10 melakukan pengendalian terhadap kemungkinan risiko yang teridentifikasi. Dalam
menghadapi risiko proyek, dikenal suatu golden rule yaitu jangan mengambil risiko bilamana :
1. Organisasi yang bersangkutan tidak mampu menanggungnya can not
afford to lose. 2.
Manfaat yang diraih lebih kecil dari risiko yang mungkin timbul. 3.
Masih tersedia sejumlah alternatif. 4.
Belum ada rencana kontinjensi untuk mengatasinya. Jadi, risiko hanya boleh diambil bilamana potensi manfaat dan
kemungkinan keberhasilannya lebih besar daripada biaya yang diperlukan untuk menutupi kegagalan yang mungkin terjadi.
2.3 Jenis Risiko Proyek
Risiko pada umumnya dikelompokkan berdasarkan anggaran modal, sifat dan sumbernya.
1. Risiko berdasarkan anggaran modal proyek dapat dibagi menjadi 2
Soeharto, 2001, yaitu : a.
Risiko Proyek Tunggal Risiko yang diperhitungkan hanya dengan melihat karakteristik
hubungan antara risiko pada proyek itu sendiri, terlepas dari faktor ada atau tidaknya proyek lain di dalam perusahaan pemilik. Risiko
proyek semacam ini kadang-kadang dinamakan stand alone risk. b.
Risiko Kombinasi Multiproyek Risiko yang dihadapi perusahaan bila perusahaan pemilik
mempunyai multiproyek, maka risiko masing-masing berkombinasi. 2.
Risiko berdasarkan sifat dapat dibedakan menjadi 2 jenis Darmawi, 2014, yaitu :
a. Risiko Spekulatif
Risiko ini memiliki dua kemungkinan yaitu kemungkinan rugi atau untung. Biasanya risiko ini tidak dapat diasuransikan.
11 b.
Risiko Murni Risiko ini hanya memiliki satu kemungkinan yaitu hanya ada
kemungkinan rugi. Risiko ini dapat diasuransikan. 3.
Sumber risiko dapat diartikan sebagai faktor yang dapat menimbulkan kejadian yang bersifat positif atau negatif. Risiko berdasarkan
sumbernya dijelaskan oleh Wahyuni 2006 dikutip dari Kwakye 1997, dibagi menjadi :
a. Fundamental physical risks
Merupakan risiko akibat fenomena alam, kesalahan manusia atau industri, yaitu : kerusakan akibat badai, kebakaran, perang,
kebocoran nuklir atau bahan kimia berbahaya, dan sebagainya. b.
Legal risks Risiko ini berkaitan dengan bidang hukum, yaitu kerugian terhadap
manusia dan kerusakan pada bangunan atau lingkungan selama masa pelaksanaan dan pemeliharaan konstruksi, getaran dan gangguan-
gangguan lainnya selama pelaksanaan konstruksi. c.
Construction related risks Risiko ini berkaitan dengan pelaksanaan konstruksi, yaitu
kekurangan sumber daya tenaga kerja, material, peralatan, keterlambatan
penyelesaian pekerjaan,
penundaan atau
keterlambatan mengelola site, tingkat kesulitan dan kerumitan konstruksi, ketidaksesuaian gambar atau volume dalam kontrak
dengan kenyataan di lapangan, dan sebagainya. d.
Price determination risks Risiko ini berkaitan dengan masalah biaya, meliputi risiko akibat
kesalahan estimasi atau penaksiran yang kurang akurat, tidak tepatnya pengambilan keputusan, kesalahan meramalkan fluktuasi
dan biaya sumber daya yang digunakan. e.
Contractual risks Risiko ini meliputi keterlambatan pembayaran, kualitas kerja yang
tidak sesuai dengan kontrak, klaim, persengketaan, dan sebagainya.
12 f.
Perfomance risks Risiko ini diakibatkan oleh bagaimana hasil produktivitas dari
sumber daya yang digunakan, misalnya akibat pengaruh moral pekerja,
pemogokan, jaminan
keselamatan dan
kesehatan, perencanaan yang tidak tepat.
g. Economic risks
Risiko ini meliputi inflasi, tingkat suku bunga tinggi, penundaan pencairan dana, pembengkakan biaya, dan sebagainya.
h. Political risks
Risiko ini diakibatkan oleh peristiwa yang terjadi dalam dunia politik, seperti pergantian pemerintahan, dan sebagainya.
i. Market risks
Risiko pasar diakibatkan oleh resesi pasar akan permintaan konstruksi, persaingan kuat dalam harga terendah, dan sebagainya.
2.4 Manajemen Risiko