Febi Rosalia Indah, 2014 Hubungan antara Kelekatan dengan Motivasi Belajar Siswa
Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Salah satu usaha yang memiliki arah dan sifatnya sistematis demi perubahan tingkah laku yang menjadi lebih baik dari siswa adalah pendidikan.
Sadirman, 2011. Dengan pendidikan, siswa akan menjalankan tugas perkembangannya sesuai dengan semestinya karena mendapat bimbingan dari
guru. Bimbingan guru akan sangat berguna untuk kehidupan siswanya kelak. Tugas guru bukan hanya menyampaikan bahan pengajaran pada siswa, tetapi
harus menguasi bahan tersebut secara keseluruhan agar siswa memiliki motivasi belajar yang lebih baik Sadirman, 2011.
Hubungan antara siswa dan guru merupakan hal cukup penting dalam proses belajar dan mengajar terutama di sekolah. Selama di sekolah, siswa
melakukan interaksi dengan guru dalam menerima pelajaran. Interaksi tersebut dapat tumbuh positif maupun negatif pada setiap siswa. Hubungan yang positif
antara siswa dan guru dapat membuat pengalaman belajar dan menumbuhkan motivasi belajar siswa Ahmad Sahak, 2009. Suatu keadaan yang dapat
membuat seseorang menjadi lebih bersemangat dan lebih fokus mencapai tujuan, disebut motivasi. Perilaku yang menunjukkan seseorang memiliki motivasi
adalah orang tersebut mempunyai fokus terhadap arah dan tujuannya, selain itu hal tersebut bertahan tidak sebentar Santrock, 2004.
Menurut Whittaker Soemanto, 2006, motivasi mampu membuat seseorang menjadi lebih terdorong untuk mencapai tujuannya. Sama halnya
dengan Whittaker, Morgan mengatakan bahwa motivasi berhubungan dengan aspek-aspek sebagai berikut, yaitu keadaan yang dapat menimbulkan perilaku
termotivasi motivating states, perilaku yang ditimbulkan akibat keadaan itu motivated behavior, dan tujuan dari perilaku itu goals or ends of such
behavior Soemanto, 2006:206.
Febi Rosalia Indah, 2014 Hubungan antara Kelekatan dengan Motivasi Belajar Siswa
Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
Motivasi merupakan aspek penting dari proses belajar dan mengajar. Seorang siswa yang memiliki motivasi belajar yang rendah tidak akan berusaha
keras belajar untuk menggapai cita-citanya. Sedangkan Siswa yang memiliki motivasi tinggi akan senang pergi ke sekolah dan menikmati proses belajar
Santrock, 2004:509. Terdapat dua jenis motivasi yang ada dalam diri seseorang, yaitu motivasi
ekstrinsik dan motivasi intrinsik. Motivasi ekstrinsik merupakan suatu keadaan yang dapat membuat sesorang terdorong melakukan usaha untuk mendapatkan
sesuatu tujuan. Sesuatu yang datang dari luar tersebut dapat berupa imbalan atau hukuman. Contohnya, seorang siswa rajin belajar karena agar mendapat
uang jajan lebih dari orang tuanya. Sedangkan motivasi intrinsik adalah suatu dorongan yang datang dari diri sesorang untuk melakukan usaha dalam
medapatkan sesuatu tujuan. Contohnya, siswa rajin belajar karena menyukai pelajarannya Santrock, 2004.
Motivasi belajar adalah Motivasi belajar dapat timbul karena faktor instrinsik, misalnya seorang siswa mempunyai keinginan untuk berhasil karena ia
menyukai proses yang ditempuh untuk mendapatkan keberhasilan itu. Sedangkan faktor ekstrinsiknya, dapat berupa imbalan atau penghargaan yang datang dari
lingkungan belajar. Lingkungan belajar yang mendukung seperti adanya perhatian orang-orang terdekat anak, yaitu orang tua, guru, teman dekat dan
lainnya akan sangat membantu anak menumbuhkan motivasi belajarnya Uno, 2006:23.
Beberapa peran yang dimiliki guru dalam proses belajar dan mengajar diataranya adalah, guru tidak hanya betugas sebagai “pengajar” menyampaikan
bahaan pelajaran, tetapi juga seorang “pendidik” yang mampu membimbing
siswanya mengembangkan potensi yang dimiliki siswanya agar menjadi lebih optimal. Artinya, seorang guru memiliki peranan yang cukup penting dalam
proses pencapaian tujuan pendidikan. Dalam proses belajar dan mengajar, terdapat interaksi antara guru dengan siswa yang diharapkan dapat memotivasi
Febi Rosalia Indah, 2014 Hubungan antara Kelekatan dengan Motivasi Belajar Siswa
Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
siswa untuk belajar. Melalui interaksi tersebut seorang guru diharapkan dapat mengembangkan potensi yang dimiliki siswanya, karena siswa tersebut akan
lebih termotivasi dalam belajar dan berusaha optimal dalam menggapai cita- citanya. Pernyataan di atas sesuai dengan pendapat Hawley Yusuf, 1993, siswa
yang memiliki motivasi belajar yang tinggi, maka usaha yang dilakukannya akan lebih optimal dibandingankan dengan siswa yang memiliki motivasi yang
rendah. Menurut Stipek dalam Santrock, 2008 siswa yang bermasalah di sekolah
pada umumnya memiliki interaksi yang negatif dengan gurunya. Interaksi yang baik antara guru dengan siswa, akan membuat siswa merasa nyaman belajar di
kelas, sedangkan jika siswa sendiri merasa kurang nyaman dengan guru maka proses belajar pun akan terhambat. Perhatian orang tua, guru, dan teman dalam
bentuk dukungan akan memungkinkan anak untuk lekat yang ditunjukan anak terhadap figur lekatnya Bashori, 2003. Dalam usaha menunjukkan tingkah laku
lekatnya ini, anak akan berusaha untuk mempertahankan hubungan ini dengan cara menaruh rasa percaya dan menjalin komunikasi dengan figur lekatnya.
Menurut Bowlby, kelekatan attachment sendiri adalah ikatan kasih sayang yang berkembanng antara anak dan pengasuhnya Bashori, 2003:31. Pengasuh dalam
hal ini adalah guru, sebagai orang tua pengganti ketika siswa berada di sekolah. Guru adalah salah satu figur lekat siswa di sekolah.
Ainsworth 1978 menggambarkan tiga jenis gaya kelekatan, yaitu gaya kelekatan aman secure, cemas anxious dan menghindar avoidant. Orang-
orang yang memiliki gaya kelekatan aman secure memiliki kepercayaan pada orang lain. Mereka sangat menyambut jika orang lain membuat hubungan dekat
dengan mereka dan hubungan mereka cenderung bertahan lama. Sedangkan orang-orang yang menunjukkan gaya kelekatan cemas anxious berpikir bahwa
orang lain enggan untuk membuat hubungan yang dekat dengan mereka. Mereka memiliki rasa takut untuk ditolak, selain itu hubungan mereka cenderung tidak
bertahan lama. Jenis gaya kelekatan yang terakhir yaitu gaya kelekatan
Febi Rosalia Indah, 2014 Hubungan antara Kelekatan dengan Motivasi Belajar Siswa
Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
menghindar avoidant, orang-orang yang memiliki gaya kelekatan ini tidak nyaman berada dekat dengan orang lain. Mereka sulit untuk mempercayai orang
lain. Selain itu, mereka juga tidak bisa membiarkan diri mereka tergantung pada orang lain.
Terdapat beberapa hasil peneltian yang berhubungan dengan kelekatan dan motivasi belajar. Penelitian dari Ahmad Sahak 2009 tentang kelekatan
siswa-guru dan sikap guru terhadap kerja dilakukan pada 242 orang guru di 17 sekolah Malaysia. Penelitian ini hanya diujikan pada guru biasa tidak termasuk
kepala sekolah, wakil kepala sekolah, dan guru konseling. Hasilnya menunjukan bahwa terdapat hubungan antara kelekatan siswa pada guru dengan
sikap guru terhadap kerja. Hubungan yang positif antara siswa dan guru membuat kenyamanan pada saat proses belajar mengajar, dengan begitu guru
akan lebih termotivasi untuk mengajar. Menurut Sadirman 2011 dengan adanya motivasi yang dimiliki oleh guru, guru akan melakukan usaha dalam
membimbing dan menumbuhkan motivasi pada siswanya agar dapat belajar secara optimal.
Penelitian dari Helmi 1999 tentang gaya kelekatan dan konsep diri yang dilakukan terhadap mahasiswa jurusan psikologi negeri 33 orang dan swasta
58 orang, menunjukkan bahwa ketiga jenis gaya kelekatan merupakan konstruksi yang bersifat kecenderungan, artinya jenis gaya kelekatan tersebut
tidak selamanya melekat pada diri seseorang dan dapat berubah seiring waktu, sesuai intensitas interaksi seseorang dengan figur lekatnya. Selain itu, dalam
penelitian ini gaya kelekatan aman mempunyai kontribusi lebih besar dalam konsep diri seseorang dibandingkan dengan gaya kelekatan cemas dan gaya
kelekatan menghindar. Rienties dkk 2008 melakukan penelitian tentang virtual tim dan
attachment khusus untuk motivasi intrinsik. Penelitian ini dilakukan pada 82 partisipan yang dibagi ke dalam sub-kelompok, dengan profil yang berbeda-
Febi Rosalia Indah, 2014 Hubungan antara Kelekatan dengan Motivasi Belajar Siswa
Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
beda. 45 partisipan diantaranya adalah perempuan. Hasilnya menyatakan dalam 3 profil yang dibentuk sebelumnya yaitu: 1. motivasi intrinsik rendah,
motivasi eksrinsik tinggi, 2. motivasi intrinsik dan ekstrinsik sedang, 3. motivasi intrinsik tinggi dan motivasi ekstrinsik tinggi. Ternyata setelah diujikan hasilnya
profil motivasi mempengaruhi dengan siapa partisipan berinteraksi. Partisipan dengan motivasi intrinsik tinggi lebih mudah berinteraksi atau menjalin
hubungan kelekatan dengan profil lain, sedangkan partisipan dengan motivasi intrinsik rendah dan sedang lebih fokus pada kelompok profilnya sendiri
daripada dengan kelompok profil lain. Hal tersebut menyiratkan motivasi yang timbul dari dalam diri siswa memiliki peran lebih besar daripada motivasi yang
datang dari orang lain, seperti orang tua ataupun guru di sekolah. Dengan kata lain kelancaran pembelajaran dengan virtual tim tersebut dipengaruhi oleh
motivasi intrinsik siswa itu sendiri. Berdasarkan pemaparan di atas, dapat dilihat bahwa kelekatan merupakan
konstruksi yang bersifat kecenderungan, artinya kelekatan tersebut dapat berubah seiring waktu sesuai intensitas interaksi seseorang dengan figur
lekatnya. Seseorang akan merasa nyaman jika memiliki interaksi atau kelekatan attachment yang positif dengan figur lekatnya. Dalam setting sekolah, guru
merupakan salah satu figur lekat. Figur lekat sendiri termasuk faktor ekstrinsik dalam motivasi belajar siswa. Interaksi positif antar guru dan siswa dapat
menciptakan suasana yang nyaman, sehingga guru akan termotivasi untuk lebih mengembangkan potensi siswanya agar memiliki motivasi belajar yang tinggi.
Namun, dalam penelitian lain ternyata motivasi instrinsik pada anak siswa memiliki peran yang lebih besar daripada motivasi yang datang dari pihak lain,
siswa yang memiliki motivasi intrinsik tinggi lebih mudah berinteraksi atau melakukan kelekatan dengan orang lain. Dengan adanya keragaman dari hasil
penelitian di atas, peneliti tertarik untuk mengungkap dan mengidentifikasi hubungan gaya kelekatan dengan motivasi belajar siswa.
Febi Rosalia Indah, 2014 Hubungan antara Kelekatan dengan Motivasi Belajar Siswa
Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
B. Identifikasi dan Rumusan Masalah