PREFIX OF A MIND

BAB 3 PREFIX OF A MIND

Setelah perancang menguasai dan mengerti tentang menggabungkan tema besar ke dalam tema kelompok perancangan arsitektur secara harmonis dan baik, mulailah perancang memikirkan tema individual terhadap bangunan untuk menyelaraskan tema individual, pendekatan tema arsitektural seperti apa yang akan diterapkan perancang agar memiliki keterhubungan dengan tema besar yaitu riverfront dan tema kelompok yaitu urban heritage tourism sehingga hasil yang didapatkan akan menciptakan suatu kawasan yang memiliki tingkat kualitas bangunan yang tinggi dan daya tarik tersendiri. Untuk menciptakan suatu tema arsitektural yang baik, perancang mencoba mengambil sebuah tema arsitektural yang dinilai memiliki keterhubungan dengan tema- tema sebelumnya. Dari awalan sebuah pola pikir, perancang mulai berfikir akan mencari sebuah tema yang dapat menciptakan hubungan yang selaras dengan suatu kawasan Istana Maimun yang memiliki 2 nilai kawasan berupa kawasan riverfront dan urban heritage tourism sehingga akan menghadirkan sebuah bangunan baru yang memiliki hubungan yang harmonis dan selaras dengan bangunan yang sudah ada Istana Maimun. Selain itu, poin kedua pola pikir perancang akan memikirkan bagaimana menciptakan suatu bangunan baru boutique hotel dan apartemen yang nyaman dan tertata agar menciptakan suatu kawasan yang memiliki nilai kuailtas yang tinggi dan bernuansa baru yang ada di kota Medan tanpa menghilangkan citra Istana Maimun dan Sungai Deli. Dalam hal ini, perancang mengambil kesimpulan untuk memilih tema arsitektural yang akan dipakai untuk mengaplikasikan ke bangunan boutique hotel dan apartemen. Perancang memilih tema Arsitektur Kontekstual sebagai tema individual perancangan arsitektur ini karena tema ini merupakan sebuah tema arsitektural yang menghubungkan 20 dan menyelaraskan bangunan baru dengan bangunan disekitarnya. Oleh sebab itu, perancang memilih tema tersebut sebagai tema arsitektural pada bangunan baru yang akan di desain. Arsitektur Kontekstual itu merupakan antara arsitektur dengan site harus saling berhubungan dan berkaitan dengan lingkungan sekitarnya dan juga kondisi bangunan sekitar harus juga diperhatikan, dimana masyarakat, budaya, area dan materialnya tercipta pada suatu lingkungan dimana lokasi bangunan baru yang akan dibangun Anthony C. Antoniades dalam bukunya yang berjudul Poetics of Architecture. Banyak orang berpendapat tentang Arsitektur Kontekstual itu hanya berusaha menyesuaikan bangunan baru dengan bangunan lama sehingga terlihat sama atau hanya untuk mempopulerkan langgam historis arsitektur bangunan lama. Namun, sebenarnya tidaklah seperti itu. Secara umum ada beberapa hal yang perlu diperhatikan. Pertama, kondisi bangunan lama yang bisa dilihat dari bentuk, material, dan skala bangunan. Kedua, karakter dan jiwa tempat bangunan tersebut berada yang bisa dilihat dari motif atau pola desain setempat. Dari beberapa hal tersebut dapat dijabarkan beberapa pendekatan desain arsitektur kontekstual yang tidak hanya sekadar meniru. Jadi, Arsitektur kontekstual tidak harus selamanya kontekstual dalam aspek bentukan fisik saja, tetapi kontekstual dapat juga hadir melalui aspek non-fisikpenyampaian secara tidak langsung seperti fungsi, kebiasaan, filosofi maupun teknologi atau bisa disebut sebagai Arsitektur Kontekstual Kontras. Untuk memperjelas tema arsitektur kontekstual, perlu adanya studi banding yang berhubungan dengan tema individual yang di pilih oleh perancang. Dengan adanya studi banding ini akan lebih mempermudah memahami penjelasan tentang arsitektur kontekstual. Studi banding pertama adalah Butterfield House yang berada di kota New York Gambar 3.1. Bangunan ini selesai pada tahun 1962 yang difungsikan sebagai perumahan koperasi dan juga dianggap sebagai salah satu rumah apartemen Pasca Perang Dunia Ke II. Di rancang oleh William J. Conklin dan James S. Rossant. Gambar 3.1 Butterfield House yang merupakan sebuah rumahflat yang terdapat di kota New York Sumber: thesmokinguy.com Rumahflat ini terdiri dari dua sayap dihubungkan dengan bagian berdinding kaca melalui halaman taman pusat. Pada Butterfield House yang baru, arsitek menggunakan desain material modern yang baru dan jelas untuk menciptakan sebuah karya yang menarik perhatian. Bangunan ini memiliki ketinggian tujuh lantai dengan lantai dasar yang berfungsi sebagai pintu masuk lobby. Sebagian besar flat yang terletak di gedung yang lebih besar yang berlokasi di jalan West 13th Street memiliki penthouse. Arti penting dari bangunan Butterfield House ini diakui pada saat konstruksi pembangunan dan sejak arsitek dan perencana kota telah menganggap hal itu sebagai model konstruksi baru di lingkungan kawasan bersejarah. Ketika bangunan itu selesai pada tahun 1962, Keterkaitan visual bangunan apartemen tersebut dengan bangunan di sekitarnya dapat dilihat dari penggunan elemen balkon, namun sudah dengan penyelesaian desain berbeda. Bangunan lama mempunyai bentuk bukaan yang datar pada balkon, sedangkan pada Butterfield House, bentuk bukaan pada balkon terlihat melengkung dan menonjol ke luar Gambar 3.2. Walaupun terdapat perbedaan desain pada balkon, kedua bangunan tetap terlihat menyatu karena memiliki bentuk dasar atau pola yang sama. Gambar 3.2 Perubahaan bentukan Butterfield House Sumber: thesmokinguy.com Bangunan ini dinamai oleh Jenderal Daniel Butterfield, seorang perwira selama Perang Sipil dan individu dikreditkan untuk merevisi dan mempopulerkan rumahnya yang berada di lokasi bangunan Butterfield House. Studi banding kedua, membahas tentang bangunan yang bernama Ponte Vecchio yang berada di Italia Gambar 3.3. Ponte Vecchio adalah jembatan tertua di Florence, diyakini bahwa jembatan sudah ada di sini selama zaman Romawi. Gambar 3.3 Jembatan Ponte vecchio yang berada di Arno River, Florence Italia. Sumber:Wikipedia.com Penampilannya saat ini diulang kembali seperti bentukan jembatan awal yang di buat pada tahun 1345 untuk menggantikan jembatan yang hancur oleh banjir. Di dalam kawasan ini terdapat rumah-rumah di atas jembatan, praktek umum di kota-kota besar di Eropa selama Abad Pertengahan dan toko-toko di Ponte Vecchio di Florence. Jembatan Ponte Vecchio mengambil motif-motif desain setempat, seperti bentuk massa, pola atau irama bukaan, dan ornamen desain yang digunakan. Salah satu contoh pendekatan ini adalah rumah-rumah yang terdapat di kawasan jembatan. Rumah-rumah tersebut merupakan bangunan baru yang mengadaptasi gaya Renaisans yang ingin menggantikan bangunan lama yang hancur saat Perang Dunia II. Kontinuitas visual terlihat dari bentuk massa dan irama bukaan atau jendela Gambar 3.4. Gambar 3.4 Rumah-rumah yang terdapat di kawasan Jembatan Ponte Vecchio. Sumber: photaki.com Ponte Vecchio Old Bridge adalah jembatan abad pertengahan yang mencakup kawasan sungai Arno di Florence. Ini adalah salah satu jembatan yang tersisa dengan rumah-rumah dibangun di atas. The Vasari koridor yang berjalan di atas rumah menghubungkan Uffizi dengan Pitti Palace di sisi lain sungai. Studi banding ketiga membahas tentang bangunan bernama Museum louvre atau bisa disebut dengan louvre pyramid berlokasi di Prancis. Louvre Pyramid merupakan sebuah museum, desain Louvre berbentuk sebuah piramida kaca dan besi yang besar dan dikelilingi oleh tiga piramida kecil Gambar 3.5. Louvre Pyramid di bangun sebagai bagian dari proyek besar yang dikenal sebagai Grand Louvre pertama kali diusulkan pada tahun 1981 oleh Presiden Perancis François Mitterrand. Tujuan dari piramida ini adalah untuk memperluas dan memodernisasi Louvre museum. Gambar 3.5 Museum louvre berlokasi di Paris, Prancis. Sumber:citymocha.com Piramida Utama merupakan pintu masuk utama ke museum. Museum Louvre memiliki ketinggian mencapai 20,6m dengan bagian dasar memiliki panjang sisi 35m. Tersususn atas 603 kaca belah ketupat dan 70 kaca segitiga. Louvre lobby berada di bagian bawah tanah di bangun sebagai solusi untuk masalah pintu masuk utama Louvre yang asli. Pengunjung yang masuk melalui Louvre Pyramid akan melalui turun ke arah lobi dan kemudian naik ke bangunan utama Louvre Gambar 3.6. Gambar 3.6 Lobby Louvre yang terdapat di bagian lantai basement museum. Sumber: travelerfolio.com Dalam pembangunan Lovre Pyramid banyak orang menganggap sangat kontras dengan bangunan Museum Louvre dengan arsitekturnya yang klasik. Namun sebagain orang bangga atas gaya arsitekturnya yang kontras sebagai penggabungan antara bangunan lama dan baru. Menurut ukuran piramida Al – Jizah khas Mesir, arsitek merancang piramida Louvre dengan 3 piramida-piramida kecil di sekitarnya dan air mancur berbentuk segitiga. Maksud dari desain piramida museum louvre adalah bentukan geometris yang mana dapat menunjukkan area terbesar dari struktur dengan menggunakan area terkecil, dengan demikian, piramida tersebut tidak terlalu menjadi pusat perhatian. Penggunaan material kaca di bagian piramida, dimaksudkan agar orang yang berada di dalam piramida louvre juga bisa merasakan suasana luar bangunan dan terlihat museum louvre bangunan lama yang mengelilingi piramida tersebut Gambar 3.7. Gambar 3.7 Suasana di dalam piramida louvre yang menampilkan suasana luar museum louvre. Sumber: shutterstock.com Bagian yang menarik disini adalah bentuk arsitektur lama yang dibuat oleh material berteknologi tinggi tetapi menunjukkan inovasi dalam beberapa poin. Piramida Louvre telah menjadi kehormatan bagi setiap orang Perancis. Orang-orang menilai mempersingkat jarak antara semangat masa lalu dan saat ini di tingkat tertinggi dan juga memuji piramida Louvre adalah sebuah permata raksasa yang terbang keluar dari Istana Louvre. Dari semua studi banding yang menggunakan tema arsitektural yang sejenis, perancang mulai mengambil beberapa referensi yang sudah di cermati perancang untuk mengembangkan proyek ini seperti studi banding yang dimiliki. Konsep kontekstualisme dalam arsitektur juga merancang sesuai dengan konteks yaitu merancang bangunan dengan menyediakan visualisasi yang cukup antara bangunan yang sudah ada dengan bangunan baru untuk menciptakan suatu efek yang kohesif menyatu. Rancangan bangunan baru harus mampu memperkuat dan mengembangkan karakteristik dari penataan lingkungan, atau setidaknya mempertahankan pola yang sudah ada. Suatu bangunan harus mengikuti langgam dari lingkungannya agar dapat menyesuaikan diri dengan konteksnya dan memiliki kesatuan visual dengan lingkungan tersebut dan memiliki karakteristik yang sama. Desain yang kontekstual merupakan alat pengembangan yang bermanfaat karena memungkinkan bangunan yang dimaksud untuk dapat dipertahankan dalam konteks yang baik. Kontekstual disini tidak hanya semata-mata membuat gaya arsitektur yang serupa dengan sekitarnya, akan tetapi dari pendekatan secara kontekstual bisa tercipta rancangan yang kontras tetapi tetap harmonis dengan fungsi, kebiasan sekitarnya sehingga, setelah perancang berfikir Arsitektur Kontekstual itu selalu dihubungkan dengan kegiatan konservasi dan preservasi karena kegiatan Arsitektur Kontekstual ini berusaha mempertahankan bangunan lama khususnya yang memiliki nilai sejarah yang tinggi dan membuat hubungan yang baik dengan bangunan baru atau menciptakan hubungan yang selaras. Dalam hal ini, perancang akhirnya memilih Arsitektur kontekstual yang kontras sesuai dengan studi banding Louvre Museum di Prancis. Perancang memilih tema arsitektur kontekstual kontras karena perancang ingin menciptakan suatu bentukan desain bangunan baru dengan mengabstraksikan bentuk-bentuk asli bangunan lama, tetapi maksud dari pemilihan tema yang kontras ini dimaksudkan agar bangunan lama Istana Maimun tetap menjadi bangunan icon di suatu kawasan. Hubungan yang selaras tidak selalu ditunjukkan dengan desain harmonis yang biasanya menggunakan kembali bentukan bangunan, material atau langgam desain yang dominan yang terdapat di bangunan lama. Hubungan simpatik tersebut bisa di capai dengan solusi desain yang kontras, bentukan asli pada bangunan lama tidak digunakan langsung, namun bisa diabstraksikan ke dalam bentukan baru yang berbeda tetapi tetap lebih memperkuat dan meningkatkan kualitas bangunan lama sebagai simbol sejarah. Perancang ingin menciptakan suasana baru yang lebih modern dengan mengambil bentukan fungsi dan kebiasaan pada bangunan lama tetapi tidak diambil secara langsung, namun bisa diabstraksikan ke dalam bentuk baru yang berbeda dengan penggunaan material tetapi unsur kontekstual bangunan baru masih dapat dirasakan. Setelah itu, perancang akan memulai memberikan beberapa rencana awal konsep yang sesuai dengan tema arsitektur kontekstual kontras yang saling berkaitan dengan kawasan riverfront dan urban heritage tourism yang saling berhubungan. Berikut beberapa penerapan tema arsitektur kontekstual kontras yang akan direncanakan perancang ke dalam bangunan boutique hotel dan apartemen terletak di bagian belakang Istana Maimun yang pertama adalah desain bentukan bangunan yang di desain miring dan sangat kontras dengan bentukan istana maimun yang lurus, tujuan desain ini dimaksudkan agar para pengunjung hotel dan penghuni apartemen bisa menikmati view yang maksimal dengan berbagai view yang terdapat di kawasan Istana Maimun seperti Istana Maimun, Mesjid Raya Al-Mashun, Kolam Sri Deli, Sungai Deli, view kota Medan dan kawasan sekitar site. Yang kedua, Pengaplikasian fasade bangunan tidak sama sekali mengambil bentukan desain fasade pada Istana Maimun yang terdapat di lokasi namun bisa diabstraksikan ke dalam bentukan baru yang berbeda namun akan memberikan kesan yang harmonis. Yang ketiga, menggunakan material seperti kaca sebagai pengganti dinding, difungsikan agar pengunjung yang berada di dalam bangunan bisa merasakan suasana kawasan Istana Maimun, sehingga memberikan kesan kontekstual walaupun penyampaiannya secara tidak langsung namun pengunjung bisa merasakan berada di area terbuka dengan pemandangan sekitar istana seperti penerapan yang diterapkan museum louvre di prancis. Yang keempat, kawasan riverfront yang terdapat di belakang Istana akan difungsikan sebagai area riverwalk dan area penghijauan taman. Riverwalk difungsikan untuk menikmati kawasan tepian sungai deli dengan pemandangan pemukiman setempat, taman yang tertata rapi di kawasan Istana Maimun, multi fungsi plaza dengan sebuah stage amplitiater yang berfungsi sebagai aktifitas acara yang digelar oleh pihak istana untuk lebih memperkenalkan kebudayaan melayu. Desain yang akan diaplikasikan ke dalam kawasan riverwalk ini juga di desain kontras dengan Istana Maimun. kelima, pada bagian depan Istana Maimun terdapat sebuah plaza yang terbentang luas, dengan bentukan desain yang modern dan di dalam kawasan plaza terdapat sebuah sculpture dan air mancur yang menarik daya tarik pengunjung luar untuk datang mengunjungi Istana. Keenam, plaza yang terdapat di bagian depan istana memiliki jalur koneksi langsung untuk pejalan kaki antara Istana dan Masjid Raya Al-Mashun, sehingga terciptalah suatu kawasan sejarah yang saling berkoneksi dan plaza dengan desain yang modern tetapi tetap difungsikan sebagai daya tarik dan untuk memperindah bangunan lama istana Maimun.

BAB 4 MAKING SOMETHING FOR MAXIMUM RESULTS