa melihat dan membuka mata kita sebagai seorang pendidik untuk berusaha keras memberikan yang terbaik bagi perkembangan setiap anak didiknya. Sebenarnya kemampuan setiap individu itu tidak hanya dilihat dari aspek kognitifnya tetapi banyak yang perlu diperhatikan misalnya kemampuan sosial anak ataupun psikomotor dengan tuntutan seperti itu guru pasti bisa asalkan kesungguhan untuk memperbaiki keadaan yang awalnya kurang maksimal menjadi lebih baik menuju arah yang maksimal.
Proses pembelajaran yang kurang maksimal yang dilakukan oleh guru mencerminkan kompetensi yang masih harus terus diperbaiki. Oleh sebab itu guru seyogyanya harus bisa bercermin kepada anak didiknya agar mempunyai gambaran apa yang menjadi kebutuhan setiap anak didik agar di setiap proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru bisa memfasilitasi kebutuhan setiap anak didiknya.
Pada hakekatnya pendidik dipersiapakan untuk bisa mengembangkan kreativitasnya dalam memfasilitasi setiap peserta didik untuk terus berusaha mengembangkan potensinya. Hal tersebut berkaitan dengan peran seorang guru sebagai fasilitator dan motivator, dengan adanya peran guru tersebut dapat memberikan dampak positif bagi perkembangan peserta didik.
Melihat kenyataan di satuan pendidikan sekolah dasar berdasarkan observasi yang dilakukan, kebanyakan pendidik sangat kurang dalam mengembangkan pemahaman akan kesadaran menjaga lingkungan setempat (ecoliteracy) dengan cara berpartisipasi aktif dalam bertindak.
(15)
7
Ekoliterasi ketahanan hayati (EKH) adalah literasi yang mengaplikasikan berbagai konsep ekologi untuk mempromosikan pemahaman yang mendalam, refleksi kritis, kesadaran diri, keterampilan sosial dan berkomunikasi, dalam menganalisis, dan mengelola isu yang terkait dengan kesehatan/kehidupan tanaman, kesehatan/kehidupan binatang, dan risiko yang terkait dengan lingkungan.
Berdasarkan pemaparan diatas maka secara umum ecoliteracy sebagai upaya untuk memberikan pemahaman tentang pentingnya alam sekitar bagi kelangsungan hidup makhluk hidup. Oleh karena itu, kita sebagai manusia mempunyai peranan penting untuk bisa menjaga dan melestarikan alam ini, berkaitan dengan itu sebagai peneliti mempunyai tujuan untuk meningkatkan ecoliteracy tersebut dengan cara melibatkan peserta didik untuk dapat memahami pentingnya kehidupan yang sehat dengan cara bertanam berbagai macam pohon di lingkungan sekolah. Sehingga dari sinilah diharapkan peserta didik selalu bersikap dengan baik yang mencerminkan karakter yang baik pula.
Melihat dari ilmu pendidikan sosial (IPS) itu sendiri merupakan upaya membantu individu merealisasikan potensinya secara maksimal untuk membentuk sikap karena proses pembelajaran pada mata pelajaran IPS tidak semata-mata harus tercapainya kemampuan pemahaman peserta didik pada setiap materi melainkan sikap setiap individu peserta didik harus lebih diperhatikan supaya peserta didik mempunyai dasar yang kuat untuk hidup bermasyarakat, oleh karena itu, pendidik perlu menyusun dan melaksanakan kegiatan belajar mengajar yang melibatkan pada praktik langsung.
Berdasarkan latar belakang diatas maka dalam penelitian yang saya kembangkan yaitu lebih menitik beratkan pada “peningkatan ecolitercy melalui pembelajaran bertanam di lingkungan setempat (sekolah) pada anak usia sekolah dasar”.
(16)
B. Identifikasi dan Perumusan Masalah
Permasalahan yang terjadi di dalam proses pembelajaran sangat komplek ketika melakukan proses observasi, berikut sebagian dari permasalahan yang terjadi, yaitu:
1. Rendahnya aspek pemahaman akan pengetahuan yang berakibat pada sikap
ecoliterate peserta didik.
2. Rendahnya kesadaran lingkungan yang ditandai masih banyaknya peserta didik membuang sampah tidak pada tempatnya.
3. Rendahnya kepedulian sosial dalam bersikap yang belum menunjukkan sikap
ecoliterate.
4. Pendidik ataupun pihak sekolah belum bisa memfasilitasi pembelajaran di luar ruangan kelas.
Berbagai Masalah yang teridentifikasi peneliti memfokuskan masalah utama yang perlu dijawab melalui penelitian ini adalah “Bagaimana peningkatan ecoliteracy
melalui pembelajaran bertanam dapat memberikan pengaruh yang signifikan terhadap pembentukan sikap ecoliterate pada anak sekolah dasar?”.
1. Bagaimana hasil pembelajaran ecoliteracy melalui kegiatan bertanam pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) di kelas IV sekolah dasar? 2. Bagaimana dampak pembelajaran ecoliteracy melalui kegiatan bertanam
terhadap pembentukan sikap ecoliterate pada peserta didik di sekolah dasar?
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan menjawab perumusan permasalahan yang dimunculkan dengan menganalisis data yang didapat untuk mengetahui peningkatan
(17)
9
1. Mengetahui hasil ecoliteracy melalui pembelajaran bertanam pada peserta didik sekolah dasar kelas IV.
2. Mengetahui dampak pembelajaran ecoliteracy melalui pembelajaran bertanam terhadap pembentukan sikap ecoliterate pada peserta didik di sekolah dasar.
D. Manfaat Penelitian
Hasil yang diperoleh dalam Penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah ilmu pengetahuan terutama yang terkait dengan judul penelitian dan berguna bagi :
1. Siswa
Penelitian ini dapat memberikan pengalaman belajar yang lebih bermakna sehingga siswa dapat memiliki sikap yang baik bagi dirinya maupun dapat memberikan contoh yang baik bagi orang lain.
2. Guru
Hasil penelitian ini dapat dijadikan suatu referensi pada pengembangan pembelajaran terutama dalam mengembangkan sikap peserta didik melalui kegiatan bertanam dengan tujuan untuk meningkatan ecoliteracy di sekolah dasar.
3. Sekolah
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan sehingga dapat memperkaya bahan bacaan di sekolah tersebut.
E. Struktur Organisasi Tesis
Pada bab pertama dimulai dari pendahuluan pendahuluan yang terdiri dari Latar Belakang Penelitian, Identifikasi dan Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, struktur organisasi tesis. Selanjutnya bab II kajian teori yang membahas tentang Peningkatan Ecoliteracy Melalui Pembelajaran Bertanam Pada Peserta Didik Usia Sekolah Dasar yang terdiri dari pemaparan teori Ecoliteracy, Pentingnya Ecoliteracy pada Mata Pelajaran IPS, Pendidikan Lingkungan pada Mata
(18)
Pelajaran IPS, Pembelajaran Bertanam. Berlanjut ke bab III metodologi penelitian yang terdiri dari desain Lokasi dan Subyek Penelitian, Desain Penelitian, Metode Penelitian, Instrumen Penelitian, Teknik Pengumpulan Data, dan Analisis Data, selanjutnya pada bab IV hasil dan pembahasan Hasil Penelitian, dan bab V kesimpulan dan saran yang berisikan, Kesimpulan, dan Saran dan yang terakhir yaitu daftar pustaka.
(19)
BAB III
METODE PENELITIAN
Penelitian yang akan dilakukan yaitu penelitian tindakan kelas (PTK) hal ini dimaksudkan untuk meningkatkan ecoliteracy melalui kegiatan bertanam pada tingkat sekolah dasar yang berfokus pada proses pembelajaran, dengan kata lain penelitian tindakan kelas ini bertujuan untuk melakukan suatu proses perbaikan dalam memperbaiki pembelajaran dengan cara melakukan suatu tindakan yang diperlukan sehingga dapat memecahkan permasalahan untuk proses selanjutnya berupa siklus yang terus berlanjut sampai memperoleh data yang diperlukan.
A. Desain Lokasi dan Subyek Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan pada semester 2 tahun ajaran 2012/2013 di kelas IV SDN Sindangsuka V kecamatan Cibatu kabupaten Garut, sedangkan yang menjadi subjek penelitian yaitu siswa kelas IV dengan jumlah 19 orang dengan fokus penelitian pada mata pelajaran ilmu pengetahuan sosial (IPS).
B. Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan berbentuk siklus dengan beberapa siklus yang dilaksanakan dengan maksud untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Menurut Arikunto (2007: 3), 'penelitian tindakan kelas merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama'. Desain penelitian yang dilaksanakan adalah model Elliot (Emzir, 2008:239) mengemukakan bahwa hal-hal yang terpenting dalam desain penelitian adalah sebagai berikut:
1. Pada awalnya suatu pendirian eksploratori diadopsi, pemahaman masalah dikembangkan, dan rencana dibuat untuk beberapa bentuk strategi intervensi.
(20)
2. Kemudian intervensi dilakukan
3. Selama dan sekitar waktu intervensi, pengamatan dilakukan dalam berbagai bentuk
4. Strategi intervensi baru dilakukan, dan proses siklus diulangi, dilanjutkan sampai pemahaman yang cukup (penerapan solusi yang mampu untuk) terhadap suatu masalah diperoleh.
Pelaksanaan penelitian ini berbentuk siklus dan setiap siklusnya terdiri dari dua tindakan, dilaksanakan berulang dan berkelanjutan dengan langkah-langkah yang ditempuh adalah.
1. menetapkan kelas yang akan dijadikan subjek penelitian;
2. menyusun rancangan kegiatan yang sesuai dengan materi dan kondisi siswa; 3. membuat rencana pembelajaran;
4. mempersiapkan cara dan alat/instrumen pemantau/perekam data; 5. mengumpulkan dan menganalisis data;
6. membuat kesimpulan
Perencanaan
Pelaksanaan SIKLUS I
Pengamatan
Perencanaan
SIKLUS II
Pengamatan
Pelaksanaan Refleksi
Refleksi
Perencanaan SIKLUS III
(21)
28
Gambar 3.1 Desain PTK Model John Elliott (Mujiono et al. 2007:130)
Penelitian dilaksanakan sesuai dengan rencana yang disusun sebelumnya. Pelaksanaan tindakan terdiri dari proses pembelajaran, evaluasi dan refleksi yang dilakukan dalam setiap tindakan. Adapun pelaksanaannya dilakukan dalam III siklus. 1. Perencanaan
Sebagai langkah awal penelitian ini, peneliti membuat proposal penelitian dengan sebelumnya melakukan beberapa tahapan penelitain, mengingat penelitian tindakan kelas merupakan penelitian yang berdasar pada permasalahan-permasalahan yang ada di dalam kelas.
Adapun tahapan pertama, peneliti menentuan sekolah dan tempat penelitian, kemudian meminta izin kepada Kepala Sekolah SDN Sindangsuka V kecamatan Cibatu Kabupaten Garut untuk melakukan observasi penelitian sekaligus meminta bantuan kepada guru sebagai pengajar dalam kegiatan penelitian.
Ketika izin penelitian telah diberikan oleh Kepala Sekolah dan guru kelas pun bersedia membantu, maka langkah selanjutnya adalah peneliti melakukan observasi dan wawancara yang dimaksudkan untuk mendapatkan gambaran awal mengenai kondisi dan situasi siswa kelas IV SDN Sindangsuka V yang dijadikan sumber penelitian. Setelah itu, peneliti mulai mengidentifikasi permasalahan dengan diantaranya melakukan pengkajian pada Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) kelas IV SD dan standar kompetensi dan kompetensi dasar kelas IV SD, menelaah buku-buku yang dipergunakan selama pembelajaran dan materi pembelajaran yang dituangkan dalam RPP, dan menentukan metode pembelajaran.
Izin dan permasalahan penelitian ditemukan dan ditentukan, peneliti pun mulai mengajuankan proposal penelitian kepada dosen pembimbing guna dapat diajukan untuk dapat mengikuti seminar proposal. Setelah proposal penelitian disetujui maka peneliti mulai menyusun dan menetapkan teknik pengumpuan data. Selanjutnya, peneliti memberikan arahan kepada guru selaku pengajar mengenai instumen-instrumen apa saja yang diteliti.
(22)
2. Pelaksanaan
Tahap ini merupakan implementasi dari serangkaian kegiatan yang telah di rencanakan. Pada tahap ini peneliti melaksanakan tindakan, berdasarkan semua rencana pengembangan, sebagai upaya perbaikan dan peningkatan atau perubahan yang diinginkan. Dalam hal ini pembelajaran IPS untuk meningkatkan Ecoliteracy.
Adapun bentuk tahapan pelaksanaan ini meliputi: a. Siklus I
1) Perencanaan
Berdasarkan hasil temuan awal, peneliti dan guru secara bekerjasama (kolaboratif) merancang rencana tindakan peneliti bersama guru mulai merancang RPP, lembar tes dan lembar observasi, serta menentukan materi pembelajaran yang akan dilaksanakan.
2) Pelaksanaan
Untuk mendukung pembelajaran di siklus ini, guru menyediakan bentuk-bentuk bangunan beserta contohnya dalam bentuk-bentuk barang – barang yang ada di dalam kelas yang dijadikan sebagai media pembelajaran. Di samping itu, pada tahap ini, guru melaksanakan pembelajaran sesuai RPP yang telah dibuat sesuai dengan permasalahan yang ditemukan. Kegiatan diawali dengan pendahuluan, lalu kegiatan inti dan penutup.
3) Pengamatan
Dalam penelitian ini, peneliti bertindak langsung sebagai pengamat. Sedangkan pengamatan sendiri dilaksanakan ketika kegiatan pembelajaran di kelas berlangsung dengan menggunakan lembar observasi yang telah dibuat sebelumnya. Pengamatan pelaksanaan pembelajaran pada siklus I dijadikan sebagai masukkan pada siklus II.
(23)
30
Pada tahap ini, peneliti bersama guru berdiskusi dan menganalisis hasil pelaksanaan kegiatan pembelajaran pada siklus I, lembar tes dan lembar observasi. Hasil refleksi dilakukan untuk mengetahui sejauh mana peningkatan yang dicapai dalam pembelajaran siklus I sebagai masukan pelaksanaan tindakan pada siklus II.
b. Siklus II
1) Perencanaan
Setelah kegiatan penelitian siklus I selesai, dilanjutkan dengan penelitian siklus II. Pada tahap perencanaan siklus II, peneliti dibantu oleh guru merancang RPP sesuai refleksi siklus I, lembar tes dan lembar observasi, serta menentukan materi pembelajaran yang akan dilaksanakan.
Pada siklus II kali ini guru tidak memerlukan media dan alat pembelajaran secara langsung, namun pada kesempatan ini siswa akan diajak untuk mengamati benda-benda yang ada di lingkungan sekolah secara menyeluruh. Dengan metode seperti ini siswa diajak untuk berimajinasi, mengasah kreativitas dan mengasah kepekaannya akan lingkungan sekitar. 2) Pelaksanaan
Dalam tahap ini guru melaksanakan pembelajaran sesuai RPP yang telah dibuat. Kegiatan diawali dengan pendahuluan, kegiatan inti dan penutup sesuai dengan refleksi pada siklus I.
3) Pengamatan
Pengamatan dilaksanakan ketika kegiatan pembelajaran di kelas berlangsung dengan menggunakan lembar observasi yang telah dibuat sebelumnya. Pengamatan pelaksanaan pembelajaran pada siklus II dijadikan sebagai masukkan pada siklus III.
4) Refleksi
Pada tahap ini, peneliti bersama guru berdiskusi dan menganalisis hasil pelaksanaan kegiatan pembelajaran pada siklus II, lembar wawancara dan
(24)
lembar observasi. Hasil refleksi dilakukan untuk mengetahui sejauh mana peningkatan yang dicapai dalam pembelajaran siklus II sebagai masukan pelaksanaan tindakan pada siklus III.
c. Siklus III 1) Perencanaan
Setelah kegiatan penelitian siklus II selesai, dilanjutkan dengan penelitian siklus III. Penelitian siklus III ini dimulai dengan tahap perencanaan peneliti bersama guru merancang RPP sesuai refleksi siklus II, lembar tes dan lembar observasi, serta menentukan materi pembelajaran yang akan dilaksanakan.
2) Pelaksanaan
Pada tahap ini, guru melaksanakan pembelajaran sesuai RPP yang telah dibuat. Kegiatan diawali dengan pendahuluan, kegiatan inti dan penutup sesuai dengan refleksi pada siklus II.
3) Pengamatan
Pengamatan dilaksanakan ketika kegiatan pembelajaran di kelas berlangsung dengan menggunakan lembar observasi yang telah dibuat sebelumnya.
4) Refleksi
Pada tahap ini, peneliti bersama guru berdiskusi dan menganalisis hasil pelaksanaan kegiatan pembelajaran pada siklus III, lembar tes dan lembar observasi. Hasil refleksi dilakukan untuk mengetahui sejauh mana peningkatan yang dicapai dalam pembelajaran siklus III.
C. Metode Penelitian
Classroom action research yang sering disebut penelitian tindakan kelas (PTK) merupakan suatu langkah yang saya akan lakukan dalam penelitian ini untuk
(25)
32
peningkatan ecoliteracy melalui kegiatan pembelajaran bercocok tanam pada anak usia sekolah dasar (SD), kegiatan penelitian dilakukan oleh guru kelas dengan alasan bahwa pigur pendidik yang sudah dikenal oleh peserta didik sehingga dapat dengan mudah menyesuaikan dengan kondisi lingkungan sekolah maupun karakteristik dari setiap peserta didiknya, dengan melibatkan pigur seorang pendidik di sekolah tersebut maka penelitian ini berkolaborasi antara peneliti dengan pendidik yang dinamakan penelitian kolaboratif.
Dalam bidang penelitian dibidang pendidikan kolaboratif ini dapat memberikan kemudahan bagi peserta didik dalam mengenal pigur seorang pendidik yang tidak asing bagi peserta didik, dengan melaksanakan penelitian tindakan kelas ini (PTK) dapat memberikan penanganan yang maksimal dikarenakan langsung bersentuhan dengan peserta didik sehingga berbagai persoalan yang timbul di kelas dapat ditangani langsung oleh pendidik.
Maka secara langsung penelitian tindakan kelas (PTK) ini sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan kemampuan peserta didik dalam proses pembelajaran yang dilakukan oleh pendidik, dan tidak hanya itu pendidik dapat berperan langsung dalam mengembangkan kurikulum sehingga materi yang diajarkan selalu memperhatikan perkembangan yang dialami oleh setiap peserta didik. Dengan demikian penelitian tindakan kelas (PTK) dapat meneliti kegiatan pembelajaran yang dilakukan di dalam kelasnya. Dengan melaksanakan tindakan, kemudian direfleksikan lalu diperbaiki untuk melaksanakan siklus selanjutnya.
D. Instrumen Penelitian
Instrumen ini dikembangkan untuk melihat pelaksanakan setiap siklus yang dilakukan, dengan adanya instrumen memungkinkan untuk melihat sejauhmana perkembangan yang dialami oleh setiap siswa dalam proses pembelajaran, diantaranya lembar observasi, pedoman tes dan dokumen.
(26)
Lembar observasi untuk mengetahui sejauh mana proses pembelajaran dengan pengembangan ecoliteracy dalam pembelajaran yang didasarkan pada pengalaman secara langsung, baik itu lembar observasi guru maupun lembar observasi untuk siswa.
Untuk meningkatkan ecoliteracy peserta didik maka disusunlah intrumen sebagai acuan untuk menilai sejauhmana perkembangan pada setiap peserta didik, berikut ini kisi-kisi intrumen penelitian pada table 3.1:
Tabel 3.1
Kisi-Kisi Instrumen Penelitian
TUJUAN VARIABEL DATA/SUB
VARIABEL INDIKATOR KETERCAPAIAN TEKNIK PENGUMP ULAN DATA SUMBE R DATA Meningkatk an ecoliteracy pada peserta didik Mengintegras ikan kecerdasan emosional, social, dan ekologi 1)Developing Empathy for All Forms of Life
(mengemban gkan empati untuk segala bentuk kehidupan)
a. menyiram tanaman
secara rutin
b. ketika melihat tanaman layu maka siswa sigap untuk menyiram
c. tidak merusak tanaman
Observasi Peserta
didik
2)Embracing Sustainability
as a
Community Practice (merangkul keberlanjutan sebagai sebuah praktik kelompok)
a. saling membantu antar
kelompok dalam memelihara tanaman (menyiram, memupuk, dll)
b. Adanya kerjasama
yang baik dalam setiap anggota kelompok dalam memelihara tanaman.
c. saling mengingatkan
ketika ada yang membuang sampah sembarangan (tidak pada tempatnya)
Observasi Peserta
didik
3)Making the Invisible
a. siswa dapat
menjelaskan kenapa
(27)
34 Visible (membuat yang tidak kelihatan menjadi terlihat) gejala alam/bencana alam dapat terjadi b. siswa dapat
memberikan solusi dari permasalahan tersebut.
didik
TUJUAN VARIABEL DATA/SUB
VARIABEL INDIKATOR KETERCAPAIAN TEKNIK PENGUMP ULAN DATA SUMBE R DATA Meningkatk an ecoliteracy pada peserta didik Mengintegras ikan kecerdasan emosional, social, dan ekologi 4)Anticipatin g Unintended Consequence s
(Mengantisip asi
konsekuensi
yang tidak
diinginkan)
a. menjaga kebersihan
sekolah ataupun kelas (rutinitas)
b. membiasakan
membuang sampah
terpisah antara organik dan anorganik
Observasi Peserta
didik
5)Understand ing How Nature Sustains Life (Memahami bagaimana alam menopang kehidupan)
a. siswa mampu
menjelaskan prilaku
yang tidak disiplin
dapat merugikan ala mini maupun makhluk hidup yang ada dimuka bumi ini.
b. Siswa dapat
mengidentifikasi dari
gejala/bencana alam
yang terjadi
Tes lisan Peserta
didik
2. Lembar Tes
Kegiatan yang dilakukan dalam proses tes lisan ini untuk memperoleh informasi ketika proses pembelajaran selesai. Dalam hal ini, tes lisan dilakukan melalui pertanyaan yang telah disiapkan sesuai apa yang diperlukan untuk mengetahui pemahaman peserta didik.
(28)
Dalam penelitian ini dokumen yang diperlukan yaitu rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), dan foto-foto kegiatan ketika berlangsung. Dokumen ini digunakan untuk memperjelas sekaligus sebagai bukti penguatan data kegiatan penelitian tindakan kelas (PTK) ini.
E. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data pada proses penelitian merupakan langkah yang paling penting untuk memperoleh data yang diperlukan dan nantinya sebagai pembuktian. Berikut adalah teknik yang dilakukan oleh peneliti untuk memperoleh data yang diperlukan :
1. Observasi
Untuk mendapatkan data yang akurat dalam penelitian dengan cara melakukan pengamatan dengan menggunakan format observasi dengan tujuan untuk mengetahui kendala-kendala dalam proses pembelajaran kemudian observer mendiskusikannya dengan peneliti.
2. Catatan Lapangan
Untuk mengetahui keadaan atau kondisi kelas ketika pembelajaran berlangsung dari mulai awal pembelajaran sampai akhir dengan tujuan mencatat temuan-temuan kemudian dapat digunakan untuk mengembangkan atau perbaikan pada tindakan selanjutnya.
3. Lembar Tes
Tes dilakukan peneliti kepada peserta didik untuk mengetahui pemahaman tentang kemampuan ecoliteracy dengan mengajukan sejumlah pertanyaan-pertanyaan.
(29)
36
Dokumentasi dilakukan untuk mencari data mengenai hal-hal yang berupa catatan-catatan dan foto hasil tindakan yang dilakukan peneliti pada setiap siklusnya, apabila suatu saat terjadi kekeliruan sumber datanya.
F. Analisis Data
Analisis data yang dilakukan pada penelitian ini yaitu dengan cara mengumpulkan lembar observasi dan lembar tes. Dengan demikian untuk dapat memperoleh hasil yang diinginkan maka data-data tersebut dianalisis sehingga nantinya dapat menjadikan sebuah acuan dalam pengolahan data untuk mengetahui peningkatan yang dialami oleh peserta didik.
Perhitungan rata-rata
∑
Keterangan: X :Nilai rata-rata kelas ΣN: Jumlah nilai total kelas
n: Jumlah siswa
Pengolahan nilainya adalah sebagai berikut:
Nilai yang diperoleh = Perolehan Skor x 100 Skor Ideal
Rentang nilai observasi
Nilai 0 – 25 : kurang Nilai 26 – 51 : cukup Nilai 52 – 77 : baik Nilai 78 – 100 : sangat baik
Rentang hasil observasi:
Kurang = 5 - 8
(30)
Baik = 13 – 15
Skor hasil tes
Skor 25 : sesuai dengan jawaban Skor 16 : hampir tepat
Skor 9 : kurang tepat Skor 0 : tidak tepat
Rentang hasil tes
Nilai 26 – 41 : kurang Nilai 42 – 56 : cukup Nilai 57 – 71 : baik Nilai 72 – 100 : sangat baik
Korelasi antara nilai ecoliteracy dengan sikap ecoliterate
Ʃᵪᵧ = Jumlah hasil dari x dan y Ʃx² = Hasil dari X - ̅
ƩƳ² = Hasil dari Y - ̅
TABEL 3.2
PEDOMAN UNTUK MEMBERIKAN INTERPRETASI KOEFISIEN KORELASI
Interval Koefisien Tingkat Hubungan 0,00 - 0.199
0.20 - 0.399 0.40 - 0.599
Sangat Rendah Rendah
(31)
38
0.60 - 0.799 0.80 - 1.000
Kuat Sangat Kuat
(32)
76
Fajar Kusumah Solihin, 2013
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas mengenai peningkatan
ecoliteracy melalui kegiatan bertanam pada mata pelajaran ilmu pengetahuan sosial (IPS) di kelas IV Sekolah Dasar Negeri Sindangsuka V kecamatan Cibatu kabupaten Garut maka didapat kesimpulan bahwa:
1. Berikut hasil pembelajaran ecoliteracy melalui kegiatan bertanam
Berdasarkan pembahasan maka dapat disimpulkan bahwa hasil ini ditandai dari tes lisan siklus I, yaitu pemahaman belum bisa dikatakan positif dilihat dari hampir seluruh peserta didik mendapatkan hasil yang kurang yaitu sebanyak 13 orang (68,42%) sedangkan nilai peserta didik yang hasilnya cukup sebanyak 6 orang (31,58%). Hasil yang diperoleh peserta didik berdasarkan apa yang dilakukan oleh pendidik/guru dalam merencanakan proses pembelajaran berdasarkan poin-poin yang dirumuskan oleh Goleman et al (2012:10-11).
Selanjutnya untuk hasil tes lisan di siklus II Pada hasil tes peserta didik pada siklus II, terlihat jelas bahwa pemahaman sudah bisa dikatakan positif dilihat dari hampir seluruh peserta didik mendapatkan hasil yang baik yaitu sebanyak 17 orang (89,47%) sedangkan nilai peserta didik yang hasilnya cukup sebanyak 2 orang (10,52%).
Pada tabel hasil tes peserta didik terlihat jelas bahwa pemahaman sudah bisa dikatakan positif dilihat dari hampir seluruh peserta didik mendapatkan hasil yang
baik yaitu sebanyak 14 orang (73,70%) sedangkan nilai peserta didik yang hasilnya
sangat baik sebanyak 5 orang (26,31%).
2. Dampak pembelajaran ecoliteracy terhadap pembentukan sikap ecoliterate pada peserta didik di sekolah dasar
(33)
77
Dampak pembelajaran ecoliteracy terhadap pembentukan sikap ecoliterate
dapat dilihat berdasarkan hubungannya. Pada siklus 1 interpetasi mencapai 0,44 berada pada tingkat sedang dilihat dari tabel pedoman interpretasi koefisiaen korelasi. Selanjutnya hubungan antara hasil ecoliteracy dengan sikap ecoliterate
pada siklus 2 interpetasi mencapai 0,30 berada pada tingkat rendah dibandingkan hubungan pada siklus ke-1. Pada siklus 3 interpetasi mencapai 0,75 berada pada tingkat kuat dilihat dari tabel pedoman interpretasi koefisiaen korelasi.
Dengan demikian, hubungan yang diharapkan dapat mempengaruhi sikap pada setiap peserta didik sudah mulai terbentuk antara pemahaman yang dimilikinya dengan sikap yang ditunjukannya.
B. Saran-saran
Ada beberapa saran yang perlu disampaikan dalam penelitian tindakan kelas ini, untuk lebih menghargai pentingnya kesadaran lingkungan yaitu sebagai berikut:
1. Peserta Didik
Peserta didik lebih memahami pentingnya kesadaran lingkungan dengan cara menjaga lingkungan atau berprilaku ecoliterate, baik itu di lingkungan sekolah maupun rumah masing-masing.
2. Pendidik
Pendidik sebaiknya memperhatikan cara pembelajaran dengan praktik langsung untuk membantu peserta didik dalam memperoleh pemahamannya melalui kegiatan langsung.
3. Sekolah
Diharapkan pihak sekolah menyediakan fasilitas belajar di luar ruangan untuk menunjang kegiatan pembelajaran.
(34)
Daftar Pustaka
Arikunto, S., Suhardjono, dan Supardi. (2008). Penelitian Tindakan Kelas. Jarkarta: Bumi Aksara.
Bibla,S dan Dudar,E (2012). EcoSchools Certification Toolkit [online]. Tersedia http://www.tdsb.on.ca/wwwdocuments/programs/ecoschools/docs/ToolKit%
202012%20FINAL%20Low%20res.pdf [03 Februari 2013]
Buchanan, J.(2013). “Sustainability Education and Teacher Education: Finding a Natural Habitat?” Australian Journal of Environmental Education, vol. 28(2), 108–124.
Capra,F. (2004). Ecology and community. [Online]. Available at: http://www.ecoliteracy.org/essays/ecology-and-community [15 Juli 2013] Capra, F (2002). Jaring-jaring kehidupan. Yogyakarta: Fajar pustaka baru.
Capra,F.(2009). The Hidden Connections (Strategi Sistimatik Melawan Kapitalisme Baru). Surabaya: PT.Jalasutra.
Center for ecoliteracy (2007). Getting Started A Guide for Creating School Gardens
as Outdoor Classrooms.[online]. Available at:
http://www.ecoliteracy.org/downloads/getting-started. [02 Februari 2013] center for ecoliteracy (2013). School Gardens. [Online]. Available at:
http://www.ecoliteracy.org/change/school-gardens. [02 Februari 2013] Elliott,S dan Davis,J.(2009). “Exploring The Resistance: An Australian Perspective
On Educating For Sustainability In Early Childhood” International Journal of Early Childhood, Vol. 41, (2), 65-77.
Emzir. (2008). Metodologi Penelitian Pendidikan Kuantitatif dan Kualitatif. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Fleischer, S. (2010). Emerging beliefs frustrate ecological literacy and meaning-making for students[online]. Journal of Springer Science Business. 6, 235– 241.
(35)
79
Gunawan (2011). Upaya Meningkatkan Keterampilan Berkelompok Mahasiswa Dalam Ekoliterasi Ketahanan Hayati Melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe Investigasi Kelompok, Dan Pendekatan Artistik Digital. Jurnal Santiaji Pendidikan. 1, (2), 51-61.
Goleman,D. Bennett,L. and Barlow,Z. (2012). Ecoliterate: How Educators Are Cultivating Emotional, Social, and Ecological Intelligence.[online]. Tersedia: http://www.ecoliteracy.org/essays/five-ecoliterate-practices[2 Januari 2013]
Hamzah, S. (2013). Pendidikan lingkungan, sekelumit wawasan pengantar. Bandung: PT.refika aditama.
Jarolimek, J. Parker,W.C.(1993). Social Studies In Elementary Education. New York: macmillan Publishing Company.
Koosbandiah surtikanti,H. (2009). Biologi Lingkungan.Bandung: Prisma Press Prodaktama.
Kunandar. (2009). Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas sebagai Pengembangan Profesi Guru. Jakarta: Raja Grapindo Persada.
Mujiono,e al.(2007), Metode Penelitian pendidikan SD. Bandung: UPI PRESS. Muslich, M. 2009. Melaksanakan PTK Itu Mudah Classroom Action Research.
Jakarta : Bumi Aksara.
Neolaka, A. (2008). Kesadaran Lingkungan. Jakarta: Rineka cipta.
Orr, D.W. (1992). Ecological Literacy Education and the Transition to a postmodern world. New York: State University Of New York Press.
Sapriya. (2011). Pendidikan IPS. Bandung:PT.Remaja Rosdakarya.
Savage,Tom,V. and Armstrong,David,G.(1996). Effective Teaching in Social Studies. New Jersey: Prentice Hall.
Semetsky,I. (2010). Ecoliteracy and Dewey's educational philosophy: implications for future leaders [online], Vol 12 (1), 31-44 halaman. Tersedia : http://dx.doi.org/10.1108/14636681011020164 [04-01-2013]
(36)
Sugiyono. (2008). Metode Penelitian Pendidikan Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung: Alfabeta
Surata, et al.(2010). Social Network Analysis For Assessing Social Capital In Biosecurity Ecoliteracy [online]. Vol 17. Tersedia
http://journal.um.ac.id/index.php/jip/article/view/2724 [2 Desember 2012]
Stone, M and Barlow, Z. (2005). Ecological Literacy: Educating Our Children for a Sustainable World (Bioneers)[online]. Sierra Club Books. Tersedia:
http://www.ecoliteracy.org/books/ecological-literacy-educating-our-children-sustainable-world [ 20 Desember 2012]
Stone, M and Barlow, Z. (2005). Ecological Literacy: Educating Our Children for a Sustainable World. San Francisco:Sierra Club Books.
(1)
38
Fajar Kusumah Solihin, 2013
Peningkatan Ecoliteracy Melalui Kegiatan Bertanam Pada Mata Pelajaran IPS Di Kelas IV (empat) SDN Sindangsuka
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 0.60 - 0.799
0.80 - 1.000
Kuat Sangat Kuat
(2)
76
Fajar Kusumah Solihin, 2013
Peningkatan Ecoliteracy Melalui Kegiatan Bertanam Pada Mata Pelajaran IPS Di Kelas IV (empat) SDN Sindangsuka
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas mengenai peningkatan
ecoliteracy melalui kegiatan bertanam pada mata pelajaran ilmu pengetahuan sosial (IPS) di kelas IV Sekolah Dasar Negeri Sindangsuka V kecamatan Cibatu kabupaten Garut maka didapat kesimpulan bahwa:
1. Berikut hasil pembelajaran ecoliteracy melalui kegiatan bertanam
Berdasarkan pembahasan maka dapat disimpulkan bahwa hasil ini ditandai dari tes lisan siklus I, yaitu pemahaman belum bisa dikatakan positif dilihat dari hampir seluruh peserta didik mendapatkan hasil yang kurang yaitu sebanyak 13 orang (68,42%) sedangkan nilai peserta didik yang hasilnya cukup sebanyak 6 orang (31,58%). Hasil yang diperoleh peserta didik berdasarkan apa yang dilakukan oleh pendidik/guru dalam merencanakan proses pembelajaran berdasarkan poin-poin yang dirumuskan oleh Goleman et al (2012:10-11).
Selanjutnya untuk hasil tes lisan di siklus II Pada hasil tes peserta didik pada siklus II, terlihat jelas bahwa pemahaman sudah bisa dikatakan positif dilihat dari hampir seluruh peserta didik mendapatkan hasil yang baik yaitu sebanyak 17 orang (89,47%) sedangkan nilai peserta didik yang hasilnya cukup sebanyak 2 orang (10,52%).
Pada tabel hasil tes peserta didik terlihat jelas bahwa pemahaman sudah bisa dikatakan positif dilihat dari hampir seluruh peserta didik mendapatkan hasil yang baik yaitu sebanyak 14 orang (73,70%) sedangkan nilai peserta didik yang hasilnya sangat baik sebanyak 5 orang (26,31%).
2. Dampak pembelajaran ecoliteracy terhadap pembentukan sikap ecoliterate pada peserta didik di sekolah dasar
(3)
77
Fajar Kusumah Solihin, 2013
Peningkatan Ecoliteracy Melalui Kegiatan Bertanam Pada Mata Pelajaran IPS Di Kelas IV (empat) SDN Sindangsuka
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Dampak pembelajaran ecoliteracy terhadap pembentukan sikap ecoliterate
dapat dilihat berdasarkan hubungannya. Pada siklus 1 interpetasi mencapai 0,44 berada pada tingkat sedang dilihat dari tabel pedoman interpretasi koefisiaen korelasi. Selanjutnya hubungan antara hasil ecoliteracy dengan sikap ecoliterate
pada siklus 2 interpetasi mencapai 0,30 berada pada tingkat rendah dibandingkan hubungan pada siklus ke-1. Pada siklus 3 interpetasi mencapai 0,75 berada pada tingkat kuat dilihat dari tabel pedoman interpretasi koefisiaen korelasi.
Dengan demikian, hubungan yang diharapkan dapat mempengaruhi sikap pada setiap peserta didik sudah mulai terbentuk antara pemahaman yang dimilikinya dengan sikap yang ditunjukannya.
B. Saran-saran
Ada beberapa saran yang perlu disampaikan dalam penelitian tindakan kelas ini, untuk lebih menghargai pentingnya kesadaran lingkungan yaitu sebagai berikut:
1. Peserta Didik
Peserta didik lebih memahami pentingnya kesadaran lingkungan dengan cara menjaga lingkungan atau berprilaku ecoliterate, baik itu di lingkungan sekolah maupun rumah masing-masing.
2. Pendidik
Pendidik sebaiknya memperhatikan cara pembelajaran dengan praktik langsung untuk membantu peserta didik dalam memperoleh pemahamannya melalui kegiatan langsung.
3. Sekolah
Diharapkan pihak sekolah menyediakan fasilitas belajar di luar ruangan untuk menunjang kegiatan pembelajaran.
(4)
78
Fajar Kusumah Solihin, 2013
Peningkatan Ecoliteracy Melalui Kegiatan Bertanam Pada Mata Pelajaran IPS Di Kelas IV (empat) SDN Sindangsuka
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Daftar Pustaka
Arikunto, S., Suhardjono, dan Supardi. (2008). Penelitian Tindakan Kelas. Jarkarta: Bumi Aksara.
Bibla,S dan Dudar,E (2012). EcoSchools Certification Toolkit [online]. Tersedia http://www.tdsb.on.ca/wwwdocuments/programs/ecoschools/docs/ToolKit% 202012%20FINAL%20Low%20res.pdf [03 Februari 2013]
Buchanan, J.(2013). “Sustainability Education and Teacher Education: Finding a Natural Habitat?” Australian Journal of Environmental Education, vol. 28(2), 108–124.
Capra,F. (2004). Ecology and community. [Online]. Available at: http://www.ecoliteracy.org/essays/ecology-and-community [15 Juli 2013] Capra, F (2002). Jaring-jaring kehidupan. Yogyakarta: Fajar pustaka baru.
Capra,F.(2009). The Hidden Connections (Strategi Sistimatik Melawan Kapitalisme Baru). Surabaya: PT.Jalasutra.
Center for ecoliteracy (2007). Getting Started A Guide for Creating School Gardens as Outdoor Classrooms.[online]. Available at: http://www.ecoliteracy.org/downloads/getting-started. [02 Februari 2013] center for ecoliteracy (2013). School Gardens. [Online]. Available at:
http://www.ecoliteracy.org/change/school-gardens. [02 Februari 2013] Elliott,S dan Davis,J.(2009). “Exploring The Resistance: An Australian Perspective
On Educating For Sustainability In Early Childhood” International Journal of Early Childhood, Vol. 41, (2), 65-77.
Emzir. (2008). Metodologi Penelitian Pendidikan Kuantitatif dan Kualitatif. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Fleischer, S. (2010). Emerging beliefs frustrate ecological literacy and meaning-making for students[online]. Journal of Springer Science Business. 6, 235– 241.
(5)
79
Fajar Kusumah Solihin, 2013
Peningkatan Ecoliteracy Melalui Kegiatan Bertanam Pada Mata Pelajaran IPS Di Kelas IV (empat) SDN Sindangsuka
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Gunawan (2011). Upaya Meningkatkan Keterampilan Berkelompok Mahasiswa Dalam Ekoliterasi Ketahanan Hayati Melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe Investigasi Kelompok, Dan Pendekatan Artistik Digital. Jurnal Santiaji Pendidikan. 1, (2), 51-61.
Goleman,D. Bennett,L. and Barlow,Z. (2012). Ecoliterate: How Educators Are Cultivating Emotional, Social, and Ecological Intelligence.[online]. Tersedia: http://www.ecoliteracy.org/essays/five-ecoliterate-practices[2 Januari 2013]
Hamzah, S. (2013). Pendidikan lingkungan, sekelumit wawasan pengantar. Bandung: PT.refika aditama.
Jarolimek, J. Parker,W.C.(1993). Social Studies In Elementary Education. New York: macmillan Publishing Company.
Koosbandiah surtikanti,H. (2009). Biologi Lingkungan.Bandung: Prisma Press Prodaktama.
Kunandar. (2009). Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas sebagai Pengembangan Profesi Guru. Jakarta: Raja Grapindo Persada.
Mujiono,e al.(2007), Metode Penelitian pendidikan SD. Bandung: UPI PRESS. Muslich, M. 2009. Melaksanakan PTK Itu Mudah Classroom Action Research.
Jakarta : Bumi Aksara.
Neolaka, A. (2008). Kesadaran Lingkungan. Jakarta: Rineka cipta.
Orr, D.W. (1992). Ecological Literacy Education and the Transition to a postmodern world. New York: State University Of New York Press.
Sapriya. (2011). Pendidikan IPS. Bandung:PT.Remaja Rosdakarya.
Savage,Tom,V. and Armstrong,David,G.(1996). Effective Teaching in Social Studies. New Jersey: Prentice Hall.
Semetsky,I. (2010). Ecoliteracy and Dewey's educational philosophy: implications for future leaders [online], Vol 12 (1), 31-44 halaman. Tersedia : http://dx.doi.org/10.1108/14636681011020164 [04-01-2013]
(6)
Fajar Kusumah Solihin, 2013
Peningkatan Ecoliteracy Melalui Kegiatan Bertanam Pada Mata Pelajaran IPS Di Kelas IV (empat) SDN Sindangsuka
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Sugiyono. (2008). Metode Penelitian Pendidikan Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung: Alfabeta
Surata, et al.(2010). Social Network Analysis For Assessing Social Capital In Biosecurity Ecoliteracy [online]. Vol 17. Tersedia
http://journal.um.ac.id/index.php/jip/article/view/2724 [2 Desember 2012]
Stone, M and Barlow, Z. (2005). Ecological Literacy: Educating Our Children for a Sustainable World (Bioneers)[online]. Sierra Club Books. Tersedia:
http://www.ecoliteracy.org/books/ecological-literacy-educating-our-children-sustainable-world [ 20 Desember 2012]
Stone, M and Barlow, Z. (2005). Ecological Literacy: Educating Our Children for a Sustainable World. San Francisco:Sierra Club Books.