HUBUNGAN ANTARA KELEKATAN DENGAN MOTIVASI BELAJAR SISWA.

(1)

HUBUNGAN ANTARA KELEKATAN DENGAN MOTIVASI BELAJAR SISWA

(Studi Korelasi pada kelas 6 SDN Sukagalih Bandung, Tahun 2013)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi pada Jurusan Psikologi

Oleh: Febi Rosalia Indah

0901449

JURUSAN PSIKOLOGI FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA


(2)

HUBUNGAN ANTARA KELEKATAN DENGAN MOTIVASI BELAJAR SISWA

(Studi Korelasi pada kelas 6 SDN Sukagalih Bandung, Tahun 2013)

Oleh: Febi Rosalia Indah

Sebuah Skripsi Yang Diajukan Untuk Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi Pada Jurusan Psikologi Fakultas Ilmu Pendidikan

© Febi Rosalia Indah Universitas Pendidikan Indonesia

Januari 2014

Hak cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagian, Dengan dicetak ulang, difotokopi, atau cara lain tanpa seizin peneliti.


(3)

(4)

(5)

ABSTRAK

Febi Rosalia Indah (0901449). Hubungan antara Kelekatan dengan Motivasi Belajar Siswa. Skripsi, Jurusan Psikologi FIP UPI, Bandung (2013).

Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara kelekatan dengan motivasi belajar siswa. Subjek dalam penelitian adalah 88 siswa kelas 6 SDN Sukagalih Bandung yang dipilih dengan metode populasi. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode korelasional. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara ketiga komponen gaya kelekatan dengan motivasi belajar. Selain itu semua komponen gaya kelekalatan, yaitu gaya kelekatan aman dan cemas berkorelasi positif dan signifikan dengan motivasi belajar siswa, kecuali gaya kelekatan menghindar berkorelasi negatif dan signifikan dengan motivasi belajar siswa. Diharapkan dari hasil penelitian ini, hendaknya pihak sekolah terutama guru dapat meningkatkan kelekatan dan motivasi belajar siswa, dengan menciptakan lingkungan belajar yang kondusif, yaitu lingkungan yang nyaman untuk kegiatan belajar mengajar. Misalnya dengan cara mewajibkan guru menyambut dengan ramah dan sapaan salam ketika bertemu dengan siswa, sehingga siswa merasa senang ketika berinteraksi dengan guru


(6)

ABSTRACT

Febi Rosalia Indah (0901449). The Relationship Between Attachment with The Students’ Motivation. S1 Thesis, Department of Psychology, Faculty of Education, Indonesia University of Education, Bandung (2013).

This research is aimed to reveal the relationship between attachment with the students’ motivation. The participants of this research are 88 6th grade students of SDN Sukagalih Bandung, that chosen by the population method. This research uses quantitative approach with a correlation method. The result of the research shows there is significant relationship between the three components of attachment style with the students’ motivation. In addition, all the components of attachment style, namely secure and anxiety correlated positively and significantly with the students’ motivation, except avoidant attachment correlated negatively and significantly with the students’ motivation. From this research, teachers are expected to be able to raise the student's motivation of learning, by creating a comfortable learning condition, for example, by ruling the teachers to welcome the students friendly, and greet them when they meet, so they'll feel excited when they interact with the teachers.


(7)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Identifikasi dan Rumusan Masalah ... 6

C. Tujuan Penelitian ... 7

D. Manfaat Penelitian ... 7

E. Struktur Organisasi Skripsi ... 9

BAB II KELEKATAN DAN MOTIVASI BELAJAR ... 10

A. Kelekatan ... 10

1. Definisi Kelekatan dan Tingkah Laku Lekat ... 10

2. Proses Pembentukan Kelekatan ... 13

3. Kondisi yang Mempengaruhi Kelekatan ... 14

4. Gaya Kelekatan ... 16

B. Motivasi Belajar ... 18

1. Definisi Motivasi Belajar ... 18

2. Jenis-jenis Motivasi Belajar ... 19

3. Fungsi Motivasi ... 20

4. Ciri-ciri Motivasi Belajar ... 22

5. Faktor yang Memperngaruhi Motivasi Belajar ... 23

6. Upaya Untuk Meningkatkan Motivasi Belajar ... 25


(8)

D. Hipotesis ... 31

BAB III METODE PENELITIAN ... 32

A. Lokasi dan Subjek Penelitian ... 32

1. Lokasi Penelitian ... 32

2. Populasi Penelitian ... 32

3. Sampel dan Teknik Sampling Penelitian ... 32

B. Metode Penelitian ... 33

C. Definisi Operasional Variabel Penelitian ... 33

D. Teknik Pengumpulan Data ... 34

E. Instrumen Penelitian ... 35

1. Kuesioner Gaya Kelekatan ... 35

a. Penyekoran Kuesioner Gaya Kelekatan ... 35

b. Kategorisasi Skor Gaya Kelekatan ... 36

2. Kuesioner Motivasi Belajar ... 38

F. Uji Coba Alat Ukur Penelitian ... 40

1. Validitas Isi ... 40

2. Uji Keterbacaan Instrumen ... 40

3. Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen ... 40

a. Validitas Instrumen dan Reliabilitas Gaya Kelekatan ... 41

b. Validitas Instrumen dan Reliabilitas Motivasi Belajar Siswa ... 43

G. Teknik Analisis Data ... 44

H. Prosedur Pelaksanaan Penelitian ... 52

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 54

A. Hasil Penelitian ... 54

1. Gambaran Gaya Kelekatan di SDN Sukagalih ... 54


(9)

3. Hubungan antara Kelekatan dengan Motivasi Belajar Siswa di SDN

Sukagalih ... 56

B. Pembahasan ... 58

1. Gaya Kelekatan di SDN Sukagalih ... 58

2. Motivasi Belajar Siswa di SDN Sukagalih ... 60

3. Hubungan antara Gaya Kelekatan dengan Motivasi Belajar di SDN Sukagalih ... 62

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI ... 65

A. Kesimpulan ... 65

B. Rekomendasi ... 66

DAFTAR PUSTAKA ... 67

LAMPIRAN 1 Instrumen Awal dan Instrumen Terpakai Gaya Kelekatan dan Motivasi Belajar ... 71

LAMPIRAN 2 Skoring Uji Coba, Skoring Responden dan Kategorisasi Gaya Kelekatan dan Motivasi Belajar ... 78

LAMPIRAN 3 Hasil Perhitungan SPSS dan Hasil Uji Keterbacaan ... 97

LAMPIRAN 4 Surat-surat Penelitian dan Kartu Bimbingan ... 108


(10)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Penyekoran Kuesioner Gaya Kelekatan ... 36

Tabel 3.2 Skor Maksimal Gaya Kelekatan ... 37

Tabel 3.3 Penyekoran Kuesioner Motivasi Belajar ... 39

Tabel 3.4 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen Gaya Kelekatan ... 42

Tabel 3.5 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen Motivasi Belajar ... 44

Tabel 3.6 Hasil Uji Linearitas ... 45

Tabel 3.7 Interpretasi Kategori Persentase ... 48

Tabel 3.8 Rumusan Dua Kategori ... 49

Tabel 3.9 Interpretasi Koefisien Korelasi r ... 51

Tabel 4.1 Gambaran Gaya Kelekatan di SDN Sukagalih ... 54

Tabel 4.2 Motivasi pada Siswa Kelas 6 SDN Sukagalih ... 55

Tabel 4.3 Korelasi antara Gaya Kelekatan Aman, Cemas, dan Menghindar dengan Motivasi Belajar ... 56


(11)

BAB I PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah

Salah satu usaha yang memiliki arah dan sifatnya sistematis demi perubahan tingkah laku yang menjadi lebih baik dari siswa adalah pendidikan. (Sadirman, 2011). Dengan pendidikan, siswa akan menjalankan tugas perkembangannya sesuai dengan semestinya karena mendapat bimbingan dari guru. Bimbingan guru akan sangat berguna untuk kehidupan siswanya kelak. Tugas guru bukan hanya menyampaikan bahan pengajaran pada siswa, tetapi harus menguasi bahan tersebut secara keseluruhan agar siswa memiliki motivasi belajar yang lebih baik (Sadirman, 2011).

Hubungan antara siswa dan guru merupakan hal cukup penting dalam proses belajar dan mengajar terutama di sekolah. Selama di sekolah, siswa melakukan interaksi dengan guru dalam menerima pelajaran. Interaksi tersebut dapat tumbuh positif maupun negatif pada setiap siswa. Hubungan yang positif antara siswa dan guru dapat membuat pengalaman belajar dan menumbuhkan motivasi belajar siswa (Ahmad & Sahak, 2009). Suatu keadaan yang dapat membuat seseorang menjadi lebih bersemangat dan lebih fokus mencapai tujuan, disebut motivasi. Perilaku yang menunjukkan seseorang memiliki motivasi adalah orang tersebut mempunyai fokus terhadap arah dan tujuannya, selain itu hal tersebut bertahan tidak sebentar (Santrock, 2004).

Menurut Whittaker (Soemanto, 2006), motivasi mampu membuat seseorang menjadi lebih terdorong untuk mencapai tujuannya. Sama halnya dengan Whittaker, Morgan mengatakan bahwa motivasi berhubungan dengan aspek-aspek sebagai berikut, yaitu keadaan yang dapat menimbulkan perilaku termotivasi (motivating states), perilaku yang ditimbulkan akibat keadaan itu (motivated behavior), dan tujuan dari perilaku itu (goals or ends of such behavior) (Soemanto, 2006:206).


(12)

Motivasi merupakan aspek penting dari proses belajar dan mengajar. Seorang siswa yang memiliki motivasi belajar yang rendah tidak akan berusaha keras belajar untuk menggapai cita-citanya. Sedangkan Siswa yang memiliki motivasi tinggi akan senang pergi ke sekolah dan menikmati proses belajar (Santrock, 2004:509).

Terdapat dua jenis motivasi yang ada dalam diri seseorang, yaitu motivasi ekstrinsik dan motivasi intrinsik. Motivasi ekstrinsik merupakan suatu keadaan yang dapat membuat sesorang terdorong melakukan usaha untuk mendapatkan sesuatu (tujuan). Sesuatu yang datang dari luar tersebut dapat berupa imbalan atau hukuman. Contohnya, seorang siswa rajin belajar karena agar mendapat uang jajan lebih dari orang tuanya. Sedangkan motivasi intrinsik adalah suatu dorongan yang datang dari diri sesorang untuk melakukan usaha dalam medapatkan sesuatu (tujuan). Contohnya, siswa rajin belajar karena menyukai pelajarannya (Santrock, 2004).

Motivasi belajar adalah Motivasi belajar dapat timbul karena faktor instrinsik, misalnya seorang siswa mempunyai keinginan untuk berhasil karena ia menyukai proses yang ditempuh untuk mendapatkan keberhasilan itu. Sedangkan faktor ekstrinsiknya, dapat berupa imbalan atau penghargaan yang datang dari lingkungan belajar. Lingkungan belajar yang mendukung seperti adanya perhatian orang-orang terdekat anak, yaitu orang tua, guru, teman dekat dan lainnya akan sangat membantu anak menumbuhkan motivasi belajarnya (Uno, 2006:23).

Beberapa peran yang dimiliki guru dalam proses belajar dan mengajar

diataranya adalah, guru tidak hanya betugas sebagai “pengajar” menyampaikan

bahaan pelajaran, tetapi juga seorang “pendidik” yang mampu membimbing siswanya mengembangkan potensi yang dimiliki siswanya agar menjadi lebih optimal. Artinya, seorang guru memiliki peranan yang cukup penting dalam proses pencapaian tujuan pendidikan. Dalam proses belajar dan mengajar, terdapat interaksi antara guru dengan siswa yang diharapkan dapat memotivasi


(13)

siswa untuk belajar. Melalui interaksi tersebut seorang guru diharapkan dapat mengembangkan potensi yang dimiliki siswanya, karena siswa tersebut akan lebih termotivasi dalam belajar dan berusaha optimal dalam menggapai cita-citanya. Pernyataan di atas sesuai dengan pendapat Hawley (Yusuf, 1993), siswa yang memiliki motivasi belajar yang tinggi, maka usaha yang dilakukannya akan lebih optimal dibandingankan dengan siswa yang memiliki motivasi yang rendah.

Menurut Stipek (dalam Santrock, 2008) siswa yang bermasalah di sekolah pada umumnya memiliki interaksi yang negatif dengan gurunya. Interaksi yang baik antara guru dengan siswa, akan membuat siswa merasa nyaman belajar di kelas, sedangkan jika siswa sendiri merasa kurang nyaman dengan guru maka proses belajar pun akan terhambat. Perhatian orang tua, guru, dan teman dalam bentuk dukungan akan memungkinkan anak untuk lekat yang ditunjukan anak terhadap figur lekatnya (Bashori, 2003). Dalam usaha menunjukkan tingkah laku lekatnya ini, anak akan berusaha untuk mempertahankan hubungan ini dengan cara menaruh rasa percaya dan menjalin komunikasi dengan figur lekatnya. Menurut Bowlby, kelekatan (attachment) sendiri adalah ikatan kasih sayang yang berkembanng antara anak dan pengasuhnya (Bashori, 2003:31). Pengasuh dalam hal ini adalah guru, sebagai orang tua pengganti ketika siswa berada di sekolah. Guru adalah salah satu figur lekat siswa di sekolah.

Ainsworth (1978) menggambarkan tiga jenis gaya kelekatan, yaitu gaya kelekatan aman (secure), cemas (anxious) dan menghindar (avoidant). Orang-orang yang memiliki gaya kelekatan aman (secure) memiliki kepercayaan pada orang lain. Mereka sangat menyambut jika orang lain membuat hubungan dekat dengan mereka dan hubungan mereka cenderung bertahan lama. Sedangkan orang-orang yang menunjukkan gaya kelekatan cemas (anxious) berpikir bahwa orang lain enggan untuk membuat hubungan yang dekat dengan mereka. Mereka memiliki rasa takut untuk ditolak, selain itu hubungan mereka cenderung tidak bertahan lama. Jenis gaya kelekatan yang terakhir yaitu gaya kelekatan


(14)

menghindar (avoidant), orang-orang yang memiliki gaya kelekatan ini tidak nyaman berada dekat dengan orang lain. Mereka sulit untuk mempercayai orang lain. Selain itu, mereka juga tidak bisa membiarkan diri mereka tergantung pada orang lain.

Terdapat beberapa hasil peneltian yang berhubungan dengan kelekatan dan motivasi belajar. Penelitian dari Ahmad & Sahak (2009) tentang kelekatan siswa-guru dan sikap guru terhadap kerja dilakukan pada 242 orang guru di 17 sekolah Malaysia. Penelitian ini hanya diujikan pada guru biasa (tidak termasuk kepala sekolah, wakil kepala sekolah, dan guru konseling). Hasilnya menunjukan bahwa terdapat hubungan antara kelekatan siswa pada guru dengan sikap guru terhadap kerja. Hubungan yang positif antara siswa dan guru membuat kenyamanan pada saat proses belajar mengajar, dengan begitu guru akan lebih termotivasi untuk mengajar. Menurut Sadirman (2011) dengan adanya motivasi yang dimiliki oleh guru, guru akan melakukan usaha dalam membimbing dan menumbuhkan motivasi pada siswanya agar dapat belajar secara optimal.

Penelitian dari Helmi (1999) tentang gaya kelekatan dan konsep diri yang dilakukan terhadap mahasiswa jurusan psikologi negeri (33 orang) dan swasta (58 orang), menunjukkan bahwa ketiga jenis gaya kelekatan merupakan konstruksi yang bersifat kecenderungan, artinya jenis gaya kelekatan tersebut tidak selamanya melekat pada diri seseorang dan dapat berubah seiring waktu, sesuai intensitas interaksi seseorang dengan figur lekatnya. Selain itu, dalam penelitian ini gaya kelekatan aman mempunyai kontribusi lebih besar dalam konsep diri seseorang dibandingkan dengan gaya kelekatan cemas dan gaya kelekatan menghindar.

Rienties dkk (2008) melakukan penelitian tentang virtual tim dan attachment khusus untuk motivasi intrinsik. Penelitian ini dilakukan pada 82 partisipan yang dibagi ke dalam sub-kelompok, dengan profil yang berbeda-


(15)

beda. 45% partisipan diantaranya adalah perempuan. Hasilnya menyatakan dalam 3 profil yang dibentuk sebelumnya yaitu: 1. motivasi intrinsik rendah, motivasi eksrinsik tinggi, 2. motivasi intrinsik dan ekstrinsik sedang, 3. motivasi intrinsik tinggi dan motivasi ekstrinsik tinggi. Ternyata setelah diujikan hasilnya profil motivasi mempengaruhi dengan siapa partisipan berinteraksi. Partisipan dengan motivasi intrinsik tinggi lebih mudah berinteraksi atau menjalin hubungan kelekatan dengan profil lain, sedangkan partisipan dengan motivasi intrinsik rendah dan sedang lebih fokus pada kelompok profilnya sendiri daripada dengan kelompok profil lain. Hal tersebut menyiratkan motivasi yang timbul dari dalam diri siswa memiliki peran lebih besar daripada motivasi yang datang dari orang lain, seperti orang tua ataupun guru di sekolah. Dengan kata lain kelancaran pembelajaran dengan virtual tim tersebut dipengaruhi oleh motivasi intrinsik siswa itu sendiri.

Berdasarkan pemaparan di atas, dapat dilihat bahwa kelekatan merupakan konstruksi yang bersifat kecenderungan, artinya kelekatan tersebut dapat berubah seiring waktu sesuai intensitas interaksi seseorang dengan figur lekatnya. Seseorang akan merasa nyaman jika memiliki interaksi atau kelekatan (attachment) yang positif dengan figur lekatnya. Dalam setting sekolah, guru merupakan salah satu figur lekat. Figur lekat sendiri termasuk faktor ekstrinsik dalam motivasi belajar siswa. Interaksi positif antar guru dan siswa dapat menciptakan suasana yang nyaman, sehingga guru akan termotivasi untuk lebih mengembangkan potensi siswanya agar memiliki motivasi belajar yang tinggi. Namun, dalam penelitian lain ternyata motivasi instrinsik pada anak (siswa) memiliki peran yang lebih besar daripada motivasi yang datang dari pihak lain, siswa yang memiliki motivasi intrinsik tinggi lebih mudah berinteraksi atau melakukan kelekatan dengan orang lain. Dengan adanya keragaman dari hasil penelitian di atas, peneliti tertarik untuk mengungkap dan mengidentifikasi hubungan gaya kelekatan dengan motivasi belajar siswa.


(16)

B. Identifikasi dan Rumusan Masalah

Dalam proses belajar dan mengajar, guru mempunyai peran yang cukup penting. Salah satunya memotivasi siswa untuk giat belajar agar mencapai prestasi yang dicita-citakan. Kelekatan siswa pada guru akan mempengaruhi proses belajar mengajar tersebut. Interaksi yang baik antara guru dengan siswa, akan membuat siswa merasa nyaman belajar di kelas, sedangkan jika siswa sendiri merasa kurang nyaman dengan guru maka proses belajar pun akan terhambat. Menurut Ainsworth (1978) ada tiga jenis gaya kelekatan, yaitu gaya kelekatan aman, gaya kelekatan cemas dan gaya kelekatan menghindar (avoidant). Dari ketiga jenis gaya kelekatan ini dikentarai akan berbeda-beda pula hubungannya dengan motivasi belajar siswa.

Dengan begitu, secara imum fokus permasalah yang ingin peneliti kaji

adalah,“Apakah terdapat hubungan antara kelekatan dengan motivasi belajar

siswa?”

Berdasarkan pemaparan di atas, maka dirumuskan pertanyaan penelitian sebagai berikut:

1. Bagaimana gambaran gaya kelekatan di SDN Sukagalih Bandung?

2. Bagaimana gambaran motivasi belajar siswa di SDN Sukagalih Bandung? 3. Apakah terdapat hubungan antara gaya kelekatan dengan motivasi belajar


(17)

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian berdasarkan rumusan masalah tersebut, adalah sebagai berikut:

1. Untuk memperoleh temuan mengenai kelekatan di SDN Sukagalih Bandung. 2. Untuk memperoleh temuan mengenai motivasi belajar siswa di SDN

Sukagalih Bandung.

3. Untuk memperoleh temuan mengenai hubungan antara kelekatan dengan motivasi belajar siswa di SDN Sukagalih Bandung.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dari segi teoritik maupun empirik, yaitu:

1. Kegunaan Teoritis

Memberikan sumbangan aspek teoritik yaitu bagi perkembangan ilmu psikologi khususnya pada bidang psikologi pendidikan melalui pendekatan serta metode-metode yang digunakan terutama yang menyangkut kelekatan siswa pada guru dan motivasi belajar siswa, sehingga diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi para akademisi dalam pengembangan teori kelekatan dan motivasi belajar.

2. Kegunaan Praktis a. Untuk Sekolah

Penelitian ini diharapkan dapat menambah sumber keilmuan mengenai hubungan antara kelekatan dengan dengan motivasi belajar siswa yang nantinya dapat dijadikan masukan bagi bagi sekolah untuk membangun suasana belajar yang lebih nyaman, sehingga mampu mencapai tujuan belajar yang sudah ditetapkan. Misalnya melalui cara mewajibkan guru menyambut siswa dengan senyum dan sapaan salam ketika bertemu siswa.


(18)

b. Untuk Guru

Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi masukan bagi guru agar mampu membuat hubungan kelekatan yang baik dengan siswanya agar siswanya lebih termotivasi untuk giat belajar, misalnya dengan cara mengajar yang ramah namun tegas dan memberikan hadiah atau hukuman pada siswa sesuai dengan kebutuhan.

c. Penelitian Selanjutnya

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan salah satu referensi bagi peneliti selanjutnya untuk mengembangkan penelitian lain, khususnya yang berhubungan dengan gaya kelekatan dan motivasi belajar.


(19)

E. Struktur Organisasi Skripsi

Struktur organisasi skripsi dirancang untuk mengetahui alur pikir dalam penelitian ini dan berfungsi sebagai pedoman pembuatan laporan penelitian. Pemaparannya adalah sebagai berikut:

Skripsi ini terdiri atas lima bab, yaitu Bab I merupakan pendahuluan, yang meliputi latar belakang penelitian, identifikasi dan perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan struktur organisasi. Bab II terdiri atas kajian pustaka mengenai kelekatan dan motivasi belajar, kerangka pemikiran, dan hipotesis penelitian. Bab III menjelaskan tentang metode penelitian yang digunakan, terdiri atas lokasi dan sampel penelitian, definisi operasional, instrumen penelitian, teknik pengumpulan data, uji validitas dan reliabilitas instrumen, dan analisis data penelitian. Bab IV memaparkan hasil penelitian dan pembahasan. Bab V merupakan penutup yang terdiri atas kesimpulan dan saran.


(20)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi dan Subjek Penelitian 1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini bertempat di SDN Sukagalih Bandung yang berlokasi di Jalan Sukagalih No. 108, Bandung.

2. Populasi Penelitian

Populasi merupakan keseluruhan objek yang digunakan dalam penelitian (Arikunto, 2006:130). Dalam penelitian ini, menggunakan populasi siswa kelas 6 SDN Sukagalih Bandung yang berjumlah 88 orang.

3. Sampel dan Teknik Sampling Penelitian

Menurut Arikunto (2006), sampel merupakan bagian dari populasi dalam penelitian. Apabila responden kurang dari 100 orang lebih baik diambil seluruhnya, sehingga penelitian yang dilakukan termasuk penelitian populasi. Sebaliknya, untuk jumlah responden lebih dari 100 orang atau lebih, maka sample yang digunakan sejumlah 10%-15% dari keseluruhan responden sampai dengan 20%-25% atau lebih, sesuai dengan:

a. Kesanggupan peneliti dilihat dari waktu, tenaga dan dana.

b. Lokasi pengamatan, karena dapat berpengaruh pada banyak atau sedikitnya responden.

c. Resiko yang kemungkinan didapat oleh peneliti ketika melakukan peneltian. (Arikunto, 2006:131)


(21)

Karena populasi siswa kelas 6 SDN Sukagalih Bandung berjumlah 88 orang, maka sampel yang diambil adalah sebanyak 88 orang. Jadi penelitian ini merupakan penelitian populasi.

B.Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Menurut Sugioyono (2009), metode penelitian kuantitatif yaitu metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivism dan digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu. Teknik pengambilan sampel metode peneltian ini, pada umumnya dilakukan secara random. Sedangkan pengumpulan data dapat menggunakan instrumen penelitian dan analisis data bersifat kuantitatif atau statistik dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode korelasional. Metode penelitian korelasional, yaitu penelitian yang dapat mencari tahu hubungan antara variabel-variabel dan melihat bagaimana hubungan tersebut dapat terjadi (Sugiyono, 2009). Penelitian ini menggunakan metode korelasional karena ingin mendapatkan gambaran yang jelas mengenai hubungan antara kelekatan siswa pada guru dengan motivasi belajar siswa.

C.Definisi Operasional Variabel Penelitian

Variabel dalam penelitian ini adalah gaya kelekatan dan motivasi belajar, definisi operasional dari kedua variabel tersebut yaitu:

1. Gaya kelekatan merupakan hubungan yang terjalin secara emosional yang kuat antara anak dengan figur lekatnya, dalam hal ini digambarkan oleh siswa dengan gurunya. Gaya kelekatan ini dapat diungkap melalui tiga dimensi gaya kelekatan menurut Ainsworth (1978) yaitu gaya kelekatan aman, cemas dan menghindar. a. Gaya Kelekatan Aman ditandai dengan: siswa merasa senang dengan kelekatan


(22)

b. Gaya Kelekatan Cemas ditandai dengan: siswa merasa cemas jika ditolak dan diterlantarkan oleh guru.

c. Gaya Kelekatan Menolak ditandai dengan: siswa tidak senang atau menolak jika berada di dekat guru.

2. Variabel yang berikutnya adalah motivasi belajar. Motivasi belajar merupakan dorongan seorang siswa untuk belajar agar mendapat atau mencapai tujuan yang diinginkan. Tinggi rendahnya motivasi belajar, dilihat dari indikator sebagaimana dikemukakan oleh Makmun (2003:40), yaitu:

1. Jumlah waktu yang diluangkan siswa untuk belajar. 2. Seberapa sering siswa belajar di sekolah maupun di rumah.

3. Fokus siswa untuk mendapat atau mencapai tujuan yang diinginkan.

4. Siswa tidak mudah putus asa ketika mendapat kesulitan dan berusaha mencari jalan keluarnya.

5. Pengorbanan siswa dari segi moral maupun materil untuk mencapai tujuan. 6. Tingkat tujuan yang ingin diraih siswa.

7. Prestasi yang sudah didapat dengan usaha siswa. 8. Sikap yang dilakukan siswa dalam mencapai tujuan.

D.Teknik Pengumpulan Data

Menurut Sugiyono (2012:137) pengumpulan data penelitian kuantitatif dapat dilakukan dengan cara wawancara, kuesioner/angket, dan observasi. Kuesioner adalah sejumlah pernyataan yang dibuat untuk mengetahui informasi tentang responden yang bersifat pribadi Arikunto (2006)

Pengumpulan data, menggunakan instrumen berupa kuesioner yang disebarkan pada siswa kelas 6 SDN Sukagalih Bandung.


(23)

E.Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan berupa kuesioner dengan menggunakan skala bertingkat (rating scale). Kuesioner skala bertingkat merupakan sebuah pernyataan yang mempunyai kolom yang dapat melihat tingkat persepsi yang dirasakan oelh responden, misalnya mulai dari sangat sesuai sampai dengan sangat tidak sesuai (Arikunto, 2006). Kuesioner dalam penelitian ini adalah kuesioner gaya kelekatan dan kuesioner motivasi belajar.

1. Kuesioner Gaya Kelekatan

Kuesioner gaya kelekatan yang digunakan dalam penelitian dikembangkan oleh peneliti dengan menurunkan langsung ketiga gaya kelekatan dari Ainsworth (1978), yaitu gaya kelekatan aman, cemas, dan menghindar. Kuesioner tersebut terdiri atas 30 item, yang berbentuk skala rating. Tingkat reliabilitas kuesioner untuk gaya kelekatan aman tergolong sangat reliable (0,950), gaya kelekatan cemas tergolong reliable (0,796), dan gaya kelekatan menghindar tergolong reliable (0,799). Kuesioner gaya kelekatan digunakan untuk mengetahui jenis kelekatan responden.

Untuk dapat mengelompokkan reponden ke dalam jenis kelekatan, maka langkah yang peneliti lakukan adalah sebagai berikut:


(24)

a. Penyekoran Kuesioner Gaya Kelekatan

Penyekoran kuesioner dilakukan dengan cara memberikan skor pada setiap pilihan jawaban responden, dengan ketentuan seperti tertera pada tabel 3.1

Tabel 3.1

Penyekoran Kuesioner Gaya Kelekatan

Pilihan Jawaban Skor

Favorable Unfavorable

Sangat Sesuai 5 1

Sesuai 4 2

Ragu 3 3

Tidak Sesuai 2 4

Sangat Tidak Sesuai 1 5

b.Kategorisasi Skor Gaya Kelekatan

Kategorisasi pada instrumen gaya kelekatan akan mengelompokkan responden penelitian ke dalam tiga gaya kelekatan yaitu, aman, cemas dan menghindar. Kategorisasi ini dilakukan dengan cara penyekoran secara terpisah pada pernyataan-pernyataan yang mewakili setiap dimensi gaya kelekatan, sehingga setiap responden penelitian memiliki tiga skor pada instrumen gaya kelekatan. Skor tertinggi yang dimiliki responden menunjukkan kecenderungan gaya kelekatan yang dimilikinya.


(25)

Terdapat tiga langkah untuk mengkategorisasikan responden pada gaya kelekatan tertentu, yaitu:

1)Menetapkan skor maksimal untuk tiap gaya kelekatan

Skor maksimal untuk tiap gaya kelekatan didasarkan pada perhitungan jumlah pilihan jawaban. Berikut ini adalah tabel skor maksimal untuk masing-masing gaya kelekatan:

Tabel 3.2

Skor Maksimal Gaya Kelekatan Gaya Kelekatan Jumlah

Item

Skor Maksimal

Pilihan Jawaban

Skor Maksimal

Gaya Kelekatan

Aman 10 5 50

Cemas 10 5 50

Menghindar 10 5 50


(26)

2)Menghitung Skor Gaya Kelekatan Responden

Adapun rumus perhitungan skor untuk setiap gaya kelekatan responden adalah sebagai berikut:

3)Menggolongkan Responden ke dalam Jenis Gaya Kelekatan

Untuk dapat digolongkan ke dalam salah satu gaya kelekatan, responden harus memiliki skor maksimal salah satu gaya kelekatan yang paling tinggi dari skor maksimal dua gaya kelekatan yang lain.

2. Kuesioner Motivasi Belajar

Kuesioner motivasi yang digunakan dalam penelitian dikembangkan oleh peneliti dengan menurunkan langsung dari indikator motivasi belajar yang dikemukakan oleh Makmum (2003:40). Indikator tersebut yaitu: jumlah waktu yang diluangkan siswa untuk belajar, seberapa sering siswa belajar di sekolah maupun di rumah, fokus siswa untuk mendapat atau mencapai tujuan yang diinginkan, siswa tidak mudah putus asa ketika mendapat kesulitan dan berusaha mencari jalan keluarnya, pengorbanan siswa dari segi moral maupun materil untuk mencapai tujuan, tingkat tujuan yang ingin diraih siswa, prestasi yang sudah didapat dengan usaha siswa, sikap yang dilakukan siswa dalam mencapai tujuan.

Skor Gaya Kelekatan Menghindar =

Skor Gaya Kelekatan Cemas =

Skor Gaya Kelekatan Aman =


(27)

Kuesioner terdiri atas 30 item, yang berbentuk skala rating, dengan tingkat reliabilitas sebesar 0,953 (sangat reliable).

Penyekoran kuesioner dilakukan dengan cara memberikan skor pada setiap pilihan jawaban responden, dengan ketentuan seperti yang tertera pada tabel 3.3

Tabel 3.3

Penyekoran Kuesioner Motivasi Belajar

Pilihan Jawaban Skor

Favorable Unfavorable

Sangat Sesuai 5 1

Sesuai 4 2

Ragu 3 3

Tidak Sesuai 2 4

Sangat Tidak Sesuai 1 5

Kemudian dilakukan perhitungan jumlah total skor yang didapat dari masing-masing responden, sehingga setiap responden memiliki skor motivasi belajar. Skor motivasi belajar responden ada pada rentang skor 24-120.


(28)

F.Uji Coba Alat Ukur Penelitian 1. Validitas Isi

Arikunto (2006) mengemukakan bahwa ukuran yang mampu melihat tingkat kevalidan instrumen disebut dengan validitas. Pada penelitian ini dilakukan uji validitas isi dan daya diskriminasi item untuk menilai validitas instrumen. Validitas isi dapat dilakukan dengan uji analisis rasional menurut para ahli, yaitu professional judgment (Azwar, 2011).

Dalam penelitian ini professional judgement dilakukan oleh dua orang dosen jurusan Psikologi Unversitas Pendidikan Indonesia yang di dalamnya dilakukan analisis item yang telah disusun peneliti untuk dilihat pernyataan-pernyataan mana saja yang cocok dengan indikator ataupun item yang harus diganti atau bahkan dibuang.

2. Uji Keterbacaan Instrumen

Uji keterbacaan ini dimaksudkan untuk mengetahui efektifitas fungsi aspek-aspek penilaian dan kalimat-kalimat yang dipakai. Hal ini dilakukan, agar dapat meminimalisir kesalahan yang mungkin terjadi karena kurang sesuainya tujuan yang ingin dinilai oleh peneliti dengan persepsi yang diterima oleh responden terhadap setiap item kuisioner. Pada penelitian ini, uji keterbacaan instrumen dilakukan 1 orang guru SD dan 8 orang siswa SD. Perubahan susunan kalimat pada setiap item gaya kelekatan dan motivasi belajar dapat dilihat pada tabel yang terdapat di lampiran halaman 106-107.

3. Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen

Setelah dilakukan professional judgement dan uji keterbacaan, kemudian dilakukan pengujian daya diskriminasi untuk mengetahui item yang layak dengan melihat Corrected Item-Total Correlation dan uji reliabilitas dilakukan dengan menggunakan perhitungan statistik Cronbach’s Alpha.


(29)

Item yang layak merupakan item yang memiliki daya beda, yaitu item yang dapat melihat perbedaan atribut yang ingin diukur pada responden atau kelompok responden (Azwar, 2011). Item-item yang mencapai koefesien korelasi minimal 0,30 daya bedanya dianggap memuaskan, namun apabila item yang layak masih belum sesuai dengan jumlah yang diinginkan, maka peneliti dapat mempertimbangkan untuk menurunkan sedikit batas kriteria koefisien korelasi dari 0,30 menjadi 0,25, sehingga jumlah item yang diinginkan dapat tercapai (Azwar, 2011). Batas koefisien korelasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah 0,25.

a. Validitas dan Reliabilitas Instrumen Gaya Kelekatan

Sebelum dilakukan uji validasi, instrumen gaya kelekatan terdiri atas 30 item. Setelah dilakukan perhitungan daya diskriminasi item dengan melihat Corrected Item-Total Correlation diperoleh 25 item yang memiliki indeks daya diskriminasi yang dianggap sesuai dengan kriteria. Rincian item tersebut dapat dilihat pada lampiran halaman 97-101.

Semua item yang layak kemudian digunakan dalam instrumen penelitian yang sebenarnya, sedangkan item-item yang tidak layak dibuang karena tidak mampu membedakan atribut yang ingin diukur pada responden atau kelompok responden.

Setelah melakukan uji validitas, dilakukan uji reliabilitas untuk melihat sejauh mana alat ukur yang digunakan tersebut memiliki taraf ketelitian atau kekonsitenan dalam pengukuran. Uji reliabilitas instrumen dalam penelitian ini menggunakan formula Cronbach’s Alpha yang dihitung pada item-item yang telah valid menggunakan bantuan program SPSS versi 16.00.

Untuk pedoman interpretasi koefisien reliabilitas dipergunakan kriteria menurut Guilford (Sugiyono, 2009), yaitu:


(30)

Koefesien Reliabilitas Alpha Cronbach

Kriteria Koefesien

Sangat Reliabel > 0.900 Reliabel 0.700 – 0.900 Cukup Reliabel 0.400 – 0.700 Kurang Reliabel 0.200 – 0.400

Tidak Reliabel < 0.200

Adapun sebaran jumlah item yang valid dan reliabilitas gaya kelekatan siswa pada guru dapat dilihat pada tabel 3.4 berikut:

Tabel 3.4

Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen Gaya Kelekatan No Dimensi

Kelekatan

Jumlah Item Valid

Reliabilitas

1 Aman 9 0,950

2 Cemas 8 0,796

3 Menghindar 8 0,799

Seperti yang terlihat pada tabel 3.4, untuk dimensi gaya kelekatan aman setelah dilakukan uji validasi ternyata dari 10 item ada 1 item yang tidak layak (validitasnya rendah) sehingga tersisa 9 item dan nilai reliabilitasnya 0,950


(31)

tergolong sangat reliable. Pada dimensi gaya kelekatan cemas, dari 10 item ada 2 item yang tidak layak sehingga tersisa 8 item dan nilai reliabilitasnya 0,796 tergolong reliable. Pada dimensi gaya kelekatan menghindar ternyata dari 10 item ada 2 item yang tidak layak sehingga tersisa 8 item dan nilai reliabilitasnya 0,799 tergolong reliabel.

b. Validitas dan Reliabilitas Instrumen Motivasi Belajar

Sebelum dilakukan uji validasi instrumen motivasi belajar terdiri atas 30 item. Setelah dilakukan perhitungan daya diskriminasi item dengan melihat Corrected Item-Total Correlation diperoleh 24 item yang memiliki indeks daya diskriminasi item sesuai dengan kriteria. Rincian item tersebut dapat dilihat pada lampiran halaman 101-104.

Semua item yang layak kemudian digunakan dalam instrumen penelitian yang sebenarnya, sedangkan item yang tidak layak dibuang dan tidak dipergunakan karena tidak mampu membedakan atribut yang ingin diukur pada responden.

Setelah melakukan uji validitas, dilakukan uji reliabilitas untuk mengetahui sejauh mana alat ukur yang digunakan tersebut memiliki taraf ketelitian atau kekonsitenan dalam pengukuran. Uji reliabilitas instrumen dalam penelitian ini menggunakan formula Cronbach’s Alpha yang dihitung pada item-item yang telah valid menggunakan bantuan program SPSS versi 16.00.

Untuk pedoman interpretasi koefisien reliabilitas dipergunakan kriteria menurut Guilford (Sugiyono, 2009) sama seperti pada instrument gaya kelekatan.


(32)

Adapun hasil uji yang valid itu dan reliabilitas instrument motivasi belajar dapat dilihat pada tabel 3.5 di bawah:

Tabel 3.5

Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen Motivasi Belajar

Sebelum Uji Coba Sesudah Uji Coba Jumlah Item Reliabilitas Jumlah Item Reliabilitas

30 0,927 24 0,953

Seperti terlihat pada tabel 3.6, pada Instrumen Motivasi Belajar dari 30 item diperoleh reliabilitas instrument sebesar 0,927. Namun karena terdapat 6 item yang tidak valid, maka peneliti hanya menggunakan 24 item yang valid dengan reliabilitas instrumen sebesar 0,953 (sangat reliable).

G. Teknik Analisis Data

Untuk menjawab pertanyaan penelitian, sebelumnya peneliti menguji normalitas data untuk mengetahui dan menentukan teknik statistik yang akan digunakan pada pengolahan selanjutnya. Dari hasil perhitungan uji normalitas menggunakan one sample Kolmogorof-Smirnov, diperoleh skor signifikasi sebesar 0,06 (p > 0,05) untuk variable motivasi belajar dan skor signifikasi sebesar 0,350 (p > 0,05) untuk variable gaya kelekatan. Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa kedua instrument berdistribusi normal.

Selanjutnya peneliti melakukan uji linearitas untuk mengetahui hubungan antara variabel satu yaitu gaya kelekatan (attachment) dan variabel dua yaitu motivasi belajar. Menurut Sudjana (2002), hubungan yang linear dapat terjadi jika terdapat keseuaian antar variabel, baik penurunan maupun kenaikannya..


(33)

Maksudnya adalah, apakah garis regresi antara variabel X dan Y membentuk garis yang linear atau tidak. Jika signifikansi < 0.05 maka dapat dikatakan hubungan antara variabel X dan Y adalah hubungan yang linear. Untuk melihat linearitas regresi menggunakan bantuan program SPSS versi 16.00.

Tabel 3.6 Hasil Uji Linearitas

Predictors Dependent Variable F Signifikansi

Aman Motivasi belajar 60.203 0.000

Cemas Motivasi belajar 4.537 0.040

Menghindar Motivasi Belajar 49.000 0.000

Berdasarkan tabel di atas, diperoleh nilai F hitung untuk gaya kelekatan aman – motivasi belajar sebesar 60.203 pada tingkat signifikansi 0,000, untuk gaya kelekatan cemas – motivasi belajar sebesar 4.537 pada tingkat signifikansi 0,040, dan untuk gaya kelekatan menghindar – motivasi belajar sebesar 49.000 pada tingkat signifikansi 0,000. Karena F hitung lebih besar daripad F tabel (3,95288), maka semua variabel linier.

Setelah melakukan uji normalitas dan uji linearitas, selanjutnya peneliti menjawab pertanyaan penelitian dengan melakukan langkah sebagai berikut:


(34)

1. Gambaran Gaya Kelekatan

Untuk menjawab pertanyaan penelitian pertama, yaitu bagaimana gambaran gaya kelekatan siswa pada guru di SDN Sukagalih dilakukan perhitungan dengan menggunakan teknik statitistik persentase. Rumus umum persentase adalah sebagai berikut:

(Kuntjaraningrat dalam Efendi, 2007) Keterangan :

X = presentase jumlah responden n = jumlah responden

N = jumlah total responden

Diaplikasikan pada peneltian ini, maka rumus persentase yang digunakan adalah sebagai berikut:

a. Persentase gaya kelekatan aman

Keterangan:

Xa = persentase jumlah responden pada gaya kelekatan aman n = jumlah responden yang memilih gaya kelekatan aman N = jumlah total responden


(35)

b. Persentase gaya kelekatan cemas

Keterangan:

Xc = persentase jumlah responden pada gaya kelekatan cemas n = jumlah responden yang memilih gaya kelekatan cemas N = jumlah total responden

c. Presentase gaya kelekatan menghindar

Keterangan:

Xm= presentase jumlah reponden pada gaya kelekatan menghindar n = jumlah responden yang memilih gaya kelekatan menghindar N = jumlah total responden


(36)

Kategori presentase dapat diinterpretasikan sesuai besar presentase (Kuntjaraningrat dalam Efendi, 2007), yaitu:

Tabel 3.7

Interpretasi Kategori Presentase Besar Presentase Interpretasi

0% Tidak ada

1%-49% Sebagian kecil 50% Setengahnya 51%-99% Sebagian besar

100% Seluruhnya

2. Gambaran Motivasi Belajar

Untuk menjawab pertanyaan penelitian kedua, yaitu bagaimana gambaran motivasi belajar siswa kelas 6 SDN Sukagalih, maka dilakukan perhitungan statistic dengan langkah sebagai berikut:

a. Menghitung jumlah skor total masing-masing responden

b. Menghitung skor rata-rata instrument motivasi belajar, dengan rumus:

=

=


(37)

c. Mengelompokkan responden ke dalam kategorisasi motivasi belajar berdasarkan tinggi rendahnya motivasi belajar. Kategorisasi motivasi belajar digolongkan pada kriteria sebagai berikut:

Tabel 3.8

Rumusan Dua Kategori Kriteria Kategori

Rendah

Tinggi

Keterangan:

X = skor total jawaban responden

= Besaran skor rata-rata instrument motivasi belajar

d. Menghitung persentase jumlah responden pada masing-masing kategori, dengan rumus sebagai berikut:

Keterangan:

Xmo = presentase jumlah reponden pada motivasi belajar

n = jumlah responden yang memiliki motivasi belajar tinggi/rendah


(38)

3. Hubungan Gaya Kelekatan dengan Motivasi Belajar

Untuk menjawab pertanyaan penelitian yang ketiga yaitu apakah terdapat hubungan yang signifikan antara kelekatan dengan motivasi belajar siswa di SDN Sukagalih, maka dilakukan uji korelasi.

Teknik korelasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik korelasi Pearson Product Moment. Teknik korelasi ini digunakan karena data dalam penelitian ini berdistribusi normal dan data yang dihubungkan berpola linear. Berikut adalah rumus korelasi Pearson Product Moment:

(Riduwan, 2009: 217)

Koefesien korelasi menunjukkan derajat hubungan antara variabel-variabel yang ingin diteliti. Koefisien korelasi Pearson Product Moment dilambangkan (r) dengan ketentuan (-1  r  1). Sedangkan harga (r) akan diinterpretasikan sesuai dengan tabel 3.9 di bawah:


(39)

Tabel 3.9

Interpretasi Koefesien Korelasi r Interval Koefesien Tingkat Hubungan

0,00 – 0, 199 Sangat Lemah 0,20 – 0,399 Lemah 0,40 – 0,599 Cukup 0,60 – 0,799 Kuat

0,80 – 1,00 Sangat Kuat


(40)

H. Prosedur Pelaksanaan Penelitian

Dalam penelitian ini, peneliti membagi prosedur pelaksanaan menjadi empat tahap yaitu:

1. Tahap Persiapan

a. Pemilihan masalah yang ingin diungkap dalam penelitian.

b. Menentukan rumusan masalah, variabel, hipotesis, metode penelitian dan sumber data.

c. Pembuatan proposal penelitian dan pengajuan kepada Dewan Skripsi dan dosen pembimbing.

d. Penyusunan instrumen penelitian, alat ukur yang dibuat berupa kuesioner. Kuisioner tersebut dibuat sendiri dengan mengembangkan teori yang telah dikemukakan oleh para ahli. Kemudian dilakukan judgement oleh professional judgement oleh dua orang dosen jurusan Psikologi untuk menilai sesuai atau tidaknya item yang akan dipakai untuk kuesioner dengan tujuan yang diinginkan. Setelah itu juga dilakukan uji keterbacaan instrumen oleh 1 orang guru SD dan 8 orang siswa SD.

e. Pembuatan surat izin pada pihak-pihak terkait. f. Melakukan uji coba instrumen penelitian.

2.Tahap Pelaksanaan

Peneliti menyebarkan kuesioner kepada siswa kelas 6 SDN Sukagalih Bandung dan telah memperoleh ijin dari pihak sekolah. Penyebaran kuesioner ini disertai dengan penjelasan maksud dan tujuan dari pengisian kuesioner yang dilakukan.


(41)

3.Tahap Pengolahan Data a. Verifikasi Data

Verifikasi data dilakukan dengan tujuan untuk mengecek kelengkapan jumlah angket yang terkumpul dan kelengkapan pengisian angket yang diisi oleh subjek. Setelah semuanya lengkap kemudian dilakukan pengolahan data.

b. Tabulasi Data

Tabulasi data adalah langkah dimana peneliti merekap semua data yang diperoleh untuk kemudian dilakukan perhitungan dengan menggunakan teknik statistika.

c. Penyekoran Data

Penyekoran data dilakukan dengan menggunakan pedoman penyekoran yang telah dibuat dan ditetapkan sebagai acuan dalam menentukan skor setiap jawaban subjek.

d. Pengelompokan Data

Jenis data yang diperoleh dikelompokan ke dalam dua kelompok, yaitu gaya kelekatan yang diperoleh dengan kuesioner gaya kelekatan dan motivasi belajar yang diperoleh dengan kuesioner motivasi belajar.

4.Penyelesaian

a. Menampilkan hasil penelitian

b. Membahas hasil penelitian berdasarkan teori yang digunakan


(42)

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan oleh peneliti, maka dapat disimpulkan:

1. Gaya kelekatan yang paling dominan dimiliki siswa kelas 6 SDN Sukagalih adalah gaya kelekatan aman. Hal ini menunjukkan bahwa siswa kelas 6 SDN Sukagalih merasa aman dan nyaman ketika berada di dekat guru sehingga tercipta lingkungan belajar yang kondusif.

2. Motivasi belajar yang dimiliki sebagian besar siswa kelas 6 SDN Sukagalih adalah tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa para siswa memiliki tujuan dan keinginan yang kuat untuk mencapai apa yang mereka cita-citakan.

3. a. Terdapat hubungan yang positif dan kuat antara gaya kelekatan aman dengan motivasi belajar pada siswa kelas 6 SDN Sukagalih.

b. Terdapat hubungan yang positif dan lemah antara gaya kelekatan cemas dengan motivasi belajar pada siswa kelas 6 SDN Sukagalih.

c. Terdapat hubungan yang negatif dan cukup kuat antara gaya kelekatan cemas dengan motivasi belajar pada siswa kelas 6 SDN Sukagalih.


(43)

B. Rekomendasi

Dengan memperhatikan hasil yang diperoleh dari penelitian, berikut ini disampaikan beberapa rekomendasi yang dapat peneliti berikan, yaitu: 1. Bagi Sekolah

Hendaknya pihak sekolah terutama guru di SDN Sukagalih dapat meningkatkan kelekatan siswa pada guru dan motivasi belajar siswa, dengan menciptakan lingkungan belajar yang kondusif, yaitu lingkungan yang nyaman untuk kegiatan belajar mengajar, misalnya dengan cara mewajibkan guru menyambut dengan ramah dan sapaan salam ketika bertemu dengan siswa, sehingga siswa merasa senang ketika berinteraksi dengan guru.

2. Bagi Peneliti Selanjutnya

Bagi peneliti selanjutnya disarankan untuk meneliti mengenai gaya kelekatan dan motivasi belajar siswa lebih mendalam sehingga dapat diketahui seberapa jauh gaya kelekatan dapat mempengaruhi motivasi belajar siswa, karena dalam penelitian ini telah diketahui bahwa terdapat hubungan antara gaya kelekatan dengan motivasi belajar siswa.


(44)

Daftar Pustaka

Affizal Ahmad dan Rafidah Sahak. (2009). Teacher-Student Attachment and Teachers’ Attitudies Toward Work. Jurnal Pendidik dan Pendidikan, Jil. 24, 55–72, 2009. [online]. Tersedia: jpp24_affizal_55-72.pdf [7 November 2012]

Ainsworth, M., Blehar, M., Waters, E., & Wall, S. (1978). Patterns of Attachment. Hillsdale, NJ: Erlbaum.

Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian (Suatu Pendekatan Praktik). Jakarta: Rineka Cipta.

Azwar, S. (2011). Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta : Pustaka Pelajar

Bashori, K. (2003). Problem Psikologis Kaum Santri, Risiko Insekuritas Kelekatan. Jogjakarta: FkBA.

Berndt, T.J., (1992). Child Development. Harcourt: Brace Jovanovich College Publishers

Bowlby, J. (1969). Attachment and Loss: Volume 1 Attachment. New York: Penguin Group.

Bretherton, I., Golby, B., & Cho, Eunyoung., (1997). Attachment and Transmission of Values dalam Grusec,J.E. & Kuczynski, L.

Parenting and Children’s Internalization of Values: A Handbook of

Contemporary Theory. Halaman 103-134. John Willey & Sons Inc.

Brophy, J. (2004). Motivating Student to Learn. New Jersey: Lawrence Erlbaum Associates, Inc.


(45)

Durkin, K. (1995). Developmental Social Psychology. Massachussets: Blackwell Publisher Inc.

Efendi, S. & Singarimbun, M. (2007). Metode Penelitian Survey. Jakarta: LP3ES.

Haditono, S.R., dkk, (1994). Psikologi Perkembangan Pengantar dalam Berbagai Bagiannya. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press

Helmi, A.F. (1999). Gaya Kelekatan dan Konsep Diri. Jurnal Psikologi 1999, no, 1, 19-17. [Online]. Tersedia: gayakelekatan_avin.pdf [10 Januari 2013]

Hetherington, E.M & Parke R.D.,(Ed). (1999). Child Psychology : A Contemporary View Point. Fifth Edition. Mc Graw-Hill College.

Maccoby, Eleanor E. (1980). Social Development, Psychological Growth and The Parent-Child Relationship. New York: Hartcourt Brace Javanovich, Inc.

Makmun, A.S., (2003). Psikologi Kependidikan. Bandung: Remaja Rosda Karya.

Mc Cartney, K. & Dearing, E., (Ed). (2002). Child Development. Mc Millan Refference USA

Ormrod, J. E. (2003). Educational Psychology, Developing Learners. (4d ed.). Merrill: Pearson Education, Inc.

Papalia, D.E. & Olds, S.W., (1986). Human Development. New York: Mc Graw Hill Book Company.

Pikunas, J. (1976). Human Development: An emergent science. Edisi ke-3. Kogakusha, Tokyo: McGraw-Hill.


(46)

Pintrich, Paul R (2003). Motivation and Classroom Learning. New Jersey: John Wiley & Sons, Inc.

Sudjana. (2003). Teknik Analisis Regresi dan Korelasi. Bandung: Tarsito

Schunk, D. H., Pintrich, P. R., & Meece, J. L. (2008). Motivation in education: Theory, research, and applications. Upper Sadle River, NJ: Pearson Education.

Raymond J.W. & Judith H.j., (2004). Motivasi Belajar. Jakarta: Cerdas Pustaka

Riduwan. ( 2009). Dasar-dasar Statistika. Bandung: Alfa Beta

Rienties, B., Tempelaar, D.T., Giesbers, B., Segers, M., & Gijselaers, W. H., H. (2008). Virtual teams and preferential attachment for intrinsic motivation. Paper presented at the Knowledge construction in E-learning. context: CSCL, ODL, ICT and SNA in Education, 1-2 September 2008, Cesena, Italy. pp.100-118. [online]. Tersedia: Cesena_Bart_Rienties_30_07_2008.pdf [7 November].

Santrock, J. W. (2008). Educational psychology (3rd ed.). New York: McGraw-Hill.

Santrock, J. W. (2004). Educational psychology (2nd ed.). New York: McGraw-Hill.

Sardiman, A.M. (2011). Interaksi Dan Motivasi Belajar Mengajar. Raja Grafindo: Jakarta.

Soemanto, W. (2006). Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT. Rineka Cipta.


(47)

Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Sugiyono. (2009). Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. Bandung: Alfabeta.

Stams, J.M., Juffer, F., Ijzendoorn, M.H. (2002). Maternal Sensitivity , Infant Attachment and Temperament in Early Childhood Predict Adjustment in Middle Childhood: The Case of Adopted Children and Their Biologically Unrelated Parents . Journal of Developmental Psychology Volume 33 No 5 806-821. American Psychological Association Inc

Uno, H. B. (2006). Model Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.

Yusuf, S. (1993). Dasar-Dasar Pembinaan Kemapuan Proses Belajar Mengajar. Bandung: Andira.


(1)

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan oleh peneliti, maka dapat disimpulkan:

1. Gaya kelekatan yang paling dominan dimiliki siswa kelas 6 SDN Sukagalih adalah gaya kelekatan aman. Hal ini menunjukkan bahwa siswa kelas 6 SDN Sukagalih merasa aman dan nyaman ketika berada di dekat guru sehingga tercipta lingkungan belajar yang kondusif.

2. Motivasi belajar yang dimiliki sebagian besar siswa kelas 6 SDN Sukagalih adalah tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa para siswa memiliki tujuan dan keinginan yang kuat untuk mencapai apa yang mereka cita-citakan.

3. a. Terdapat hubungan yang positif dan kuat antara gaya kelekatan aman dengan motivasi belajar pada siswa kelas 6 SDN Sukagalih.

b. Terdapat hubungan yang positif dan lemah antara gaya kelekatan cemas dengan motivasi belajar pada siswa kelas 6 SDN Sukagalih.

c. Terdapat hubungan yang negatif dan cukup kuat antara gaya kelekatan cemas dengan motivasi belajar pada siswa kelas 6 SDN Sukagalih.


(2)

B. Rekomendasi

Dengan memperhatikan hasil yang diperoleh dari penelitian, berikut ini disampaikan beberapa rekomendasi yang dapat peneliti berikan, yaitu: 1. Bagi Sekolah

Hendaknya pihak sekolah terutama guru di SDN Sukagalih dapat meningkatkan kelekatan siswa pada guru dan motivasi belajar siswa, dengan menciptakan lingkungan belajar yang kondusif, yaitu lingkungan yang nyaman untuk kegiatan belajar mengajar, misalnya dengan cara mewajibkan guru menyambut dengan ramah dan sapaan salam ketika bertemu dengan siswa, sehingga siswa merasa senang ketika berinteraksi dengan guru.

2. Bagi Peneliti Selanjutnya

Bagi peneliti selanjutnya disarankan untuk meneliti mengenai gaya kelekatan dan motivasi belajar siswa lebih mendalam sehingga dapat diketahui seberapa jauh gaya kelekatan dapat mempengaruhi motivasi belajar siswa, karena dalam penelitian ini telah diketahui bahwa terdapat hubungan antara gaya kelekatan dengan motivasi belajar siswa.


(3)

Daftar Pustaka

Affizal Ahmad dan Rafidah Sahak. (2009). Teacher-Student Attachment and Teachers’ Attitudies Toward Work. Jurnal Pendidik dan Pendidikan, Jil. 24, 55–72, 2009. [online]. Tersedia: jpp24_affizal_55-72.pdf [7 November

2012]

Ainsworth, M., Blehar, M., Waters, E., & Wall, S. (1978). Patterns of Attachment. Hillsdale, NJ: Erlbaum.

Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian (Suatu Pendekatan Praktik). Jakarta: Rineka Cipta.

Azwar, S. (2011). Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta : Pustaka Pelajar

Bashori, K. (2003). Problem Psikologis Kaum Santri, Risiko Insekuritas Kelekatan. Jogjakarta: FkBA.

Berndt, T.J., (1992). Child Development. Harcourt: Brace Jovanovich College Publishers

Bowlby, J. (1969). Attachment and Loss: Volume 1 Attachment. New York: Penguin Group.

Bretherton, I., Golby, B., & Cho, Eunyoung., (1997). Attachment and Transmission of Values dalam Grusec,J.E. & Kuczynski, L.

Parenting and Children’s Internalization of Values: A Handbook of Contemporary Theory. Halaman 103-134. John Willey & Sons Inc.

Brophy, J. (2004). Motivating Student to Learn. New Jersey: Lawrence Erlbaum Associates, Inc.


(4)

Durkin, K. (1995). Developmental Social Psychology. Massachussets: Blackwell Publisher Inc.

Efendi, S. & Singarimbun, M. (2007). Metode Penelitian Survey. Jakarta: LP3ES.

Haditono, S.R., dkk, (1994). Psikologi Perkembangan Pengantar dalam

Berbagai Bagiannya. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press

Helmi, A.F. (1999). Gaya Kelekatan dan Konsep Diri. Jurnal Psikologi 1999, no, 1,

19-17. [Online]. Tersedia: gayakelekatan_avin.pdf [10 Januari 2013]

Hetherington, E.M & Parke R.D.,(Ed). (1999). Child Psychology : A Contemporary

View Point. Fifth Edition. Mc Graw-Hill College.

Maccoby, Eleanor E. (1980). Social Development, Psychological Growth and The

Parent-Child Relationship. New York: Hartcourt Brace Javanovich, Inc.

Makmun, A.S., (2003). Psikologi Kependidikan. Bandung: Remaja Rosda Karya.

Mc Cartney, K. & Dearing, E., (Ed). (2002). Child Development. Mc Millan Refference USA

Ormrod, J. E. (2003). Educational Psychology, Developing Learners. (4d ed.). Merrill: Pearson Education, Inc.

Papalia, D.E. & Olds, S.W., (1986). Human Development. New York: Mc Graw Hill Book Company.

Pikunas, J. (1976). Human Development: An emergent science. Edisi ke-3. Kogakusha, Tokyo: McGraw-Hill.


(5)

Pintrich, Paul R (2003). Motivation and Classroom Learning. New Jersey: John Wiley & Sons, Inc.

Sudjana. (2003). Teknik Analisis Regresi dan Korelasi. Bandung: Tarsito

Schunk, D. H., Pintrich, P. R., & Meece, J. L. (2008). Motivation in education:

Theory, research, and applications. Upper Sadle River, NJ: Pearson

Education.

Raymond J.W. & Judith H.j., (2004). Motivasi Belajar. Jakarta: Cerdas Pustaka

Riduwan. ( 2009). Dasar-dasar Statistika. Bandung: Alfa Beta

Rienties, B., Tempelaar, D.T., Giesbers, B., Segers, M., & Gijselaers, W. H., H. (2008). Virtual teams and preferential attachment for intrinsic

motivation. Paper presented at the Knowledge construction in E-learning.

context: CSCL, ODL, ICT and SNA in Education, 1-2 September 2008,

Cesena, Italy. pp.100-118. [online]. Tersedia:

Cesena_Bart_Rienties_30_07_2008.pdf [7 November].

Santrock, J. W. (2008). Educational psychology (3rd ed.). New York: McGraw-Hill.

Santrock, J. W. (2004). Educational psychology (2nd ed.). New York: McGraw-Hill.

Sardiman, A.M. (2011). Interaksi Dan Motivasi Belajar Mengajar. Raja Grafindo: Jakarta.

Soemanto, W. (2006). Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT. Rineka Cipta.


(6)

Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Sugiyono. (2009). Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. Bandung: Alfabeta.

Stams, J.M., Juffer, F., Ijzendoorn, M.H. (2002). Maternal Sensitivity , Infant Attachment and Temperament in Early Childhood Predict Adjustment in Middle Childhood: The Case of Adopted Children and Their Biologically Unrelated Parents . Journal of Developmental Psychology Volume 33

No 5 806-821. American Psychological Association Inc

Uno, H. B. (2006). Model Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.

Yusuf, S. (1993). Dasar-Dasar Pembinaan Kemapuan Proses Belajar Mengajar. Bandung: Andira.


Dokumen yang terkait

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN KELUARGA DENGAN MOTIVASI BELAJAR PADA SISWA SMA Hubungan Antara Dukungan Keluarga Dengan Motivasi Belajar Pada Siswa SMA.

0 3 13

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN KELUARGA DENGAN MOTIVASI BELAJAR PADA SISWA SMA Hubungan Antara Dukungan Keluarga Dengan Motivasi Belajar Pada Siswa SMA.

0 2 16

HUBUNGAN ANTARA KELEKATAN TIDAK AMAN DENGAN KECENDERUNGAN PERILAKU BULLYING Hubungan Antara Kelekatan Tidak Aman Dengan Kecenderungan Perilaku Bullying.

0 1 16

HUBUNGAN ANTARA EFIKASI DIRI DENGAN MOTIVASI BELAJAR PADA SISWA Hubungan Antara Efikasi Diri Dengan Motivasi Belajar Pada Siswa.

0 2 15

HUBUNGAN ANTARA INTERAKSI SOSIAL DENGAN MOTIVASI BELAJAR PADA SISWA Hubungan Antara Interaksi Sosial Dengan Motivasi Belajar Pada Siswa Kelas Unggulan.

0 2 17

HUBUNGAN ANTARA INTERAKSI SOSIAL DENGAN MOTIVASI BELAJAR PADA SISWA Hubungan Antara Interaksi Sosial Dengan Motivasi Belajar Pada Siswa Kelas Unggulan.

0 0 16

HUBUNGAN ANTARA EFIKASI DIRI DENGAN MOTIVASI BELAJAR SISWA Hubungan Antara Efikasi Diri Dengan Motivasi Belajar Siswa.

0 1 16

HUBUNGAN ANTARA EFIKASI DIRI DENGAN MOTIVASI BELAJAR SISWA Hubungan Antara Efikasi Diri Dengan Motivasi Belajar Siswa.

0 0 17

HUBUNGAN ANTARA INTELEGENSI DENGAN MOTIVASI BELAJAR PADA SISWA Hubungan Antara Intelegensi Dengan Motivasi Belajar Pada Siswa.

0 1 14

HUBUNGAN ANTARA INTENSITAS KOMUNIKASI DALAM PEMBELAJARAN DAN MOTIVASI BERPRESTASI SISWA DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA ( Studi Korelasi Antara Intensitas Komunikasi Dalam Pembelajaran Dan Motivasi Berprestasi Siswa Dengan Prestasi Belajar Siswa Kelas VIII

0 0 18