Rumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian Hipotesis

commit to user Dalam hal ini, segmen dari penelitian ini adalah mahasiswa FISIP UNS sampai dengan tahun 2009. Keputusan untuk ikut donor darah sukarela tidak mudah bagi mahasiswa FISIP UNS. Peneliti ingin mengetahui apakah ada hubungan antara aktivitas mahasiswa FISIP UNS dalam mengikuti kegiatan komunikasi PMI Cabang Kota Surakarta dengan partisipasi mahasiswa sebagai pendonor darah sukarela. Berdasarkan latar belakang di atas, maka dalam penelitian ini penulis mengambil judul Kegiatan Komunikasi Dan Partisipasi Donor Darah Sukarela Studi Korelasi Antara Aktivitas Mahasiswa Dalam Mengikuti Kegiatan Komunikasi Pencari Pelestari Donor Darah Sukarela P2D2S PMI Cabang Kota Surakarta Dengan Partisipasi Mahasiswa FISIP UNS Sebagai Pendonor Donor Darah Sukarela. Diharapkan adanya hubungan yang signifikan antara aktivitas mahasiswa dalam mengikuti kegiatan komunikasi Pencari Pelestari Donor Darah Sukarela P2D2S PMI Cabang Kota Surakarta dengan partisipasi mahasiswa sebagai pendonor darah sukarela. Dalam hal ini agar terjadi peningkatan jumlah pendonor darah sukarela.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, permasalahan yang dapat dirumuskan dalam penelitian ini adalah : commit to user - Adakah hubungan yang signifikan antara aktivitas mahasiswa dalam mengikuti kegiatan komunikasi Pencari Pelestari Donor Darah Sukarela P2D2S PMI Cabang Kota Surakarta dengan partisipasi mahasiswa FISIP UNS sebagai pendonor darah sukarela?

C. Tujuan Penelitian

Berkaitan dengan rumusan masalah tersebut, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat signifikansi antara aktivitas mahasiswa dalam mengikuti kegiatan komunikasi Pencari Pelestari Donor Darah Sukarela P2D2S PMI Cabang Kota Surakarta dengan partisipasi mahasiswa FISIP UNS sebagai pendonor darah sukarela.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi masyarakat Sebagai informasi tentang donor darah dan manfaatnya. 2. Bagi institusi Palang Merah Indonesia Cabang Kota Surakarta Sebagai masukan dalam mempertahankan dan menambah jumlah anggota donor sukarela dan sebagai acuan dalam mengevaluasi kegiatan komunikasi yang telah di lakukannya. 3. Bagi peneliti commit to user Penelitian ini sangat berguna untuk menambah pengalaman membuat karya tulis dan sebagai acuan untuk penelitian lebih lanjut serta sebagai bahan penerapan ilmu yang didapat selama kuliah. 4. Bagi Lembaga Pendidikan Hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan sebagai acuan untuk penelitian berikutnya terhadap objek penelitian yang sejenis. 5. Manfaat Akademik Dari Tujuan Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberi kontribusi terhadap studi mengenai hubungan antara aktivitas dengan partisipasi, yakni dengan memperhatikan teori-teori yang selama ini telah digunakan dalam penelitian sebelumnya.

E. Kerangka Teori dan Kerangka Pemikiran

1. Kerangka Teori

a. Komunikasi Dalam membuat sebuah penelitian, diperlukan adanya teori-teori untuk mendukung penyelesaian masalah-masalah dari penelitian tersebut. Teori adalah himpunan konstruk konsep definisi dan proposisi yang mengemukakan pandangan sistematika tentang gejala dengan menjabarkan relasi antara variabel untuk menjelaskan gejala tersebut Jalaludin Rahmat : 1996, hal 6. Dalam hal ini peneliti ingin commit to user meneliti kegiatan komunikasi PMI cabang kota Surakarta tentang sosialisasi donor darah. Komunikasi adalah suatu proses penyampaian informasi pesan, ide, gagasan dari satu pihak kepada pihak lain agar terjadi saling mempengaruhi diantara keduanya. Pada umumnya, komunikasi dilakukan dengan menggunakan kata-kata lisan yang dapat dimengerti oleh kedua belah pihak. Apabila tidak ada bahasa verbal yang dapat dimengerti oleh keduanya, komunikasi masih dapat dilakukan dengan menggunakan gerak-gerik badan, menunjukkan sikap tertentu, misalnya tersenyum, menggelengkan kepala, mengangkat bahu. Cara seperti ini disebut komunikasi dengan bahasa nonverbal. Komunikasi merupakan proses di mana seseorang komunikator menyampaikan perangsang- perangsang biasanya lambang-lambang dalam bentuk kata-kata untuk mengubah tingkah laku orang lain Anwar Arifin: 2002, hal.6 Komunikasi dalam pandangan Carl I Hovland Onong Uchjana Efendy: 2000, hal 10 adalah proses mengubah perilaku orang lain communication is the process to modify the behavior of the other individuals. Kegiatan komunikasi tidak hanya bersifat informatif, yakni agar orang lain mengetahui sesuatu, tetapi juga harus bersifat persuasif dengan tujuan agar masyarakat bersedia menerima suatu paham, keyakinan dan atau melakukan sesuatu perbuatan atau kegiatan. Paradigma-paradigma di atas merupakan komponen utama terjadinya suatu komunikasi, baik dalam komunikasi interapribadi, commit to user komunikasi antarpribadi, komunikasi kelompok, komunikasi publik, komunikasi organisasi, maupun komunikasi dengan menggunakan media massa. 1. Komunikasi Interapribadi Komunikasi Interapribadi intrapersonal communication adalah komunikasi dengan diri sendiri, baik kita sendiri atau tidak Deddy Mulyana, 2005: hal.72. Komunikasi ini merupakan landasan komunikasi antarpribadi dan komunikasi dalm konteks-konteks lainnya, meskipun dalam disiplin komunikasi tidak dibahas secara rinci dan tuntas. Dengan kata lain, komunikasi ini inhern dalam komunikasi dua orang, tiga orang, dan seterusnya, karena sebelum berkomunikasi dengan orang lain kita biasanya berkomunikasi dengan diri sendiri. Keberhasilan komunikasi kita dengan orang lain bergantung pada keefektifan komunikasi kita dengan diri sendiri. 2. Komunikasi Antarpribadi Komunikasi Antarpribadi Interpersonal Communication adalah komunikasi antara orang-orang secara tatap muka, yang memungkinkan setiap pesertanya menangkap reaksi orang lain secara langsung, baik secara verbal maupun secara nonverbal. Deddy Mulyana, 2005: hal.73. Bentuk khusus komunikasi ini adalah komunikasi diadik dyadic communication yang melibatkan hanya dua orang, misalnya suami istri, guru murid, commit to user dan sebagainya. Cirri-ciri komunikasi diadik adalah pihak- pihak yang berkomunikasi mengirim dan menerima pesan secara simultan dan spontan, baik secara verbal maupun noverbal Stewart L. Tubbs dan Sylvia Moss, 1977: hal.8. Sebagai komunikasi yang paling lengkap dan sempurna, komunikasi antarpribadi berperan penting hingga kapanpun, selama manusia masih mempunyai emosi. 3. Komunikasi Kelompok Kelompok adalah sekumpulan orang yang mempunyai tujuan bersama, yang berinteraksi satu sama lain untuk mencapai tujuan bersama, mengenal satu sama lainnya, dan memandang mereka sebagai bagian dari kelompok tersebut.Deddy Mulyana, 2005: hal.74 Komunikasi kelompok biasanya merujuk pada komunikasi yang dilakukan kelompok kecil tersebut small group communication. Komunikasi kelompok dengan sendirinya melibatkan juga komunikasi antarpribadi, karena itu kebanyakan teori komunikasi antarpribadi berlaku juga bagi komunikasi kelompok. Littlejohn, 1996: hal.19 4. Komunikasi Publik Komunikasi publik public communication adalah komunikasi antara seorang pembicara dengan sejumlah besar orang commit to user khalayak, yang tidak bisa dikenali satu persatu. Dedy Mulyana, 2005: hal.74 Komunikasi publik biasanya berlangsung lebih formal dan lebih sulit daripada komunikasi antarbribadi atau komunikasi kelompok, karena komunikasi publik menuntut persiapanpesan yang cermat, keberanian dan kemampuan menghadapi sejumlah besar orang. Tidak seperti komunikasi antarpribadi yang melibatkan pihak-pihak yang sama-sama aktif, satu pihak dalam komunikasi publik cenderung pasif. Ciri-ciri komunikasi publik adalah terjadi di tempat umum, missal di auditorium, kelas, tempat ibadah, atau tempat lainnya yang dihadiri oleh sejumlah besar orang. Merupakan peristiwa sosial yang biasanya telah direncanakan alih-alih peristiwa relative informalyang terstruktur, terdapat agenda, beberapa orang ditunjuk untuk menjalankan fungsi-fungsi khusus. Komunikasi publik sering bertujuan memberikan penerangan, menghibur, memberikan penghormatan, atau membujuk. 5. Komunikasi Organisasi Komunikasi organisasi organizational communication terjadi dalam sebuah organisasi, bersifat formal dan informal, dan berlangsung dalam suatu jaringan yang lebih besar dari pada komunikasi kelompok. Komunikasi formal adalah komunikasi menurut struktur organisasi, yakni komunikasi ke bawah, commit to user komunikasi ke atas, dan komunikasi horizontal, sedangkan komunikasi informal tidak bergantung pada struktur organisasi, seperti komunikasi antar sejawat, juga termasuk gossip. 6. Komunikasi Media Massa Komunikasi massa mass communication adalah komunikasi yang menggunakan media massa, baik cetak surat kabar, majalah maupun elektronik radio, televisi, yang dikelola oleh suatu lembaga atau orang yang dilembagakan, yang ditujukan kepada sejumlah besar orang yang tersebar di banyak tempat, anonim, dan heterogen. Deddy Mulyana, 2005: hal. 75. Komunikasi antar pribadi, komunikasi kelompok, dan komunikasi organisasi berlangsung juga dalam proses untuk mempersiapkan pesan yang disampaikan media massa ini. Seperti yang dikatakan oleh Drs Darwanto : “dari semua kegiatan yang dilakukan manusia, kegiatan berkomunikasi mengambil waktu terbanyak. Jadi, tidak berlebihan jika dikatakan komunikasi merupakan kegiatan pokok dalam kehidupan sehari-hari” Darwanto: 2005, hal.2. Lebih lanjut Drs. Darwanto mengatakan, komunikasi merupakan peristiwa sosial yang terjadi ketika manusia berinteraksi dengan manusia lainnya dan dapat terjadi dimana-mana tanpa mengenal tempat dan waktu, atau dengan kata lain, komunikasi dapat dilaksanakan “kapan saja dan dimana saja”. Dengan demikian, komunikasi commit to user merupakan bagian dari kehidupan manusia sehari-hari, bahkan dapat dikatakan komunikasi merupakan manifestasi dari kehidupan itu sendiri Darwanto: 2005, hal.1. Istilah komunikasi dalam bahasa Inggris Communication berasal dari kata latin communication, dan bersumber dari kata communis yang berarti sama. Yang dimaksud sama disini adalah sama kata. Komunikasi akan terus berlangsung selama ada kesamaan makna akan apa yang dipercakapkan. Komunikasi pada dasarnya adalah proses penyampaian pesan oleh seseorang kepada orang lain. Orang yang menyampaikan pesan disebut komunikator dan orang yang menerima pesan disebut komunikan. Tujuan dari komunikasi itu sendiri adalah terciptanya pengertian yang sama antara kedua belah pihak yang melakukan komunikasi Onong Uchjana Effendy: 1994, hal.9. Sedangkan dalam proses komunikasinya oleh Hovland diartikan : “ the process by which an individual the communicator transmits stimuli usually verbal symbol to modify the behaviour of other individuals communicates” Hovland 1953;188. Artinya, “Suatu proses dimana seseorang menyampaikan lambang-lambang dalam bentuk kata-kata, dengan maksud untuk mengubah tingkah laku orang lain” Darwanto: 2005, hal.5. commit to user Proses komunikasi menurut Hovland diatas menunjukan bahwa komunikasi tidak sekedar penyampaian pesan atau informasi agar orang lain mengerti atau mendapatkan kesamaan pengertian, melainkan yang lebih penting dari hal itu adalah orang lain diharapkan terjadi perubahan sikap, tingkah laku dan pola pikir Darwanto: 2005 hal.5. Komunikasi menurut Mc. Quail mempunyai tingkatan dari yang paling umum dilakukan hingga dari yang paling jarang dilakukan yaitu komunikasi interpersonal, komunikasi kelompok, komunikasi antar kelompok, komunikasi institusi dan komunikasi massa. Dalam piramida komunikasi, Laswell menggambarkanya sebagai berikut : Denis Mc. Quail: 1996, hal.6 Komunikasi massa Komunikasi Organisasi Komunikasi antar kelompok Komunikasi interpersonal Komunikasi intrapersonal Tabel. I.1 Dalam penelitian ini lebih memfokuskan pada komunikasi massa yang akan di jelaskan pada sub bab berikutnya. commit to user b. Komunikasi Pemasaran Komunikasi pemasaran dapat dipahami dengan menguraikan dua unsur pokoknya, yaitu komunikasi dan pemasaran. Komunikasi adalah proses di mana pemikiran dan pemahaman disampaikan antar individu, atau antar organisasi dengan individu. Pemasaran adalah sekumpulan kegiatan di mana perusahaan dan organisasi lainnya mentransfer nilai-nilai pertukaran antara mereka dengan pelanggannya. Jika digabungkan, komunikasi pemasaran merepresentasikan gabungan semua unsur dalam bauran pemasaran merek, yang memfasilitasi terjadinya pertukaran dengan menciptakan suatu arti yang disebarluaskan kepada pelanggan atau kliennya. Seiring perkembangan jaman, proses komunikasi tidak hanya melalui lisan atau gerak tubuh, melainkan menggunakan media. Adapun media tersebut untuk memudahkan kita berkomunikasi jarak jauh dan mampu menjangkau khalayak luas. Dalam hal ini terdapat bebagai macam media, yaitu media cetak dan media elektronik. Sejalan dengan semakin pesatnya pertumbuhan dan perubahan ekonomi dan kegiatan bisnis, semakin membutuhkan strategi untuk menarik dan mempertahankan konsumen dan pelanggan. Salah satu pendekatan yang digunakan adalah komunikasi pemasaran marketing communication. Kegiatan komunikasi pemasaran yang dipopulerkan oleh Michael L. Ray dalam Journal of Integrated Marketing commit to user Communications 2008 “Marketing Communications and The Hierarchy-of-Effect” adalah sebagai berikut : “Marketing communications is a subfield of marketing which involve personal selling, advertising, publicity, public relations, reseller support, merchandising, product sampling, and packaging changes. These are all communication tools, and subfield is a really an attempt to bring together several diverse parts of the marketing mix under one conceptual framework based on communication research and theory”. Bauran komunikasi pemasaran merupakan penggabungan dari lima model komunikasi dalam pemasaran, yaitu: advertising, sales promotion, public relations, personal selling, dan direct selling. Demikian pula halnya dengan event dan exhibition, keduanya merupakan bagian dari marketing communication mix yang dikembangkan oleh bagian sales promotion. Bauran pemasaran komunikasi selalu dikaitkan dengan sejumlah penyampaian pesan tentang: barang, jasa, pelayanan, pengalaman kegiatan, orang, tempat, kepemilikan, organisasi, informasi, dan gagasan. Luas cakupan kegiatan pemasaran ini tidak terlepas dari peran komunikasi. Rambat Lupiyoadi 2001 menjelaskan bahwa marketing mix merupakan alat bagi pemasar yang terdiri dari berbagai elemen suatu program pemasaran yang perlu dipertimbangkan agar implementasi strategi pemasaran dan positioning yang ditetapkan dapat berjalan sukses. Marketing mix pada jasa mencakup 4P, yaitu product, price, place, dan promotion, ditambah tiga unsur tambahan dari para ahli commit to user pemasaran, yaitu people, process, dan customer service. Rambat Lupiyoadi, 2001: hal 56-65 Sebagai suatu bauran, elemen-elemen tersebut saling mempengaruhi satu sama lain sehingga bila salah satu tidak tepat pengorganisasiannya akan mempengaruhi strategi pemasaran secara keseluruhan. Elemen marketing mix terdiri dari tujuh hal, yaitu: 1. Product Elemen product meliputi penentuan produk, jasa pelayanan, dan perilaku sosial seperti apa yang ditawarkan kepada audience. 2. Price Elemen price merupakan cara menentukan bagaimana strategi harga yang akan dilakukan. 3. Promotion Elemen promotion adalah bagaimana promosi yang harus dilakukan, meliputi beberapa cara, yaitu penentuan tujuan komunikasi, membuat kemungkinan isi pesan, mengatasi perhatian selektif, mengatasi distorsi persepsi, memilih media dan mengevaluasi serta menyeleksi pesan. 4. Place Elemen place merupaka sistem penghantaran delivery system dari produk, jasa pelayanan, dan perilaku sosial akan diterapkan. 5. People commit to user Elemen people meliputi penentuan tipe kualitas dan kuantitas orang yang akan terlibat dalam pemberian jasa. 6. Process Elemen process merupakan proses di mana operasi produk, jasa pelayanan, pan perilaku sosial akan dilakukan. 7. Customer Service Elemen customer service merupakan tingkat servis service level yang mana akan diberikan kepada konsumen. Untuk mengembangkan komunikasi yang efektif, Kotler 1995 merumuskan delapan langkah yang harus diperhatikan dalam promosi, yaitu: Philip Kotler dan Karen A Fox, 1995 hal 111 1. Mengidentifikasi Target Audience Dalam tahap ini berhubungan dengan segmentasi pasar yaitu pemasar menentukan siapa target audience-nya, target audience bisa merupakan individu, kelompok masyarakat khusus atau umum. Bila pemasar telah melakukan segmentasi dan targeting, maka segmen itulah yang menjadi target audience. 2. Menentukan tujuan komunikasi Setelah mengetahui target audience dan karakteristiknya, maka kemudian dapat menentukan tanggapan apa yang dikehendaki. Pemasar harus menentukan tujuan komunikasinya, apakah untuk menciptakan kesadaran, pengetahuan, kesukaan, pilihan, keyakinan, atau pembelian. commit to user 3. Merancang pesan Setelah menetukan tujuan komunikasi, kemudian pemasara menyusun pesan yang efektif. Idealnya suatu pesan harus mampu memberikan perhatian attention, menarik interest, membangkitkan keinginan desire, dan menghasilkan tindakan action yang kesemuanya dikenal dengan metode AIDA. Pesan yang efektif harus dapat menyelesaikan empat masalah, yakni masalah Bagaimana How, Apa What, Kapan When, dan Siapa Who. Dengan kata lain, pengembangan pesan yang disampaikan berhubungan dengan isi pesan what to say, struktur pesan how to say it logically, gaya pesan creating a strong presence, sumber pesan who should develop it. 4. Menyeleksi saluran komunikasi Pemasar harus menyeleksi saluran-saluran komunikasi yang efisien untuk membawa pesan. Saluran komunikasi bisa berupa komunikasi personal personal communication maupun komunikasi nonpersonal non personal communication 5. Menetapkan jumlah anggaran promosi Menetepkan anggaran sangatlah penting, karena untuk menentukan penggunaan media apa saja yang tergantung pada anggaran yang tersedia. Atau pemasar berorientasi pada pencapaian sasaran promosi yang akan dicapai, sehingga sebesar itulah anggaran yang akan berusaha disediakan. commit to user 6. Menentukan bauran promosi Langkah selanjutnya setelah menentukan anggaran promosi adalah menentukan alat promosi yang akan digunakan, apakah melalui advertising, personal selling, sales promotion, publicity and public relation atau direct marketing. 7. Mengukur hasil-hasil promosi Setelah melakukan promosi, pemasar harus mengukur hasil atau dampak dari promosi pada target audience, apakah mereka mengenal atau mengingat pesan-pesan yang diberikan. Berapa kali melihat pesan tersebut, apa saja yang masih diingat dan bagaimana sikap mereka terhadap produk, jasa, dan perilaku sosial yang dipromosikan tersebut. 8. Mengelola dan mengkoordinasi proses komunikasi Karena jangkauan komunikasi yang luas dari alat pesan dan komunikasi yang tersedia untuk mencapai target audience, maka alat dan pesan perlu dikoordinasikan. Karena jika tidak, pesan- pesan itu akan menjadi lesu pada saat produk tersedia, pesan kurang konsisten atau tidak efektif lagi. Untuk itu, pemasar mengarah pada penerapan konsep komunikasi pemasaran yang terkoordinasi. Strategi komunikasi adalah kegiatan atau kampanye komunikasi yang sifatnya informasional maupun persuasif untuk membangun pemahaman dan dukungan terhadap suatu ide, gagasan atau kasus, commit to user produk maupun jasa yang terencana yang dilakukan oleh suatu organisasi baik yang berorientasi laba maupun nirlaba, memiliki tujuan, rencana dan berbagai alternatif berdasarkan riset dan memiliki evaluasi. Smith, 2005:3. Komunikasi strategis bukan hanya pada kegiatan public relations. Komunikasi pemasaran juga merupakan perwujudan dari konsep-konsep komunikasi Smith, 2005: 3. Public relations dan pemasaran atau marketing merupakan bidang yang sering kali bertubrukan atau over lapping. Public relations merupakan fungsi manajemen yang memusatkan perhatian pada interaksi jangka panjang antara organisasi dengan publik-publik yang berkaitan dengan organisasi untuk memperoleh goodwill, pengertian yang saling menguntungkan serta dukungan Smith, 2005: 4. Sedangkan komunikasi pemasaran adalah fungsi dalam manajemen yang memusatkan perhatian pada produk atau jasa untuk memenuhi keinginan dan kebutuhan konsumen Smith, 2005: 4. Namun, koordinasi dari dua kegiatan tersebut dapat meningkatkan efisiensi dan efektivitas suatu organisasi dan dikenal sebagai Integrated Marketing Communication IMC. Philip Kotler et.all memberikan empat tahap proses dalam komunikasi pemasaran yakni analisas lingkungan, identifikasi khalayak dan tujuan, pengembangan pendekatan strategis dalam mengembangkan rencana implementasi. Sedangkan Smith memberikan sembilan fase yang dikelompokkan menjadi empat fase commit to user dalam komunikasi strategis untuk public relations yakni formative research, strategy, tactic dan evaluation research.

1. Formative Research Phase

Fase pertama dalam proses perencanaan strategis menurut Smith adalah riset formatif atau riset stategis adalah kegiatan pendahuluan yang dilakukan untuk mendapatkan informasi dan menganalisa situasi yang dihadapi Smith, 2005:11. Dalam fase ini terdapat tiga tahap yakni analisis situasi, analisis organisasi dan analisis publik. Situasi adalah satu set keadaan yang dihadapi oleh organisasi. Situasi memiliki makna yang sama dengan masalah. Sehingga analisis situasi adalah pernyataan tentang peluang dan hambatan yang dihadapi oleh PMI Cabang Kota Surakarta. Tanpa adanya pernyataan situasi yang dihadapi dengan jelas dan dini maka efisiensi riset tidak dapat dilakukan. Definisi situasi ini dinyatakan dalam bentuk kata benda. Sedangkan yang termasuk dalam analisis organisasi meliputi aspek lingkungan internal, persepsi publik dan lingkungan eksternal yang dihadapi meliputi pesaing maupun pendukung. Sedangkan analsis publik adalah identifikasi dan analsis publik-publik kunci dari berbagai kelompok orang yang berinteraksi dengan organisasi. 2. Strategy Phase Strategi merupakan jantung nya perencanaan public relations maupun komunikasi pemasaran dan bidang lainnya yang commit to user berkaitan. Strategi adalah keseluruhan rencana organisasi, meliputi apa yang ingin dicapai dan bagaimana cara mencapainya. Strategi memiliki dua fokus yakni aksi yang dilakukan organisasi dan isi pesan. Strategi memiliki tiga tahap, yakni menetapkan tujuan dan sasaran, memformulasikan aksi dan strategi respon, kemudian menggunakan komunikasi efektif. Tujuan merupakan pernyataan tentang suatu isu dan gambaran bagaimana mencapai harapan yang diinginkan. Tujuan komunikasi dapat dikelompokkan menjadi tiga kategori, yakni reputation management goal, yang berhubungan dengan identitas dan persepsi organisasi, relationship management goal yang berkaitan dengan hubungan organisasi dengan para publiknya dan task management goal yang berhubungan dengan cara melakukan sesuatu tugas. 3. Tactis Phase Setelah strategi di buat, kini tiba gilirannya untuk memasuki fase ketiga yaitu taktik. Pada fase ini terdiri dari pemilihan taktik komunikasi yang akan digunakan dan melakukan implementasi rencana strategis yang sudah disusun. Taktik komunikasi yang digunakan dalam perencanaan komunikasi pemasaran ini adalah perpaduan antara kegiatan public relations dan komunikasi pemasaran yang lazim disebut sebagai integrated communication. Ada empat kategori taktik komunikasi yang dapat digunakan commit to user yaitu interpersonal communication, organizational media, news media dan advertising and promotional media. Taktik interpersonal communications yang digunakan adalah personal involvement, berupa sosialisai donor darah melalui instansi- instansi baik negeri maupun swasta. Special events dengan melakukan kegiatan donor darah massal kerjasama dengan instansi-instansi terkait. Sedangkan taktik organizational media yang digunakan antara lain general publication, yaitu brosur, flyer, pamflet, direct mail berupa undangan dan katalog serta audiovisual media, melalui media digital yakni website. Taktik News media yang digunakan yakni hanya menggunakan koran- koran, radio dan stasiun tv yang sudah menjalin kerja sama dengan PMI Cabang Kota Surakarta untuk memberitakan perihal donor darah di suatu instansi. Taktik yang terakhir digunakan berupa taktik advertising and promotional media, yaitu dengan memasang iklan di koran, majalah, radio dan televisi tertentu sesuai dengan target market. Namun media ini tidak banyak digunakan frekuensi jarang mengingat keterbatasan dana yang ada. Setelah taktik komunikasi sudah selesai ditentukan, maka seluruh rencana strategis dapat diimplementasikan. Dalam hal ini rencana dan anggaran mulai dibuat. Rencana yang dibuat mencakup pola dan frekuensi dilakukannya taktik komunikasi serta batas waktu yang harus dicapai dan person in charge commit to user Rencana tersebut dapat dibuat dalam bentuk gantt chart maupun pert chart. 4. Evaluation Research Phase Dalam perencanaan komunikasi dimulai dengan riset dan diakhiri dengan riset pula. Riset yang dilakukan pada fase terakhir dalah untuk mengetahui efektivitas berbagai taktik komunikasi yang digunakan untuk mencapai tujuan dan sasaran yang telah ditentukan. Adapun cara yang dapat digunakan untuk mengevaluasi efektivitas taktik dalam mencapai tujuan adalah dengan menggunakan desain riset After-Only study. Desain seperti ini paling umum dan mudah sederhana untuk mengukur sikap. Sedangkan metodologi untuk teknik evaluasi adalah teknik kuantitatif yakni melakukan survey. Dan teknik kualitatif yang digunakan adalah inteview. Cara untuk mengevaluasi awareness objectives adalah dengan menghitung isi pesan yakni berapa orang yang terekspos oleh suatu media jika ada media yang meliput events yang diselenggarakan PMI Cabang Kota Surakarta, seberapa mudah isi pesan dipahami dan berapa pesan yang diingat. Untuk mengukur jangkauan pesan adalah dengan mengumpulkan kliping atas publikasi media tentang Kegiatan Donor Darah. Selain itu untuk mengukur jumlah audience adalah dengan cara menghitung jumlah audience yang datang pada acara Donor Darah Massal. Selain itu juga dapat menghitung jumlah commit to user telpon dan partisipan di website. Cara untuk mengukur acceptance objectives dapat juga dilakukan dengan cara menghitung jumlah telpon yang masuk, jumlah surat masuk permintaan donor darah dari instansi-instansi terkait. Sedangkan untuk mengukur action objectives adalah dengan cara mengobservasi dan menghitung jumlah permintaan donor darah dari instansi-instansi terkait. Setelah data terkumpul kemudian dianalisa dan dibandingkan dengan objectives yang hendak dicapai. Inti dari komunikasi pemasaran komunikasi pemasaran membahas beberapa masalah yang memiliki kaitan erat dengan komunikasi dalam pemasaran, pokok kajian pembahasan komunikasi pemasaran antara lain: · Strategi Komunikasi · Segmentasi Potensial · Perencanaan Media · Kreatif pesan dan Visual · Biaya Komunikasi dan Belanja Iklan · Riset Komunikasi Pemasaran · Konsep Bisnis Masa Depan Proses Perencanan Komunikasi Pemasaran. Komunikasi pemasaran dapat diidentifikasikan sebagai hal berikut: commit to user 1. Mengidentifikasikan pasar dan kebutuhan konsumen atau persepsi konsumen. 2. Menggambarkan dan mengoperasionalkan gambar atau persepsi tujuan target group. 3. Mengveluasikan sejumlah perilaku yang tergambar diyakini dapat mencapai tujuan. Strategi mempromosikan sebuah produk atau perusahan merupakan strategi pembangunan atribut yang akan dan terus dikenal oleh konsumen. Seperti yang diungkapkan dalam Journal of Integrated Marketing Communication 2008, The Organizational Relationship Between Marketing and Public Relations : Exploring Paradigmatic Viewpoints by Joep P. Cornelissen and Andrew R. Lock mengenai tujuan dari adanya pendekatan hubungan pemasaran dengan konsumen sebagai berikut : “The goal of the new approach to relationship marketing is to raise the customer’s comfort with the company to the point of making the brand decision their choise”. Perusahaan yang memikili dua atau lebih konsep strategi, memungkinkan perusahaan tersebut bertahan dalam persaingan yang semakin keras. Perusahan yang tidak memiliki kerangka dan strategi cadangan dalam menghadapi para pesaing baru justru akan mengacam posisi produk mereka yang telah ada. Tujuan lain dari analis situasi, teknik dan strategi dalam komunikasi pemasaran adalah untuk commit to user memperoleh dari konsumen sebagai sumber utama dimana respon tersebut merupakan langkah awal yang perusahan untuk bersikap positif. Perencanaan komunikasi dalam komunikasi pemasran merupakan panduan mendasar yang penting untuk membentuk kita dalam menyusun sebuah perencanaan strategi berdasarkan pandangan komunikasi pemasaran. Perencanaan mungkin lebih penting dari sebuah dokumen yang kita miliki. Setiap perencanaan dan eksekusi periklanan memiliki nilai yang kecil jika kita tidak menjaga di hadapan konsumen. c. Kajian Penelitian efek dan teori efek Khalayak mempunyai kebutuhan yang berkaitan dengan media, yaitu kebutuhan kognitif kebutuhan berkaitan dengan usaha-usaha untuk memperkuat informasi, pengetahuan serta pengertian tentang lingkungan sekitar, kebutuhan afektif kebutuhan yang berhubungan dengan usaha-usaha untuk memperkuat pengalaman-pengalaman yang bersifat keindahan, kesenangan dan emosional, kebutuhan behavioural kebutuhan yang berkaitan dengan usaha untuk melakukan aktivitas tertentu setelah mendapatkan penambahan informasi, integratif personal kebutuhan yang berkaitan dengan usaha-usaha untuk memperkuat kontak dengan keluarga, teman dan alam sekelilingnya, kebutuhan akan pelarian kebutuhan yang berkaitan dengan hasrat commit to user untuk melarikan diri dari kenyataan, melepaskan ketegangan dan kebutuhan akan hiburan Alo lyliweri:1991, hal.137 Secara teoritis, efek yang ditimbulkan oleh pesan media massa menurut Mann Steven M. Chafee dapat dilihat dari perubahan yang terjadi pada khalayak komunikasi massa, yaitu penerima informasi, perubahan peragaan atau sikap, dan perubahan perilaku atau dengan istilah lain perubahan kognitif, afektif dan behavioral. Jalaluddin Rahmat:2001, hal.218 Sependapat dengan Mann diatas, menurut Jalaluddun Rahmat, efek yang menyertai suatu proses komunikasi massa adalah efek kognitif penambahan pengetahuan, efek afektif pembentukan dan perubahan sikap, dan efek behavioral tindakan atau action tertentu. Efek kognitif terjadi jika setelah khalayak yang menggunakan suatu media dapat memperoleh tambahan pengetahuan dari media tersebut. Efek afektif terjadi bila setelah mendapatkan pengetahuan dari suatu media menyebabkan perubahan sikap pada diri khalayak. Pada akhirnya dapat terjadi efek behavioral bila khalayak setelah menggunakan suatu media akan melakukan suatu tindakan action tertentu. Jalaluddin Rahmat:2001, hal.219 Untuk menjelaskan efek yang ditimbulkan oleh pesan media massa ini, lebih jauh diterangakan dengan menggunakan teori Stimulus- Organism-Respons S-O-R yang digambarkan sebagai berikut : commit to user Pesan Tunggal Penerima Individu Reaksi Tabel. I.2 MODEL TEORI STIMULUS – ORGANISM-RESPONS Efek yang ditimbulkan oleh model ini adalah reaksi khusus terhadap stimulus khusus, sehingga seseorang dapat mengharapkan dan memperkirakan kesesuaian antara pesan dan reaksi komunikan. Onong Uchjana Effendi:1993,hal.281-281 Unsur-unsur dalam model ini adalah : a. Pesan Stimulus, S b. Komunikan Organism, O c. Efek Respons, R Bertolak dari S-O-R faktor yang menjadi stimulus dalam penelitian ini adalah Kegiatan Komunikasi PMI Cabang Kota Surakarta, yaitu sosialisasi donor darah. Sedangkan Organism diartikan sebagai mahasiswa FISIP UNS pada khususnya dan masyarakat pada umumnya. Yang dimaksud dengan respons adalah efek yang ditimbulkan dari rangsangan yang diberikan kepada audiens. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, efek komunikasi yang muncul sehubungan commit to user dengan pesan ada tiga tingkatan yaitu efek kognitif, efek afektif dan efek behavioral. Berdaarkan penelitian tersebut, peneliti mengharapkan dari ketiga efek media massa tersebut, yaitu efek kognitif, efek afektif, dan efek behavioral. 1. Efek Kognitif Efek prososial merupakan efek yang membahas bagaimana media massa memberikan manfaat yang dikehendaki audiens. Menurut Jalaluddin Rahmat bila televisi menyebabkan seseorang lebih mengerti bahasa Indonesia dengan baik dan benar, maka televisi telah menimbulkan efek prososial kognitif. Jalaluddin Rahmat: 2001, hal.230 Pada teori psikologi, teori yang dapat menjelaskan tentang efek prososial kognitif adalah teori belajar sosial dari albert Bandura. Teori belajar sosial mengkaji proses belajar melalui media massa. Albert bandura menyatakan bahwa teori belajar sosial menganggap media massa sebagai agen sosialisasi yang utama di samping keluarga, guru di sekolah dan sahabat karib. Onong Uchjana Effendi:1993, hal.281-282 Lebih lanjut Bandura menjelaskan perilaku merupakan hasil dari faktor-faktor yang kognitif dari lingkungan. Artinya, seseorang mampu memiliki keterampilan tertentu, bila terdapat jalinan positif antara stimuli yang diamati dengan karakter diri commit to user sendiri. Onong Uchjana Effendi:1993, hal.281-282. Namun sebelum sampai pada tahap itu, pastilah seseorang menyimpan pengetahuan yang diperoleh sebagai hasil dari pengamatan terhadap suatu peristiwa kedalam memorinya terlebih dahulu, hal ini sesuai dengan 4 tahapan proses belajar sosial milik Bandura. Pada tahap awal proses belajar terdapat proses perhatian kepada suatu peristiwa. Jelas bahwa seseorang tidak dapat belajar dari suatu peristiwa kecuali menaruh perhatian kepadanya dan secara saksama mencerna hal-hal penting yang dicakupnya. Peristiwa ini dapat berupa tindakan tertentu atau gambaran pola pemikiran yang disebut Bandura sebagai :”Abstract Modeling”. Misalnya sikap, nilai atau persepsi realitas sosial. Onong Uchjana Effendi:1993, hal.283 Pada proses kedua yaitu pengingatan retention. Peristiwa yang menarik perhatian dimasukan kedalam lambang secara verbal atau imaginal sehingga menjadi ingatan. Hal ini disebabkan perhatian terhadap suatu peristiwa saja tidak cukup untuk menghasilkan efek prososial. Onong Uchjana Effendi:1993, hal.283 Pada langkah ketiga yaitu proses reproduksi artinya menghasilkan kembali tindakan-tindakan yang telah diamati. Pada tahap ini kemampuan kognitif dan kemampuan motorik berperan penting. Onong Uchjana Effendi:1993, hal.283s commit to user Pada langkah terakhir adalah proses motivasional dimana menunjukan bahwa perilaku akan brwujud apabila terdapat nilai peneguhan. Peneguhan dalam bentuk ganharan internal, seperti rasa puas diri. Bandura, 1977 : 209-210 Pada penelitian ini mahasiswa FISIP UNS menerima efek kognitif dari PMI, yaitu sosialisasi donor darah sebagai suatu penambahan serta pemahaman informasi pada mahasiswa FISIP UNS akan donor darah. 2. Efek Afektif Kebanyakan penelitian yang biasanya dikutip dalam membicarakan efek komunikasi massa terhadap pendapat dan sikap, telah dilakukan dengan prosedur eksperimental yang mencakup penerpaan secara paksa khalayak terpilih pada komunikasi yang tunggal Walter Weiss:1969, hal.101. Hasil penelitian itu umumnya menunjukkan sedikit sekali bukti yang menunjukkan adanya efek media massa pada perubahan sikap.Cialdini, Petty, dan Cacioppo 1981:357-404 menunjukkan bahwa perhatian penelitian belakangan ini lebih terpusat pada respons-respons kognitif sebagai mediator efek sikap. Walaupun mereka melaporkan keadaan ini sebagai tinjauan penelitian sikap sampai tahun 1981, kita dapat melacak peranan struktur kognitif commit to user terhadap pembentukan sikap pada tulisan Solomon E. Asch 1952:563-564. Sesungguhnya, efek afektif bukan tidak pernah dibuktikan dalam penelitian ilmiah. Penelitian dalam bidang komunikasi politik, khususnya peranan media massa dalam sosialisasi politik, telah berulang kali menunjukkan korelasi yang berarti antara terpaan media massa dengan sikap-sikap politik. Sikap terhadap pemerintah, penolakan pada otoritas, kesenangan pada pemimpin Negara, sikap pada politisi erat berkaitan dengan terpaan televise, radio, dan surat kabar. Charles K. Atkin 1981:299-328 meninjau berbagai literature tentang komunikasi dan sosialisasi politik, lalu menyimpulkan,”This diverse collection of findings suggests that the mass media significantly influence som affective orientations, although the impact is not as great as for cognitive orientations.” Berbagai kumpulan penemuan menunjukkan bahwa media massa secara berarti mempengaruhi orientasi afektif, walaupun dampaknya tidak sebesar pada orientasi kognitif. Dalam hal ini mahasiswa berupaya untuk mencari tahu lebih tentang donor darah dari manfaat, syarat, serta fasilitas untuk menjadi pendonor darah sukarela. 3. Efek Behavioral commit to user Pada waktu membicarakan efek kehadiran media massa, secara sepintas kita juga telah menyebutkan efek behavioral seperti pengalihan kegiatan dan penjadwalan pekerjaan sehari- hari. Salah satu perilaku prososial ialah memiliki keterampilan yang bermanfaat bagi dirinya dan bagi orang lain. Keterampilan ini biasanya diperoleh dari saluran-saluran interpersonal: orang tua, atasan, pelatih, atau guru. Pada dunia modern, sebagian dari tugas mendidik telah juga dilakukan media massa. Teori psikologi yang dapat menjelaskan efek prososial media massa adalah teori belajar sosial dari Bandurahal.28. Menurut Bandura, kita belajar bukan saja dari pengalaman langsung, tetapi dari peniruan atau peneladanan modeling. Perilaku merupakan hasil faktor-faktor kognitif dan lingkungan. Artinya, kita mampu memiliki keterampilan tertentu, bila terdapat jalinan positif antara stimuli yang kita amati dan karakteristik dari kita. Bandura menjelaskan proses belajar sosial dalam empat tahapan proses: proses perhatian, proses pengingatan retentation, proses reproduksi motoris, dan proses motivasional. Permulaan proses belajar ialah munculnya peristiwa yang dapat diamati secara langsung oleh seseorang. Peristiwa ini berupa tindakan tertentu misalnya menolong orang tenggelam atau gambaran pola pemikiran, yang disebut Bandura sebagai commit to user “abstract modeling”. Menurut Bandura, peristiwa yang menarik perhatian ialah yang tampak menonjol dan sederhana, terjadi berulang-ulang, atau menimbulkan perasaan positif pada pengamatannya. Perhatian saja tidak cukup menghasilkan efek prososial. Khalayak harus sanggup menyimpan hasil pengamatannya dalam benaknya dan memanggilnya kembali tatkala mereka akan bertindak sesuai dengan teladan yang diberikan. Peneladanan tertangguh hanya terjadi bila mereka sanggup mengingat peristiwa yang diamatinya. Dalam teori stimulus-respons pada dasarnya merupakan sesuatu prinsip belajar yang sederhana, di mana efek merupakan reaksi terhadap stimulus tertentu. Pada dasarnya prinsip ini merupakan dasar dari teori jarum hipodermik, mengenai proses terjadinya efek media massa yang berpengaruh. Dalam masyarakat massa, prinsip stimulus-respons mengasumsikan bahwa pesan informasi dipersiapkan oleh media dan didistribusikan secara sistematis dan dalam skala yang luas, sehingga secara serempak pesan tersebut dapat diterima oleh sejumlah besar individu, kemudian sejumlah individu tersebut akan merespons pesan informasi tersebut. Dalam hal ini PMI selalu memberi motivasi kepada masyarakat untuk mendonorkan darahnya secara sukarela. commit to user Sosialisasi PMI selalu ter follow up sampai masyarakat benar- benar berpartisipasi untuk menjadi pendonor darah sukarela. Hal yang dilakukan PMI adalah mensosialisasikan donor darah melalui media brosur dan presentasi kepada khalayak, setelah itu mem follow up melalui telepon untuk memastikan khalayak mau menjadi pendonor darah sukarela. d. Komunikasi Sosial Sebagai sarana sosialisasi “Komunikasi sosial adalah sekaligus proses sosialisasi” demikian tulisan Astrid S. Susanto dalm bukunya, Komunikasi Sosial di Indonesia. Astrid S. Susanto, 1985:hal.1 kajian tentang proses sosialisasi khususnya dan sosiologi umumnya, memang tidak bisa untuk menyinggung komunikasi. Karena proses sosialisasi terjadi melalui interaksi sosial yang harus didahului kontak dan komunikasi. Referensi kepustakaan yang secara implicit menyatakan keterkaitan langsung antara komunikasi dan sosialisasi banyak ditemukan di buku-buku sosiologi. Misalnya Astrid S.Susanto 1983 dalam bukunya yang lain, Pengantar Sosiologi dan Perubahan Sosial, menjelaskan bahwa proses sosialisasi terjadi melalui interaksi sosial, yaitu hubungan antar manusia yang menghasilkan suatu proses pengaruh-mempengaruhi. Dalam proses pendewasaaan manusia berdasarkan pengalamannya sendiri akan terbentuk system perilaku behavior system yang juga ikut ditentukan oleh watak pribadinya, yaitu bagaimana ia akan member reaksi terhadap suatu pengalaman. commit to user Akhirnya system perilaku inilah yang akan menentukan dan membentuk sikapnya attitude terhadap sesuatu. Lebih lanjut Astrid mengutip kata-kata E. Bogardus,”Communication is interaction in terms of stimulus or gesture by one person wich produced a response in the form of a verbal or silent symbol by a second person” Astrid S. Susanto, 1983: hal.15 Dan Robert L. Shuterland, “People in action with another means interaction in some measure form… when people and their attitude are involved, the process become social or more precisely, social interaction is that dynamic interplay of forces in which contact between person and groups result in a modification of the attitude and behavior of the participants” Astrid S. Susanto, 1983: hal.16 Dari kedua pendapat tersebut, Astrid menyimpulka bahwa komunikasi merupakan dasar dari proses sosial. Astrid S. Susanto, 1983: hAl. 13-17 Kajian tentang sosialisasi sendiri cukup melimpah dalam berbagai perspektif, diantaranya sosiologi, antropologi, psikologi, pendidikan, politik, bahkan agama. Buku-buku Sosiologi pendidikan misalnya, didalamnya terdapat pula kajian tentang sosialisasi. Vembriarto 1993, salah satu penulis buku sosiologi pendidikan, menyimpulkan bahwa proses sosialisasi adalah proses belajar sosial, yaitu proses akomodasi dengan mana individu mengadopsi kebiasaan, sikap, ide, keyakinan, nilai-nilai, dan pola tingkah laku dalam commit to user masyarakat, dan mengembangkannya menjadi suatu kesatuan system dalam diri pribadinya.Vembriarto,1993: hal.21-25 Kaitannya dalam penelitian kegiatan komunikasi sosial PMI dalam mensosialisasikan donor darah kepada khalayak, peneliti ingin mengetahui dampak dari sosialisasi yang dilakukan oleh PMI dengan melihat reaksi dari khalayak, apakah terdapat pemahaman dari soialisasi yang dilakukan oleh PMI serta partisipasi khalayak setelah memperoleh pemahaman sehingga dapat meningkatkan jumlah pendonor darah sukarela.

2. Kerangka Pemikiran

Untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas tentang penelitian ini, maka hubungan-hubungan antar variabel yang akan diteliti dapat dijabarkan sebagai berikut : commit to user

F. Hipotesis

Hipotesis adalah kesimpulan sementara atau reposisi tentatif hubungan antara dua variabel atau lebih. Dari tabel di atas terdapat penjelasan bahwa semakin sering mahasiswa mengikuti kegiatan komunikasi Pencari Pelestari Donor Darah Sukarela P2D2S PMI cabang kota Surakarta, maka semakin besar juga partisipasi mahasiswa sebagai pendonor darah sukarela. Besar kecilnya partisipasi dipengaruhi oleh aktivitas. Sekalipun demikian, partisipasi akan dipengaruhi juga faktor pemahaman mahasiswa dalam materi kegiatan komunikasi Pencari Pelestari Donor Darah Sukarela P2D2S PMI cabang kota Surakarta yaitu sosialisasi donor darah yang diperoleh. Dengan aktivitas yang tinggi dan pemahaman yang baik, maka partisipasi mahasiswa sebagai pendonor darah sukarela semakin besar. Variabel Independen Aktivitas Mahasiswa dalam mengikuti Kegiatan Komunikasi Pencari Pelestari Donor Darah Sukarela P2D2S PMI Cabang Kota Surakarta Variabel Dedepen Partisipasi mahasiswa FISIP UNS sebagai pendonor darah sukarela Variabel Perantara Pemahaman materi sosialisasi donor darah commit to user Berdasarkan kerangka teori dan konsep yang disusun dan diteliti sampai terbukti melalui data yang terkumpul, maka hipotesis dari penelitian ini adalah : - Terdapat hubungan yang signifikan antara Aktivitas mahasiswa dalam mengikuti kegiatan komunikasi Pencari Pelestari Donor Darah Sukarela P2D2S PMI Cabang Kota Surakarta dengan partisipasi mahasiswa FISIP UNS sebagai pendonor darah sukarela.

G. Definisi Konseptual dan Definisi Operasional