25
2.8 Pengklasifikasian Risiko dan Analisis Risiko
Klasifikasi risiko dibuat dengan tujuan mempermudah pemahaman dan pembedaan risiko yang ada sehingga membantu dan memudahkan dalam
melakukan analisis risiko. Terdapat tiga cara untuk melakukan klasifikasi risiko yaitu dengan melakukan identifikasi konsekuensi risiko, jenisnya dan
pengaruhnya seperti terlihat pada Gambar 2.3 Flanagan dan Norman, 1993.
Gambar 2.3 Klasifikasi risiko
Sumber : Flanagan dan Norman 1993
Berdasarkan konsekuensinya, risiko dapat dibagi berdasarkan frekuensi kejadian, akibat risiko, dan kemungkinannya. Berdasarkan pengaruh risiko, risiko
dibagi berdasarkan pengaruhnya terhadap perusahaan, lingkungan, pasar, dan proyek. Berdasarkan jenisnya, risiko dibagi menjadi risiko murni dan risiko
spekulasi. Risiko murni pure risk adalah risiko yang dapat berakibat merugikan atau tidak terjadi apa-apa dan tidak mungkin menguntungkan. Salah satu jenis
risiko murni adalah kebakaran, apabila terjadi sebuah kebakaran pada area site
26 maka kebakaran akan menimbulkan kerugian. Risiko spekulasi adalah risiko yang
dihadapi oleh perusahaan yang dapat memberikan kerugian maupun keuntungan. Misalnya sebuah perusahaan melakukan investasi, investasi ini nantinya akan
dapat menguntungkan maupun merugikan bagi perusahaan tersebut. Analisis risiko dapat dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif. Secara
kualitatif terfokus pada identifikasi dan penilaian risiko, dan secara kuantitatif terfokus pada evaluasi probabilitas terhadap terjadinya risiko dimana sumber
risiko harus diidentifikasikan dan akibatnya diperhitungkan. Analisis risiko secara kualitatif adalah proses dalam menilai pengaruh yang kuat dan kemungkinan yang
terjadi dalam mengidentifikasi risiko. Secara kualitatif analisis risiko memiliki dua tujuan yaitu identifikasi dan penilaian awal risiko yang sasarannya adalah
menyusun sumber risiko utama dan menggambarkan tingkat konsekuensi yang sering terjadi. Melakukan analisis risiko secara sistematis dapat membantu untuk
Godfrey, 1996 : 1.
Mengidentifikasi, menilai dan memberikan ranking risiko secara jelas. 2.
Memusatkan perhatian pada risiko dominan. 3.
Memperjelas keputusan tentang kerugian. 4.
Meminimalkan potensi kerugian apabila timbul keadaan terburuk. 5.
Mengontrol aspek ketidakpastian. 6.
Memperjelas peran setiap orang yang terlibat dalam manajemen risiko.
Menurut Flanagan dan Norman 1993, langkah-langkah analisis risiko adalah seperti terlihat pada Gambar 2.4.
27 Gambar 2.4 Analisis risiko
Sumber : Flanagan dan Norman 1993
Dari Gambar 2.4 diketahui langkah awal untuk melakukan analisis risiko adalah identifikasi risiko yang mungkin terjadi, selanjutnya risiko-risiko yang
teridentifikasi dinilai dengan penilaian risiko. Penilaian dilakukan terhadap pengaruh risiko itu pada biaya, mutu dan waktu proyek. Setelah dilakukan
penilaian risiko, selanjutnya dilakukan pengukuran terhadap risiko tersebut. Pengukuran terhadap risiko dilakukan dengan dua cara yaitu secara kualitatif dan
kuantitatif. Secara kualitatif hasil dari penilaian risiko lebih terfokus pada keputusan langsung yang diambil berdasarkan ranking, perbandingan maupun
analisis deskriptif. Secara kuantitatif dilakukan dengan analisis probabilitas, sensitivitas, skenario, simulasi, dan analisis korelasi.
28
2.8.1 Penilaian dan Penerimaan Risiko
a. Penilaian assessment risiko
Penilaian assessment risiko pada dasarnya adalah melakukan perhitungan atau penilaian terhadap akibat effect
dari risiko yang teridentifikasi. Besar kecilnya akibat dari risiko akan dapat dikategorikan atau diklasifikasikan, mana risiko
dengan tingkat yang utama major risks, yang mempunyai akibat effect yang besar dan luas serta membutuhkan
pengelolaan, dan mana risiko dengan tingkat yang ringan minor risks yang tidak memerlukan penanganan khusus karena akibat
dari risiko ada dalam batas-batas yang dapat diterima. Godfrey 1996 menyebutkan nilai risiko ditentukan
sebagai perkalian antara kemungkinan likelihood dengan konsekuensi consequence risiko. Kemungkinan adalah peluang
terjadinya kejadian yang merugikan yang dinyatakan dalam jumlah kejadian pertahun atau persatuan waktu. Dalam
memberikan penilaian untuk berbagai kemungkinan faktor risiko yang muncul, dapat menggunakan skala frekuensi
Likelihood pada Tabel 2.3.
Tabel 2.3 Skala frekuensi Likelihood
Tingkat Frekuensi Peluang
Skala
Sangat sering 80 ≤ x ≤ 100
5 Sering
60 ≤ x 80 4
Kadang-kadang 40 ≤ x 60
3 Jarang
20 ≤ x 40 2
Sangat jarang 0 ≤ x 20
1
Dimana : x adalah frekuensi risiko Sumber: Godfrey 1996
29 Sedangkan konsekuensi adalah besaran kerugian yang
diakibatkan oleh terjadinya suatu kejadian yang merugikan yang dinyatakan dalam nilai uang atau ukuran kerugian lainnya.
Untuk menghitung besarnya konsekuensi pengaruh faktor risiko dapat menggunakan skala konsekuensi pada Tabel 2.4.
Tabel 2.4 Skala konsekuensi Consequences
Tingkat Konsekuensi Peluang
Skala
Sangat besar 80 ≤ x ≤ 100
5 Besar
60 ≤ x 80 4
Sedang 40 ≤ x 60
3 Kecil
20 ≤ x 40 2
Sangat kecil 0 ≤ x 20
1
Dimana : x adalah konsekuensi risiko Sumber: Godfrey 1996
Setelah diketahui skala konsekuensi dan skala frekuensi maka analisis penilaian risiko dapat dilakukan. Nilai risiko risk
index adalah hasil perkalian antara modus nilai yang paling sering muncul frekuensi dengan modus dari konsekuensi risiko.
Sehingga, nilai risiko dapat dirumuskan dalam Persamaan 2.1.
RI = P × I 2.1
Keterangan: RI = Risk Index
P = Probability atau Kemungkinan Likelihood
I = Impact atau Dampak Consequence
Setelah didapatkan nilai Risk Index RI maka tingkat penerimaan risiko dapat ditentukan seperti yang dapat dilihat
pada Tabel 2.5.
30 Tabel 2.5 Penilaian dan tingkat penerimaan risiko
Consequences Catastropic
Critical Serious
Marginal Negligble
Likelihood 5
4 3
2 1
Frequent 5
Unacceptable Unacceptable Unacceptable Undesirable Undesirable 25
20 15
10 5
Probable 4
Unacceptable Unacceptable Undesirable
Undesirable Acceptable
20 16
12 8
4
Occasional 3
Unacceptable Undesirable
Undesirable Undesirable
Acceptable 15
12 9
6 3
Remote 2
Undesirable Undesirable
Undesirable Acceptable
Negligible 10
8 6
4 2
Improbable 1
Undesirable Acceptable
Acceptable Negligible
Negligible 5
4 3
2 1
Key Description
Guidance
Unacceptable Tidak dapat diterima, harus dihilangkan atau ditransfer
Undesirable Tidak diharapkan, harus dihindari
Acceptable Dapat Diterima
Negligible Dapat Diterima Sepenuhnya
Sumber: Godfrey 1996
b. Penerimaan risiko
Tingkat penerimaan risiko dapat dibagi menjadi 4, yaitu : 1.
Unacceptable, yaitu risiko yang tidak dapat ditoleransi, harus dihindari atau bila mungkin ditransfer kepada pihak
lain. 2.
Undesirable, yaitu risiko yang tidak diharapkan, yang memerlukan penanganan atau mitigasi risiko risk
reduction sampai pada tingkat yang dapat diterima. 3.
Acceptable, yaitu risiko yang dapat diterima karena tidak mempunyai dampak yang besar dan masih dalam batas
yang dapat diterima. 4.
Negligible, yaitu risiko yang dampaknya sangat kecil sehingga dapat diabaikan.
Risiko yang termasuk dalam risiko unacceptable dan undesirable merupakan jenis risiko dengan kategori utama
majormain risks yang memerlukan perhatian dan penanganan
31 yang khusus karena mempunyai akibat effect dan dampak yang
besar apabila risiko tersebut tidak dikurangi atau bila perlu dihindari, sedangkan risiko yang termasuk dalam acceptable dan
negligible merupakan risiko dengan kategori minor minor risks yang tidak mempunyai akibat atau dampak yang berarti
sehingga dapat diterima dan bahkan dapat diabaikan. Dari
tingkat penerimaan
risiko dan
dengan mempertimbangkan nilai risiko yang diperoleh dari perkalian
skala frekuensi dan konsekuensi, maka skala penerimaan risiko dapat disusun dalam Tabel 2.6.
Tabel 2.6 Skala penerimaan risiko
Penerimaan Risiko Skala Penerimaan
Unacceptable x 12
Undesirable 5
≤ x ≤ 12 Acceptable
2 x 5 Negliglible
x ≤ 2
Dimana : x adalah nilai risiko Sumber: Godfrey 1996
2.8.2 Mitigasi Risiko
Mitigasi risiko adalah tindakan yang dapat dilakukan untuk mengurangi akibat dari risiko apabila risiko telah dapat teridentifikasi,
tindakan ini juga merupakan penanganan risiko sampai pada batas yang dapat diterima, walaupun penanganan risiko belum tentu sepenuhnya dapat
dihilangkan karena kadang-kadang masih ada risiko sisa yang sering disebut residual risk Norken dkk, 2015. Flanagan dan Norman 1993
menguraikan ada 4 cara untuk melakukan mitigasi risiko, antara lain : 1.
Menahan risiko risk retention, yaitu tindakan menahan atau menerima risiko karena akibat effect dari risiko tersebut masih
dalam batas yang dapat diterima, dalam arti kata bahwa konsekuensi dari risiko masih dalam batas-batas yang dapat
dipikul.
32 2.
Mengurangi risiko risk reduction, yaitu dengan melakukan usaha-usaha atau tindakan untuk mengurangi konsekuensi dari
risiko yang diperkirakan terjadi, walaupun masih ada kemungkinan risiko tidak sepenuhnya bisa dikurangi, tetapi
masih pada tingkat konsekuensi yang dapat diterima. 3.
Memindahkan risiko risk transfer, yaitu tindakan memindahkan sebagian atau seluruhnya kepada pihak lain yang
mempunyai kemampuan untuk memikul atau mengendalikan risiko yang diperkirakan akan terjadi.
4. Menghindari risiko risk avoidance, yaitu tindakan menghindari
konsekuensi risiko dengan menghindari aktivitas yang diperkirakan mempunyai tingkat kerugiankonsekuensi yang
sangat tinggi.
2.8.3 Kepemilikanalokasi Risiko
Setelah risiko teridentifikasi dan diklasifikasikan, kemudian risiko tersebut harus dialokasikan kepada berbagai pihak yang terikat kontrak.
Alokasi ini didasarkan penilaian terhadap hubungan antara pihak-pihak yang terlibat dengan risiko tersebut. Alokasi risiko merupakan penentuan
dan pelimpahan tanggung jawab terhadap suatu risiko Norken dkk, 2015. Metode yang lebih sesuai untuk alokasi risiko adalah dengan
berdasarkan kendali atas kehadiran dan efek yang ditimbulkan risiko, jika risiko tersebut terjadi. Untuk beberapa kasus lebih cocok untuk
mengalokasikan risiko berdasarkan sifat risiko tersebut atau berdasarkan kemampuan atau ketidakmampuan pihak-pihak untuk melakukan
pekerjaan proyek
atau kegiatan
yang spesifik,
prinsip-prinsip pengalokasian risiko dari Flanagan dan Norman 1993 yaitu :
a. Pihak mana yang mempunyai kontrol terbaik terhadap kejadian
yang menimbulkan risiko, b.
Pihak mana yang dapat menangani risiko apabila risiko itu muncul,
33 c.
Pihak mana yang mengambil tanggung jawab jika risiko tidak terkontrol,
d. Jika risiko diluar kontrol semua pihak, maka diasumsikan
sebagai risiko bersama. Jika risiko sudah dialokasikan, maka semakin kecil kemungkinan
timbulnya perselisihan antara pihak yang terlibat, sebanding dengan semakin sedikitnya risiko yang belum dialokasikan. Tapi risiko yang sudah
dialokasikan juga dapat menimbulkan perselisihan, jika risiko tersebut salah dialokasikan, apalagi jika risiko tersebut menyebabkan kehilangan
dan kerugian yang besar Norken dkk, 2015.
2.9 Kualifikasi Jasa Pelaksana Konstruksi