Analisa Atas Pemeriksaan Pajak Dan Penagihan Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Wilayah Bandung

(1)

Analytical of Tax Audit and Tax Collection toward to Tax Compliance in Bandung Small Taxpayer Office

SKRIPSI

Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Ujian Sidang Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Program Studi Akuntansi

Disusun oleh

Nama : Estiqomah Eliya Laelasari Nim : 21107084

PROGRAM STUDI AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA BANDUNG


(2)

i

because the third party / bank's member information is not easy to inspection officers, the initial step billing letter of reprimand, then a letter to request unblocking forced to pay no effort to paid out the account of the taxpayer causing non-compliance, while checking taxes and tax collection is an influential factor in improving taxpayer compliance. The purpose of this study is to determine the effect of tax audits and tax collection against the tax compliance.

The method used in this research is descriptive and quantitative methods. The unit of analysis in this study is the Tax Office Pratama Bandung area as well as sample support. The test statistic used is the calculation of Pearson correlation, multiple linear analysis, determination coefficient, hypothesis testing, and also using SPSS 18.0 for windows.

The results of this study indicate that the tax audit at the tax office as a whole Pratama Bandung area is included in both categories as indicators to assess the Internal Control System scored a very good percentage. As for the variables included in the category of tax collection is quite good. Variable compliance of taxpayers fall into this category as an indicator of compliance is high enough to deposit the taxpayer's return letter of notification to obtain the percentage of respondents who are very high. Tax inspection and tax collection and a significant positive impact on tax compliance. Then simultaneously greater impact than partial. This means the implementation of the tax should indeed align with tax collection so as to improve tax compliance.


(3)

ii

dalam mengetahui data wajib pajak karena pihak ketiga/bank tidak mudah member informasi kepada petugas pemeriksaan, langkah awal penagihan surat teguran, kemudian surat paksa bayar hingga permintaan blokir rekening tidak ada upaya penyeleseian dari wajib pajak sehingga menimbulkan ketidakpatuhan, padahal pemeriksaan pajak dan penagihan pajak adalah faktor yang berpengaruh dalam meningkatkan kepatuhan wajib pajak. Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui pengaruh pemeriksaan pajak dan penagihan pajak terhadap kepatuhan wajib pajak.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dan kuantitatif. Unit analisis dalam penelitian ini adalah Kantor Pelayanan Pajak Pratama wilayah Bandung sekaligus sebagai sampel pendukung. Pengujian statistic yang digunakan adalah perhitungan korelasi Pearson,analisis linier berganda, koefisien determinasi, uji hipotesis, dan juga menggunakan bantuan program SPSS 18.0 for windows.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pemeriksaan pajak di Kantor Pelayanan Pajak Pratama wilayah Bandung secara keseluruhan termasuk dalam kategori baik karena indikator melakukan penilaian atas Sistem Pengendalian Intern memperoleh nilai persentase yang sangat baik. Sedangkan untuk variable penagihan pajak termasuk dalam kategori cukup baik. Variable kepatuhan wajib pajak termasuk dalam kategori cukup tinggi karena indicator kepatuhan wajib pajak untuk menyetor kembali surat pemberitahuan memperoleh persentase dari tanggapan responden yang sangat tinggi. Pemeriksaan pajak dan penagihan pajak berdampak positif dan signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak. Kemudian dampak secara simultan lebih besar dari secara parsial. Hal ini berarti pelaksanaan pemeriksaan pajak sebaiknya memang menyelaraskan dengan penagihan pajak sehingga dapat meningkatkan kepatuhan wajib pajak.


(4)

iii

Syukur alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang selalu melimpahan rahmat dan hidayahNya, serta senantiasa memberikan kesehatan, kemampuan, dan kekuatan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini, penulis melaksanakan penelitian pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama di Wilayah Bandung.

Skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi salah satu syarat kelulusan dalam menempuh program studi Strata 1 pada program studi Akuntansi Fakultas Ekonomi di Universitas Komputer Indonesia (UNIKOM). Dimana judul yang diambil yaitu:

“ANALISA ATAS PEMERIKSAAN PAJAK DAN PENAGIHAN PAJAK

TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK PADA KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA DI WILAYAH BANDUNG”.

Penulis tidak bisa memungkiri bahwa dalam menyusun skripsi ini, penulis menemukan hambatan dan kesulitan, namun berkat ibu Ely Suhayati, SE., M.Si., Ak. Selaku Dosen pembimbing yang telah banyak meluangkan waktu guna membimbing, mengarahkan, dan memberikan petunjuk yang sangat berharga demi selesainya penyusunan skripsi ini, akhirnya dengan doa, semangat ikhtiar penulis mampu melewatinya.

Dalam kesempatan ini pula penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak/Ibu: 1. Dr. Ir. Eddy Suryanto Soegoto, M.Sc., selaku Rektor Universitas Komputer


(5)

iv

4. Ony Widilestariningtyas, SE,. M.Si selaku penguji sidang.

5. Sri Dewi Anggadini, S.E., M.Si, selaku Ketua Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Komputer Indonesia.

6. Seluruh Dosen UNIKOM yang telah membekali penulis dengan pengetahuan. 7. Teh Senny dan Teh Dona atas bantuan kesekretariatan selama ini.

8. Kedua orang tuaku yang selalu mendoakan, memberikan kasih sayang keikhlasan dan kesabaran serta pengorbanan yang tiada henti mendorong dan selalu memberi semangat penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

9. Adikku Dea Qodrat Abdillah Akbar yang telah memberikan doa, dorongan, semangat untuk menyeleseikan skripsi ini.

10. Seluruh keluarga besar-ku terima kasih atas dukungan dan doa serta kasih sayang yang begitu tulus kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini. 11. Untuk sahabat-sahabatku Ester, Gita, Vita, Suci, dan Cici dan yang lainnya

terima kasih atas dukungan dan bantuannya.

12. Semua teman-teman ku kelas Akuntansi-2 dan konsentrasi Pajak terima kasih atas dukungan dan bantuannya.

13. Seluruh pihak-pihak yang telah membantu penyusunan skripsi ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.


(6)

v bermanfaat bagi pembaca.

Semoga Allah SWT membalas jasa semua pihak yang telah membantu penulis dalam penyusunan skripsi ini.

Wassalamu’alaikum Wr.Wb.

Bandung, Juli 2011 Penulis

Estiqomah Eliya L 21107084


(7)

1 1.1 Latar Belakang

Pajak merupakan sumber utama penerimaan negara disamping penerimaan dari sumber migas dan non migas. Dengan posisi yang demikian itu, pajak merupakan sumber penerimaan strategis yang harus dikelola dengan baik agar keuangan negara dapat berjalan dengan lancar dan baik. Dalam struktur keuangan negara, tugas dan fungsi penerimaan pajak dijalankan oleh Direktorat Jenderal Pajak di bawah Departemen Keuangan Republik Indonesia.

Pentingnya pajak sebagai sumber pembiayaan pembangunan telah ditetapkan dalam berbagai produk perundang-undangan pemerintah, dalam neraca APBN misalnya telah ditentukan penerimaan Negara bersumber dari penerimaan dalam negara dan penerimaan pembangunan. Penerimaan dalam negeri terdiri atas penerimaan minyak bumi dan gas alam, selain dari itu adalah penerimaan migas dan penerimaan yang berasal dari pajak.

Pajak merupakan iuran wajib yang diberlakukan pada setiap wajib pajak atas obyek pajak yang dimilikinya dan hasilnya diserahkan kepada pemerintah. Jenis pajak yang diberlakukan Indonesia diantaranya adalah Pajak Penghasilan, Pajak Bumi dan Bangunan, Pajak Hiburan, Pajak Reklame, Pajak Hadiah dan lain-lain. Pajak Penghasilan merupakan pajak yang dipungut pada obyek pajak atas penghasilannya. Pajak penghasilan akan selalu dikenakan terhadap orang atau badan usaha yang memiliki penghasilan.


(8)

Pencapaian maksimal dari target pajak membutuhkan berbagai upaya yang sangat berkaitan dengan tugas pemerintah khususnya Direktorat Jendral Pajak dalam melakukan pembinaan kepada wajib pajak, dengan meningkatkan pelayanan dan melakukan pengawasan untuk meningkatkan kepatuhan Wajib Pajak. Berbagai kegiatan yang dibutuhkan dalam melakukan pengawasan yaitu melalui pengawasan administratif, penerapan sanksi bagi Wajib Pajak yang melanggar, penagihan bagi Wajib Pajak yang menunggak dalam melaksanakan kewajibannya, dan penyelidikan pajak. Kondisi perpajakan yang menuntut keikutsertaan aktif wajib pajak dalam menyelenggarakan perpajakannya membutuhkan kepatuhan wajib pajak yang tinggi, yaitu kepatuhan dalam pemenuhan kewajiban perpajakan yang sesuai dengan kebenarannya.

Menurut Liberti Kepala Subdirektorat Kepatuhan Wajib Pajak dan Pemantauan, Direktorat Potensi, Kepatuhan, dan Penerimaan, Direktorat Jenderal Pajak Kementerian Keuangan tidak semua wajib pajak diwajibkan menyampaikan SPT. Wajib pajak itu biasanya pegawai pada perusahaan kerja sama antara negara (joint venture) atau bendahara instansi pemerintah. Wajib pajak juga tidak wajib melaporkan tempat usahanya yang melebihi satu. Dia hanya wajib melaporkan seluruh tempat usahanya atas nama satu wajib pajak. Pada 2010, jumlah wajib pajak terdaftar mencapai 15.911.576 baik orang pribadi maupun badan, tetapi hanya 14.101.933 yang wajib menyampaikan SPT. Yang menyampaikan SPT masih 8.202.309 wajib pajak atau dengan tingkat kepatuhan 58,16 persen. Ini masih naik signifikan dibanding tahun 2008 yang hanya 33,08 persen dan 54,15 persen pada 2009.(Erlangga Djumena : 2011).


(9)

Jika dikaji lebih lanjut kepatuhan wajib pajak badan di wilayah Bandung masih belum mampu memenuhi target yang telah ditetapkan seperti yang tersaji dalam tabel berikut ini :

Tabel 1.1

Jumlah Wajib Pajak Badan dalam Mengembalikan SPT Di 7 KPP Wilayah Bandung

Periode 2005-2009

Tahun SPT Dikirim SPT Masuk % SPT Masuk/

SPT Dikirim

2005 17.825 10.063 56,45

2006 19.749 10.571 53,52

2007 20.992 10.961 52,38

2008 22.729 12.026 52,91

2009 24.050 11.616 48,29

Sumber : 7 KPP Wilayah Bandung

Tabel diatas menunjukkan bahwa pelaksanaan pemenuhan kewajiban perpajakan dalam hal penyetoran pajak yaitu masih banyaknya wajib pajak yang belum melunasi tunggakan pajak. Dari seluruh jumlah tunggakan wajib pajak dari setiap tahunnya rata-rata dilunasi sekitar 50% pertahun dari jumlah pajak yang tertunggak, hal ini terlihat dari banyaknya SPT yang dikirimkan, rata-rata SPT yang dikembalikan hanya setengah dari yang dikirim. Fenomena ini diperjelas oleh petugas KPP yang mengatakan bahwa banyak wajib pajak yang belum melunasi tunggakan pajaknya.


(10)

Tabel 1.2

Kepatuhan Wajib Pajak Badan dalam Mengembalikan SPT Tepat Waktu

Di 7 KPP Wilayah Bandung Periode 2005-2009

Tahun SPT Dikirim SPT Masuk % SPT Masuk/

SPT Dikirim

2005 17.825 7.866 44,12

2006 19.749 7.306 36,99

2007 20.992 8.354 39,88

2008 22.729 9.830 43,24

2009 24.050 10.402 43,25

Sumber : 7 KPP Wilayah Bandung

Dari jumlah diatas menunjukkan bahwa jumlah wajib pajak yang menjalani kewajibannya jauh dibawah 50% dari jumlah SPT yang dikirimkan.

Menurut Darmin Nasution, Penagihan Pajak Penghasilan (PPh) orang pribadi yang memiliki kekayaan di atas Rp 100 miliar dihimpun Kantor Pelayanan Pajak Khusus Orang Kaya atau KPP Orang Kaya yang dibuka pada April 2009. KPP ini dibuka karena sebagian besar orang kaya belum patuh pajak.‖Kami sudah memiliki daftar orang-orang yang masuk dalam KPP ini. Jumlahnya 1.200 orang, seluruhnya ada di Jakarta. Setelah ini, akan kami kembangkan ke Jawa Tengah dan Jawa Timur,‖ ujar Dirjen Pajak Darmin Nasution di Jakarta, Rabu (11/3) malam. Beberapa orang yang masuk daftar wajib pajak KPP Orang Kaya memiliki kekayaan triliunan rupiah. Namun, pembayaran pajak mereka belum optimal. (Orin Basuki : 2009)

Kepatuhan memenuhi kewajiban perpajakan secara sukarela (voluntary of compliance) merupakan tulang punggung sistem self assesment, di mana wajib


(11)

pajak bertanggungjawab menetapkan sendiri kewajiban perpajakan dan kemudian secara akurat dan tepat waktu membayar dan melaporkan pajaknya tersebut. Masalah kepatuhan Wajib Pajak adalah masalah penting diseluruh dunia, baik di negara maju maupun di negara barkembang. Karena jika Wajib Pajak tidak patuh maka akan menimbulkan keinginan untuk melakukan tindakan penghindaran, pengelakan, penyelundupan dan pelalaian pajak. Yang pada akhirnya tindakan tersebut akan menyebabkan penerimaan pajak negara akan berkurang. Kepatuhan Wajib Pajak dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu kondisi system administrasi perpajakan suatu negara, pelayanan pada Wajib Pajak, penegakan hukum perpajakan, pemeriksaan pajak, dan tarif pajak. (Yongzhi Niu).

Menurut pegawai pemeriksa pajak pada salah satu KPP wilayah Bandung mereka menemukan kendala dalam pelaksanaan pemeriksaan pajak yaitu kesulitan mengetahui data wajib pajak karena pihak ketiga atau bank tidak memberi informasi kepada petugas pemeriksaan pajak.(Eri :2011)

Pemeriksaan pajak dan penagihan pajak merupakan sarana dalam menegakkan kepatuhan wajib pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakan dalam rangka memberikan kepastian hukum, keadilan dan pembinaan kepada wajib pajak serta melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.

Dari tahun ke tahun telah dilakukan berbagai langkah kebijakan untuk meningkatkan pemerimaan pajak sebagai. Kebijakan tersebut dapat dilakukan melalui penyempurnaan perundang-undangan, penerbitan peraturan-peraturan baru di bidang perpajakan, meningkatkan kepatuhan wajib pajak maupun


(12)

menggali sumber-sumber pajak lain. Dalam pelaksanaan peraturan perundang-undangan perpajakan sering terdapat utang pajak yang tidak dilunasi oleh wajib pajak sebagaimana mestinya sehingga memerlukan tindakan penagihan yang mempunyai kekuatan hukum yang memaksa. Penagihan pajak merupakan implikasi dari berkembangnya jumlah tunggakan pajak yang semakin besar dari waktu ke waktu. (Chairuddin Syah Nasution : 2003)

Data Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Sulawesi Selatan, Barat dan Tenggara menyebutkan total berita acara (BA) pemblokiran rekening wajib pajak di Sulsel hingga Oktober tahun ini mencapai 104 rekening dan terbesar terdapat di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pare-pare sebanyak 53 wajib pajak.―Terbesar memang di KPP Pare-pare, selebihnya terdapat di KPP Bulukumba 15 WP, KPP Madya Makassar 11 WP, KPP Makassar Selatan sembilan WP, Kendari sembilan WP dan Watampone lima WP,‖ kata Kepala Seksi Bimbingan Penagihan Kanwil DPJ Sulselbartra Djoni Prasetyo saat ditemui di Makassar, Senin. Dia menyebutkan, pihaknya sejauh ini telah mengeluarkan 23.418 surat teguran, 3.381 surat paksa, 201 permintaan blokir rekening dan 104 BA blokir, serta 155 berita acara (BA) sita. ―Hingga saat ini sudah ada delapan aset milik wajib pajak telah dilelang. Pelelangan aset ini adalah tindakan terakhir setelah penyitaan dilakukan kepada WP yang menunggak,‖ kata dia. Dikatakannya pelelangan itu dilakukan setelah langkah awal penagihan melalui surat teguran, kemudian surat paksa bayar hingga permintaan blokir rekening tidak ada upaya penyelesaian dari wajib pajak. (B Kunto Wibisono: 2010)


(13)

Selain fenomena diatas menurut Rukhiyadin petugas salah satu KPP Bandung seksi Penagihan mengemukakan bahwa menemukan WP orang pribadi maupun WP badan sedang mengalami kesulitan likuiditas atau dalam kondisi keuangan yang tidak baik, selain itu juga tidak mempunyai barang-barang yang dapat disita karena pailit dan mendapatkan WP orang pribadi dalam keadaan telah meninggal dunia dan tidak mempunyai ahli waris serta tidak ada barang-barang milik WP yang ditinggalkan sebagai warisan. (Rukhiyadin : 2011)

Target penerimaan pajak dari tahun ke tahun selalu ditingkatkan. Pada umumnya, target yang ditetapkan tersebut dapat dicapai. Hal tersebut berkat usaha aparat Direktorat Jenderal Pajak dalam meningkatkan penerimaan dari wajib pajak yang sudah ada. Caranya adalah dengan menggali sumber penerimaan yang belum tergali atau belum maksimal sebagaimana mestinya, mencari sumber pengenaan pajak yang baru, menambah wajib pajak baru dan memodifikasi sistem pemungutan pajak agar lebih efektif dan effisien.

Berdasarkan uraian latar belakang penelitian, penulis tertarik dalam melakukan penelitian tentang yaitu Analisa atas Pemeriksaan Pajak dan Penagihan Pajak terhadap Kepatuhan Wajib Pajak pada KPP Wilayah Bandung.

1.2 Identifikasi dan Rumusan Masalah 1.2.1 Identifikasi Masalah

1. 5,89 juta wajib pajak belum patuh, jumlah wajib pajak terdaftar mencapai 15.911.576 baik orang pribadi maupun badan, tetapi hanya 14.101.933 yang wajib menyampaikan SPT, yang menyampaikan SPT


(14)

masih 8.202.309 wajib pajak atau dengan tingkat kepatuhan 58,16 persen

2. Wajib pajak badan wilayah Bandung belum patuh dalam membayar tunggakan pajaknya

3. Dalam pemeriksaan pajak masih terdapat kendala dalam mengetahui data wajib pajak karena pihak ketiga atau bank tidak mudah memberi informasi kepada petugas pemeriksaan.

4. Langkah awal penagihan melalui surat teguran, kemudian surat paksa bayar hingga permintaan blokir rekening tidak ada upaya penyelesaian dari wajib pajak.

5. Kendala dalam penagihan pajak yaitu menemukan WP orang pribadi maupun WP badan tidak mempunyai barang-barang yang dapat disita karena pailit dan WP orang pribadi dalam keadaan telah meninggal dunia tidak mempunyai ahli waris serta tidak ada barang-barang milik WP yang ditinggalkan sebagai warisan

1.2.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana pemeriksaan pajak pada KPP Pratama Wilayah Bandung 2. Bagaimana penagihan pajak pada KPP Pratama Wilayah Bandung 3. Bagaimana kepatuhan wajib pajak pada KPP Pratama Wilayah

Bandung

4. Berapa besar pengaruh pemeriksaan pajak dan penagihan terhadap kepatuhan wajib pajak secara simultan dan parsial pada KPP Pratama Wilayah Bandung


(15)

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian 1.3.1 Maksud Penelitian

Maksud dari penelitian ini adalah untuk mengumpulkan data mengenai Analisa atas Pemeriksaan Pajak dan Penagihan Pajak terhadap Kepatuhan Wajib Pajak pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Wilayah Bandung.

1.3.2 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui pemeriksaan pajak pada KPP Pratama Wilayah Bandung.

2. Untuk mengetahui penagihan pajak pada KPP Pratama Wilayah Bandung

3. Untuk mengetahui kepatuhan wajib pajak pada KPP Pratama Wilayah Bandung

4. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh pelaksanaan pemeriksaan pajak dan penagihan pajak terhadap kepatuhan wajib pajak secara simultan dan parsial pada KPP Pratama Wilayah Bandung

1.4 Kegunaan Penelitian 1.4.1 Kegunaan Akademis

1. Bagi Peneliti

Peneliti mengharapkan hasil penelitian dapat bermanfaat dan untuk menambah pengetahuan, dan juga memperoleh gambaran langsung tentang Analisa atas Pemeriksaan Pajak dan Penagihan Pajak terhadap Kepatuhan Wajib Pajak pada KPP Wilayah Bandung.


(16)

2. Bagi Instansi

Dengan penelitian ini dapat memberikan pandangan bagi instansi tentang Analisa atas Pemeriksaan Pajak dan Penagihan Pajak terhadap Kepatuhan Wajib Pajak di KPP Wilayah Bandung.

3. Bagi Peneliti Lain

Dapat dijadikan sebagai bahan tambahan pertimbangan dan pemikiran dalam penelitian lebih lanjut dalam bidang yang sama, yaitu Analisa atas Pemeriksaan Pajak dan Penagihan Pajak terhadap Kepatuhan Wajib Pajak di KPP Wilayah Bandung.

1.4.2 Kegunaan Praktis

Sebagai tambahan informasi mengenai Analisa atas Pemeriksaan Pajak dan Penagihan Pajak terhadap Penerimaan Pajak pada KPP Wilayah Bandung, sehingga akan menjadi lebih baik dan berkembang.

1.5 Lokasi dan Waktu Penelitian 1.5.1 Lokasi Penelitian

Dalam penelitian ini penulis melaksanakan penelitian pada Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Wilayah Kota Bandung. Yaitu KPP Pratama Bandung Bojonagara yang berlokasi di Jalan Ir. Sutami Bandung, KPP Pratama Bandung Karees yang berlokasi di Jl. Ibrahim Aji Bandung, KPP Pratama Bandung Cibeunying Jl. Punawarman, KPP Pratama Bandung Cicadas yang berlokasi di Jl.Soekarno Hatta, KPP Pratama Bandung Tegalega yang berlokasi di Jl.Soekarno Hatta, KPP Pratama Majalaya yang berlokasi Jl. Peta No.7 Lingkar Selatan, KPP


(17)

Pratama Soreang yang berlokasi Jl. Raya Cimareme No. 205 Ngamprah, kab. Bandung Barat.

1.5.2 Waktu Penelitian

Adapun waktu pelaksanaan penelitian adalah dimulai pada Maret 2011 sampai dengan Juli 2011.

Tabel 1.3 Waktu Penelitian

Tahap Prosedur

Bulan Mar 2011 Apr 2011 Mei 2011 Jun 2011 Jul 2011 I Tahap Persiapan:

1. Bimbingan dengan dosen pembimbing 2. Membuat outline dan proposal skripsi 3. Mengambil formulir penyusunan skripsi

4. Menentukan tempat penelitian

II

Tahap Pelaksanaan:

1. Mengajukan outline dan proposal skripsi

2. Meminta surat pengantar ke perusahaan

3. Penelitian di perusahaan 4. Penyusunan skripsi

III

Tahap Pelaporan:

1. Menyiapkan draft skripsi 2. Sidang akhir skripsi

3. Penyempurnaan laporan skripsi 4. Penggandaan skripsi


(18)

12 BAB II

KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Pustaka

2.1.1 Pemeriksaan Pajak

Dalam Undang-undang Nomor 16 Tahun 2000 pengertian Pemeriksaan sebagaimana tersirat dalam pasal 1 angka (24) adalah sebagai berikut :

‖Serangkaian kegiatan untuk mencari, mengumpulkan dan mengolah data dan atau keterangan lainnya untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan dan untuk tujuan lain dalam rangka melaksanakan peraturan perundangan-undangan perpajakan. Berdasarkan Lampiran-lampiran dalam Surat Pemberitahuan meliputi Laporan Keuangan, Daftar Perhitungan Penyusutan/Amortisasi menurut Fiskal, Surat Setoran Pajak dan lain-lain‖.

Sedangkan menurut Mardiasmo pengertian Pemeriksaan Pajak adalah sebagai berikut :

‖Pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan untuk mencari, mengumpulkan, mengelola data dan atau keterangan lainnya untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan dan untuk tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan‖.

(2009:50) Pelaksanaan pemeriksaan pajak diawali dengan dikeluarkannya Surat Perintah Pemeriksaan Pajak dan diakhiri dengan disetujuinya Laporan Pemeriksaan Pajak yang secara ringkas dan jelas memuat ruang lingkup sesuai dengan tujuan pemerikasaan memuat kesimpulan pemeriksaan pajak yang didukung temuan yang kuat tentang ada dan tidaknya penyimpanan dan memuat pula pengungkapan informasi lain yang terkait.


(19)

2.1.1.1 Ruang Lingkup Pemeriksaan Pajak

Menurut Siti Kurnia Rahayu pemeriksaan dapat dibedakan berdasarkan pada ruang lingkup cakupannya, yaitu terdiri dari pemeriksaan lapangan dan pemeriksaan kantor. Dirinci lebih jelas lagi sebagai berikut :

1. Pemeriksaan Lapangan yaitu pemeriksaan yang dilakukan terhadap wajib pajak di tempat kedudukan/kantor, tempat usaha (pabrik), atau pun pekerjaan bebas, domisili atau tempat tinggal.

Pemeriksaan lapangan dapat meliputi 1 jenis pajak atau seluruh jenis pajak untuk tahun berjalan atau tahun-tahun sebelumnya.

Pemeriksaan Lapangan dibedakan :

a. Pemeriksaan Sederhana Lapangan (PSL)

- Pemeriksaan lapangan yang dilakukan terhadap WP untuk 1 atau lebih jenis pajak secara terkordinasi antar seksi.

- Terkordinasi antara fungsional dan AR dikantor unit pelaksana pemeriksa.

- Dalam tahun berjalan atau tahun-tahun sebelumnya.

- Menggunakan teknik pemeriksaan yang dianggap perlu menurut keadaan tujuan pemeriksaan.

b. Pemerikasaan lengkap

- Dilakukan satu atau lebih jenis pemeriksaan - KSO (kerja sama opersi)

- Konsorium

- Teknik yang lazim dalam pemeriksaan Jangka waktu pemeriksaan dalam pemeriksaan 1. 4 bulan

2. Sejak terbit SP2 (surat erintah pemeriksaan) sampai dengan tanggal LHP (lapangan hasil pemeriksaan)

3. Dapat diperpanjang menjadi 8 bulan.

2. Pemeriksaan Kantor yaitu pemeriksaan yang dilakukan terhadap wajib pajak dikantor unit pemeriksaan (DJP).

Jangka waktu pemeriksaan kantor : 1. 3 bulan

2. Sejak wajib pajak harus datang memenuhi panggilan sampai dengan tanggal lapangan hasil pemeriksaan (LHP)

3. Dapat diperpanjang menjadi 6 bulan.

Mekanisme perpanjangan jangka waktu pemeriksaan dala hal kondisi regular dan adanya indikasi transfer pricing :

1. Perpanjangan hanya bisa dilakukan 1 kali

2. Dilakukan dengan surat pemberitahuan perpanjangan pemeriksaan 3. Surat pemberitahuan tersebut dapat disampaikan secara manual atau

surat biasa atau melalui elektronik (email)


(20)

5. Surat pemberitahuan maksimal disampaikan 1 minggu sebelum berakhirnya jangka waktu

6. Disampaikan kepada yang menerbitkan persetujuan (kepala kantor). Kurangnya kepatuhan wajib pajak terhadap pajak maka pemeriksaan kantor dapat dialihkan menjadi pemeriksaan lapangan.

(2009:262) 2.1.1.2 Tahapan Pemeriksaan Pajak

1. Persiapan Pemerisaan Pajak

Suatu pemeriksaan pajak yang baik harus memiliki perecanaan atau persiapan yang baik. Persiapan dibutuhkan agar proeses pemeriksaan pajak berjalan terarah sesuai dengan yang diharapkan sehingga mendapatkan hasil yang optimal.

Persiapan pemeriksaan adalah adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan ileh pemeriksa sebelum melaksanakan tindakan pemeriksaan dan meliputi kegiatan sebagai berikut :

1. Mempelajari berkas wajib pajak/berkas data

2. Menaganalisis SPT dan laporan keuangan wajib pajak 3. Mengidentifikasi masalah

4. Melakukan pengenalan lokasi wajib pajak 5. Menentukan ruang lingkup pemeriksaan 6. Menyusun program pemeriksaan

7. Menentukan buku-buku dan dokumen yang akan dipinjam 8. Menyediakan sarana pemeriksaan


(21)

2. Pelaksanaan Pemeriksaan

Pelaksanaan pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan pemeriksa dan meliputi :

1. Memeriksa di tempat Wajib Pajak

2. Melakukan penilaian atas Sistem Pengendalian Intern,

3. Memutakhirkan pemeriksaan atas buku-buku, catatan-catatan, dan dokumen-dokumen,

4. Melakukan konfirmasi pada pihak ketiga,

5. Memberitahukan hasil pemeriksaan kepada Wajib Pajak, 6. Melakukan sidang penutup (Closing Conference)

3. Laporan Pemeriksaan Pajak

Laporan Pemeriksaan Pajak adalah laporan yang dibuat oleh pemeriksa pada akhir Laporan Pemeriksaan pelaksanaan merupakan ikhtisar dan penuangan hasil pelaksanaan tugas pemeriksaan sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan.

Laporan pemeriksaan disusun dengan sistematika sebagai berikut : 1. Umum

Memuat keterangan-keterangan mengenai, identitas wajib pajak, pemenuhan kewajiban perpajakan, gambaran kegiatan wajib pajak , penugasan dan alasan pemeriksaan, data dan informasi yang tersedia dan daftar lampiran.


(22)

2. Pelaksanaan pemeriksaan

Memuat penjelasan secara lengkap mengenai, pos-pos yang diperiksa, penilaian pemeriksa atas pos-pos yang diperiksa, dan temuan-temuan pemeriksa.

3. Hasil pemeriksaan

Merupakan ikhtisar yag menggambarkan perbandingan antara laporan wajib pajak (SPT) dengan hasil pemeriksaan lain dan perhitungan mengenai besarnya pajak-pajak yang terutang.

4. Kesimpulan dan usul pemeriksaan

Memuat hasil pemeriksaan dalam bentuk, perbandingan antara pajak-pajak yang terhutang berdasarkan laporan wajib pajak dengan hasil pemeriksaan, data/informasi yang diproduksi, dan usul-usul pemeriksa.

Dengan semakin banyak diadakan pemeriksaan diharapkan wajib pajak dapat semakin patuh terhadap ketentuan perundang-undangan. Dan kepatuhan yang timbul akibat pemeriksaan tersebut diharapkan dapat menambah penerimaan pajak.

2.1.2 Penagihan Pajak

Pengertian Penagihan Pajak yang dikemukakan dalam Undang-Undang No 16 Tahun 2000 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan adalah sebagai berikut :

‖Penagihan pajak adalah STP, SKPKB, SKPKBT, dan Surat Keputusan Pembetulan, Putusan Banding, yang menyebabkan jumlah pajak yang harus dibayar bertambah. Pajak yang terutang pada saat jatuh tempo ternyata tidak dibayar atau kurang bayar akan dikenakan bunga sebesar 2% sebulan untuk masa,


(23)

dihitung dari jatuh tempo sampai dengan tanggal pembayaran atau tanggal diterbitkannya surat tagihan pajak dan bagian dari bulan dihitung penuh satu bulan‖.

Penagihan pajak yang dikemukakan dalam Undang-Undang No. 19 Tahun 2000 tentang Penagihan Pajak dengan Surat Paksa adalah sebagai berikut :

‖Penagihan Pajak adalah serangkaian tindakan agar penanggung pajak melunasi utang pajak dan biaya penagihan pajak dengan menegur atau memperingatkan, melaksanakan penagihan seketika dan sekaligus, memberitahukan surat paksa, mengusulkan pencegahan, melaksanakan penyitaan, melaksanakan penyanderaan dan menjual barang yang telah disita‖.

Sedangkan menurut Mardiasmo pengertian Penagihan Pajak adalah sebagai berikut :

‖Penagihan Pajak adalah serangkaian tindakan agar Penanggung Pajak melunasi Utang Pajak dan biaya penagihan pajak dengan menegur atau memperingatkan, melaksanakan penagihan seketika sekaligus, memberitahukan Surat Paksa, mengusulkan pencegahan, melaksanakan penyitaan, melaksanakan penyanderaan, menjual barang yang telah disita‖.

(2009:119) Menurut Panca Kurniawan dan Bagus Pamungkas pengertian Penagihan Pajak adalah sebagai berikut :

‖Penagihan Pajak adalah serangkaian tindakan agar penanggung pajak melunasi utang pajaknya dan biaya penagihan pajak dengan menegur atau memperingatkan, melaksanakan penagihan seketika dan sekaligus, memberitahukan surat paksa, mengusulkan pencegahan, melaksanakan penyitaan, melaksanakan penyanderaan, menjual barang yang disita.‖

(2006:1) Berdasarkan pengertian-pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa penagihan pajak merupakan tindakan agar penangung pajak melunasi utang pajak dan biaya penagihan pajak dengan memperingatkan dan melakukan pelaksanaan penagihan yang menyebabkan jumlah pajak yang harus dibayar bertambah.


(24)

2.1.2.1 Dasar Penagihan Pajak

Dasar penagihan pajak menurut ketentuan Pasal 18 ayat (1) Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang-Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2000 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan adalah sebagai berikut :

‖Dasar Penagihan Pajak terbagi menjadi enam, yaitu : 1. Surat Tagihan

b. Pengertian

Surat Tagihan Pajak (STP) adalah surat untuk melakukan tagihan pajak dan atau sanksi administrasi berupa bunga dan atau denda.

c. Penerbitan Surat Tagihan Pajak (STP) Surat Tagihan Pajak diterbitkan apabila :

- PPh dalam tahun berjalan tidak atau kurang dibayar

- Dari hasil penelitian surat pemberitahuan terdapat kekurangan pembayaran pajak sebagai akibat salah tulis dan atau salah hitung - Wajib pajak dikenakan sanksi administrasi berupa denda dan atau

bunga

- Pengusaha yang memenuhi kriteria sebagai Pengusaha Kena Pajak (PKP) tetapi tidak melaporkan kegiatan usahanya untuk dikukuhkan sebagai PKP

- Pengusaha yang tidak dikukuhkan sebagai PKP tetapi telah membuat faktur pajak atau pengusaha yang dikukuhkan sebagai PKP tetapi tidak membuat atau faktur pajak tidak lengkap‖.

Berdasarkan pengertian-pengertian tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa untuk melakukan tagihan pajak diperlukan Surat Tagihan Pajak (STP), dan diterbitkan apabila PPh dalam tahu berjalan tidak atau kurang dibayar, terdapat kekurangan pembayaran pajak, dan dikenakan denda jika Wajib Pajak telat dalam pembayaran pajaknya. 2. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB)

‖Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB) a. Pengertian

Pengertian Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB) adalah surat ketetapan pajak yang menentukan besarnya jumlah pajak uang terutang,


(25)

jumlah kekurangan pembayaran pokok pajak, besar kecilnya sanksi administrasi dan jumlah yang masih harus dibayar.

b. Penerbitan SKPKB

Diterbitkan Surat Keteapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB) apabila :

- Berdasarkan hasil pemeriksaan atau ada keterangan lain ternyata jumlah pajak yang terutang tidak atau kurang dibayar

- SPT tidak disampaikan pada waktunya, dan setelah ditegur secara tertulis tidak juga disampaikan dalam waktu menurut saran teguran - Berdasarkan pemeriksaan mengenai PPn dan PPnBM ternyata tidak

harus dikompensasikan selisih lebih pajak atau tidak seharusnya dikenakan tarif 0% (nol persen)

- Kewajiban menyelenggarakan pembukuan atau pencatatan tidak terpenuhi, sehingga tidak dapat diketahui besarnya pajak yang terutang‖.

Berdasarkan pengertian-pengertian tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB) digunakan untuk menentukan besarnya pajak yang terutang, jumlah kekurangan pembayaran pokok pajak, besar kecilnya sanksi administrasi dan jumlah yang masih harus dibayar. Dan diterbitkan apabila berdasarkan pemeriksaan terdapat pajak terutang, tidak menyampaikan surat pemberitahuan tepat waktu, berdasarkan hasil pemeriksaan terdapat dikompensasikan selisih lebih pajak atau tidak, dan jika penyelenggaraan pembukuan atau pencatatan tidak terpenuhi.

3. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan (SKPKBT) ‖Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan (SKPKBT) a. Pengertian

Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan (SKPKBT) adalah keputusan yang menentukan tambahan atas jumlah pajak yang ditetapkan. b. Penerbitan Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan (SKPKBT)

apabila :

- Berdasarkan data baru atau data yang semula belum lengkap menyebutkan penambahan pajak yang terutang dalam surat ketetapan pajak sebelumnya


(26)

- Ditemukan lagi data yang semula belum terungkap pada saat penerbitan SKPKBT dengan demikian SKPKBT dapat diterbitkan lebih dari satu kali‖.

Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan (SKPKBT) digunakan untuk menentukan tambahan atas jumlah pajak uang ditetapkan. Dan diterbitkan jika data baru atau data semula belum lengkap serta ditemukannya data yang lain setelah diterbitkannya Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan.

4. Surat Keputusan Pembetulan

‖Surat keputusan pembetulan adalah surat putusan yang membetulkan kesalahan tulis, kesalahan hitung, dan atau kekeliruan penerapan ketentuan tertentu dalam peraturan Perundang-undangan Perpajakan yang terdapat salam Surat Ketetapan Pajak, Surat Tagihan Pajak, Surat Keputusan Keberatan, Surat keputusan Pengurangan atau Pembetulan Ketetapan Pajak yang tidak benar atau Surat Keputusan Pengembalian Pendahuluan Kelebihan Pajak‖.

Berdasarkan pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa Surat Keputusan Pembetulan merupakan surat untuk membetulkan jiaka terdapat kesalah tulis, salah hitung, maupun kekeliruan dalam penerapan Undang-Undang Perpajakan.

5. Surat Keputusan Keberatan

‖Surat Putusan keberatan adalah surat keputusan atas keberatan terhadap Surat Ketetapan Pajak atau terhadap pemotongan atau pemungutan oleh pihak ketiga yang dianjurkan oleh wajib pajak‖.

Dari pengertian diatas Surat Putusan Keberatan merupakan keputusan keberatan terhadap pemotongan atau pemungutan oleh pihak ketiga yang dianjurkan oleh Wajib Pajak.


(27)

6. Putusan Banding

‖Putusan Banding adalah putusan badan peradilan pajak atas banding terhadap surat keputusan keberatan yang dianjurkan oleh Wajib Pajak‖.

Berdasarkan pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa putusan banding merupakan putusan yang diputuskan oleh peradilan pajak terhadap surat keputusan keberatan yang dianjurkan oleh Wajib Pajak.

2.1.2.2 Biaya Penagihan Pajak

Untuk melaksanakan setiap tindakan penagihan pajak menerbitkan biaya guna membayar pelaksanaan penagihan pajak dan biaya lain yang terkait dengan setiap tahapan penagihan pajak. Hal ini membuat adanya biaya penagihan pajak yang ditagih oleh Wajib Pajak dimana besarnya disampaikan dengan tahapan pelaksanaan penagihan pajak yang dilakukan oleh Jurusita Pajak.

Biaya penagihan pajak yang dikemukakan oleh Marihot P adalah sebagai berikut :

‖Terdapat lima jenis biaya penagihan pajak antara lain :

1. Biaya pelaksanaan atau penyampaian surat paksa yang meliputi biaya harian dan biaya perjalanan Jurusita Pajak. Biaya ini dikeluarkan untuk setiap surat paksa yang harus disampaikan oleh Jurusita Pajak kepada Penanggung Pajak.

2. Biaya pelaksanaan penyitaan, yang meliputi biaya harian dan biaya perjalanan Jurusita Pajak dan dua orang saksi yang harus ada guna sahnya pelaksanaan penyitaan pajak, biaya ini diperuntukkan untuk setiap Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan yang diterbitkan oleh Pejabat yang berwenang untuk melakukan penagihan pajak dengan surat paksa.

3. Biaya pencegahan atau biaya penyanderaan

4. Biaya pelaksanaan lelang yang meliputi biaya pengumuman lelang disurat kabar dan media lainnya, biaya lelang, biaya penyimpanan barang yang disita dan biaya lain yang berhubungan dengan lelang. 5. Biaya yang timbul karena penjualan barang sitaan yang dilakukan

tidak secara lelang‖.


(28)

Berdasarkan pengertian kelima diatas jenis biaya pajak dapat disimpulkan bahwa biaya penagihan pajak digunakan untuk membiayai surat paksa yang disampaikan oleh Jurusita, untuk melakukan penagihan pajak dengan surat paksa, biaya pencegahan atau biaya penyanderaan, untuk membiayai pengumuman, penyimpanan dan biaya lainnya yang berhubungan dengan lelang selain itu untuk membiayai biaya yang timbul karena penjualan barang sitaan yang tidak secara lelang.

2.1.2.3 Pelaksanaan Penagihan Pajak

Apabila utang pajak sampai dengan jatuh tempo pembayaran belum dilunasi, akan dilakukan tindakan penagihan pajak sebagai berikut :

1. Menegur atau Memperingatkan

Pengertian surat teguran yang dikemukakan oleh Panca Kurniawan dan Bagus Pamungkas adalah sebagai berikut :

‖Surat teguran adalah surat yang diterbitkan oleh Kepala Kantor Pelayanan Pajak (KPP) atau Kepala Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan (KPPBB) untuk memberikan peringatan kepada Wajib Pajak‖.

(2006:61)

Sedangkan pengertian surat teguran menurut Keputusan Menteri Keuangan Nomor 24/PMK.03/2008 mengenai Tata Cara Pelaksanaan Penagihan dengan Surat Paksa dan Pelaksanaan Penagihan Seketika dan Sekaligus adalah sebagai berikut :

‖Surat Teguran adalah utang pajak yang tidak dilunasi setelah lewat 7 (tujuh) hari dari tanggal jatuh tempo pembayaran, akan diterbitkan surat teguran‖.


(29)

Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa pengertian surat teguran atau menegur (memperingatkan) merupakan surat yang diterbitkan oleh Kantor Pelayanan Pajak untuk memberikan peringatan kepada Wajib Pajak jika tidak melunasi utang setelah tanggal jatuh tempo.

2. Penagihan seketika dan sekaligus

Pengertian penagihan seketika sekaligus menurut Sony Devano dan Siti Kurnia Rahayu adalah sebagai berikut :

‖Pengertian seketika ditagih sebelum tanggal jatuh tempo, sedangkan yang dimaksud sekaligus semua utang pajak yang ada yang tecantum pada STP, SKPKB, SKPKBT, ataupun SK pembetulan, SK Keberatan, Putusan Banding yang menambah pajak terutang‖.

(2006:181) Sedangkan penagihan seketika dan sekaligus yang dikemukakan dalam Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2000 Pasal 1 adalah sebagai berikut :

‖Penagihan seketika dan sekaligus adalah penagihan pajak tanpa menunggu tanggal jatuh tempo pembayaran terhadap seluruh utang pajak dan semua jenis pajak, masa pajak dan tahun pajak‖.

(2006:246) Berdasarkan pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa Penagihan seketika dan sekalligus merupakan proses penagihan tanpa menunggu tanggal jatuh tempo.


(30)

3. Surat Paksa

Pengertian surat paksa yang dikemukakan oleh Panca Kurniawan dan Bagus Pamungkas adalah sebagai berikut :

‖Surat paksa adalah surat perintah membayar utang pajak dan biaya penagihan pajak‖.

(2006:61) Penerbitan surat paksa menurut Sony Devano dan Siti Kurnia Rahayu adalah sebagai berikut :

‖Apabila Wajib Pajak tidak melakukan kewajiban membayar pajak dlaam jangka waktu sebagaimana ditentukan dalm surat teguran, penagihan selanjutnya dilakukan oleh Jurusita Pajak Negara dengan menerbitkan surat paksa‖.

Isi Surat Paksa

a. Berkepala kata ‖Atas nama keadilan‖ sesuai UU No. 14 Tahun 1970, sesuai UU PPSP diganti menjadi ‖Demi keadilan berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa:.

b. Nama Wajib Pajak dan keterangan cukup tentang alasan yang menjadi dasar penagihan, perintah bayar (dalam waktu 2x24 jam).

c. Ditandatangani oleh pejabat yang berwenang ditunjuk Menteri Keuangan atau kepala daerah.

(2006:177) 4. Pencegahan

Pengertian pencegahan yang dikemukakan oleh Panca Kurniawan dan Bagus Pamungkas adalah sebagai berikut :

‖Pencegahan adalah larangan bersifat sementara terhadap orang-orang tertentu untuk keluar wilayah Indonesia berdasarkan alasan-alasan tertentu. Orang-orang tertentu bukan hanya Warga Negara Indonesia, tetapi juga orang asing yang berada di wilayah Indonesia‖.


(31)

Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa pencegahan merupakan larangan terhadap Wajib Pajak untuk keluar dari Indonesia dengan tujuan tidak menimbulkan sewenag-wenangan dalam pelaksanaannya.

5. Penyitaan

Pengertian penyitaan menurut Panca Kurniawan dan Bagus Pamungkas adalah sebagai berikut :

‖Penyitaan adalah tindakan Jurusita Pajak untuk menguasai barang penganggung pajak, guan dijadikan jaminan untuk melunasi utang pajak menurut Peraturan Perundang-Undangan‖.

6. Penyanderaan

Pengertian penyanderaan yang dikemukakan oleh Panca Kurniawan dan Bagus Pamungkas, dalam buku ‖Penagihan Pajak‖ adalah sebagai berikut :

‖Penyanderaan adalah pengekangan sementara waktu kebebasan penanggung pajak dengan menempatkannya ditempat tertentu‖.

(2006:163) Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa penyanderaan merupakan pengekangan sementara waktu kebebasan penanggung pajak disuatu tempat tertentu.

7. Lelang

Pengertian lelang atau menjual barang yang disita menurut Panca Kurniawan dan Bagus Pamungkas adalah sebagai berikut :

‖Lelang atau menjual barang yang disita adalah setiap penjualan barang -barang dimuka umum dengan cara penawaran harga secara lisan dan atau tertulis melalui usaha pengumpulan peminat atau calon pembeli‖.


(32)

Berdasarkan pengertian tersebut maka dapat disimpulkan bahwa lelang merupakan usaha untuk melakukan penjualan barang Wajib Pajak yang disita dengan cara penawaran harga secara lisan atau tertulis melalui pengumpulan calon pembeli.

Jangka waktu penagihan sejak diterbitkan surat teguran sampai dengan pelaksanaan lelang secara ringkas dapat dilihat dalam tabel 2.1 sebagai berikut :

Tabel 2.1

Jadwal Waktu Penagihan Pajak

No Tindak

Penagihan

Waktu Penerbitan Implikasi 1 Surat Teguran 7 hari sejak jatuh tempo

pembayaran seperti tercantum dalam SKPKB, SKPKBT, atau STP telah lewat

Diberikan jangka waku 21 hari kepada wajib pajak untuk segera melunasi utang pajaknya

2 Surat Paksa 21 hari sejak penerbitan surat teguran telah lewat

Diberikan jangka waktu 2x24 jam kepada wajib pajak untuk segera melunasi utang pajak dan biaya penagihan

3 Surat Perintah Melaksanakan penyitaan

2x24 jam sejak penerbitan surat teguran telah lewat

Diberikan jangka waktu 14 hari kepada wajib pajak untuk segera melunasi pajaknya dan biaya penagihan

4 Pengumuman Lelang

14 hari sejak penerbitan

surat perintah

melaksanakan penyitaan telah lewat

Diberikan jangka waktu 14 hari kepada wajib pajak untuk segera melunasi utang pajaknya dan biaya penagihan 5 Lelang 14 hari sejak penerbitan

pengumuman lelang telah lewat

Pejabat dapat segera menggunakan, menjual, dan memindahbukukan barang-barang wajib pajak yang disita sebagai

pelunasan biaya

penagihan dan utang pajak Sumber : Indonesian Tax Review Vol III/Edisi 33/2004, hal 41


(33)

2.1.3 Pengertian Kepatuhan Wajib Pajak

Kondisi perpajakan yang menuntut keikutsertaan aktif wajib pajak dalam menyelenggarakan perpajakannya membutuhkan kepatuhan wajib pajak yang tinggi, yaitu kepatuhan dalam pemenuhan kewajiban perpajakan yang sesuai kebenarannya.

Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia (1995 : 1013), dalam Sony Devano dan Siti Kurnia Rahayu pengertian Kepatuhan adalah sebagai berikut :

‖Kepatuhan berarti tunduk atau patuh pada ajaran atau aturan‖.

(2006:110) Sedangkan menurut Norman D. Nowak (Moh. Zain :2004), dalam Sony Devano dan Siti Kurnia Rahayu pengertian Kepatuhan Wajib Pajak adalah sebagai berikut :

‖Kepatuhan wajib pajak didefinisikan sebagai suatu iklim kepatuhan dan kesadaran pemenuhan kewajiban perpajakan, tercermin dalam situasi dimana :

1. Wajib pajak paham atau berusaha untuk memahami semua ketentuan peraturan-peraturan perundang-undangan perpajakan.

2. Mengisi formulir pajak dengan lengkap dan jelas.

3. Menghitung jumlah pajak yang terutang tepat pada waktunya‖.

(2006:110) Menurut Chaizi Nasucha dalam Siti Kurnia Rahayu, kepatuhan wajib pajak dapat didefinisikan sebagai berikut :

1. Kepatuhan wajib pajak dalam mendaftarkan diri;

2. Kepatuhan untuk menyetor kembali surat pemberitahuan;

3. Kepatuhan dalam penghitungan dan pembayaran pajak yang terurang; dan

4. Kepatuhan dalam pembayaran tunggakan.


(34)

Kemudian merujuk pada kriteria wajib pajak patuh menurut Keputusan Menteri Keuangan No. 544/KMK.04/2000, bahwa kriteria kepatuhan wajib pajak patuh adalah sebagai berikut :

1. Tepat waktu dalam menyampaikan SPT untuk semua jenis pajak dalam dua tahun terakhir.

2. Tidak mempunyai tunggakan pajak untuk semua jenis pajak, kecuali telah memperoleh izin untuk mengangsur atau menunda pembayaran pajak.

3. Tidak pernah dijatuhi hukuman karena melakukan tindak pidana di bidang perpajakan dalam jangka waktu 10 tahun terakhir.

4. Dalam dua tahun terakhir menyelenggarakan pembukuan dan dalam hal terhadap wajib pajak pernah dilakukan pemeriksaan yang terakhir untuk masing-masing jenis pajak yang terutang paling banyak 5%.

5. Wajib pajak yang laporan keuangannya untuk dua tahun terakhir di audit oleh akuntan publik dengan pendapat wajar tanpa pengecualian, atau pendapat dengan pengecualian sepanjang tidak mempengaruhi laba rugi fiskal.

Menurut Safri Nurmantu dalam Sony Devano dan Siti Kurnia Rahayu, mengatakan bahwa Kepatuhan perpajakan adalah sebagai berikut :

‖Kepatuhan perpajakan dapat didefinisikan sebagai suatu keadaan di mana wajib pajak memenuhi semua kewajiban perpajakan dalam melaksanakan hak perpajakannya.‖

‖Ada dua macam kepatuhan yaitu :

1. Kepatuhan Formal, adalah suatu keadaan di mana wajib pajak memnuhi kewajiban secara formal sesuai dengan ketentuan dalam Undang-Undang Perpajakan

2. Kepatuhan Material, adalah suatu keadaan dimana wajib pajak secara substansif atau hakikatnya memenuhi semua ketentuan material perpajakan, yakni sesuai isi dan jiwa Undang-Undang Perpajakan. Kepatuham Material juga meliputi kepatuhan Formal‖.


(35)

Menurut Sony Devano dan Siti Kurnia Rahayu memberikan pendapatnya mengenai kepatuhan adalah sebagai berikut :

‖Pada prinsipnya kepatuhan perpajakan adalah tindakan wajib pajak dalam pemenuhan kewajiban perpajakannya sesuai dengan ketentuan perundang-undangan dan peraturan pelaksanaan perpajakan yang berlaku dalam suatu negara. Predikat wajib pajak patuh dalam arti disiplin dan taat, tidak sama dengan wajib pajak yang berpredikat pembayar pajak dalam jumlah besar, tidak ada hubungan antara kepatuhan dengan nominal setoran pajak yang dibayarkan pada kas negara.‖

(2006:112) Dari beberapa pendapat para ahli yang telah disebutkan diatas, dapat disimpulkan bahwa Kepatuhan adalah tindakan taat atau patuhnya wajib pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakannya sesuai dengan ketentuan umum perpajakan yang berlaku.

2.1.3.1 Kepatuhan Wajib Pajak

1. Menyampaikan SPT Tahunan PPh Tepat Waktu

Menurut Siti Kurnia Rahayu Wajib Pajak telah menjalankan kewajibannya dalam menyampaikan SPT Tahunan tepat waktu jika :

‖Misalnya ketentuan batas waktu penyampaian Surat Pemeberitahuan Pajak Penghasilan (SPT PPh) Tahunan tanggal 31 Maret. Apabila Wajib Pajak telah melaporkan Surat Pemeberitahuan Pajak Penghasilan (SPT PPh) Tahunan sebelum tanggal 31 Maret maka Wajib Pajak telah memenuhi kewajibannya.‖

(2010:138) Jadi sesuai dengan ketetapan perundangan perpajakan yang berlaku bahwa Wajib Pajak yang menyampaikan SPT Tahunan PPh dalam kurung waktu yang ditetapkan yaitu tanggal 31 maret maka wajib pajak tersebut dikategorikan sebagai Wajib Pajak yang patuh.


(36)

2. Menyampaikan SPT Tahunan PPh Terlambat/ Lewat Waktu (Permohonan Perpanjangan Penyampaian SPT)

Terdapat banyak kasus dimana Wajib Pajak tidak menyampaikan kembali SPT pada waktunya dikarenakan ketidaklengkapan persyaratan berupa laporan keuangan dari Wajib Pajak tersebut.

Menurut Siti Kurnia Rahayu dan Ely Suhayati adalah sebagai berikut : ‖Pasal 3 ayat 4 dan 5 UU KUP menyatakan bahwa WP dapat mengajukan permohonan perpanjangan waktu untuk penyampaian SPT tahunan. Dengan cara mengisi formulir yang tersedia di kantor pelayanan pajak, masing-masing rangkap dua. Dalam permohonan secara tertulis itu diajukan sebelum tanggal 25 sebelum batas akhir penyampaian SPT Tahunan‖.

(2009:46) 3. Menyampaikan SPT Tahunan PPh Pembetulan

Menurut Siti Kurnia Rahayu dan Ely Suhayati adalah sebagai berikut : ‖Terhadap kekeliruan dalam pengisian SPT yang dibuat oleh Wajib Pajak masih terbuka baginya hak untuk melakukan pembetulan atas kemauan sendiri dalam jangka waktu 2 tahun sesudah berakhirnya masa pajak, bagian tahun pajak atau tahun pajak dengan syarat Dirjen pajak belum melakukan pemeriksaan. Dalam hal pembetulan SPT tersebut diatas menyatakan rugi atau lebih bayar‖.

(2009:46)

Dengan fasilitas tersebut diatas, Wajib Pajak dapat tetap melakukan kewajibannya walawpun dengan keterlambatan waktu, namun dapa dikategorikan sebagai Wajib Pajak yang patuh.


(37)

2.1.4 Keterkaitan antar Variabel Penelitian

2.1.4.1 Pengaruh Pemeriksaan Pajak terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Teori penghubung menurut Gunadi adalah sebagai berikut :

‖Upaya peningkatan kepatuhan pajak terkait erat dengan pemeriksaan pajak dimana pada gilirannya akan dapat meningkatkan optimalisasi penerimaan pajak‖.

Selain itu menurut Siti Kurnia Rahayu adalah sebagai berikut : Tujuan kebijakan pemeriksaan pajak adalah:

1. Membuat pemeriksaan menjadi lebih efektif dan efisien 2. Meningkatkan kinerja pemeriksaan pajak

3. Meningkatkan kepatuhan wajib pajak sebagai konsekuesi pemungutan pajak di Indonesia

4. Secara tidak langsung menjadi aspek pendorong untuk meningkatkan penerimaan Negara dari pajak.

(2009:248) 2.1.4.2 Pengaruh Pengihan Pajak terhadap Kepatuhan Wajib Pajak

Teori pendukung yang menghubungkan menurut Gatot S.M. Faisal adalah sebagai berikut:

―Di samping bertujuan untuk mencairkan tunggakan pajak, tindakan penagihan pajak dengan surat paksa juga merupakan wujud law enforcement untuk meningkatkan kepatuhan yang menimbulkan aspek psikologis bagi wajib pajak‖.

(2009:225)

2.1.4.3 Pengaruh Pemeriksaan Pajak dan Penagihan Pajak terhadap Kepatuhan Wajib Pajak

Menurut John Hutagaol dijelaskan sebagai berikut:

―Untuk meningkatkan kepatuhan Wajib Pajak diperlukan penegakan hukum (law enforcement sanksi perpajakan) sesuai ketentuan. Sebagaimana dijelaskan sebelumnya pilar-pilar penegakan hukum terdiri


(38)

dari pemeriksaan pajak (tax audit), penyidikan pajak (tax investigation) dan penagihan pajak (tax collection). Penegakan hukum merupakan bentuk lain dari pelayanan karena selain menerapkan sanksi perpajakan atas pelanggaran perpajakan juga memberikan pelajaran kepada Wajib Pajak sehingga mereka dapat melaksanakan pemenuhan kewajiban dan haknya dibidang kewajiban sesuai ketentuan yang berlaku‖.

(2006)

2.2 Kerangka Pemikiran a. Naratif

Tujuan Negara Republik Indonesia yang berlandaskan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 adalah mewujudkan masyarakat adil, makmur dan merata. Tujuan luhur yang demikian itu dapat diwujudkan melalui pembangunan nasional secara bertahap, terencana, terarah, berkesinambungan dan diperlukan dana dan masyarakat, antara lain berupa pembayaran pajak. (DannyDarussalam:1997)

Dalam penerimaan pajak kepatuhan wajib pajak dalam melunasi utang pajaknya merupakan faktor yang cukup penting mengingat pajak merupakan penerimaan Negara yang cukup besar. Oleh karena itu, pemerintah memfokuskan perhatiannya terhadap penerimaan dalam negeri dari sektor pajak. Pemungutan pajak oleh pemerintah diatur dalam undang-undang, oleh karena itu pemerintah melakukan tindakan tegas untuk wajib pajak yang menghindari pemungutan pajak. Tindakan yang dilakukan pemerintah adalah dengan penagihan pajak yaitu upaya memaksa wajib pajak untuk melaksanakan kewajibannya.

Pemerintah melakukan penagihan pajak dengan harapan masyarakat melaksanakan kewajiban dan kepatuhannya sebagai wajib pajak untuk


(39)

mendukung keberhasilan penerimaan pajak yang dapat membantu pemerintah untuk menjalankan pemerintahannya.

Pemeriksaan dan penagihan pajak merupakan sarana dalam menegakkan kepatuhan wajib pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakan dalam rangka memberikan kepastian hukum, keadilan dan pembinaan kepada wajib pajak serta melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan. Dalam pemeriksaan pajak terdapat tahapan pemeriksaan yang terdiri dari tahapan persiapan pemeriksaan, pelaksanaan pemeriksaan dan pelaporan pemeriksaan.

Menurut widyaiswara mengelompokan bahwa ketidakpatuhan formal wajib pajak yaitu wajib pajak dengan sengaja tidak mendafrakan diri, wajib pajak tidak menyampaikan SPT, Wajib Pajak menyampaikan SPT yang isinya tidak benar/ tidak lengkap/ melampirkan keterangan yang tidak benar, wajib pajak yang sengaja tidak bersedia meminjamkan pembukuan, catatan, atau dokumen lainnya, hal tersebut dapat terdeteksi dengan dilakukannya pemeriksaan pajak.

Ketidakpatuhan ini telah menjadi pekerjaan rumah yang wajib diselesaikan oleh Dirjen Pajak karena ketidakpatuhan wajib pajak akan berpengaruh pada pendapatan Negara yang menjadi sumber dana pembangunan dan pemeliharaan sarana public bagi masyarakat.


(40)

Tabel 2.2

Hasil Penelitian Terdahulu

No Penulis/Judul Kesimpulan

1 Penulis : Gunadi Judul : Fungsi Pemeriksaan Terhadap Peningkatan Kepatuhan Pajak (Tax Compliance)

Diketahui bahwa pelaksanaan pemeriksaan terhadap SPT yang masuk berkisar rata-rata 12,8%, yang menunjukan bahwa tax audit coverage masih relative rendah. Sedangkan bila menganalisa jumlah pemeriksa pajak dibandingkan jumlah WP yang diperiksa juga menunjukan tingkat yang sangat rendah yaitu sebesar 5%, hal ini menunjukan bahwa beban pemeriksa pajak terlalu tinggi

3 Penulis : Amin Purnawan

Judul:―Pelaksanaan Tindakan

Penagihan Pajak Kaitannya Dengan Kepatuhan Wajib Pajak Dan Aspek Keadilannya‖

Praktek pemeriksaan dan pelaksanaan tindakan penagihan pajak, sebaiknya dilakukan dengan tetap berlandaskan pada asas praduga tidak bersalah, dan menjaga keseimbangan hak dan kewajiban antara wajib pajak dan fiskus. Jangan hanya karena mengerjar ―target‖ penerimaan pajak, mengabaikan hak-hak wajib pajak bahkan melanggar hak-hak asasi manusia. Kedepan perlu semakin diperhatikan aspek keadilan dalam perpajakan yakni adanya keseimbangan hak dan kewajiban antara wajib pajak dan fiskus. Wajib pajak patuh memenuhi kewajibannya bukan karena takut kena sanksi, melainkan wujud rasa tanggung jawab dan kesadaran akan arti pentingnya pajak bagi pembangunan.


(41)

b. Bagan kerangka pemikiran

Bagan 2.1

Skema kerangka pemikiran

2.3 Hipotesis

Negara

Penerimaan Dalam Megeri Penerimaan Luar Megeri

Migas

Wajib Pajak Pajak

Kepatuhan Wajib Pajak Pemeriksaan Pajak Tunggakan Pajak

Penagihan Pajak

Pencairan Tunggakan Pajak

Tahap pemeriksaan Pajak

Tahap Persiapan Pemeriksaan Tahap Pelaksanaan Pemeriksaan Tahap Pelaporan Pemeriksaan

Bantuan/Pinjaman Luar Negeri

Hipotesis:

Pemeriksaan Pajak dan Penagihan pajak secara simultan dan parsial berpengaruh terhadap Kepatuhan Wajib Pajak

Pelaksanaan Penagihan Pajak


(42)

c. Paradigma Penelitian

2.3 Hipotesis

Menurut Sugiyono hipotesis adalah sebagai berikut :

―Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, oleh karena itu rumusan masalah peneliktian biasanya disusun dalam bentuk kalimat pertanyaan‖.

(2010:93)

Hipotesis penelitian dapat diartikan sebagai jawaban yang bersifat sementara terhadap masalah penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul dan harus diuji secara empiris. Berdasarkan uraian kerangka pemikiran diatas, maka dapat disajikan oleh penulis adalah berhipotesis bahwa :

Pemeriksaan Pajak dan Penagihan Pajak secara simultan dan parsial berpengaruh terhadap Kepatuhan Wajib Pajak

Pemeriksaan pajak (X1)

Kepatuhan Wajib Pajak (Y) Penagihan Pajak (X2)


(43)

37 3.1 Objek Penelitian

Objek penelitian menurut Sugiyono adalah sebagai berikut :

―Objek penelitian adalah sasaran ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu tentang sesuatu hal objektif, valid, dan reliable tentang suatu hal (variabel tertentu)‖.

(2006:13)

Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa objek penelitian digunakan untuk mendapatkan data sesuai tujuan dan kegunaan tertentu.

Objek Penelitian yang menjadi fokus penulis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Pemeriksaan Pajak dan Penagihan Pajak sebagai variabel bebas dan dapat mempengaruhi (varabel independent).

2. Kepatuhan Wajib Pajak sebagai variabel terikat dan hanya dapat dipengaruhi (variabel dependen).

3.2 Metode Penelitian

Menurut Sugiyono metode penelitian adalah sebagai berikut:

―Metode penelitian dapat diartikan sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data yang valid dengan tujuan dapat ditemukan, dikembangkan, dan dibuktikan, suatu pengetahuan tertentu sehingga pada gilirannya dapat digunakan untuk memahami, memecahkan, dan mengantisipasi masalah‖.


(44)

Adapun metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriftif verifikatif dengan pendekatan kuantitatif yaitu suatu penelitian yang diolah dan di analisis dan diambil kesimpulannya. Jenis data yang dikumpulkan adalah data primer dan data sekunder.

Metode Deskriftif Menurut Sugiyono adalah sebagai berikut :

―Metode deskriptif adalah metode yang digunakan untuk menggambarkan atau menganalisa suatu hasil penelitian tetapi tidak digunakan untuk membuat kesimpulan yang lebih luas.‖

(2010:29) Verifikatif Menurut Masyhuri dan M. Zainudin, adalah sebagai berikut: ―Verification adalah memeriksa benar tidaknya, apabila dilaksanakan untuk menguji suatu cara dengan atau tanpa perbaikan, yang telah pernah dilaksanakan di tempat lain, dalam mengatasi masalah yang serupa dalam kehidupan.‖

(2009:45) Metode Kuantitatif Menurut Sugiyono adalah sebagai berikut :

―Metode penelitian kuantitatif dapat diartikan sebagai metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat posotivisme, digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu, pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian, analisis data bersifat kuantitatif/statistik, dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan.‖

(2009:8)

3.2.1 Desain Penelitian

Agar suatu penelitian dapat terarah maka penulis perlu menentukan variabel-variabel yang akan diteliti dan menentukan operasional variabel agar mempermudah dalam melakukan penelitian. Desain penelitian akan berguna bagi semua pihak yang terlibat dalam proses penelitian.


(45)

Menurut Jonathan Sarwono adalah sebagai berikut :

―Desain penelitian bagaikan sebuah peta jalan bagi peneliti yang menuntun serta menentukan arah berlangsungnya proses penelitian secara benar dan tepat sesuai dengan tujuan yang telah diharapkan‖

(2006:79) Sedangkan menurut Nazir pengertian desain penelitian adalah sebagai berikut :

―Desain penelitian adalah semua proses yang diperlukan dalam perencanaan dan pelaksanaan penelitian. Dalam pengertian yang lebih sempit, desain penelitian hanya mengenai pengumpulan dan analisis data saja‖.

(2006:84) Menurut Sugiyono dapat disimpulkan proses penelitian kuantitatif adalah: sebagai berikut :

―Proses penelitian kuantitatif meliputi hal-hal sebagai berikut: 1. Sumber masalah

2. Rumusan masalah

3. Konsep dan teori yang relevan dan penemuan yang relevan 4. Pengajuan hipotesis

5. Metode penelitian

6. Menyusun instrumen penelitian 7. Kesimpulan.‖

(2009: 50) Berdasarkan proses penelitian yang telah dijelaskan diatas, maka desain pada penelitian ini dijelaskan sebagai berikut:

1) Sumber Masalah

Masalah yang dihadapi oleh peneliti harus sudah jelas. Kemudian masalah tersebut diidentifikasi. Identifikasi masalah tersebut dirumuskan berdasarkan fenomena-fenomena yang terjadi di masyarakat, sehingga


(46)

didapat judul yang sesuai dengan masalah yang dihadapi tersebut untuk dijadikan penelitian.

2) Rumusan Masalah

Setelah masalah diidentifikasikan dan dibatasi, maka selanjutnya masalah tersebut dirumuskan. Rumusan masalah merupakan suatu pertanyaan yang akan dicari jawabannya melalui pengumpulan data. Proses perumusan masalah merupakan bagian dari proses penelitian yang paling sulit, karena di dalam perumusan masalah juga peneliti menentukan arah dan tujuan dari penelitian tersebut. Karena apabila penelitian tersebut tidak dirumuskan secara matang, maka bukan tidak mungkin penelitian tersebut akan keluar dari jalur dan maksud penelitian awal. Pada penelitian ini masalah-masalah dirumuskan melalui suatu pertanyaan, yang akan diuji dengan cara pengujian hipotesis. Rumusan masalah yang menjadi pokok masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana pemeriksaan pajak pada KPP Pratama wilayah Bandung 2. Bagaimana penagihan pajak pada KPP Pratama wilayah Bandung 3. Bagaimana kepatuhan wajib pajak pada KPP Pratama wilayah

Bandung

4. Berapa besar pengaruh pemeriksaan pajak dan penagihan pajak terhadap kepatuhan wajib pajak secara simultan dan parsial pada KPP Pratama wilayah Bandung


(47)

3) Konsep dan teori yang relevan dan penemuan yang relevan

Berdasarkan rumusan masalah yang telah disusun maka peneliti mencoba untuk mencari pemecahan dari masalah yang ada dengan melakukan sinkronisasi dengan teori – teori yang ada dan juga referensi yang teoritis dan relevan.

4) Pengajuan hipotesis

Jawaban terhadap rumusan masalah yang baru didasarkan pada teori dan didukung oleh penelitian yang relevan, tetapi belum ada pembuktian secara empiris (faktual) maka jawaban itu disebut hipotesis. Dalam penelitian ini, ada dua hipotesis awal yang dibuat oleh peneliti. Hipotesis yang menyatakan Pemeriksaan Pajak dan Penagihan Pajak berpengaruh secara simultan dan parsial terhadap Kepatuhan Wajib Pajak.

5) Metode penelitian

Untuk menguji penelitian ini peneliti menggunakan metode deskriptif verifikatif dengan pendekatan kualitatif sebagai metode penelitiannya. Hal ini dilakukan untuk menguji hipotesis awal yang telah dibuat agar mendapat kesimpulan akhir atau hasil akhir yang sesuai dengan kaidah – kaidah ilmu pengetahuan dan tidak menyimpang. Metode deskriptif digunakan untuk menjawab rumusan masalah yaitu :

a. Bagaimana pemeriksaan pajak pada KPP Pratama wilayah Bandung b. Bagaimana penagihan pajak pada KPP Pratama wilayah Bandung c. Bagaimana kepatuhan wajib pajak pada KPP Pratama wilayah


(48)

Metode verifikatif digunakan untuk menguji rumusan masalah tentang : a. Berapa besar pengaruh pemeriksaan pajak dan penagihan pajak terhadap

kepatuhan wajib pajak secara simultan dan parsial pada KPP Pratama wilayah Bandung

6) Menyusun instrumen penelitian

Setelah metode penelitian yang sesuai dipilih, maka peneliti dapat menyusun instrumen penelitian. Instrumen ini digunakan sebagai alat pengumpul data. Instrumen pada penelitian ini berbentuk daftar pertanyaan, untuk pedoman wawancara atau observasi.

7) Kesimpulan

Kesimpulan adalah langkah terakhir dari suatu periode penelitian yang berupa jawaban atas rumusan masalah. Dengan menekankan pada pemecahan masalah berupa informasi mengenai solusi masalah yang bermanfaat sebagai dasar untuk pembuatan keputusan.

Desain penelitian yang lebih sederhana lagi akan diperjelas dalam bentuk tabel berikut ini :


(49)

Tabel 3.1 Desain Penelitian Tujuan Penelitian Desain Penelitian Jenis Penelitian Metode yang

Digunakan Unit Analisis

Time Horizon T-1 Descriptive Descriptive

Survey KPP Pratama Wilayah Bandung Cross Sectional

T-2 Descriptive Descriptive Survey KPP Pratama Wilayah Bandung Cross Sectional

T-3 Descriptive Descriptive Survey KPP Pratama Wilayah Bandung Cross Sectional T-4 Descriptive dan Verificative Explanatory Survey KPP Pratama Wilayah Bandung Cross Sectional Sumber: Umi Narimawati (2007:85)

3.2.2 Operasional Variabel

Operasional variabel Menurut Jonathan Sarwono adalah sebagai berikut : ―Variabel harus didefinisikan secara operasional agar lebih mudah dicari hubungannya antara satu variabel dengan lainnya dan pengukurannya.‖

(2006:67) Menurut Jonathan Sarwono, operasionalisasi variabel bermanfaat untuk: ― 1) Mengidentifikasi kriteria yang dapat diobservasi yang sedang

didefinisikan;

2) menunjukkan bahwa suatu konsep atau objek mungkin mempunyai lebih dari satu definisi operasional;

3) mengetahui bahwa definisi operasional bersifat unik dalam situasu dimana definisi tersebut harus digunakan.‖


(50)

Variabel itu sendiri dalam konteks penelitian menurut Sugiyono adalah sebagai berikut :

―Variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, obyek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan ditarik kesimpulannya.‖

(2009:38) Berdasarkan judul usulan penelitian yang telah dikemukakan diatas yaitu ―Analisa atas Pemeriksaan Pajak dan Penagihan Pajak terhadap Kepatuhan Wajib Pajak‖, maka variabel – variabel yang diteliti dapat dibedakan menjadi dua yaitu : 1. Variabel Bebas (Independent Variable)

Variabel Bebas Menurut Umi Narimawati adalah sebagai berikut :

―Variabel bebas merupakan variabel stimulus atau variabel yang mempengaruhi variabel lain. Variabel bebas merupakan variabel yang pengaruhnya diukur, dimanipulasi atau dipilih oleh peneliti untuk menentukan hubungannya dengan suatu gejala yang diobservasi dalam kaitannya dengan variabel lain.‖

(2007:27) Dalam hal ini variabel bebas yang akan berkaitan dengan masalah yang akan diteliti data yang menjadi variabel bebas (Variabel X1 dan Variabel X2). Variabel

X1 berkaitan dengan pemeriksaan pajak, dimana variabel ini diukur oleh

instrumen pengukur dalam bentuk kuesioner yang memenuhi pernyataan – pernyataan tipe skala Likert. Sedangkan variabel X2 berhubungan dengan


(51)

Skala Likert Menurut Sugiyono adalah sebagai berikut :

―Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial.‖

(2009:93) 2. Variabel Tergantung (Dependent Variable)

Variabel Tergantung Menurut Umi Narimawati adalah sebagai berikut : ―Variabel tergantung adalah variabel yanng memberikan reaksi atau respon jika dihubungkan dengan variabel bebas. Variabel tergantung adalah variabel yang keberadaanya diamati dan diukur untuk menentukan pengaruh yang disebabkan oleh variabel bebas.‖

(2007:27) Variabel ini berkaitan dengan kepatuhan wajib pajak (Y) yang muncul akibat adanya output dari pemeriksaan pajak dan penagihan pajak.

Tabel 3.2

Operasionalisasi Variabel

Variabel Konsep Indikator Skala No

Quesioner Pemeriksaan

Pajak (X1)

Serangkaian kegiatan untuk mencari, mengumpulkan dan mengolah data dan atau keterangan lainnya untuk menguji

kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan dan untuk tujuan lain dalam rangka

melaksanakan peraturan perundangan-undangan perpajakan.

Berdasarkan Lampiran-lampiran dalam Surat Pemberitahuan meliputi Laporan Keuangan, Daftar Perhitungan Penyusutan/Amortisasi menurut Fiskal, Surat

-Mempelajari berkas wajib pajak/berkas data -Menaganalisis SPT dan laporan keuangan wajib pajak

-Mengidentifikasi masalah

-Melakukan pengenalan lokasi wajib pajak -Menentukan ruang lingkup pemeriksaan -Menyusun program pemeriksaan

-Menentukan buku-buku dan dokumen yang akan dipinjam -Menyediakan sarana pemeriksaan

-Memeriksa di tempat

Ordinal


(52)

Setoran Pajak dan lain-lain

Undang-undang Nomor 16 Tahun 2000

Wajib Pajak,

-Melakukan penilaian atas Sistem

Pengendalian Intern, -Memutakhirkan pemeriksaan atas buku-buku, catatan-catatan, dan dokumen-dokumen, -Melakukan konfirmasi pada pihak ketiga, -Memberitahukan hasil pemeriksaan kepada Wajib Pajak, -Melakukan sidang penutup (Closing Conference) -Umum -Pelaksanaan Pemeriksaan -Hasil Pemeriksaan -Kesimpulan dan Usul Pemeriksaan

Penagihan Pajak (X2)

‖Penagihan Pajak adalah serangkaian tindakan agar Penanggung Pajak melunasi Utang Pajak dan biaya penagihan pajak dengan menegur atau memperingatkan, melaksanakan penagihan seketika sekaligus, memberitahukan Surat Paksa, mengusulkan pencegahan, melaksanakan penyitaan, melaksanakan penyanderaan, menjual barang yang telah disita‖.(Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan)

- Surat Teguran - Surat Paksa - Surat Perintah

Melakukan Penyitaan - Pengumuman Lelang - Pelelangan

Ordinal


(53)

Kepatuhan Pajak (Y)

Pada prinsipnya kepatuhan perpajakan adalah tindakan wajib pajak dalam pemenuhan kewajiban perpajakannya sesuai dengan ketentuan perundang-undangan dan peraturan pelaksanaan perpajakan yang berlaku dalam suatu negara. Predikat wajib pajak patuh dalam arti disiplin dan taat, tidak sama dengan wajib pajak yang berpredikat pembayar pajak dalam jumlah besar, tidak ada hubungan antara kepatuhan dengan nominal setoran pajak yang dibayarkan pada kas negara. (Sony Devano dan Siti Kurnia Rahayu 2006:110)

-Menyampaikan SPT Tahunan PPh Tepat Waktu -Menyampaikan SPT Tahunan PPh terlambat/lewat waktu (Permohonan Pepanjangan penyampaian SPT) -Menyampaikan SPT Tahunan PPh Pembetulan

-Kepatuhan wajib pajak dalam mendaftarkan diri;

-Kepatuhan untuk menyetor kembali surat pemberitahuan;

-Kepatuhan dalam penghitungan dan pembayaran pajak yang terutang; dan

-Kepatuhan dalam pembayaran tunggakan


(54)

Dalam operasionalisasi variabel ini variabel menggunakan skala ordinal. Pengertian dari skala ordinal menurut Umi Narimawati adalah sebagai berikut :

―Skala pengukuran ordinal memberikan informasi tentang jumlah relative karakteristik berbeda yang dimiliki oleh objek atau individu tertentu.‖

(2007 : 23) Berdasarkan pengertian diatas, maka skala yang digunakan adalah skala ordinal dengan tujuan untuk memberikan informasi berupa nilai pada jawaban. Variabel-variabel tersebut diukur oleh instrumen pengukur dalam bentuk kuesioner berskala ordinal yang memenuhi pernyataan-pernyataan tipe skala likert.

Skala likert menurut Sugiyono adalah sebagai berikut:

―Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial.‖

(2010:132) Untuk setiap pilihan jawaban diberi skor, maka responden harus menggambarkan, mendukung pernyataan (item positif) atau tidak mendukung pernyataan (item negatif). Skor atas pilihan jawaban untuk kuesioner yang diajukan untuk pernyataan positif adalah sebagai berikut :

Tabel 3.3

Skala Likert Untuk Kuesioner Positif

Sumber : Sugiyono, 2007:87

Jawaban Responden Skor

A 5

B 4

C 3

D 2


(55)

Sedangkan skor atas pilihan jawaban untuk kuesioner yang diajukan untuk pernyataan negatif adalah sebagai berikut :

Tabel 3.4

Skala Likert Untuk Kuesioner Negatif

Jawaban Responden Skor

A 1

B 2

C 3

D 4

E 5

Sumber : Sugiyono, 2007:88

3.2.3 Sumber dan Teknik Penentuan Data 3.2.3.1 Sumber Data

Sumber data yang dapat digunakan dalam sebuah penelitian adalah sebagai berikut :

a. Data Primer

Data primer biasanya didapat dari data sumber pertama atau biasa kita sebut dengan responden. Data ini biasanya diperoleh dengan menggunakan kuesioner atau lisan dengan menggunakan metode wawancara. Data primer umumnya berupa data kualitatif dan digunakan untuk membuktikan hipotesis yang telah dikemukakan sebelumnya. Responden untuk penelitian ini terbagi ke dalam 2 kelompok yaitu : 1. Bagian Pemeriksaan untuk mengisi kuesioner variabel pemeriksaan

pajak dan kepatuhan wajib pajak

2. Bagian Penagihan untuk mengisi kuesioner variabel penagihan pajak


(56)

3.2.3.2 Teknik Penentuan Data 1. Populasi

Populasi Menurut Sugiyono adalah sebagai berikut :

―Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya‖.

(2010:115) Berdasarkan penelitian diatas, peneliti dapat mengambil kesimpulan bahwa populasi merupakan obyek atau subyek yang memenuhi syarat tertentu berkaitan dengan masalah penelitian, maka yang menjadi populasi sasaran dalam penelitian ini adalah Kantor Pelayanan Pajak Pratama Wilayah Bandung

2. Sampel

Sampel menurut Sugiyono adalah sebagai berikut :

―Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Untuk itu sampel yang diambil dari populasi harus betul-betul representatif (mewakili)‖.

(2009:81) Dari pengertian diatas, penulis mengambil kesimpulan bahwa sampel merupakan bagian dari populasi yang kita ambil sebagai bahan penelitian dimana sampel yang diambil tersebut diharapkan mampu mewakili seluruh hal yang ada didalam populasi. Di dalam penelitian ini, sampel yang digunakan adalah Kantor Pelayanan Pajak Pratama Wilayah Bandung.


(57)

3.2.4 Teknik Pengumpulan Data

1. Penelitian Lapangan (Field Research)

a. Metode Pengamatan (Observasi), yaitu teknik pengumpulan data dengan cara melakukan pengamatan langsung terhadap objek yang sedang diteliti, diamati atau kegiatan yang sedang berlangsung.

b. Wawancara (Interview), yaitu teknik pengumpulan data yang diperoleh dengan cara tanya jawab langsung dengan pihak – pihak yang terkait langsung dan berkompeten dengan permasalahn yang diteliti.

c. Kuesioner, suatu pengumpulan data dengan memberikan atau menyebarkan daftar pertanyaan kepada responden.

2. Penelitian Kepustakaan (Library Research)

Penelitian kepustakaan dilakukan sebagai usaha guna memperoleh data yang bersifat teori sebagai pembanding dengan data penelitian yang diperoleh. Data tersebut diperoleh dari buku – buku literatur, softcopy dan berhubungan dan juga jurnal – jurnal ilmiah. Studi kepustakaan ini bertujuan untuk memperoleh sebanyak mungkin teori yang diharapkan dapat menunjang data yang dikumpulkan.

3.2.4.1 Uji Validitas

Valid Menurut Sugiyono adalah sebagai berikut :

―Menunjukan derajat ketepatan antara data yang sesungguhnya terjadi pada obyek dengan data yang dapat dikumpulkan oleh peneliti.‖


(58)

Berdasarkan uraian diatas, maka suatu karakteristik dari ukuran terkait dengan tingkatan pengukuran sebuah alat test kuesioner untuk mengukur secara benar apa yang diinginkan peneliti untuk dilakukan dan mengukur yang seharusnya diukur.

Tabel 3.5

Standar Penilaian Untuk Validitas Keterangan Validity

Good 0,50

Acceptable 0,30 Marginal 0,20

Poor 0,10

Untuk menguji valid atau tidaknya suatu alat ukur digunakan pendekatan secara statistika, yaitu melalui nilai koefisien korelasi skor butir pernyataan dengan skor total = 0,30 maka skor tersebut dinyatakan valid dan apabila < 0,30 berarti data tersebut dapat dikatakan tidak valid. Hasil pengolahan menggunakan korelasi Person product moments (r). Uji ini untuk mengukur pernyataan yang ada dalam kuesioner. Validitas suatu data tercapai jika pernyataan tersebut mampu mengungkapkan apa yang akan diungkapkan. Uji validitas dilakukan dengan mengkorelasikan masing – masing pernyataan dalam jumlah skor untuk masing – masing variabel.

n (

Σ

XY) – (

Σ

X

Σ

Y) R = —————————————— √ (n

Σ

X² – (

Σ

X)² (n

Σ

Y²) –(

Σ

Y²)


(1)

153

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian mengenai analisa atas pemeriksaan pajak dan penagihan pajak terhadap kepatuhan wajib pajak pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama di wilayah Bandung, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Pemeriksaan pajak pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama yang ada di wilayah Bandung sudah termasuk baik, ini tercermin dari persentase total skor tanggapan responden yang termasuk dalam kriteria baik. Artinya serangkaian kegiatan pemeriksaan pajak secara keseluruhan sudah dilaksanakan dengan baik. Hal tersebut telah mengikuti prosedur dan melakukan semua tahapan – tahapan pelaksanaan dengan baik. Sehingga dengan tahapan persiapan yang telah dilakukan dengan baik dan tahapan pelaksanaan juga telah dilaksanakan dengan baik maka pelaksanaan pemeriksaan akan berjalan lancar dan akan mencapai tujuan utama dari pemeriksaan yaitu mengukur tingkat kepatuhan Wajib Pajak baik Wajib Pajak orang pribadi maupun Wajib Pajak badan.

2. Penagihan pajak untuk keseluruhan kantor pelayanan pajak yang berada di wilayah Bandung dikatakan cukup baik, terlihat dari tanggapan resonden mengenai kegiatan pelaksanaan penagihan pajak yang dilakukan oleh petugas


(2)

penagihan pajak diawali dengan pemberian surat teguran, surat paksa, surat perintah melakukan melakukan penyitaan, pengumuman lelang dan pelelangan. 3. Kepatuhan wajib pajak pada kantor pelayanan pajak pratama yang ada di wilayah Bandung dapat dikatakan cukup tinggi ini tercermin dari persentase total skor tanggapan responden yang termasuk dalam kriteria baik. Artinya kepatuhan wajib pajak yang meliputi tepat waktu dalam menyampaikan SPT, tidak mempunyai tunggakan, tidak pernah dijatuhi hukuman, menyelenggarakan pembukuan, kepatuhan wajib pajak dalam mendaftarkan diri, kepatuhan untuk menyetor kembali surat pemberitahuan, kepatuhan dalam perhitungan dan pembayaran pajak yang terutang, dan kepatuhan dalam pembayaran tunggakan yang secara keseluruhan tingkat kepatuhan wajib pajaknya cukup tinggi.

4. Pemeriksaan pajak dan penagihan pajak pada kantor pelayanan pajak yang ada di wilayah Bandung baik secara simultan maupun parsial berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak dengan arah hubungan positif. Artinya semakin baik pemeriksaan pajak dan penagihan pajak akan meningkatkan kepatuhan wajib pajak. Sebaliknya, semakin buruk pemeriksaan pajak dan penagihan pajak akan menurunkan kepatuhan wajib pajak.

5.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan yang telah dikemukakan bahwa pemeriksaan pajak dan penagihan pajak telah terbukti membawa pengaruh yang positif terhadap kepatuhan wajib pajak maka peneliti memberikan saran yang dapat dijadikan


(3)

155

masukkan kepada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Wilayah Bandung sebagai berikut:

1. Jika dilihat dari salah satu kegiatan pemeriksaan pajak dalam hal melakukan melakukan konfirmasi pada pihak ketiga harus lebih ditingkatkan lagi sehingga masalah seperti sulitnya mengetahui data wajib pajak dari pihak ketiga/bank tidak terjadi lagi. Hal ini bertujuan agar pemeriksaan pajak akan berjalan lebih baik lagi.

2. Alangkah lebih baik jika pihak KPP lebih mempertegas pelaksanaan penagihan pajak dalam memberikan surat teguran dan surat paksa, sehingga wajib pajak bisa menyetorkan pajaknya dan tidak mempunyai tunggakan pajak lagi serta melakukan sosialisasi kepada wajib pajak karena sangat berperan penting dalam meningkatkan kepatuhan wajib pajak.

3. Kepatuhan wajib pajak dalam menyetorkan SPT tepat waktu dan pembayaran tunggakan pajak masih belum memenuhi kriteria baik. Hal ini dikarenakan rendahnya kesadaran masyarakat dalam menyetorkan SPT ini berkaitan dengan sistem pemungutan yang selama ini masih semi antara self assessment system dengan official assessment system. Alangkah lebih baik jika pihak DJP lebih mempertegas sistem pemungutan apa yang akan digunakan, sehingga wajib pajak tidak bingung antara harus meyetorkan sendiri SPT nya atau menunggu petugas yang mengambil.


(4)

156

DAFTAR PUSTAKA

Faisal, Gatot S.M. 2009, How to be A Smarter Taxpayer: Bagaimana menjadi Wajib Pajak. Jakarta : Grasindo

Kurniawan, Panca 2006, Penagihan Pajak. Jakarta : Grasindo Moh Nazir. 2003, Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia

Narimawati, Umi 2007, Riset Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta : Agung Media

Sony Devano, dan Siti Kurnia Rahayu. 2006. Perpajakan: Konsep, Teori, dan Isu, Satu. Jakarta : Kencana Prenada Media Group

Rahayu, Siti Kurnia. 2009. Perpajakan Indonesia ”Konsep dan Aspek Formal”. Yogyakarta : Graha Ilmu

Sarwono, Jonathan. 2005. SPSS Teori dan Latihan SPSS Teori dan Latihan. Bandung : Andi Yogyakarta

Sarwono, Jonathan. 2006. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. Yogyakarta: Graha Ilmu

Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Bisnis. Bandung : Alfabeta

Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif dan Metode R&D. Bandung : Alfabeta

Supangat, Andi. 2007. Statistik. Jakarta : PT.Salemba Empat

Umar, Husein 2005. Metode Penelitian Bisnis. Jakarta : Ghalia Indonesia Jurnal

Amin Purnawan. 2004. Pelaksanaan Tindakan Penagihan Pajak Kaitannya dengan Kepatuhan Wajib Pajak dan aspek Keadilannya. Jurnal Hukum Vol 14 Nomor 1 Januari 2004


(5)

157

Gunadi. 2005. Fungsi pemeriksaan Terhadap Peningkatan Kepatuhan Pajak (Tax Compliance). Jurnal Perpajakan Indonesia Vol 4 Nomor 5 Februari 2005. ISSN 1412-0518

Manish Gupta and Vishnuprasad Nagadevara. Audit Selection Strategy for Improving Tax Compliance – Application of Data Mining Techniques. National Tax Journal.

Richard Burton. 2005. Menuju Wajib Pajak Patuh. Jurnal Perpajakan Indonesia Vol 5 Nomor 1 Agustus 2005. ISSN 1412-0518

Riskon Ginting. Pengaruh Pemberian Surat Penagihan terhadap Pembayaran Tunggakan Pajak Penghasilan di Tiga Kantor Pelayanan Pajak. Jurnal Ekonomi dan Pembangunan Vol 5 Nomor 1


(6)

Nim : 21107084 Program Studi : Akuntansi

Fakultas : Ekonomi

Tempat Tanggal Lahir: Jakarta, 3 Maret 1989

Agama : Islam

Jenis Kelamin : Perempuan Kewarganegaraan : Indonesia

Alamat : Perumahan Cimahpar Endah 2 Jl. Nuri no.24 RT.003/RW.011 Sukabumi 43192

Email : estyeliya@yahoo.co.id

Riwayat Pendidikan :

1995-2001 : SDN Pasirhalang 1 Sukabumi 2001-2004 : SMPN 2 Sukabumi

2004-2007 : SMAN 3 Sukabumi


Dokumen yang terkait

Pelaksanaan Penyuluhan Dalam Upaya Meningkatkan Kepatuhan Wajib Pajak Untuk Memenuhi Kewajiban Perpajakan Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam

1 70 56

Pelaksanaan Penyuluhan Dalam Upaya Meningkatkan Kepatuhan Wajib Pajak Untuk Memenuhi Kewajiban Perpajakan pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Petisah

2 44 65

Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi dalam Menerapkan Sistem Self Assessment pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia

3 109 60

Pelaksanaan Penyuluhan Dalam Upaya Meningkatkan Kepatuhan Wajib Pajak Untuk Memenuhi Kewajiban Perpajakan Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Petisah

1 37 33

Upaya Meningkatkan Kepatuhan Wajib Pajak Dalam Membayar Pajak Penghasilan Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan

2 61 59

Prosedur Penagihan Untuk Meningkatkan Kepatuhan Wajib Pajak Dalam Memenuhi Kewajiban Perpajakannya Di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota

0 57 85

Pengaruh Pemeriksaan Pajak Terhadap Kepatuhan Material Wajib Pajak Dan Implikasinya Terhadap Penerimaan Pajak Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Di Wilayah Bandung

3 21 152

Tinjauan atas penagihan pajak terhadap kepatuhan wajib pajak badan hukum pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Cicadas

0 3 1

Analisis Atas Pemeriksaan Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Badan Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Di Wiliyah Kota Bandung

8 99 165

Pengaruh Penagihan Pajak dengan Surat Paksa terhadap Kepatuhan Wajib Pajak pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Karees.

0 2 23