KEGIATAN KOMUNIKASI DAN PARTISIPASI DONOR DARAH SUKARELA

(1)

commit to user SKRIPSI

KEGIATAN KOMUNIKASI DAN PARTISIPASI DONOR

DARAH SUKARELA

(Studi Korelasi Hubungan Antara Aktivitas Mahasiswa Dalam Mengikuti Kegiatan Komunikasi Pencari Pelestari Donor Darah Sukarela (P2D2S) PMI

Cabang Kota Surakarta Dengan Partisipasi Mahasiswa FISIP UNS Sebagai Pendonor Darah Sukarela)

Oleh:

Latief Bugi Windarto D1208585

Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat guna mencapai gelar sarjana Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Jurusan Ilmu Komunikasi

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA 2011


(2)

commit to user PERSETUJUAN

Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan dihadapan Tim Penguji Skripsi, Jurusan Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik,

Universitas Sebelas Maret, Surakarta.

Hari : Tanggal :

Pembimbing I Pembimbing II

Dra. Christina Tri H, M.Si Mahfud Ansori, S.Sos


(3)

commit to user PENGESAHAN

Telah diuji dan disahkan oleh Panitia Ujian Skripsi Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Sebelas Maret Surakarta

Hari :

Tanggal :

Panitia Penguji :

1. Ketua : Drs. Hamid Arifin, M.Si. (……….)

NIP. 19600517 198803 1 002

2. Sekretaris : Diah Kusumawati, S.Sos, M.Si. (……….)

NIP. 19760101 200812 2 002

3. Penguji I : Dra. Christina Tri H, M.Si (……….)

NIP. 19620117 198601 2 001

4. Penguji II : Mahfud Ansori, S.Sos (……….)

NIP. 19790908 200312 1 001

Mengetahui,

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas MaretSurakarta

Dekan

Drs. H. Supriyadi SN., SU NIP.19530128 198103 1 001


(4)

commit to user

Jangan takut untuk gagal, jika kau belum mencobanya


(5)

commit to user

Skripsi ini kupersembahkan untuk : Ibu & Bapak tercinta Dek Sekar, Keluarga, Teman & Sahabat


(6)

commit to user

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yanhg telah memberikan segala rahmat, kekuatan serta kesabaran bagi penulis sehingga akhirnya dapat menyelesaikan skripsi ini.

Penyusunan skripsi ini dengan mengambil judul “Kegiatan Komunikasi Dan Peningkatan Jumlah Pendonor Darah Sukarela (Studi Korelasi Hubungan

Antara Aktivitas Mahasiswa Dalam Mengikuti Kegiatan Komunikasi Pencari

Pelestari Donor Darah Sukarela (P2D2S) PMI Cabang Kota Surakarta Dengan Partisipasi Mahasiswa FISIP UNS Sebagai Pendonor Darah Sukarela)”, merupakan wujud dari ketertarikan penulis jumlah pendonor darah sukarela yang meningkat tiap tahunnya.

Skripsi ini meneliti tentang hubungan antara Aktivitas Mahasiswa Dalam Mengikuti Kegiatan Komunikasi Pencari Pelestari Donor Darah Sukarela (P2D2S) PMI Cabang Kota Surakarta Dengan Partisipasi Mahasiswa FISIP UNS Dalam Donor Darah.

Dengan segala keterbatasan, akhirnya penelitian ini telah terselesaikan. Untuk itu perkenankanlah penulis menghaturkan terima kasih kepada :

1. Dra. Christina Tri H, M.Si, selaku Pembimbing Skripsi yang telah

memberikan waktu, bimbingan, pengarahan, serta masukan yang sangat membantu dan bermanfaat bagi penulis.

2. Mahfud Ansori, So.Sos, selaku Pembimbing II Skripsi yang telah

memberikan waktu, bimbingan, pengarahan, serta masukan yang sangat membantu dan bermanfaat bagi penulis.


(7)

commit to user

3. Ayah dan Ibu yang selalu mendukung dan mendoakan saya dalam

menyelesaikan penelitian ini.

4. Teman-teman Komunikasi Swadana Transfer 2008 yang selalu memberi

semangat pada saya dalam menyelesaikan penelitian ini.

5. Berbagai pihak yang telah membantu penulis dalam penyusunan skripsi

ini.

Akhirnya penulis menyadari, penelitian ini masih jauh dari sempurna, karena itu penulis menerima masukan berupa kritik dan saran. Semoga penelitian ini bermanfaat.

Surakarta,

Penulis

DAFTAR ISI

Judul ... i Persetujuan ... ii


(8)

commit to user

Pengesahan ... iii

Motto ... iv

Persembahan ... v

Kata Pengantar ... vi

Daftar Isi ………. ... viii

Daftar Tabel ... xi

Daftar Grafik ... xiii

Daftar Bagan……….. ... xiv

Daftar Lampiran………... ... .. xv

Abstrak ... xvi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 7

C. Tujuan Penelitian ... 8

D. Manfaat……… 8

E. Kerangka Teori dan Kerangka Pemikiran ... 9

F. Hipotesis ... 42

G. Definisi Konseptual dan Operasional ... 43

a. Definisi Konseptual ... 43

b. Definisi Operasional ... 45

H. Metode Penelitian ... 47


(9)

commit to user

Metode Penelitian ... 47

Lokasi Penelitian... 48

Populasi dan Sampel ... 48

Teknik Pengumpulan Data... 51

Teknik Pengolahan data ... 52

Teknik Analisis Data ... 52

I. Analisis Data……… 54

BAB II DESKRIPSI LOKASI A. Gambaran Umum FISIP UNS ... 56

1. Sejarah Perkembangan ... 56

2. Struktur Organisasi ... 56

3. Visi Dan Misi… ... 59

4. Unsur Pelaksana Akadenik……… 59

5. Unsur Lain (Penunjang)………. .... 62

6. Tujuan Pendidikan……….. ... 64

7. Sistem Pendidikan……….. 65

B. Gambaran Umum PMI ... 70

1. Sejarah dan Perkembangan PMI ... 70

2. Visi dan Misi PMI... 72

3. Sturktur Organisasi……… 73

4. Kegiatan PMI……… . 75

5. Pengelolaan Keuangan PMI Solo………. ... 78

6. Administrasi Keuangan………... 78

7. Hubungan Masyarakat…. ... 79

BAB III PENYAJIAN DATA A. Data Responden ... 80 B. Variabel Independen : Aktivitas Mahasiswa dalam mengikuti


(10)

commit to user

Surakarta serta pemahaman donor darah melalui presentasi dan brosur ... 84

C. Variabel Kontrol : Interaksi Sosial ... 91

D. VAriabel Dependen : Partisipasi Mahasiswa FISIP UNS

Dalam Donor Darah…… ... 93

BAB IV ANALISIS DATA

A. Uji Validitas Dan Reliabilitas ... 96

B. Pengujian Hipotesis ... 101

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ... 104 B. Saran ... 104 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

DAFTAR TABEL

Tabel I.1 Piramida Komunikasi ……….………...16


(11)

commit to user

Tabel I.3 Data Registrasi Jumlah Mahasiswa FISIP UNS Yang Masih Aktif Tahun

2009………... ... 48

Tabel II.1 Standar Nilai Skala 5……….……69

Tabel III.1 Apakah Responden Tahu Tentang Donor Darah?...……..81 Tabel III.2 Apakah Responden Tahu Adanya Sosialisasi Di Kampus?..………...82

Tabel III.3 Apakah Responden Pernah Mengikuti Sosialisasi?...……….83

Tabel III.4 Tingkat Keaktifan Responden Dalam Mengikuti kegiatan komunikasi

Pencari Pelestari Donor Darah Sukarela (P2D2S) PMI Cabang Kota

Surakarta yaitu sosialisasi donor

darah………...………..………….85

Tabel III.5 Frekuensi dalam mengikuti kegiatan komunikasi Pencari Pelestari

Donor Darah Sukarela (P2D2S) PMI Cabang Kota Surakarta yaitu

sosialisasi donor

darah………..86

Tabel III.6 Intensitas Mengikuti kegiatan komunikasi Pencari Pelestari Donor

Darah Sukarela (P2D2S) PMI Cabang Kota Surakarta yaitu sosialisasi

donor darah

………..……….87 Tabel III.7 Tingkat Konsentrasi Responden Dalam Mengikuti kegiatan

komunikasi Pencari Pelestari Donor Darah Sukarela (P2D2S) PMI

Cabang Kota Surakarta yaitu sosialisasi donor

darah………...…...88 Tabel III.8 Tingkat Pengaruh Penjelasan Fasilitator Dalam Kegiatan Komunikasi

Pencari Pelestari Donor Darah Sukarela (P2D2S) PMI Cabang Kota

Surakarta Yaitu Sosialisasi Donor

Darah……….89 Tabel III.9 Total Nilai Variabel Aktivitas mahasiswa dalam mengikuti Kegiatan


(12)

commit to user

Cabang Kota Surakarta Yaitu Sosialisasi Donor Darah

…..……….90 Tabel III.10 Tingkat Pemahaman Responden Akan Materi Sosialisasi Donor

Darah………..………...91

Tabel III.11 Total Nilai Variabel Pemahaman Materi Sosialisasi Donor

Darah……….………92

Tabel III.12 Tingkat Keseringan Responden Dalam Mengikuti Donor Darah…..93

Tabel III.13 Total Nilai Variabel Partisipasi Mahasiswa FISIP UNS Dalam Donor

Darah ……….………...95

Tabel IV.1 Hasil Uji Validitas Item-item Aktivitas Mahasiswa dalam Mengikuti

Kegiatan Komunikasi Pencari Pelestari Donor Darah Sukarela

(P2D2S) PMI Cabang Kota Surakarta ……….97

Tabel IV.2 Hasil Uji Validitas Item-item Pemahaman Materi Sosialisasi Donor

Darah ………...98

Tabel IV.3Hasil Uji Validitas Item-item Partisipasi Mahasiswa FISIP UNS

Sebagai Pendonor Darah Sukarela………...99

Tabel IV.4 Hasil Uji Reliabilitas………..………100

DAFTAR GRAFIK

Grafik I.1 Pemasukan dan Pengeluaran Darah 5 Tahun Terakhir………6


(13)

commit to user DAFTAR BAGAN

Bagan II.1 Struktur Organisasi PMI Cabang Kota Surakarta………73 Bagan II.2 Struktru Organisasi Unit Transfusi Darah………74 Bagan II.3 Struktur Organisasi Unit Markas………..75


(14)

commit to user DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Surat Permohonan Ijin Penelitian Lampiran 2. Daftar Pertanyaan


(15)

commit to user

Lampiran 3. Tabel Tabulasi Data

Lampiran 4. Hasil Perhitungan Uji Validitas Dan Realibilitas Lampiran 6. Surat Telah Melakukan Penelitian

ABSTRACT

Latief Bugi Windarto, D1208585, Kegiatan Komunikasi Dan Partisipasi Donor Darah Sukarela (Studi Korelasi Antara Aktivitas Mahasiswa Dalam Mengikuti Kegiatan Komunikasi Pencari Pelestari Donor Darah Sukarela


(16)

commit to user

(P2D2S) PMI Cabang Kota Surakarta Dengan Partisipasi Mahasiswa FISIP UNS Sebagai Pendonor Darah)

Indonesian Red Cross in its vision set for widely known as kepalangmerahan organizations in providing services to the needy in an effective and timely manner with the spirit of impartiality and independence, hence the need for blood donors to public dissemination, to introduce and popularize the habit again of blood donors.To fulfill the vision and mission of the PMI as the only organization in charge of the field of blood donation, it is necessary to holding a blood donor communication activities. In case this is the socialization of blood donors who made PMI Branch of Surakarta.

Based on that idea the researchers wanted to see if there is a relationship between the activity of students in participating in communication activities Seeker Conservation Voluntary Blood Donors (P2D2S) Red Cross Surakarta Branch with the participation of students of Faculty of Social UNS as voluntary blood donors.

This research included in explanatory research and the method used is survey method. As a means of data collection used questionnaires. The population in this study are students FISIP UNS numbering 96 respondents Data were analyzed by using Pearson's product moment formula. By using this partial formula to determine whether there is relationship between the independent variables with the dependent variable through an intermediary variable.

The correlation coefficient indicates the strength and direction of the relationship between both variables. Figures correlation coefficient of 0.522 indicates that the degree of relationship between students' activity in following communication activities Seeker Conservation Voluntary Blood Donors (P2D2S) Red Cross Surakarta Branch with the participation of students of Faculty of Social UNS as voluntary blood donors were moderate. Sign a positive correlation indicates that the direction of proportional relationship, meaning that the higher the student activities in following communication activities Seeker Conservation Voluntary Blood Donors (P2D2S) PMI Branch of Surakarta, the higher student participation FISIP UNS as voluntary blood donors. Even so, participation will be influenced also factor in student understanding of material communication activities Seeker Conservation Voluntary Blood Donors (P2D2S) PMI Surakarta branch of socialization blood donors obtained. With high activity and good understanding, then the student's participation as voluntary blood donors greater.


(17)

commit to user ABSTRAK


(18)

commit to user

Latief Bugi Windarto, D1208585, Kegiatan Komunikasi Dan Partisipasi Donor Darah Sukarela (Studi Korelasi Antara Aktivitas Mahasiswa Dalam Mengikuti Kegiatan Komunikasi Pencari Pelestari Donor Darah Sukarela (P2D2S) PMI Cabang Kota Surakarta Dengan Partisipasi Mahasiswa FISIP UNS Sebagai Pendonor Darah)

Palang Merah Indonesia dalam visinya menetapkan agar dikenal secara luas sebagai organisasi kepalangmerahan dalam memberikan pelayanan kepada yang membutuhkan secara efektif dan tepat waktu dengan semangat kenetralan dan kemandirian, maka diperlukannya sosialisasi donor darah kepada khalayak, guna memperkenalkan dan memasyarakatkan lagi kebiasaan donor darah. Untuk memenuhi visi dan misi PMI sebagai satu-satunya organisasi yang bertugas dibidang donor darah, maka perlu diadakannya sebuah kegiatan komunikasi donor darah. Dalam hal ini adalah sosialisasi tentang donor darah yang dilakukan PMI Cabang Kota Surakarta.

Berdasarkan pemikiran tersebut peneliti ingin melihat apakah ada hubungan Antara Aktivitas mahasiswa dalam mengikuti kegiatan komunikasi Pencari Pelestari Donor Darah Sukarela (P2D2S) PMI Cabang Kota Surakarta dengan partisipasi mahasiswa FISIP UNS sebagai pendonor darah sukarela.

Penelitian ini termasuk dalam penelitian eksplanatory dan metode yang

digunakan adalah metode survei. Sebagai alat pengumpulan data digunakan kuesioner.

Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa FISIP UNS yang berjumlah 96 responden

Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunkan rumus pearson’s

product moment. Dengan menggunakan rumus Parsial ini dapat mengetahui ada tidaknya hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen melalui variabel perantara.

Koefisien korelasi menunjukkan kekuatan dan arah hubungan kedua variabel. Angka koefisien korelasi sebesar 0,463 menunjukkan bahwa derajat hubungan antara aktivitas mahasiswa dalam mengikuti kegiatan komunikasi Pencari Pelestari Donor Darah Sukarela (P2D2S) PMI Cabang Kota Surakarta dengan partisipasi mahasiswa FISIP UNS sebagai pendonor darah sukarela termasuk sedang. Tanda korelasi yang positif menunjukkan bahwa arah hubungannya sebanding, artinya semakin tinggi aktivitas mahasiswa dalam

mengikuti kegiatan komunikasi Pencari Pelestari Donor Darah Sukarela

(P2D2S) PMI Cabang Kota Surakarta maka semakin tinggi pula partisipasi mahasiswa FISIP UNS sebagai pendonor darah sukarela. Sekalipun demikian,


(19)

commit to user

partisipasi akan dipengaruhi juga faktor pemahaman mahasiswa dalam materi

kegiatan komunikasi Pencari Pelestari Donor Darah Sukarela (P2D2S) PMI

cabang kota Surakarta yaitu sosialisasi donor darah yang diperoleh. Dengan aktivitas yang tinggi dan pemahaman yang baik, maka partisipasi mahasiswa sebagai pendonor darah sukarela semakin besar.


(20)

commit to user PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Komunikasi adalah suatu proses penyampaian informasi (pesan, ide, gagasan) dari satu pihak kepada pihak lain agar terjadi saling mempengaruhi diantara keduanya. Pada umumnya, komunikasi dilakukan dengan menggunakan kata-kata (lisan) yang dapat dimengerti oleh kedua belah pihak. Apabila tidak ada bahasa verbal yang dapat dimengerti oleh keduanya, komunikasi masih dapat dilakukan dengan menggunakan gerak-gerik badan, menunjukkan sikap tertentu, misalnya tersenyum, menggelengkan kepala, mengangkat bahu. Cara seperti ini disebut komunikasi dengan bahasa nonverbal.

Seiring perkembangan jaman, proses komunikasi tidak hanya melalui lisan atau gerak tubuh, melainkan menggunakan media. Adapun media tersebut untuk memudahkan kita berkomunikasi jarak jauh dan mampu menjangkau khalayak luas. Dalam hal ini terdapat bebagai macam media, yaitu media cetak dan media elektronik. Sejalan dengan semakin pesatnya pertumbuhan dan perubahan ekonomi dan kegiatan bisnis, semakin membutuhkan strategi untuk menarik dan mempertahankan konsumen dan pelanggan. Salah satu pendekatan yang digunakan adalah

komunikasi pemasaran (marketing communication).

Bauran komunikasi pemasaran merupakan penggabungan dari lima


(21)

commit to user

publicrelations, personalselling, dan directselling. Demikian pula halnya

dengan event dan exhibition, keduanya merupakan bagian dari marketing

communication mix yang dikembangkan oleh bagian sales promotion.

Bauran pemasaran komunikasi selalu dikaitkan dengan sejumlah penyampaian pesan tentang: barang, jasa, pelayanan, pengalaman kegiatan, orang, tempat, kepemilikan, organisasi, informasi, dan gagasan. Luas cakupan kegiatan pemasaran ini tidak terlepas dari peran komunikasi.

Pengaruh media dalam proses komunikasi sangat besar dalam kegiatan komunikasi PMI Cabang Kota Surakarta. Hal ini disebabkan karena media mampu menjangkau khalayak luas. Media merupakan alat untuk menyampaikan pesan dari komunikator ke komunikan. Media adalah suatu istilah yang mulai dipergunakan pada tahun 1920-an untuk mengistilahkan jenis media yang secara khusus didesain untuk mencapai masyarakat yang sangat luas. Dalam pembicaraan sehari-hari, istilah ini sering disingkat menjadi media. Masyarakat dengan tingkat ekonomi rendah memiliki ketergantungan dan kebutuhan terhadap media massa yang lebih tinggi daripada masyarakat dengan tingkat ekonomi tinggi karena pilihan mereka yang terbatas. Masyarakat dengan tingkat ekonomi lebih tinggi memiliki lebih banyak pilihan dan akses banyak media massa, termasuk bertanya langsung pada sumber atau ahli dibandingkan mengandalkan informasi yang mereka dapat dari media massa tertentu.

Dalam hal ini PMI Cabang Kota Surakarta dalam sosialisasi donor darah kepada khalayak baik menggunakan media ataupun secara langsung


(22)

commit to user

kepada khalayak guna meningkatkan pemahaman kepada masyarakat akan donor darah serta supaya masyarakat mau berpartisipasi untuk donor darah secara sukarela. Salah satu media yang digunakan dalam sosialisasi kegiatan tersebut adalah media cetak. Media cetak adalah media statis dan mengutamakan pesan-pesan visual yang dihasilkan dari proses percetakan;

bahan baku dasarnya maupun sarana penyampaian pesannya

menggunakan kertas. Media cetak adalah suatu dokumen atas segala hal tentang rekaman peristiwa yang diubah dalam kata-kata, gambar foto dan sebagainya, contoh : surat kabar, majalah, tabloid, brosur, pamflet, poster. (www.edwias.com)

Dalam sosialisasinya, PMI tidak semata-mata meminta masyarakat

untuk donor darah. PMI lebih mengutamakan service untuk masyarakat

dengan memberi fasilitas kepada masyarakat seperti pelayanan ambulans gratis dalam kota, pelatihan PPGD bagi para pendonor aktif, sertifikat untuk akreditasi sekolah-sekolah. Dengan harapan masyarakat mau mendonorkan darahnya secara sukarela.

Donor darah adalah proses dimana penyumbang darah secara suka rela diambil darahnya untuk disimpan di bank darah, dan sewaktu-waktu dapat dipakai pada transfusi darah. Donor darah biasa dilakukan rutin di pusat donor darah lokal. Dan setiap beberapa waktu, akan dilakukan acara donor darah di tempat-tempat keramaian, misalnya di pusat berbelanja, kantor perusahaan besar, tempat ibadah, serta sekolah dan universitas. Pada acara ini, para calon pendonor dapat menyempatkan datang dan


(23)

commit to user

menyumbang tanpa harus pergi jauh atau dengan perjanjian. Selain itu sebuah mobil darah juga dapat digunakan untuk dijadikan tempat menyumbang. Biasanya bank darah memiliki banyak mobil darah. Tidak ada manfaat langsung menjadi donor darah. Namun dengan mendonorkan darah secara rutin setiap tiga bulan sekali, maka tubuh akan terpacu untuk memproduksi sel-sel darah baru, sedangkan fungsi sel-sel darah merah adalah untuk oksigenisasi dan mengangkut sari-sari makanan. Dengan demikian fungsi darah menjadi lebih baik sehingga donor menjadi sehat. Selain itu, kesehatan pendonor akan selalu terpantau karena setiap kali donor dilakukan pemeriksaan kesehatan sederhana dan pemeriksaan uji saring darah terhadap infeksi yang dapat ditularkan lewat darah.

Sekantong darah yang didonorkan seringkali dapat menyelamatkan nyawa seseorang. Darah adalah komponen tubuh yang berperan membawa nutrisi dan oksigen ke semua organ tubuh, termasuk organ-organ vital seperti otak, jantung, paru-paru, ginjal, dan hati. Jika darah yang beredar di dalam tubuh sangat sedikit oleh karena berbagai hal, maka organ-organ tersebut akan kekurangan nutrisi dan oksigen. Akibatnya, dalam waktu singkat terjadi kerusakan jaringan dan kegagalan fungsi organ, yang berujung pada kematian. Untuk mencegah hal itu, dibutuhkan pasokan darah dari luar tubuh. Jika darah dalam tubuh jumlahnya sudah memadai, maka kematian dapat dihindari.

Palang Merah Indonesia dalam visinya menetapkan agar dikenal secara luas sebagai organisasi kepalangmerahan dalam memberikan


(24)

commit to user

pelayanan kepada yang membutuhkan secara efektif dan tepat waktu dengan semangat kenetralan dan kemandirian, maka diperlukannya sosialisasi donor darah kepada khalayak, guna memperkenalkan dan memasyarakatkan lagi kebiasaan donor darah. Untuk memenuhi visi dan misi PMI sebagai satu-satunya organisasi yang bertugas dibidang donor darah, maka perlu diadakannya sebuah kegiatan komunikasi dalam donor darah. PMI mensosialisasikan donor darah melalui media massa guna meningkatkan jumlah pendonor darah sukarela. Dalam peran ini, P2D2S PMI Cabang Kota Surakarta melakukan berbagai macam cara untuk meningkatkan pemahaman masyarakat akan donor darah supaya masyarakat mau berpartisipasi untuk menjadi pendonor darah sukarela serta dapat meningkatkan jumlah pendonor darah sukarela, khususnya di Surakarta salah satunya dengan publikasi melalui media massa dengan harapan supaya dapat menjangkau khalayak luas dan pesan yang disampaikan dapat diterima oleh khalayak luas. Dengan berbagai unsur komunikasi, yaitu : pengirim pesan (komunikator), penerima pesan (komunikan) dan pesan itu sendiri, seperti yang dilakukan PMI Cabang Kota Surakarta dalam sosialisasi donor darah kepada khalayak. Unsur komunikasi di sini sangat berpengaruh dalam sebuah kegiatan komunikasi dalam suatu perusahaan. Agar komunikasi dapat berjalan dengan lancar maka diperlukan sebuah pengertian dan pemahaman dalam menerima setiap informasi yang telah disampaikan.


(25)

commit to user Grafik : I.1

Pemasukan dan Pengeluaran Darah 5 Tahun Terakhir

Berdasarkan grafik di atas, terdapat peningkatan jumlah pengadaan darah tiap tahun dan selalu terpenuhinya pengeluaran darah oleh PMI Cabang Kota Surakarta dengan adanya peningkatan jumlah darah masuk. Dengan adanya grafik di atas, peneliti ingin mengetahui apakah ada hubungan yang signifikan antara kegiatan komunikasi PMI dengan peningkatan jumlah pendonor darah sukarela. Akan tetapi hal lain yang menjadi pertimbangan adalah dimana kegiatan tersebut apakah menimbulkan pemahaman dari masyarakat akan donor darah yang sebelumnya mendapatkan sosialisasi donor darah dari PMI. Dari sosialisasi ini, adakah reaksi dari masyarakat untuk berpartisipasi menjadi pendonor darah sukarela.


(26)

commit to user

Dalam hal ini, segmen dari penelitian ini adalah mahasiswa FISIP UNS sampai dengan tahun 2009. Keputusan untuk ikut donor darah sukarela tidak mudah bagi mahasiswa FISIP UNS. Peneliti ingin mengetahui apakah ada hubungan antara aktivitas mahasiswa FISIP UNS dalam mengikuti kegiatan komunikasi PMI Cabang Kota Surakarta dengan partisipasi mahasiswa sebagai pendonor darah sukarela.

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dalam penelitian ini penulis mengambil judul Kegiatan Komunikasi Dan Partisipasi Donor Darah Sukarela (Studi Korelasi Antara Aktivitas Mahasiswa Dalam

Mengikuti Kegiatan Komunikasi Pencari Pelestari Donor Darah Sukarela

(P2D2S) PMI Cabang Kota Surakarta Dengan Partisipasi Mahasiswa

FISIP UNS Sebagai Pendonor Donor Darah Sukarela). Diharapkan adanya hubungan yang signifikan antara aktivitas mahasiswa dalam mengikuti

kegiatan komunikasi Pencari Pelestari Donor Darah Sukarela (P2D2S)

PMI Cabang Kota Surakarta dengan partisipasi mahasiswa sebagai pendonor darah sukarela. Dalam hal ini agar terjadi peningkatan jumlah pendonor darah sukarela.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, permasalahan yang dapat dirumuskan dalam penelitian ini adalah :


(27)

commit to user

- Adakah hubungan yang signifikan antara aktivitas mahasiswa

dalam mengikuti kegiatan komunikasi Pencari Pelestari Donor

Darah Sukarela (P2D2S) PMI Cabang Kota Surakarta dengan

partisipasi mahasiswa FISIP UNS sebagai pendonor darah sukarela?

C. Tujuan Penelitian

Berkaitan dengan rumusan masalah tersebut, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat signifikansi antara aktivitas

mahasiswa dalam mengikuti kegiatan komunikasi Pencari Pelestari

Donor Darah Sukarela (P2D2S) PMI Cabang Kota Surakarta dengan

partisipasi mahasiswa FISIP UNS sebagai pendonor darah sukarela.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi masyarakat

Sebagai informasi tentang donor darah dan manfaatnya.

2. Bagi institusi Palang Merah Indonesia Cabang Kota Surakarta

Sebagai masukan dalam mempertahankan dan menambah jumlah anggota donor sukarela dan sebagai acuan dalam mengevaluasi kegiatan komunikasi yang telah di lakukannya.


(28)

commit to user

Penelitian ini sangat berguna untuk menambah pengalaman membuat karya tulis dan sebagai acuan untuk penelitian lebih lanjut serta sebagai bahan penerapan ilmu yang didapat selama kuliah.

4. Bagi Lembaga Pendidikan

Hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan sebagai acuan untuk penelitian berikutnya terhadap objek penelitian yang sejenis.

5. Manfaat Akademik Dari Tujuan Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberi kontribusi terhadap studi mengenai hubungan antara aktivitas dengan partisipasi, yakni dengan memperhatikan teori-teori yang selama ini telah digunakan dalam penelitian sebelumnya.

E. Kerangka Teori dan Kerangka Pemikiran 1. Kerangka Teori

a. Komunikasi

Dalam membuat sebuah penelitian, diperlukan adanya teori-teori untuk mendukung penyelesaian masalah-masalah dari penelitian tersebut. Teori adalah himpunan konstruk (konsep) definisi dan proposisi yang mengemukakan pandangan sistematika tentang gejala dengan menjabarkan relasi antara variabel untuk menjelaskan gejala tersebut (Jalaludin Rahmat : 1996, hal 6). Dalam hal ini peneliti ingin


(29)

commit to user

meneliti kegiatan komunikasi PMI cabang kota Surakarta tentang sosialisasi donor darah.

Komunikasi adalah suatu proses penyampaian informasi (pesan, ide, gagasan) dari satu pihak kepada pihak lain agar terjadi saling mempengaruhi diantara keduanya. Pada umumnya, komunikasi dilakukan dengan menggunakan kata-kata (lisan) yang dapat dimengerti oleh kedua belah pihak. Apabila tidak ada bahasa verbal yang dapat dimengerti oleh keduanya, komunikasi masih dapat dilakukan dengan menggunakan gerak-gerik badan, menunjukkan sikap tertentu, misalnya tersenyum, menggelengkan kepala, mengangkat bahu. Cara seperti ini disebut komunikasi dengan bahasa nonverbal. Komunikasi merupakan proses di mana seseorang (komunikator) menyampaikan perangsang-perangsang (biasanya lambang-lambang dalam bentuk kata-kata untuk mengubah tingkah laku orang lain) (Anwar Arifin: 2002, hal.6)

Komunikasi dalam pandangan Carl I Hovland (Onong Uchjana Efendy: 2000, hal 10) adalah proses mengubah perilaku orang lain (communication is the process to modify the behavior of the other individuals). Kegiatan komunikasi tidak hanya bersifat informatif, yakni agar orang lain mengetahui sesuatu, tetapi juga harus bersifat persuasif dengan tujuan agar masyarakat bersedia menerima suatu paham, keyakinan dan atau melakukan sesuatu perbuatan atau kegiatan.

Paradigma-paradigma di atas merupakan komponen utama terjadinya suatu komunikasi, baik dalam komunikasi interapribadi,


(30)

commit to user

komunikasi antarpribadi, komunikasi kelompok, komunikasi publik, komunikasi organisasi, maupun komunikasi dengan menggunakan media massa.

1. Komunikasi Interapribadi

Komunikasi Interapribadi (intrapersonal communication)

adalah komunikasi dengan diri sendiri, baik kita sendiri atau tidak (Deddy Mulyana, 2005: hal.72). Komunikasi ini merupakan landasan komunikasi antarpribadi dan komunikasi dalm konteks-konteks lainnya, meskipun dalam disiplin komunikasi tidak dibahas secara rinci dan tuntas. Dengan kata lain, komunikasi ini inhern dalam komunikasi dua orang, tiga orang, dan seterusnya, karena sebelum berkomunikasi dengan orang lain kita biasanya berkomunikasi dengan diri sendiri. Keberhasilan komunikasi kita dengan orang lain bergantung pada keefektifan komunikasi kita dengan diri sendiri.

2. Komunikasi Antarpribadi

Komunikasi Antarpribadi (Interpersonal Communication)

adalah komunikasi antara orang-orang secara tatap muka, yang memungkinkan setiap pesertanya menangkap reaksi orang lain secara langsung, baik secara verbal maupun secara nonverbal. (Deddy Mulyana, 2005: hal.73). Bentuk khusus komunikasi ini

adalah komunikasi diadik (dyadic communication) yang


(31)

commit to user

dan sebagainya. Cirri-ciri komunikasi diadik adalah pihak-pihak yang berkomunikasi mengirim dan menerima pesan secara simultan dan spontan, baik secara verbal maupun noverbal (Stewart L. Tubbs dan Sylvia Moss, 1977: hal.8). Sebagai komunikasi yang paling lengkap dan sempurna, komunikasi antarpribadi berperan penting hingga kapanpun, selama manusia masih mempunyai emosi.

3. Komunikasi Kelompok

Kelompok adalah sekumpulan orang yang mempunyai tujuan bersama, yang berinteraksi satu sama lain untuk mencapai tujuan bersama, mengenal satu sama lainnya, dan memandang mereka sebagai bagian dari kelompok tersebut.(Deddy Mulyana, 2005: hal.74)

Komunikasi kelompok biasanya merujuk pada komunikasi

yang dilakukan kelompok kecil tersebut (small group

communication). Komunikasi kelompok dengan sendirinya

melibatkan juga komunikasi antarpribadi, karena itu

kebanyakan teori komunikasi antarpribadi berlaku juga bagi komunikasi kelompok. (Littlejohn, 1996: hal.19)

4. Komunikasi Publik

Komunikasi publik (public communication) adalah komunikasi


(32)

commit to user

(khalayak), yang tidak bisa dikenali satu persatu. (Dedy Mulyana, 2005: hal.74)

Komunikasi publik biasanya berlangsung lebih formal dan lebih sulit daripada komunikasi antarbribadi atau komunikasi kelompok, karena komunikasi publik menuntut persiapanpesan yang cermat, keberanian dan kemampuan menghadapi sejumlah besar orang. Tidak seperti komunikasi antarpribadi yang melibatkan pihak-pihak yang sama-sama aktif, satu pihak dalam komunikasi publik cenderung pasif.

Ciri-ciri komunikasi publik adalah terjadi di tempat umum, missal di auditorium, kelas, tempat ibadah, atau tempat lainnya yang dihadiri oleh sejumlah besar orang. Merupakan peristiwa sosial yang biasanya telah direncanakan alih-alih peristiwa relative informalyang terstruktur, terdapat agenda, beberapa orang ditunjuk untuk menjalankan fungsi-fungsi khusus. Komunikasi publik sering bertujuan memberikan penerangan, menghibur, memberikan penghormatan, atau membujuk.

5. Komunikasi Organisasi

Komunikasi organisasi (organizational communication) terjadi

dalam sebuah organisasi, bersifat formal dan informal, dan berlangsung dalam suatu jaringan yang lebih besar dari pada komunikasi kelompok. Komunikasi formal adalah komunikasi menurut struktur organisasi, yakni komunikasi ke bawah,


(33)

commit to user

komunikasi ke atas, dan komunikasi horizontal, sedangkan komunikasi informal tidak bergantung pada struktur organisasi, seperti komunikasi antar sejawat, juga termasuk gossip.

6. Komunikasi Media Massa

Komunikasi massa (mass communication) adalah komunikasi

yang menggunakan media massa, baik cetak (surat kabar, majalah) maupun elektronik (radio, televisi), yang dikelola oleh suatu lembaga atau orang yang dilembagakan, yang ditujukan kepada sejumlah besar orang yang tersebar di banyak tempat, anonim, dan heterogen. (Deddy Mulyana, 2005: hal. 75). Komunikasi antar pribadi, komunikasi kelompok, dan komunikasi organisasi berlangsung juga dalam proses untuk mempersiapkan pesan yang disampaikan media massa ini.

Seperti yang dikatakan oleh Drs Darwanto : “dari semua kegiatan yang dilakukan manusia, kegiatan berkomunikasi mengambil waktu terbanyak. Jadi, tidak berlebihan jika dikatakan komunikasi merupakan kegiatan pokok dalam kehidupan sehari-hari” (Darwanto: 2005, hal.2).

Lebih lanjut Drs. Darwanto mengatakan, komunikasi merupakan peristiwa sosial yang terjadi ketika manusia berinteraksi dengan manusia lainnya dan dapat terjadi dimana-mana tanpa mengenal tempat dan waktu, atau dengan kata lain, komunikasi dapat dilaksanakan “kapan saja dan dimana saja”. Dengan demikian, komunikasi


(34)

commit to user

merupakan bagian dari kehidupan manusia sehari-hari, bahkan dapat dikatakan komunikasi merupakan manifestasi dari kehidupan itu sendiri (Darwanto: 2005, hal.1).

Istilah komunikasi dalam bahasa Inggris Communication berasal

dari kata latin communication, dan bersumber dari kata communis yang

berarti sama. Yang dimaksud sama disini adalah sama kata. Komunikasi akan terus berlangsung selama ada kesamaan makna akan apa yang dipercakapkan.

Komunikasi pada dasarnya adalah proses penyampaian pesan oleh seseorang kepada orang lain. Orang yang menyampaikan pesan disebut komunikator dan orang yang menerima pesan disebut komunikan. Tujuan dari komunikasi itu sendiri adalah terciptanya pengertian yang sama antara kedua belah pihak yang melakukan komunikasi (Onong Uchjana Effendy: 1994, hal.9).

Sedangkan dalam proses komunikasinya oleh Hovland diartikan

: “ the process by which an individual (the communicator) transmits

stimuli (usually verbal symbol) to modify the behaviour of other individuals (communicates)” (Hovland 1953;188). Artinya, “Suatu proses dimana seseorang menyampaikan lambang-lambang dalam bentuk kata-kata, dengan maksud untuk mengubah tingkah laku orang lain” (Darwanto: 2005, hal.5).


(35)

commit to user

Proses komunikasi menurut Hovland diatas menunjukan bahwa komunikasi tidak sekedar penyampaian pesan atau informasi agar orang lain mengerti atau mendapatkan kesamaan pengertian, melainkan yang lebih penting dari hal itu adalah orang lain diharapkan terjadi perubahan sikap, tingkah laku dan pola pikir (Darwanto: 2005 hal.5).

Komunikasi menurut Mc. Quail mempunyai tingkatan dari yang paling umum dilakukan hingga dari yang paling jarang dilakukan yaitu komunikasi interpersonal, komunikasi kelompok, komunikasi antar kelompok, komunikasi institusi dan komunikasi massa.

Dalam piramida komunikasi, Laswell menggambarkanya sebagai berikut : ( Denis Mc. Quail: 1996, hal.6 )

Komunikasi massa

Komunikasi Organisasi

Komunikasi antar kelompok

Komunikasi interpersonal

Komunikasi intrapersonal

Tabel. I.1

Dalam penelitian ini lebih memfokuskan pada komunikasi massa yang akan di jelaskan pada sub bab berikutnya.


(36)

commit to user

b. Komunikasi Pemasaran

Komunikasi pemasaran dapat dipahami dengan menguraikan dua unsur pokoknya, yaitu komunikasi dan pemasaran. Komunikasi adalah proses di mana pemikiran dan pemahaman disampaikan antar individu, atau antar organisasi dengan individu. Pemasaran adalah sekumpulan kegiatan di mana perusahaan dan organisasi lainnya

mentransfer nilai-nilai (pertukaran) antara mereka dengan

pelanggannya. Jika digabungkan, komunikasi pemasaran

merepresentasikan gabungan semua unsur dalam bauran pemasaran merek, yang memfasilitasi terjadinya pertukaran dengan menciptakan suatu arti yang disebarluaskan kepada pelanggan atau kliennya.

Seiring perkembangan jaman, proses komunikasi tidak hanya melalui lisan atau gerak tubuh, melainkan menggunakan media. Adapun media tersebut untuk memudahkan kita berkomunikasi jarak jauh dan mampu menjangkau khalayak luas. Dalam hal ini terdapat bebagai macam media, yaitu media cetak dan media elektronik. Sejalan dengan semakin pesatnya pertumbuhan dan perubahan ekonomi dan kegiatan bisnis, semakin membutuhkan strategi untuk menarik dan mempertahankan konsumen dan pelanggan. Salah satu pendekatan yang

digunakan adalah komunikasi pemasaran (marketing communication).

Kegiatan komunikasi pemasaran yang dipopulerkan oleh


(37)

commit to user

Communications 2008 “Marketing Communications and The Hierarchy-of-Effect” adalah sebagai berikut :

“Marketing communications is a subfield of marketing which involve personal selling, advertising, publicity, public relations, reseller support, merchandising, product sampling, and packaging changes. These are all communication tools, and subfield is a really an attempt to bring together several diverse parts of the marketing mix under one conceptual framework based on communication research and theory”.

Bauran komunikasi pemasaran merupakan penggabungan dari

lima model komunikasi dalam pemasaran, yaitu: advertising, sales

promotion, public relations, personal selling, dan direct selling.

Demikian pula halnya dengan event dan exhibition, keduanya

merupakan bagian dari marketing communication mix yang

dikembangkan oleh bagian sales promotion. Bauran pemasaran

komunikasi selalu dikaitkan dengan sejumlah penyampaian pesan tentang: barang, jasa, pelayanan, pengalaman kegiatan, orang, tempat, kepemilikan, organisasi, informasi, dan gagasan. Luas cakupan kegiatan pemasaran ini tidak terlepas dari peran komunikasi.

Rambat Lupiyoadi (2001) menjelaskan bahwa marketing mix

merupakan alat bagi pemasar yang terdiri dari berbagai elemen suatu program pemasaran yang perlu dipertimbangkan agar implementasi

strategi pemasaran dan positioning yang ditetapkan dapat berjalan

sukses. Marketing mix pada jasa mencakup 4P, yaitu product, price,


(38)

commit to user

pemasaran, yaitu people, process, dan customer service. (Rambat

Lupiyoadi, 2001: hal 56-65)

Sebagai suatu bauran, elemen-elemen tersebut saling

mempengaruhi satu sama lain sehingga bila salah satu tidak tepat pengorganisasiannya akan mempengaruhi strategi pemasaran secara

keseluruhan. Elemen marketing mix terdiri dari tujuh hal, yaitu:

1. Product

Elemen product meliputi penentuan produk, jasa pelayanan, dan

perilaku sosial seperti apa yang ditawarkan kepada audience. 2. Price

Elemen price merupakan cara menentukan bagaimana strategi

harga yang akan dilakukan.

3. Promotion

Elemen promotion adalah bagaimana promosi yang harus

dilakukan, meliputi beberapa cara, yaitu penentuan tujuan komunikasi, membuat kemungkinan isi pesan, mengatasi perhatian selektif, mengatasi distorsi persepsi, memilih media dan mengevaluasi serta menyeleksi pesan.

4. Place

Elemen place merupaka sistem penghantaran (delivery system)

dari produk, jasa pelayanan, dan perilaku sosial akan diterapkan. 5. People


(39)

commit to user

Elemen people meliputi penentuan tipe kualitas dan kuantitas

orang yang akan terlibat dalam pemberian jasa.

6. Process

Elemen process merupakan proses di mana operasi produk, jasa

pelayanan, pan perilaku sosial akan dilakukan.

7. Customer Service

Elemen customer service merupakan tingkat servis (service level)

yang mana akan diberikan kepada konsumen.

Untuk mengembangkan komunikasi yang efektif, Kotler (1995) merumuskan delapan langkah yang harus diperhatikan dalam promosi, yaitu: (Philip Kotler dan Karen A Fox, 1995 hal 111)

1. Mengidentifikasi Target Audience

Dalam tahap ini berhubungan dengan segmentasi pasar yaitu pemasar menentukan siapa target audience-nya, target audience bisa merupakan individu, kelompok masyarakat khusus atau umum. Bila pemasar telah melakukan segmentasi dan targeting, maka segmen itulah yang menjadi target audience.

2. Menentukan tujuan komunikasi

Setelah mengetahui target audience dan karakteristiknya, maka kemudian dapat menentukan tanggapan apa yang dikehendaki. Pemasar harus menentukan tujuan komunikasinya, apakah untuk

menciptakan kesadaran, pengetahuan, kesukaan, pilihan,


(40)

commit to user

3. Merancang pesan

Setelah menetukan tujuan komunikasi, kemudian pemasara menyusun pesan yang efektif. Idealnya suatu pesan harus mampu

memberikan perhatian (attention), menarik (interest),

membangkitkan keinginan (desire), dan menghasilkan tindakan

(action) yang kesemuanya dikenal dengan metode AIDA. Pesan yang efektif harus dapat menyelesaikan empat masalah, yakni

masalah Bagaimana (How), Apa (What), Kapan (When), dan

Siapa (Who). Dengan kata lain, pengembangan pesan yang

disampaikan berhubungan dengan isi pesan (what to say), struktur

pesan (how to say it logically), gaya pesan (creating a strong

presence), sumber pesan (who should develop it).

4. Menyeleksi saluran komunikasi

Pemasar harus menyeleksi saluran-saluran komunikasi yang efisien untuk membawa pesan. Saluran komunikasi bisa berupa

komunikasi personal (personal communication) maupun

komunikasi nonpersonal (non personal communication)

5. Menetapkan jumlah anggaran promosi

Menetepkan anggaran sangatlah penting, karena untuk

menentukan penggunaan media apa saja yang tergantung pada anggaran yang tersedia. Atau pemasar berorientasi pada pencapaian sasaran promosi yang akan dicapai, sehingga sebesar itulah anggaran yang akan berusaha disediakan.


(41)

commit to user

6. Menentukan bauran promosi

Langkah selanjutnya setelah menentukan anggaran promosi adalah menentukan alat promosi yang akan digunakan, apakah

melalui advertising, personal selling, sales promotion, publicity

and public relation atau direct marketing.

7. Mengukur hasil-hasil promosi

Setelah melakukan promosi, pemasar harus mengukur hasil atau dampak dari promosi pada target audience, apakah mereka mengenal atau mengingat pesan-pesan yang diberikan. Berapa kali melihat pesan tersebut, apa saja yang masih diingat dan bagaimana sikap mereka terhadap produk, jasa, dan perilaku sosial yang dipromosikan tersebut.

8. Mengelola dan mengkoordinasi proses komunikasi

Karena jangkauan komunikasi yang luas dari alat pesan dan komunikasi yang tersedia untuk mencapai target audience, maka alat dan pesan perlu dikoordinasikan. Karena jika tidak, pesan-pesan itu akan menjadi lesu pada saat produk tersedia, pesan-pesan kurang konsisten atau tidak efektif lagi. Untuk itu, pemasar mengarah pada penerapan konsep komunikasi pemasaran yang terkoordinasi.

Strategi komunikasi adalah kegiatan atau kampanye komunikasi yang sifatnya informasional maupun persuasif untuk membangun pemahaman dan dukungan terhadap suatu ide, gagasan atau kasus,


(42)

commit to user

produk maupun jasa yang terencana yang dilakukan oleh suatu organisasi baik yang berorientasi laba maupun nirlaba, memiliki tujuan, rencana dan berbagai alternatif berdasarkan riset dan memiliki evaluasi. (Smith, 2005:3). Komunikasi strategis bukan hanya pada kegiatan public relations. Komunikasi pemasaran juga merupakan perwujudan

dari konsep-konsep komunikasi (Smith, 2005: 3). Public relations dan

pemasaran atau marketing merupakan bidang yang sering kali

bertubrukan atau over lapping. Public relations merupakan fungsi

manajemen yang memusatkan perhatian pada interaksi jangka panjang antara organisasi dengan publik-publik yang berkaitan dengan

organisasi untuk memperoleh goodwill, pengertian yang saling

menguntungkan serta dukungan (Smith, 2005: 4). Sedangkan komunikasi pemasaran adalah fungsi dalam manajemen yang memusatkan perhatian pada produk atau jasa untuk memenuhi keinginan dan kebutuhan konsumen (Smith, 2005: 4). Namun, koordinasi dari dua kegiatan tersebut dapat meningkatkan efisiensi dan

efektivitas suatu organisasi dan dikenal sebagai Integrated Marketing

Communication (IMC). Philip Kotler et.all memberikan empat tahap proses dalam komunikasi pemasaran yakni analisas lingkungan, identifikasi khalayak dan tujuan, pengembangan pendekatan strategis dalam mengembangkan rencana implementasi. Sedangkan Smith memberikan sembilan fase yang dikelompokkan menjadi empat fase


(43)

commit to user

dalam komunikasi strategis untuk public relations yakni formative

research, strategy, tactic dan evaluation research.

1. Formative Research Phase

Fase pertama dalam proses perencanaan strategis menurut Smith adalah riset formatif atau riset stategis adalah kegiatan pendahuluan yang dilakukan untuk mendapatkan informasi dan menganalisa situasi yang dihadapi (Smith, 2005:11). Dalam fase ini terdapat tiga tahap yakni analisis situasi, analisis organisasi dan analisis publik. Situasi adalah satu set keadaan yang dihadapi oleh organisasi. Situasi memiliki makna yang sama dengan masalah. Sehingga analisis situasi adalah pernyataan tentang peluang dan hambatan yang dihadapi oleh PMI Cabang Kota Surakarta. Tanpa adanya pernyataan situasi yang dihadapi dengan jelas dan dini maka efisiensi riset tidak dapat dilakukan. Definisi situasi ini dinyatakan dalam bentuk kata benda. Sedangkan yang termasuk dalam analisis organisasi meliputi aspek lingkungan internal, persepsi publik dan lingkungan eksternal yang dihadapi meliputi pesaing maupun pendukung. Sedangkan analsis publik adalah identifikasi dan analsis publik-publik kunci dari berbagai kelompok orang yang berinteraksi dengan organisasi.

2. Strategy Phase

Strategi merupakan jantung nya perencanaan public relations


(44)

commit to user

berkaitan. Strategi adalah keseluruhan rencana organisasi, meliputi apa yang ingin dicapai dan bagaimana cara mencapainya. Strategi memiliki dua fokus yakni aksi yang dilakukan organisasi dan isi pesan. Strategi memiliki tiga tahap, yakni menetapkan tujuan dan sasaran, memformulasikan aksi dan strategi respon, kemudian menggunakan komunikasi efektif. Tujuan merupakan pernyataan tentang suatu isu dan gambaran

bagaimana mencapai harapan yang diinginkan. Tujuan

komunikasi dapat dikelompokkan menjadi tiga kategori, yakni

reputation management goal, yang berhubungan dengan identitas

dan persepsi organisasi, relationship management goal yang

berkaitan dengan hubungan organisasi dengan para publiknya dan

task management goal yang berhubungan dengan cara melakukan

sesuatu tugas. 3. Tactis Phase

Setelah strategi di buat, kini tiba gilirannya untuk memasuki fase ketiga yaitu taktik. Pada fase ini terdiri dari pemilihan taktik komunikasi yang akan digunakan dan melakukan implementasi rencana strategis yang sudah disusun. Taktik komunikasi yang digunakan dalam perencanaan komunikasi pemasaran ini adalah

perpaduan antara kegiatan public relations dan komunikasi

pemasaran yang lazim disebut sebagai integrated communication.


(45)

commit to user

yaitu interpersonal communication, organizational media, news

media dan advertising and promotional media. Taktik

interpersonal communications yang digunakan adalah personal involvement, berupa sosialisai donor darah melalui

instansi-instansi baik negeri maupun swasta. Special events dengan

melakukan kegiatan donor darah massal kerjasama dengan

instansi-instansi terkait. Sedangkan taktik organizational media

yang digunakan antara lain general publication, yaitu brosur,

flyer, pamflet, direct mail berupa undangan dan katalog serta audiovisual media, melalui media digital yakni website. Taktik News media yang digunakan yakni hanya menggunakan koran-koran, radio dan stasiun tv yang sudah menjalin kerja sama dengan PMI Cabang Kota Surakarta untuk memberitakan perihal donor darah di suatu instansi. Taktik yang terakhir digunakan

berupa taktik advertising and promotional media, yaitu dengan

memasang iklan di koran, majalah, radio dan televisi tertentu sesuai dengan target market. Namun media ini tidak banyak digunakan (frekuensi jarang) mengingat keterbatasan dana yang ada. Setelah taktik komunikasi sudah selesai ditentukan, maka seluruh rencana strategis dapat diimplementasikan. Dalam hal ini rencana dan anggaran mulai dibuat. Rencana yang dibuat mencakup pola dan frekuensi dilakukannya taktik komunikasi


(46)

commit to user

Rencana tersebut dapat dibuat dalam bentuk gantt chart maupun

pert chart.

4. Evaluation Research Phase

Dalam perencanaan komunikasi dimulai dengan riset dan diakhiri dengan riset pula. Riset yang dilakukan pada fase terakhir dalah untuk mengetahui efektivitas berbagai taktik komunikasi yang digunakan untuk mencapai tujuan dan sasaran yang telah ditentukan. Adapun cara yang dapat digunakan untuk mengevaluasi efektivitas taktik dalam mencapai tujuan adalah

dengan menggunakan desain riset After-Only study. Desain

seperti ini paling umum dan mudah (sederhana) untuk mengukur sikap. Sedangkan metodologi untuk teknik evaluasi adalah teknik kuantitatif yakni melakukan survey. Dan teknik kualitatif yang

digunakan adalah inteview. Cara untuk mengevaluasi awareness

objectives adalah dengan menghitung isi pesan yakni berapa orang yang terekspos oleh suatu media (jika ada media yang

meliput events yang diselenggarakan PMI Cabang Kota

Surakarta), seberapa mudah isi pesan dipahami dan berapa pesan yang diingat. Untuk mengukur jangkauan pesan adalah dengan mengumpulkan kliping atas publikasi media tentang Kegiatan

Donor Darah. Selain itu untuk mengukur jumlah audience adalah

dengan cara menghitung jumlah audience yang datang pada acara


(47)

commit to user

telpon dan partisipan di website. Cara untuk mengukur

acceptance objectives dapat juga dilakukan dengan cara

menghitung jumlah telpon yang masuk, jumlah surat masuk permintaan donor darah dari instansi-instansi terkait. Sedangkan

untuk mengukur action objectives adalah dengan cara

mengobservasi dan menghitung jumlah permintaan donor darah dari instansi-instansi terkait. Setelah data terkumpul kemudian

dianalisa dan dibandingkan dengan objectives yang hendak

dicapai.

Inti dari komunikasi pemasaran komunikasi pemasaran membahas beberapa masalah yang memiliki kaitan erat dengan komunikasi dalam pemasaran, pokok kajian pembahasan komunikasi pemasaran antara lain:

·Strategi Komunikasi

·Segmentasi Potensial

·Perencanaan Media

·Kreatif pesan dan Visual

·Biaya Komunikasi dan Belanja Iklan

·Riset Komunikasi Pemasaran

·Konsep Bisnis Masa Depan

Proses Perencanan Komunikasi Pemasaran. Komunikasi


(48)

commit to user

1. Mengidentifikasikan pasar dan kebutuhan konsumen atau persepsi

konsumen.

2. Menggambarkan dan mengoperasionalkan gambar atau persepsi

tujuan target group.

3. Mengveluasikan sejumlah perilaku yang tergambar diyakini dapat

mencapai tujuan.

Strategi mempromosikan sebuah produk atau perusahan merupakan strategi pembangunan atribut yang akan dan terus dikenal

oleh konsumen. Seperti yang diungkapkan dalam Journal of Integrated

Marketing Communication 2008, The Organizational Relationship Between Marketing and Public Relations : Exploring Paradigmatic Viewpoints by Joep P. Cornelissen and Andrew R. Lock mengenai tujuan dari adanya pendekatan hubungan pemasaran dengan konsumen

sebagai berikut : “The goal of the new approach to relationship

marketing is to raise the customer’s comfort with the company to the point of making the brand decision their choise”.

Perusahaan yang memikili dua atau lebih konsep strategi, memungkinkan perusahaan tersebut bertahan dalam persaingan yang semakin keras. Perusahan yang tidak memiliki kerangka dan strategi cadangan dalam menghadapi para pesaing baru justru akan mengacam posisi produk mereka yang telah ada. Tujuan lain dari analis situasi, teknik dan strategi dalam komunikasi pemasaran adalah untuk


(49)

commit to user

memperoleh dari konsumen (sebagai sumber utama) dimana respon tersebut merupakan langkah awal yang perusahan untuk bersikap positif.

Perencanaan komunikasi dalam komunikasi pemasran

merupakan panduan mendasar yang penting untuk membentuk kita dalam menyusun sebuah perencanaan strategi berdasarkan pandangan komunikasi pemasaran. Perencanaan mungkin lebih penting dari sebuah dokumen yang kita miliki. Setiap perencanaan dan eksekusi periklanan memiliki nilai yang kecil jika kita tidak menjaga di hadapan konsumen.

c. Kajian Penelitian efek dan teori efek

Khalayak mempunyai kebutuhan yang berkaitan dengan media, yaitu kebutuhan kognitif (kebutuhan berkaitan dengan usaha-usaha untuk memperkuat informasi, pengetahuan serta pengertian tentang lingkungan sekitar), kebutuhan afektif (kebutuhan yang berhubungan dengan usaha-usaha untuk memperkuat pengalaman-pengalaman yang bersifat keindahan, kesenangan dan emosional), kebutuhan behavioural (kebutuhan yang berkaitan dengan usaha untuk melakukan aktivitas tertentu setelah mendapatkan penambahan informasi), integratif personal (kebutuhan yang berkaitan dengan usaha-usaha untuk memperkuat kontak dengan keluarga, teman dan alam sekelilingnya), kebutuhan akan pelarian (kebutuhan yang berkaitan dengan hasrat


(50)

commit to user

untuk melarikan diri dari kenyataan, melepaskan ketegangan dan kebutuhan akan hiburan) ( Alo lyliweri:1991, hal.137 )

Secara teoritis, efek yang ditimbulkan oleh pesan media massa menurut Mann Steven M. Chafee dapat dilihat dari perubahan yang terjadi pada khalayak komunikasi massa, yaitu penerima informasi, perubahan peragaan atau sikap, dan perubahan perilaku atau dengan istilah lain perubahan kognitif, afektif dan behavioral. ( Jalaluddin Rahmat:2001, hal.218)

Sependapat dengan Mann diatas, menurut Jalaluddun Rahmat, efek yang menyertai suatu proses komunikasi massa adalah efek kognitif (penambahan pengetahuan), efek afektif (pembentukan dan

perubahan sikap), dan efek behavioral (tindakan atau action tertentu).

Efek kognitif terjadi jika setelah khalayak yang menggunakan suatu media dapat memperoleh tambahan pengetahuan dari media tersebut. Efek afektif terjadi bila setelah mendapatkan pengetahuan dari suatu media menyebabkan perubahan sikap pada diri khalayak. Pada akhirnya dapat terjadi efek behavioral bila khalayak setelah menggunakan suatu media akan melakukan suatu tindakan (action) tertentu. ( Jalaluddin Rahmat:2001, hal.219)

Untuk menjelaskan efek yang ditimbulkan oleh pesan media massa ini, lebih jauh diterangakan dengan menggunakan teori Stimulus-Organism-Respons (S-O-R) yang digambarkan sebagai berikut :


(51)

commit to user

Pesan Tunggal Penerima Individu Reaksi

Tabel. I.2

MODEL TEORI STIMULUS – ORGANISM-RESPONS

Efek yang ditimbulkan oleh model ini adalah reaksi khusus terhadap stimulus khusus, sehingga seseorang dapat mengharapkan dan memperkirakan kesesuaian antara pesan dan reaksi komunikan. ( Onong Uchjana Effendi:1993,hal.281-281) Unsur-unsur dalam model ini adalah :

a. Pesan (Stimulus, S)

b. Komunikan (Organism, O)

c. Efek (Respons, R)

Bertolak dari S-O-R faktor yang menjadi stimulus dalam penelitian ini adalah Kegiatan Komunikasi PMI Cabang Kota Surakarta, yaitu sosialisasi donor darah. Sedangkan Organism diartikan sebagai mahasiswa FISIP UNS pada khususnya dan masyarakat pada umumnya.

Yang dimaksud dengan respons adalah efek yang ditimbulkan

dari rangsangan yang diberikan kepada audiens. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, efek komunikasi yang muncul sehubungan


(52)

commit to user

dengan pesan ada tiga tingkatan yaitu efek kognitif, efek afektif dan efek behavioral.

Berdaarkan penelitian tersebut, peneliti mengharapkan dari ketiga efek media massa tersebut, yaitu efek kognitif, efek afektif, dan efek behavioral.

1. Efek Kognitif

Efek prososial merupakan efek yang membahas bagaimana media massa memberikan manfaat yang dikehendaki audiens. Menurut Jalaluddin Rahmat bila televisi menyebabkan seseorang lebih mengerti bahasa Indonesia dengan baik dan benar, maka televisi telah menimbulkan efek prososial kognitif. ( Jalaluddin Rahmat: 2001, hal.230 )

Pada teori psikologi, teori yang dapat menjelaskan tentang efek prososial kognitif adalah teori belajar sosial dari albert Bandura. Teori belajar sosial mengkaji proses belajar melalui media massa. Albert bandura menyatakan bahwa teori belajar sosial menganggap media massa sebagai agen sosialisasi yang utama di samping keluarga, guru di sekolah dan sahabat karib. ( Onong Uchjana Effendi:1993, hal.281-282 )

Lebih lanjut Bandura menjelaskan perilaku merupakan hasil dari faktor-faktor yang kognitif dari lingkungan. Artinya, seseorang mampu memiliki keterampilan tertentu, bila terdapat jalinan positif antara stimuli yang diamati dengan karakter diri


(53)

commit to user

sendiri. (Onong Uchjana Effendi:1993, hal.281-282). Namun sebelum sampai pada tahap itu, pastilah seseorang menyimpan pengetahuan yang diperoleh sebagai hasil dari pengamatan terhadap suatu peristiwa kedalam memorinya terlebih dahulu, hal ini sesuai dengan 4 tahapan proses belajar sosial milik Bandura.

Pada tahap awal proses belajar terdapat proses perhatian kepada suatu peristiwa. Jelas bahwa seseorang tidak dapat belajar dari suatu peristiwa kecuali menaruh perhatian kepadanya dan secara saksama mencerna hal-hal penting yang dicakupnya. Peristiwa ini dapat berupa tindakan tertentu atau gambaran pola

pemikiran yang disebut Bandura sebagai :”Abstract Modeling”.

Misalnya sikap, nilai atau persepsi realitas sosial. (Onong Uchjana Effendi:1993, hal.283)

Pada proses kedua yaitu pengingatan (retention). Peristiwa

yang menarik perhatian dimasukan kedalam lambang secara verbal atau imaginal sehingga menjadi ingatan. Hal ini disebabkan perhatian terhadap suatu peristiwa saja tidak cukup

untuk menghasilkan efek prososial. (Onong Uchjana

Effendi:1993, hal.283)

Pada langkah ketiga yaitu proses reproduksi artinya menghasilkan kembali tindakan-tindakan yang telah diamati. Pada tahap ini kemampuan kognitif dan kemampuan motorik berperan penting. (Onong Uchjana Effendi:1993, hal.283s)


(54)

commit to user

Pada langkah terakhir adalah proses motivasional dimana menunjukan bahwa perilaku akan brwujud apabila terdapat nilai

peneguhan. Peneguhan dalam bentuk ganharan internal, seperti

rasa puas diri. (Bandura, 1977 : 209-210)

Pada penelitian ini mahasiswa FISIP UNS menerima efek kognitif dari PMI, yaitu sosialisasi donor darah sebagai suatu penambahan serta pemahaman informasi pada mahasiswa FISIP UNS akan donor darah.

2. Efek Afektif

Kebanyakan penelitian yang biasanya dikutip dalam membicarakan efek komunikasi massa terhadap pendapat dan sikap, telah dilakukan dengan prosedur eksperimental yang mencakup penerpaan secara paksa khalayak terpilih pada komunikasi yang tunggal (Walter Weiss:1969, hal.101). Hasil penelitian itu umumnya menunjukkan sedikit sekali bukti yang menunjukkan adanya efek media massa pada perubahan sikap.Cialdini, Petty, dan Cacioppo (1981:357-404) menunjukkan bahwa perhatian penelitian belakangan ini lebih terpusat pada respons-respons kognitif sebagai mediator efek sikap. Walaupun mereka melaporkan keadaan ini sebagai tinjauan penelitian sikap sampai tahun 1981, kita dapat melacak peranan struktur kognitif


(55)

commit to user

terhadap pembentukan sikap pada tulisan Solomon E. Asch (1952:563-564).

Sesungguhnya, efek afektif bukan tidak pernah dibuktikan dalam penelitian ilmiah. Penelitian dalam bidang komunikasi politik, khususnya peranan media massa dalam sosialisasi politik, telah berulang kali menunjukkan korelasi yang berarti antara terpaan media massa dengan sikap-sikap politik. Sikap terhadap pemerintah, penolakan pada otoritas, kesenangan pada pemimpin Negara, sikap pada politisi erat berkaitan dengan terpaan televise, radio, dan surat kabar. Charles K. Atkin (1981:299-328) meninjau berbagai literature tentang komunikasi dan sosialisasi politik, lalu

menyimpulkan,”This diverse collection of findings suggests that

the mass media significantly influence som affective orientations, although the impact is not as great as for cognitive orientations.” (Berbagai kumpulan penemuan menunjukkan bahwa media massa secara berarti mempengaruhi orientasi afektif, walaupun dampaknya tidak sebesar pada orientasi kognitif).

Dalam hal ini mahasiswa berupaya untuk mencari tahu lebih tentang donor darah dari manfaat, syarat, serta fasilitas untuk menjadi pendonor darah sukarela.


(56)

commit to user

Pada waktu membicarakan efek kehadiran media massa, secara sepintas kita juga telah menyebutkan efek behavioral seperti pengalihan kegiatan dan penjadwalan pekerjaan sehari-hari.

Salah satu perilaku prososial ialah memiliki keterampilan yang bermanfaat bagi dirinya dan bagi orang lain. Keterampilan ini biasanya diperoleh dari saluran-saluran interpersonal: orang tua, atasan, pelatih, atau guru. Pada dunia modern, sebagian dari tugas mendidik telah juga dilakukan media massa. Teori psikologi yang dapat menjelaskan efek prososial media massa adalah teori belajar sosial dari Bandura(hal.28). Menurut Bandura, kita belajar bukan saja dari pengalaman langsung, tetapi dari peniruan atau

peneladanan (modeling). Perilaku merupakan hasil faktor-faktor

kognitif dan lingkungan. Artinya, kita mampu memiliki keterampilan tertentu, bila terdapat jalinan positif antara stimuli yang kita amati dan karakteristik dari kita.

Bandura menjelaskan proses belajar sosial dalam empat

tahapan proses: proses perhatian, proses pengingatan

(retentation), proses reproduksi motoris, dan proses motivasional. Permulaan proses belajar ialah munculnya peristiwa yang dapat diamati secara langsung oleh seseorang. Peristiwa ini berupa tindakan tertentu (misalnya menolong orang tenggelam) atau gambaran pola pemikiran, yang disebut Bandura sebagai


(57)

commit to user

abstract modeling”. Menurut Bandura, peristiwa yang menarik perhatian ialah yang tampak menonjol dan sederhana, terjadi berulang-ulang, atau menimbulkan perasaan positif pada pengamatannya.

Perhatian saja tidak cukup menghasilkan efek prososial. Khalayak harus sanggup menyimpan hasil pengamatannya dalam benaknya dan memanggilnya kembali tatkala mereka akan bertindak sesuai dengan teladan yang diberikan. Peneladanan tertangguh hanya terjadi bila mereka sanggup mengingat peristiwa yang diamatinya.

Dalam teori stimulus-respons pada dasarnya merupakan

sesuatu prinsip belajar yang sederhana, di mana efek merupakan reaksi terhadap stimulus tertentu. Pada dasarnya prinsip ini

merupakan dasar dari teori jarum hipodermik, mengenai proses

terjadinya efek media massa yang berpengaruh. Dalam

masyarakat massa, prinsip stimulus-respons mengasumsikan

bahwa pesan informasi dipersiapkan oleh media dan

didistribusikan secara sistematis dan dalam skala yang luas, sehingga secara serempak pesan tersebut dapat diterima oleh sejumlah besar individu, kemudian sejumlah individu tersebut akan merespons pesan informasi tersebut.

Dalam hal ini PMI selalu memberi motivasi kepada masyarakat untuk mendonorkan darahnya secara sukarela.


(58)

commit to user

Sosialisasi PMI selalu ter follow up sampai masyarakat

benar-benar berpartisipasi untuk menjadi pendonor darah sukarela. Hal yang dilakukan PMI adalah mensosialisasikan donor darah melalui media brosur dan presentasi kepada khalayak, setelah itu

mem follow up melalui telepon untuk memastikan khalayak mau

menjadi pendonor darah sukarela.

d. Komunikasi Sosial Sebagai sarana sosialisasi

“Komunikasi sosial adalah sekaligus proses sosialisasi” demikian tulisan Astrid S. Susanto dalm bukunya, Komunikasi Sosial di Indonesia. (Astrid S. Susanto, 1985:hal.1) kajian tentang proses sosialisasi khususnya dan sosiologi umumnya, memang tidak bisa untuk menyinggung komunikasi. Karena proses sosialisasi terjadi melalui interaksi sosial yang harus didahului kontak dan komunikasi.

Referensi kepustakaan yang secara implicit menyatakan keterkaitan langsung antara komunikasi dan sosialisasi banyak ditemukan di buku-buku sosiologi. Misalnya Astrid S.Susanto (1983) dalam bukunya yang lain, Pengantar Sosiologi dan Perubahan Sosial, menjelaskan bahwa proses sosialisasi terjadi melalui interaksi sosial, yaitu hubungan antar manusia yang menghasilkan suatu proses pengaruh-mempengaruhi. Dalam proses pendewasaaan manusia berdasarkan pengalamannya sendiri akan terbentuk system perilaku (behavior system) yang juga ikut ditentukan oleh watak pribadinya, yaitu bagaimana ia akan member reaksi terhadap suatu pengalaman.


(59)

commit to user

Akhirnya system perilaku inilah yang akan menentukan dan membentuk sikapnya (attitude) terhadap sesuatu. Lebih lanjut Astrid

mengutip kata-kata E. Bogardus,”Communication is interaction in

terms of stimulus or gesture by one person wich produced a response in the form of a verbal or silent symbol by a second person” (Astrid S. Susanto, 1983: hal.15)

Dan Robert L. Shuterland,

“People in action with another means interaction in some measure form… when people and their attitude are involved, the process become social or more precisely, social interaction is that dynamic interplay of forces in which contact between person and groups result in a modification of the attitude and behavior of the participants” (Astrid S. Susanto, 1983: hal.16)

Dari kedua pendapat tersebut, Astrid menyimpulka bahwa komunikasi merupakan dasar dari proses sosial. (Astrid S. Susanto, 1983: hAl. 13-17)

Kajian tentang sosialisasi sendiri cukup melimpah dalam berbagai perspektif, diantaranya sosiologi, antropologi, psikologi, pendidikan, politik, bahkan agama. Buku-buku Sosiologi pendidikan misalnya, didalamnya terdapat pula kajian tentang sosialisasi. Vembriarto (1993), salah satu penulis buku sosiologi pendidikan, menyimpulkan bahwa proses sosialisasi adalah proses belajar sosial, yaitu proses akomodasi dengan mana individu mengadopsi kebiasaan, sikap, ide, keyakinan, nilai-nilai, dan pola tingkah laku dalam


(60)

commit to user

masyarakat, dan mengembangkannya menjadi suatu kesatuan system dalam diri pribadinya.(Vembriarto,1993: hal.21-25)

Kaitannya dalam penelitian kegiatan komunikasi sosial PMI dalam mensosialisasikan donor darah kepada khalayak, peneliti ingin mengetahui dampak dari sosialisasi yang dilakukan oleh PMI dengan melihat reaksi dari khalayak, apakah terdapat pemahaman dari soialisasi yang dilakukan oleh PMI serta partisipasi khalayak setelah memperoleh pemahaman sehingga dapat meningkatkan jumlah pendonor darah sukarela.

2. Kerangka Pemikiran

Untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas tentang penelitian ini, maka hubungan-hubungan antar variabel yang akan diteliti dapat dijabarkan sebagai berikut :


(61)

commit to user F. Hipotesis

Hipotesis adalah kesimpulan sementara atau reposisi tentatif hubungan antara dua variabel atau lebih. Dari tabel di atas terdapat penjelasan bahwa semakin sering mahasiswa mengikuti kegiatan

komunikasi Pencari Pelestari Donor Darah Sukarela (P2D2S) PMI

cabang kota Surakarta, maka semakin besar juga partisipasi mahasiswa sebagai pendonor darah sukarela. Besar kecilnya partisipasi dipengaruhi oleh aktivitas. Sekalipun demikian, partisipasi akan dipengaruhi juga

faktor pemahaman mahasiswa dalam materi kegiatan komunikasi Pencari

Pelestari Donor Darah Sukarela (P2D2S) PMI cabang kota Surakarta yaitu sosialisasi donor darah yang diperoleh. Dengan aktivitas yang tinggi dan pemahaman yang baik, maka partisipasi mahasiswa sebagai pendonor darah sukarela semakin besar.

Variabel Independen Aktivitas Mahasiswa dalam mengikuti Kegiatan

Komunikasi Pencari

Pelestari Donor Darah Sukarela (P2D2S) PMI Cabang Kota Surakarta

Variabel Dedepen Partisipasi mahasiswa FISIP UNS sebagai pendonor darah sukarela

Variabel Perantara

Pemahaman materi sosialisasi donor darah


(62)

commit to user

Berdasarkan kerangka teori dan konsep yang disusun dan diteliti sampai terbukti melalui data yang terkumpul, maka hipotesis dari penelitian ini adalah :

- Terdapat hubungan yang signifikan antara Aktivitas mahasiswa

dalam mengikuti kegiatan komunikasi Pencari Pelestari Donor

Darah Sukarela (P2D2S) PMI Cabang Kota Surakarta dengan

partisipasi mahasiswa FISIP UNS sebagai pendonor darah sukarela.

G. Definisi Konseptual dan Definisi Operasional

1. Definisi Konseptual

Fungsi definisi konseptual adalah untuk menghindari perbedaan penafsiran (pengertian) tentang variabel penelitian yang akan diuji antara konsep peneliti dan pembacanya.

a. Variabel Independen : Aktifitas Mahasiswa dalam mengikuti

Kegiatan Komunikasi Pencari Pelestari Donor Darah Sukarela

(P2D2S) PMI Cabang Kota Surakarta.

Aktifitas adalah melakukan suatu kegiatan tertentu secara aktif. Aktifitas menunjukkan adanya kebutuhan untuk aktif bekerja atau melakukan kegiatan-kegiatan tertentu (Haditono dkk., 1983). Dalam hal ini mengikuti sosialisasi donor darah yang merupakan kegiatan komunikasi PMI Cabang Kota Surakarta.


(63)

commit to user

b. Variabel Dependen : Partisipasi Mahasiswa FISIP UNS sebagai

pendonor darah sukarela.

Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia pengertian partisipasi adalah: Hal turut serta (pengikutsertaan dalam suatu kegiatan) baik langsung maupun tidak langsung. (Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan, 1997: hal.732). Menurut Keith Davis partisipasi

didefenisikan sebagai berikut: “Partisipation is defined as a mental

and emotional involved at a person in a group situasion which encourager then contribut to group goal and share responsibility in them”. (Partisipasi dimaksudkan sebagai keterlibatan mental dan emosi seseorang kepada pencapaian tujuan dan ikut bertanggung jawab di dalamnya). (B. Suryobroto, 2002.

: hal.279).

Donor darah adalah proses dimana penyumbang darah secara suka rela diambil darahnya untuk disimpan di bank darah, dan sewaktu-waktu dapat dipakai pada transfusi darah.

c. Variabel Perantara : Pemahaman Materi Sosialisasi Donor Darah

Pemahaman adalah suatu titik temu antara 2 pola yang terdapat

didalam diri manusia yaitu pola akal dan pola rasa , jika disetiap

atau suatu pembelajaran dimulai dan didasari oleh suatu pemahaman terlebih dahulu maka akan lebih berharga dan

bermaknalah suatu pembelajaran tersebut. (


(64)

commit to user

2. Definisi Operasional

Definisi operasional adalah definisi yang menjelaskan bagaimana suatu variabel diukur melalui indikator-indikator yang diteliti.

a. Variabel Independen : Aktivitas Mahasiswa dalam mengikuti

Kegiatan Komunikasi Pencari Pelestari Donor Darah Sukarela

(P2D2S) PMI Cabang Kota Surakarta. Indikator-indikator dalam variabel ini adalah sebagai sebagai berikut:

1. Frekuensi responden mengikuti kegiatan komunikasi PMI

Cabang Kota Surakarta yaitu sosialisasi donor darah.

- Tinggi, apabila responden sering mengikuti kegiatan

komunikasi PMI dengan range antara 4-6 kali dalam 1 semester.

- Sedang, apabila responden kadang-kadang mengikuti

kegiatan komunikasi PMI dengan range antara 1-3 kali dalam 1 semester.

- Rendah, apabila responden tidak pernah mengikuti sosialisasi

donor darah yang dilakukan PMI.

2. Intensitas responden dalam mengikuti kegiatan PMI Cabang

Kota Surakarta, dalam hal ini adalah sosilisasi donor darah:

- Tinggi, apabila responden sering mengikuti kegiatan

sosialisasi donor darah dari awal sampai akhir.

- Sedang, apabila responden kadang-kadang mengikuti


(65)

commit to user

- Rendah, apabila responden tidak pernah mengikuti kegiatan

sosialisasi donor darah dari awal sampai akhir.

3. Konsentrasi responden mengikuti kegiatan komunikasi PMI,

yaitu sosialisasi donor darah :

- Tinggi, apabila responden dalam mengikuti sosialisasi donor

darah PMI penuh perhatian tanpa melakukan aktivitas lain.

- Sedang, apabila responden dalam mengikuti sosialisasi donor

darah PMI memperhatikan informasi tertentu saja.

- Rendah, apabila responden kurang memperhatiakan dengan

seksama karena sambil melakukan aktivitas lain.

4. Pengaruh penjelasan fasilitator sosialisasi donor darah PMI

terhadap responden untuk berpartisipasi dalam donor darah

- Tinggi, apabila responden menjawab sangat terpengaruh dan

akhirnya tertarik.

- Sedang, apabila responden menjawab cukup terpengaruh dan

akhirnya cukup tertarik.

- Rendah, apabila responden menjawab tidak terpengeruh dan

akhirnya tidak tertarik.

b. Variabel Dependen : Partisipasi Mahasiswa FISIP UNS sebagai

pendonor darah sukarela.

1. Seringnya responden untuk mengikuti donor darah:


(66)

commit to user

- Sedang, apabila responden donor darah 1-2 kali dalam

setahun

- Rendah, apabila responden tidak pernah donor darah

c. Variabel Perantara : Pemahaman Materi Sosialisasi Donor Darah

Indikatornya sebagai berikut :

- Pemahaman responden akan materi sosialisasi donor darah

sukarela yang dilakukan PMI :

- Tinggi, apabila responden menjawab sangat jelas dan paham.

- Sedang, apabila responden menjawab cukup jelas dan cukup

paham.

- Rendah, apabila responden menjawab tidak mengerti dan

tidak jelas.

H. Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian

Tipe penelitian pada penelitian ini adalah penelitian penjelasan (explanatory research) yang bertujuan untuk menjelaskan hubungan antara dua atau lebih gejala atau variabel (Ulber Silalahi, 2009 : 30).

2. Metode Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian dengan menggunakan metode pendekatan kuantitatif dengan metode survey, yaitu penelitian yang mengambil sampel dari suatu populasi dan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpul data pokok (Masri Siangarimbun, 1989 : 3).


(67)

commit to user

Dengan penelitian ini, diharapkan dapat diketahui ada tidaknya hubungan antara aktivitas mahasiswa dalam mengikuti kegiatan

komunikasi Pencari Pelestari Donor Darah Sukarela (P2D2S) PMI

Cabang Kota Surakarta dengan partisipasi mahasiswa FISIP UNS sebagai pendonor darah sukarela.

Penelitian ini menggunakan metode korelasi, yaitu teknik analisis yang termasuk dalam salah satu teknik pengukuran asosiasi atau

hubungan (measures of association). (Jonathan Sarwono, 2009: 55).

3. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian adalah di Kampus FISIP UNS, Jl Ir. Sutami No. 36A Surakarta dan PMI Cabang Kota Surakarta, Jl. Kol. Sutarto No. 58 Surakarta.

4. Populasi dan Sampel Penelitian

a. Populasi

Populasi adalah keseluruhan atau semua unit analisis yang diteliti yang memiliki kriteria tertentu (Hamidi, 2007: 5). Populasi pada penelitian ini adalah Mahasiswa FISIP UNS yang masih aktif tahun 2009 yang berjumlah 2.304 mahasiswa.

Tabel . I.3

DATA REGISTRASI JUMLAH MAHASISWA FISIP UNS YANG MASIH AKTIF TAHUN 2009

Angkatan Tahun Semester Prodi Jumlah

2004 2009 Ganjil Ilmu Administrasi

Negara

19

2005 2009 Ganjil Ilmu Administrasi

Negara


(1)

commit to user

dikategorikan reliabel. Hal ini berarti juga bahwa secara keseluruhan data hasil pengukuran kuesioner dalam penelitian ini dapat digunakan dalam tahapan analisis untuk menguji hipotesis.


(2)

commit to user

B. Pengujian Hipotesis

Hipotesis yang diuji dalam penelitian ini adalah:

1. Terdapat hubungan yang signifikan antara aktivitas mahasiswa dalam mengikuti kegiatan komunikasi Pencari Pelestari Donor Darah Sukarela (

P2D2S) PMI Cabang Kota Surakarta dengan partisipasi Mahasiswa FISIP

UNS sebagai pendonor darah sukarela.

Hipotesis tersebut dapat dinyatakan dalam bentuk hipotesis statistik (dalam redaksi yang lebih ringkas) sebagai berikut:

H0 : tidak terdapat hubungan yang signifikan antara aktivitas mahasiswa

dalam mengikuti kegiatan komunikasi Pencari Pelestari Donor

Darah Sukarela (P2D2S) PMI Cabang Kota Surakarta dengan

partisipasi mahasiswa sebagai pendonor darah sukarela.

H1 : terdapat hubungan yang signifikan antara aktivitas mahasiswa dalam

mengikuti kegiatan komunikasi Pencari Pelestari Donor Darah

Sukarela (P2D2S) PMI Cabang Kota Surakarta dengan partisipasi

mahasiswa sebagai pendonor darah sukarela.

Hipotesis pertama dapat diuji dengan analisis korelasi sederhana (korelasi bivariat dengan angka pearson’s product moment). Hipotesis kedua dapat diuji dengan analisis korelasi parsial. Perhitungan korelasi dilakukan dengan menggunakan program SPSS 13 for Windows. Pengambilan keputusan terhadap hipotesis dilakukan berdasarkan nilai signifikansi (p). H0 diterima


(3)

commit to user

(tidak ada hubungan yang signifikan) apabila p > 0,05. Sebaliknya H0 ditolak

(ada hubungan yang signifikan) apabila p < 0,05.

1. Hubungan antara Aktivitas Mahasiswa dalam Mengikuti Kegiatan Komunikasi Pencari Pelestari Donor Darah Sukarela (P2D2S) PMI Cabang Kota Surakarta dengan Partisipasi Mahasiswa sebagai Pendonor Darah Sukarela.

Berdasarkan perhitungan korelasi bivariat antara aktivitas mahasiswa dalam mengikuti kegiatan komunikasi Pencari Pelestari Donor

Darah Sukarela (P2D2S) PMI Cabang Kota Surakarta dengan Partisipasi

Mahasiswa sebagai Pendonor Darah Sukarela diperoleh koefisien korelasi (r) sebesar 0,463 dengan signifikansi (p) sebesar 0,000. Oleh karena p < 0,05 maka keputusannya H0 untuk hipotesis pertama ditolak. Dengan

demikian disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara aktivitas mahasiswa dalam mengikuti kegiatan komunikasi Pencari

Pelestari Donor Darah Sukarela (P2D2S) PMI Cabang Kota Surakarta

dengan partisipasi mahasiswa FISIP UNS sebagai pendonor darah sukarela.

Koefisien korelasi menunjukkan kekuatan dan arah hubungan kedua variabel. Angka koefisien korelasi sebesar 0,463 menunjukkan bahwa derajat hubungan antara aktivitas mahasiswa dalam mengikuti kegiatan komunikasi Pencari Pelestari Donor Darah Sukarela (P2D2S)

PMI Cabang Kota Surakarta dengan partisipasi mahasiswa FISIP UNS sebagai pendonor darah sukarela termasuk sedang. Tanda korelasi yang


(4)

commit to user

positif menunjukkan bahwa arah hubungannya sebanding, artinya semakin tinggi aktivitas mahasiswa dalam mengikuti kegiatan komunikasi Pencari

Pelestari Donor Darah Sukarela (P2D2S) PMI Cabang Kota Surakarta

maka semakin tinggi pula partisipasi mahasiswa FISIP UNS sebagai pendonor darah sukarela. Sekalipun demikian, partisipasi akan dipengaruhi juga faktor pemahaman mahasiswa dalam materi kegiatan komunikasi

Pencari Pelestari Donor Darah Sukarela (P2D2S) PMI cabang kota

Surakarta yaitu sosialisasi donor darah yang diperoleh. Dengan aktivitas yang tinggi dan pemahaman yang baik, maka partisipasi mahasiswa sebagai pendonor darah sukarela semakin besar.


(5)

commit to user BAB V PENUTUP

Berdasarkan analisa data yang telah dilakukan pada bab sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan dan saran sebagai berikut :

A. Kesimpulan

Berdasarkan analisa data yang telah dilakukan dalam penelitian Kegiatan Komunikasi Dan Partisipasi Donor Darah Sukarela (Studi Korelasi Antara Aktivitas Mahasiswa Dalam Mengikuti Kegiatan Komunikasi Pencari

Pelestari Donor Darah Sukarela (P2D2S) PMI Cabang Kota Surakarta

Dengan Partisipasi Mahasiswa FISIP UNS Sebagai Pendonor Darah Sukarela), maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

- Terdapat hubungan yang signifikan antara Aktivitas mahasiswa dalam mengikuti kegiatan komunikasi Pencari Pelestari Donor Darah

Sukarela (P2D2S) PMI Cabang Kota Surakarta dengan partisipasi

mahasiswa FISIP UNS sebagag pendonor darah sukarela.

B. Saran

Dari hasil penelitian Kegiatan Komunikasi Dan Partisipasi Donor Darah Sukarela (Studi Korelasi Antara Aktivitas Mahasiswa Dalam Mengikuti Kegiatan Komunikasi Pencari Pelestari Donor Darah Sukarela


(6)

commit to user

UNS Sebagai Pendonor Darah Sukarela), ada beberapa saran yang dapat menjadi perhatian, antara lain :

- Dengan adanya kesimpulan di atas, diharapkan Pencari Pelestari

Donor Darah Sukarela (P2D2S) PMI Cabang Kota Surakarta

melakukan follow up dengan memberi motivasi kepada masyarakat umumnya dan khususnya mahasiswa FISIP UNS untuk selalu rutin mendonorkan darahnya supaya jumlah pendonor sukarela terus meningkat tiap tahunnya.

- Dengan semakin sering diadakannya kegiatan komunikasi diharapkan semakin tinggi pula partisipasi mahasiswa FISIP UNS sebagai pendonor darah sukarela. Sekalipun demikian, partisipasi akan dipengaruhi juga faktor pemahaman mahasiswa dalam materi kegiatan komunikasi

Pencari Pelestari Donor Darah Sukarela (P2D2S) PMI cabang kota

Surakarta yaitu sosialisasi donor darah yang diperoleh. Dengan aktivitas yang tinggi dan pemahaman yang baik, maka partisipasi mahasiswa sebagai pendonor darah sukarela semakin besar.